Disusun Oleh :
Nama : Ralin Andari
NIM :2019.C.11a.1057
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga Asuhan
Keperawatan dengan judul Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. J
dengan gangguan sistem perkemihan (VERSIKOLITHIASIS) di ruang mawar RSUD Dr.
DORIS SLYVANUS PALANGKARAYA” Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ini disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Ika Paskaria, S.Kep, Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang Pendengaran
Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan
izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini mungkin
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, saya mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan
juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapar
bermanfaat bagi kita semua.
Ralin Andari
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Manfaat...................................................................................................2
2.1.1. Definisi............................................................................. 7
2.1.3. Etiologi.................................................................................. 19
1. Pengkajiaan ........................................................................... 24
iii
2. Diagnose Keperawatan.......................................................... 32
3. Rencana Keperawatan........................................................... 33
5. Evaluasi Keperawatan........................................................... 37
A. Pengkajian ................................................................................... 38
E. Diagnosa Keperawatan................................................................ 55
H. Evaluasi Keperawatan................................................................. 62
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 86
B. Saran............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, penyakit Batu Saluran Kemih menjadi salah satu kasus yang
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain
yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada
Batu Saluran Kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim,
2007). Batu Saluran Kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai
dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang
1
2
urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra
kelamin (jumlah pasien laki- laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada
tahun 2000, penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit peringkat kedua
tahun 2002 adalah 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959
dengan jumlah
3
kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002 dalam Wardani, 2014). Dalam
penelitian di salah satu rumah sakit di medan , yaitu RSUP Haji Adam Malik,
Riskesdes pada tahun 2013 pun menyatakan bahwa dalam jumlah sampel
2014).
signifikan dan bervariasi dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2015
berjumlah 39 orang) yang menderita Batu Saluran Kemih, untuk tahun 2016
didapatkan 155 orang pasien (laki-laki berjumlah 105 orang dan perempuan
berjumlah 50 orang) yang menderita Batu Saluran Kemih dan untuk tahun 2017
berjumlah 16 orang) yang menderita Batu Saluran Kemih dengan umur yang
bervariasi dari umur 15- 65 tahun (Profil Rumah Sakit Bahteramas Sulawesi
Tenggara, 2017) Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit
angguan fungsi ginjal. Pasien Batu Saluran Kemih (BSK) sering merasa cemas
dengan kondisi kesehatannya dan juga rasa takut untuk dirawat di rumah sakit.
mengetahui tanda awal dari BSK sehingga tidak memberikan pertolongan yang
1.2 Tujuan
Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.2.2 Mampu melakukan pengkajian pada Pada Tn. J dengan masalah Batu
Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
5
masalah Batu Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
1.2.4 Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Pada
Tn. J dengan Batu Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris
dengan masalah Batu Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris
masalah Batu Saluran Kemih di Ruang mawar RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.2 Manfaat
Prosedur (SOP).
kerumah.
mendalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi
material keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk dari
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat
atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal
7
8
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh
tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan akan dikeluarkan berupa urine. Zat
yang dibutuhkan tubuh akan beredar kembali dalam tubuh melalui pembuluh
darah kapiler ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar keseluruh
tubuh. Sistem perkemihan merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas
Fungsi utama ginjal adalah mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dan
komposisi asam basa cairan tubuh, mengeluarkan produk aktif metabolik dari
dalam darah dan mengatur tekanan darah. Urin yang terbentuk sebagai hasil
dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih
tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi,
kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lewat
Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada
organ lain yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa, namun
organ yang mengatur kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi
gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang
makanan dan metabolisme dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak
dieliminasi oleh organ lain. Jika diukur tiap hari, jumlah produk tersebut
biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6 hingga 8 gram garam (natrium
samping itu, ureum yang merupakan produk akhir metabolisme protein dan
berbagai produk limbah lainnya diekskresikan dalam urin (Brunner & Suddarth,
2002).
1. Ginjal
ginjal (biji berlurik yang sebagian besar tersusun dari struktur tubular)
ginjal yang disebut korteks dan bagian dalam ginjal yang berbentuk segitiga
disebut pyramid ginjal atau bagian medulla ginjal. Didalam ginjal terdapat
satuan fungsional ginjal yang paling kecil, yaitu nefron. Tiap ginjal terdiri
dari sekitar 1,2 juta nefron. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler
2. Glomerulus
sepanjang arteriol, fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam darah.
3. Kapsul bowman
Tubulus ini dilapisi oleh lapisan tunggal sel epitel yang memperlihatkan suatu
brush border yang menonjol pada permukaan lumen dan sejumlah besar
mm. bentuknya berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus yang
5. Ansa henle
Ansa henle terdiri dari segmen desenden yang tebal yang struktur
tipis yang berjalan turun kedalam medulla hingga kedalaman yang beragam
tebal yang struktur serta fungsinnya serupa dengan tubulus kontortus distal.
densa dan duktus koligentes. Sel-sel ditandai dengan tidak adanya brush
border dan memiliki banyak mitokondria pada tepi basalis yang menunjukkan
menerima cairan dan zat terlarut dari tubulus distal. Duktus koligers berjalan
yang berjalan kearah medulla akan mengosongkan urin yang telah terbentuk
Setiap arteri renalis berasal langsung dari aorta. Arteri ini memasuki ginjal
dan bercabang secara progresif menjadi pembuluh arteri yang lebih kecil yaitu
kapiler peritubularis yang spesial dan dinamakan vasa rekta. Vasa rekta relatif
lurus dan merupakan gelungan kapiler panjang yang berjalan turun kedalam
sisi ansa henle. Vasa rekta memiliki peranan yang penting dalam memelihara
2. Pembentukan urin
Menurut Saputra (2014) urine dihasilkan dari tiga proses yang terjadi di nefron:
filtrasi oleh glomerulus, reabsorsi oleh tubulus dan sekresi oleh tubulus.
b. Pada reabsorsi tubulus: Suatu zat bergerak dari filtrat kembali dari tubulus
c. Pada sekresi oleh tubulus: suatu zat berpindah dari kapiler peritubuler ke
dan H+.
3. Ureter
dengan kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan),
dikelilingi oleh tiga lapis dinding. Berperan sebagai saluran yang membawa
sampai lima kali setiap menit untuk mengalirkan urine ke kandung kemih.
sebagai kaliks.
b. Ureter: ureter memiliki panjang sekitar 25,4 cm. Bagian atas terletak di
atas:
berdinding otot yang kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urin
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spiral
peristaltic ureter 1-5 kali per menit. Akan menggerakkan urin pada pelvis
terletak dibawah kandung kemih dan permuaan atas prostat. Serabut otot
polos dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kolum kandung kemih
fasia pubis. Membran mukosa kandung kemih dalam keadaan kosong akan
berlipat-lipat. Ipatan ini akan hilang apabila kandung kemih berisi penuh. Daerah
miring membuat seperti katup yang mencegah aliran balik urin ke ginjal pada
kemih selama berkemih (miksturasi) berkas otot tersebut berjalan pada sisi uretra,
serabut ini dinamakan sfingter uretra interna. Sepanjang uretra terdpat sfingter
otot rangka yaitu sfingter uretra membrannosa (sfingter uretra eksterna). Epitel
3) Uretra
Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu saluran sambungan
yang membawa urine dari kandung kemih ke arah luar. Uretra pada perempuan
berukuran pendek dengan panjang 3,8 cm. Lubang keluarnya membuka di antara bibir
vagina, di atas lubang vagina. Otot sfringter uretra perempuan terdapat di permulaan
saluran tersebut. Pada laki-laki uretra memiliki panjang 15 hingga 20 cm dari kandung
kemih ke lubang keluarnya di ujung penis. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas: tugas
pertama adalah menyalurkan urine dan yang kedua adalah menyalurkan mani. Uretra
1.2. Etiologi
a. Faktor intrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar
b. Faktor ekstrinsik
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih
1.3. Patofisiologi
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan
lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui
saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang membentuk
19
batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan
dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat
menyatakan bahwa sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat
lain :
pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
batu.
3. Teori presipitasi-kristalisasi
urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan
garam urat. Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap
20
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu
hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan
kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.
Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena
adanya pionefrosis.
b. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
1. Urinalisa
atau batu kalsium fosfat), urin 24 jam : (kreatinin, asam urat kalsium, fosfat,
saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan urin)
2. Darah lengkap
1.6. Komplikasi
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran
fungsi ginjal.
Penetalaksanaan medis
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih
batu
berada di uretra.
tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu dan Tindakan
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
2.1. Pengkajian
sebagai berikut:
2) Anamnese
4) Keluhan Utama Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah
berkemih, urine berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat
berkemih.
nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing
dan demam.
sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat
pasien teratur saat inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan
11) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan
penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan dorongan ingin
berkemih.
16) Kebutuhan Kenyamanan Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik,
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah
nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
penatalakasanaan.
apakah anemis.
24) Pemeriksaan Hidung Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak
napas.
tidaknya keluara
26) Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah
27) Pemeriksaan Leher Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh
kardiomegali.
29) Pemeriksaan Paru pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara
napas abnormal
pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
32) Pemeriksaan Ekstremitas Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat
jalan, duduk dan bangkit dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan
27
fraktur.
28
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan Wijayaningsih
(2013) diagnosa keperawatan yang muncul untuk penderita batu saluran kemih
adalah:
seluler.
34) Retensi urin berhubungan dengan stimluasi kandung kemih oleh batu,
diagnostik.
Intervensi keperawatan pada penderita sindrom nefrotik menurut Nurarif dan Kusuma (2013) dan Nurarif dan Kusuma
(2015) adalah :
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
emosional yang tidak menyenangkan yang Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muncul akibat kerusakan jaringan yang Melaporkan bahwa nyeri berkurang komperhensif termasuk lokasi,
aktual atau potensia ataudigambarkan dengan menggunakan manajemen karakteristik, durasi frekuensi,
dalam hal kerusakan sedemikian rupa nyeri kualitas dan factor presipitasi.
(international association for the study of Mampu mengenali nyeri (skala, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
pain) : awitan yang tib-tiba atau lambat intensitas, frekuensi dan tanda ketidaknyamanan.
dari intensitas ringan hingga berat dengan nyeri) 3. Gunakan teknik komunikasi
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. 2. Pengendalian Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Perubahan tekanan darah penyebab nyeri, mampu 5. Kontrol lingkungan yang dapat
2.3.Implementasi Keperawatan
klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan
saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
2.4.Evaluasi Keperawatan
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat
evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Klien
Nama : Tn. J
Umur : 53 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Nama : Ny. M
36
2. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan Genogram
= Laki-laki
= perempuan
= Tinggal serumah
= Hubungan keluarga
39
3.1 Status Kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
daerah perut bagian bawah tembus hingga belakang serta menyebar ke bagian
2) Keluhan utama saat pengkajian :Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
Pada tanggal 26 Juni klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
genitalia. Nyeri dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit terutama saat
buang air kecil. Saat dilakukan pengkajian tanggal 27 Juni pukul 10.00 WIB
klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hinga belakang.
Klien juga mengatakan setiap kali BAK kencingnya keluar sedikit- sedikit
upaya apa-apa untuk mengatasi sakitnya di rumah. Saat keluhan dirasakan klien
40
3.2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan
pernah berobat 6 bulan sebanyak 4 kali karena penyakit TBC . Pengobatan yang
1. Pernah dirawat
Klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang
2. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada makanan maupun pada
obat-obatan
3. Riwayat Transfusi
4. Kebiasaan :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama
41
CiprofIoxacin 500 mg 2x1 tablet
kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit klien mengatakan ternyata kesehatan
2. Nutrisi/metabolic
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan makannya dimana frekuensi
makannya 2-3 x/hari dan porsinya selalu dihabiskan. Klien mengatakan air yang di
konsumsi di rumahnya banyak mengandung kapur. Klien mengatakan tiap hari minum 2 -
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK) 1 hari sebelum masuk
rumah sakit dan tidak ada masalah pada buang air besar (BAB). Klien mengatakan
sering bolak-balik WC (> 10 kali/24 jam) untuk buang air kecil dan setiap kali BAK
kencingnya keluar sedikit- sedikit dan berwarna kuning keruh serta terasa sakit.
4. Oksigenasi
42
5. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah tidur terutama pada malam
hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya tetapi pada saat sakit klien
dialaminnya.
6. Pola kognitif-perseptual
Klien sering menanyakan apakah penyakit yang dideritanya bisa disembuhkan dan klien
juga berpersepsi bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dengan jalan lain selain proses
Klien mengatakan sudah mengetahui informasi tentang penyakitnnya, tetapi klien merasa
8. Pola seksual dan produksi, Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait
seksualitas
9. Pola peran-hubungan, Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan
10. Pola manajemen koping stress, Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi
kesehatannya saat ini, klien nampak gelisah dan sering ke meja perawat bertanya
mengenai kondisinya, klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan
11. Pola keyakinan-nilai, Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan
43
x/menit, Suhu : 36,7 oC, Pernapasan : 23 x/menit, BB : 62 , TB : 167, IMT : 62/1,67=
22,23
Distribusi rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi, kulit kepala
bersih, warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik, tidak
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak
ada lesi serta tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada
Inspeksi :
(+)
Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan /(+), deformitas tulang dada (-),
Palpasi :
Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama. Nyeri tekan
(-)
Perkusi :
Auskultasi :
44
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial
Inspeksi :
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5
mid klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena jugular
Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
Auskultasi :
45
7. Pemeriksaan Penunjang
46
B. Analisa Data
Analisa Data
Data objektif
DS : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Nyeri Akut
genitalia substansi
DO : ↓
dan pinggang. ↓
Menstimulasi pelepasan
47
prostaglandin di hipotalamus
Nyeri dipersepsikan(nyeri
kolik)
Nyeri Akut
DS : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Ansietas
48
Pathway Kasus
Pengendapan
batu
Pembentukan batu saluran kemih
Respon Obstruksi
Perubahan
Hambatan
status
aliran
Penekanan pada urine kesehatan
saraf
Ansietas
Gangguan eliminasi
Mengaktifkan urine
mediator
kimia (Histamin dan
bradikinin)
Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di
hipotalamus
Nyeri dipersepsikan(nyeri
kolik)
Nyeri Akut
49
C. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
Tabel 3.4
Data Subyektif :
ke bagian genitalia
Data Obyektif :
belakang
25/7/2021 2 Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan 00016
dengan :
Data subyektif :
50
Klien mengatakan setiap kali BAK kencingnya
Data obyektif :
Data Subyektif :
51
Tanggal No Diagnosa Kepeawatan Kode
Klien sering bertanya pada perawat tentang
kondisinya.
dialaminnya.
Data Obyektif :
52
D. Intervensi Keperawatan
Intevensi Keperawatan
dengan respon obstruksi Kriteria : Berat 1, cukup 10.melakukan pengkajian tempat obstruksi dan
batu pada ginjal ditandai berat 2, sedang 3, ringan nyeri secara komperhensif kemampuan gerakan
dengan: Data Subyektif : 4, tidak ada nyeri 5 termasuk lokasi, kalkulus. Nyeri panggul
Klien mengeluh nyeri 1. Nyeri dilaporkan (4) karakteristik, durasi sering menyebar ke
pada perut bagian 2. Mengerang dan frekuensi, kualitas dan punggung, lipat paha,
pada
58
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
25/7/2021 Hasil : S:
11.00 Tekanan darah: 150/90 mmHg 00132+00146 1. Klien mengatakan perutnya masih
59
Hari/Tgl Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Evaluas
/ Jam Keperawatan Dx
i
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas Klien nampak meringis
Nadi : 84 x/menit masih sakit terutama saat ia
dan faktor presipitasi. memegang perut bagian bawah
Suhu : 36,6 oC BAK, nyerinya seperti tertusuk-
Hasil : dan pinggang.
Pernapasan : 25 x/menit tusuk dan menjalar hingga
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian A:
2. Lakukan pengkajian nyeri secara kemaluannya
bawah tembus hingga belakang. Nyeri Masalah nyeri belum teratasi
07.50 komprehensif termasuk 00132
O:
bertambah parah ketika buang air kecil, P : Intervensi dilanjutkan
lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
Tekanan darah: 460/90 mmHg
nyei seperti tertusuk-tusuk dan sering Lakukan pengkajian nyeri secara
kualitas dan faktor presipitasi.
menjalar hingga genitalia. Dengan skala Skala nyeri 3
Hasil : Klien mengatakan perutnya masih komperhensif termasuk lokasi,
Hasil : ketidaknyamanan
hilang timbul Masalah nyeri teratasi
Klien nampak meringis memegang perut Observasi tanda-tanda vital.
3. Observasi reaksi nonverbal dari
bagian bawah dan pinggang. P:
ketidaknyamanan. Kontrol lingkungan yang dapat
4. Mengajarkan tentang teknik non Intervensi dihentikan
Hasil : Klien nampak menunjuk area yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
07.50 00132
farmakologi (Teknik nafas dalam)
nyeri saat BAK S: ruangan, pencahayaan dan
Hasil : Klien Nampak mengikuti apa
11.30 4. Menganjurkan klien untuk melakukan 00132+00146 kebisingan
Klien berulang).
mengatakan pagi ini BAK
yang diajarkan (teknik relaksasi nafas
teknik non farmakologi di rumah bila Kaji tipe
baru danwarna
1 kali, sumber nyerikuning,
urine untuk
dalam dan distraksi)
nyeri (Teknik nafas dalam dan distraksi) 60 2 menentukan
klien intervensi.
mengatakan saat BAK
5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
Hasil : Klien mengatakan ia akan masih terasa
Ajarkan nyeri
tentang teknik non
08.00 00132+00146
istirahat.
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
dengan batu saluran kemih diperoleh data yang tidak jauh berbeda dengan
manifestasi klinis dari penyakit batu saluran kemih yaitu nyeri pada daerah
pinggang tembus hingga belakang, nyeri dapat berupa nyeri tekan atau nyeri
ketok pada daerah arkus kosta, warna urine kuning keruh dan batu nampak
2. Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan pada Tn.J dengan batu saluran kemih yang sesuai
dengan teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada
3. Rencana Keperawatan
kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa
yang sama.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan ketika merasa cemas
menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup dan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran,
antara lain :
2. Bagi perawat
sama yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh sesuai
data yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan semua rencana dalam
2.2 Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan Health Education pada
asuhan keperawatan baik itu yang terkait penyakit vesikolitiasis maupun penyakit-
penyakit lainnya.
68
69
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga klien
5. Bagi Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
BLUD RSU Bahteramas. 2015. Profil BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Buntaram dkk, 2014. Hubungan Angka Kejadian Batu Saluran Kemih Pada
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Medika
Muslim, Rifki. 2007. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola
3 Maret 2007.
Mocomedia
Mocomedia
Nurlina. 2008. Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-
laki. (Studi kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta
Putri & Wijaya. S.A. 2013. KMB I Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Erlangga. Jakarta
Saputra dan Dwisang Evi. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
STIK Avicenna. 2016. Buku Panduan Seminar Keperawatan Program Studi Ners.
Kendari : SULTRA
Suharyanto & Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Wardani F.A.M, 2014. Hubungan Batu Saluran Kemih dengan Penyakit Ginjal
72
Media
Wahyuningsih, editor edisi bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9. Jakarta: EGC