Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II TENTANG KONSEP


ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
DAN MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN
TERKAIT REPRODUKSI

Di Susun Oleh:

Febrianto Eka Putra 2021-01-14201-164


Fingky Safitri 2021-01-14201-166
Lia Leloni 2021-01-14201-171
M. Fadli 2021-01-14201-173
Maria Theresia Anu 2021-01-14201-175
Tury Wulandari 2021-01-14201-191
Winarti 2021-01-14201-192

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Ilmu Dasar Keperawatan II “KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI DAN MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN
TERKAIT REPRODUKSI”. Makalah ini disusun dalam rangka untuk ataupun
melengkapi mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.
Penulis menyadari bahwa Laporan dan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena ini, Penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap agar
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua

Palangka Raya, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………........i

DAFTAR ISI………………………………………………………….......….....ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………......
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria…………………………..
2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria………………………………………….
2.3 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita……………………….
2.4 Masalah-Masalah Keperawatan Terkait Sistem Reproduksi………………
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………......….….
3.2 Saran ……………………………………………………………….............
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Pengetahuan tentang
Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang paling
dasar/basic bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi khususnya para wanita. Dalam
makalah ini akan dibahas dua hal yaitu  tentang  ANATOMI dan FISIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI yang menerangkan tentang Anatomi Saluran Reproduksi
Laki-laki dan Anatomi Saluran Reproduksi Wanita.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi).
Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun
siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan
hidup, sebagai contoh saat mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai
masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin
dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan suatu generasi.

2.1 Rumusan Masalah


1) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria ?
2) Bagaimana pembentukan sperma pada pria?
3) Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita ?
4) Bagaimana pembentukan ovum pada wanita?
5) Bagaimana terjadinya menstruasi pada wanita?
6) Bagaimana terjadinya pembuahan pada wanita?
7) Bagaimana terjadinya kehamilan pada wanita?
8) Bagaimana terjadinya menopouse pada wanita?
9) Apa saja penyakit pada sistem reproduksi?
1.3 Tujuan
1) Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria
2) Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
3) Mahasiswa mengetahui hormon-hormon yang bekerja pada sistem reproduksi
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria


2.1.1 Anatomi sistem reproduksi pria
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung
zakar)    dan testis (buah zakar).
1) Penis
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan
yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal.
Ujung penis disebut glans. Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita
memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus. 2 rongga yang
berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan. Rongga yang
ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi
darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Penis terdiri dari:
1. Akar (menempel pada didnding perut)
2. Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
3. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
2) Skrotum
Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis
dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa
sangat sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga
tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam abdomen.
3) Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di
dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis
merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar
4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis
yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis.

2.1.2 Duktus Duktuli


1) Epididimis
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral
testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan
ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum
menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis
panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di
duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma
sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

2) Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus
ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang
kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya
membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-
60 cm.

3) Uretra.
Uretra berfungsi 2 fungsi:
a. Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
b. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
Struktur dalam organ reroduksi pria terdiri dari :  vas deferens, uretra,
kelenjar prostat dan vesikula seminalis.
a) Vas deferens
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya
45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek
posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian
meninggalkan bagian belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika
menuju abdomen.
b) Uretra
Uretra berfungsi 2 fungsi:
1. Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari
kandung  kemih
2. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
c) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar
yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
1. Fungsi Prostat:
Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada
uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo
Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan
kelenjar prostat.
d) Vesikula Seminalis
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari
semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan
dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
Fungsi Vesika seminalis :
Mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar
cairan semen

2.2 Fisiologi sistem reproduksi pria 


1) Hormon pada pria
1. FSH
Menstimulir spematogenesis.
2. LH
Menstimulir Sel Interstitiil Leydig untuk memproduksi Testosteron.
3. Testosteron
Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks
sekundernya.
2) Efek hormon testoteron pada pria:
Sebelum lahir:
1. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
2. Mendorong penurunan testis ke skrotum
3) Efek reproduksi
1. Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi
2. Penting dalam spermatogenesis
3. Pertumbuhan tanda kelamin sekunder

2.2.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer.
Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder berkembang
menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid
menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri
dari kepala, badan dan ekor.
2.3 Anatomi dan Fisioligi Sistem reproduksi Wanita

2.3.1 Anatomi sistem reproduksi wanita

1) Tundun (Mons veneris)


Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak,
area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi
lemak, terletak di atas simfisis pubis

2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp
rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora
bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm,
tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat
berdekatan.

3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium
dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium
vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2
buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.

 
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2
buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar
bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen

6) Himen (selaput dara)


Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat
melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior

7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.

2.3.2 Proses Terjadinya Menstruasi.


Proses menstruasi mengalami 4 fase yakni;
1) Fase Menstruasi
2) Fase praovulasi
3) Fase ovulasi
4) Fase pasca-ovulasi
1) Fase Menstruasi : Bila sel telur tidak dibuahi,maka setelah berusia tertentu
korpus lenteum tertentu yang merupakan pemproduksi hormon estrogen
dan progresteron menghentikan aktifitasnya,akibat kadar hormon tersebut
di dalam darah mengalami reduksi mendadak. Peristiwa ini terjadi 5hari
awal menstruasi. Turunya kadar estrogen dan progesteron secara mendadak
berakibat lepasnya ovum dan robeknya endoterium yang menebal. Robek
dan hancurnya endoterium menyebabkan tipisnya dinding rahim.
2) Fase praovulasi : turunnya progesteron memungkinkan hipofisis
mensekresi FSH merangsang volikel dalam ovarium untuk memproduksi
hormon estrogen. Esterogen ini akan menghambat hipofisis memproduksi
FSH tetapi memacu hipofisis memproduksi LH. Di samping ini esterogen
juga merangsang penebalan endometerium rahim.
3) Fase ovulasi : Terhentinya produksi FSH oleh hipofisis akibat pengaruh
tingginya kadar esterogen, memungkinkan hipofisis menghasilkan
hormone LH. Hormone LH merangsang pematangan ovum dan
meninggalkan folikel. Peristiwa ini disebut ovulasi. Folikel yang
ditinggalkan telur akan mengerut dan berubah menjadi karpus
luteum(badan berwarna kuning). Badan ini berfungsi memproduksi
progesteron. Fase ini terjadi pada sekitar hari ke-14 dari waktu menstruasi
yang berkisar 24-35hari (28hari).
4) Fase pasca-ovulasi : fase ini adalah antara fase ovulasi dengam menstruasi
berikutnya. Jadi berlangsung dari hari ke 15 hingga hari ke 28. Hormone
yang berperan pada fase ini adalah hormone progestron dan estrogen yang
dihasilkan korpus luteum. Bila, tidak terjadi pembuahan korpus luteum
akan berubah menjadi korpus albikans ‘9badan berwarna putih)yang
kemampuan memproduksi esterogen dan progestron rendah. Akibatnya,
kadar kedua hormone ini di dalam dareah menurun. Keadaaan ini
menyebabkan hipofisis aktif memproduksi FSH dan selanjutnya LH. Fase
menstruasi ini bersambung dengan fase berikutnya, sehiingga terjadi siklus
menstruasi.
2.3.3 Siklus kehamilan.
Pada fase ini hormone-hormone yang bekerja adalah;
1) Esterogen dan progestron hingga kehamilan trimester ke-1 hormone ini di
produksi oleh korpus luteum. Secara berangsur-angsur fungsi korpus luteum
diganti oleh plasenta.
2) Prolaktin, yakni hormone yang merangsang kerja kelenjar susu, sehingga pada
saat diperluka sudah siap berfungsi. Hormone ini juga berfungsi mengatur
metabolisme ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin. Hormone ini di
produksi oleh plasenta.
1 Perkembanagn janin.
Apabila di tuba falopi terjadi pembuahan dan dihasilkan zigot, maka zigot
yang terbentuk ini akan bergerak ke arah rahim untuk menempel pada dinding
rahim. Di rahim zigot akan berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi
janin. Agar dapat tumbuh dan berkambang janin membutuhkan maknan.
Maknan tersebut berasal dari tubuh induk dengan perantara plasenta.
Embrio yang berkembang di dalam rahimdibungkus oleh bermacam-
macam selaput. Selaput itu berfungsi untuk;
a) Melindungi embrio terhadap kekeringan dan goncangan
b) Membantu proses pernapasan dan ereksi dan fungsi-fungsi lainya
selama kehidupan di dalam rahim.
Selaput pembungkus embrio ini terdiri atas amnion, korion, sakus, sikus
vitelinus,dan alantois. Sakus vitelinus (kantong kuning telur) yang terletak anatara
amnion dan plasenta, merupakan tempat pemunculan sel-sel darah dan pembulu-
pembuulu darah yang pertama. Amnion merupakan selaput yang membatasi ruang
amnion dimana terdapat embrio. Dinding amnion menghasilkan getah ketuban yang
berguna untuk menjaga embrio tetap basah dan tahan goncangan. Korion merupakan
selaput yang berada di sebelah luar amnion. Koroin dan alantois akan tumbuh keluar
membentuk jonjot dan akan beberberhubungan dengan dinding rahim. Di dalamnya
terdapat pembulu-pembulu darah yang berhubungan dengan peredaran darah
induknya,dengan perantara plasenta. Alantois terdapat di dalam tali pusat. Jaringan
epitelnya menghilan dan yang menetap pembulu-pembulu darah yang berfungsi untuk
menghubungkan sirkulasi embrio dan plasenta. Plasenta dan embrio dihubungkan
oleh tali pusat. Didalmnya terdapat dua buah pembulu nadi dan sebuah pembulu balik
yang berhubungan dengan pembulu-pembulu darah didalam plasenta. Pengangkutan
sari-sari makanan dan oksigen berlangsung dari pembulu darah induknya melalui
plasenta ke tali pusat selanjutnya ke pembulu darah embrio. Sedangkan, zat sisa
(limba) dan CO2 berlangsung dari pembulu darah embrio ke pusat terus ke plasenta
dan akhirnya kembali di alirkan ke pembulu darah ibu.

2.3.4 Siklus Kelahiran.


Setelah tumbuh didalam rahim lebih kurang selama 40minggu, maka bayi
dalam rahim sudah sempurna dan siap lahir. Hormone yang berperan dalam proses
kelahiran ini adalah ;
1) Hormone relaksian, mempengaruhi peregangan otot pada sinfisis pubis.
2) Hormone esterogen, berperan mengatasi pengaruh hormon progrestron yang
menghambat kontraksi dinding rahim.
3) Hormon protaglaudin, berperan mangatasi pengaruh hormon progrestron.
Hormon ini diproduksi oleh semua sel.
4) Hormon aksitosin, berpengaruh pada kontraksi dinding utera.

2.3.5 Siklus Menopose.


Pada menopouse atau masa klimakterium dalam hidup seorang wanita terjadi
kira-kira umur 45-50tahun. Tetapi juga bisa lebih awal atau lebih kemudian.
Menstruasi berhenti biasanya diiringi gejala-gejala tertentu seperti perubahan
vasomotorik dengan banyak keringat, muka rasa panas. Jaringan buah dada sering
mengkerut,tetapi bila terjadi kencenderungan menjadi gemuk, jaringat tersebut bisa
diganti dengan lemak. Perubahan ke arah senil terjadi di dalam ovarium, yaitu
menjadi kecil dan hormon tidak dibuat lagi.
2.4 Masalah-Masalah Keperawatan Terkait Sistem Reproduksi

1) Gonorhea (kencing nanah)


1 Penyebab: bakteri Neisseria gonorrhoeae, ditularkan melalui hubungan
seksual.
2 Akibat: radang pada organ reproduksi yang menyebabkan kemandulan,
mata, persendian dan selaput otak pada bayi
3 Tanda dan gejala: terdapat nanah pada ujung saluran kencing dan terasa
panas (terbakar) saat buang air kecil
2) Sifilis
1 Penyebab: bakteri Treponema pallidum ditularkan melalui hubungan
seksual
2 Akibat: kerusakan organ reproduksi. Pada stadium lanjut, sifilis
menyerang hati,susunan syaraf dan otak
3) Herpes genital 
1 Penyebab: virus herpes simpleksserotipe 2 ditularkan melalui hubungan
seksual 
2 Akibat: gangguan pada organ reproduksi, kulit dan menyebabkan kanker
rahim
4) Keputihan (fluor albus)
Penyebab: parasit seperti jamur Candida albicans, protozoa Trichomonas
vaginalis, bakteri dan virus. Candida albicans menyukai lingkungan yang
mengandung gula dan hangat, sering ditemukan pada wanita hamil dan penderita
diabetes melitus. Akibat: gangguan pada organ reproduksi wanita

5) Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) 


1 Penyebab: virus HIV (Human Immunodedeficiency Virus)
2 Akibat: hilangnya daya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena virus
ini menyerang sel-sel darah putih
3 Penyebaran: kontak cairan tubuh dengan penderita AIDS. Orang yang
terinfeksi virus HIV akan menderita AIDS setelah 6 bulan atau lebih
tergantung daya tahan tubuh
Masalah kesehatan reproduksi dapat berpengaruh pada kemampuan seseorang
dalam memiliki keturunan. Baik menyebabkan gangguan pada performa seksualnya,
gangguan kesuburan, atau berisiko berkembang menjadi penyakit kronis yang
berbahaya.Untuk memahami lebih lanjut seputar masalah kesehatan reproduksi,
berikut adalah dua pokok bahasan mengenai masalah kesehatan reproduksi wanita
dan pria.
2.4.1 Jenis-jenis masalah kesehatan reproduksi wanita
Ada berbagai jenis masalah kesehatan reproduksi wanita yang bisa terjadi.
Tingkat keparahannya pun beragam, ada yang mudah diobati dan ada pula yang
sampai membahayakan nyawa. Berikut adalah jenis-jenisnya.
1) Disfungsi seksual
Tidak hanya pria, wanita juga dapat mengalami disfungsi seksual. Beberapa
bentuk disfungsi seksual yang bisa dialami wanita, yaitu tidak ada gairah
seksual, rasa sakit saat berhubungan seksual, hubungan seksual yang tidak
memuaskan, dan lain sebagainya.Masalah kesehatan reproduksi wanita ini
dapat disebabkan oleh masalah fisik dan mental. Untuk mengatasi masalah ini,
Anda dapat berkonsultasi dengan ahli profesional.
2) Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang seharusnya melapisi dinding
rahim tumbuh di luar rahim. Misalnya pada ovarium, belakang rahim, dinding
perut, dan lain sebagainya.Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri,
menstruasi berat, hingga bisa memengaruhi kemampuan untuk memiliki anak
alias kesuburan Anda.
3) Kanker
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi yang paling ditakuti.
Penyakit ini dapat tumbuh di area reproduksi dan bermacam-macam
bentuknya.Kanker yang paling sering terjadi pada area reproduksi wanita
adalah kanker serviks (mulut rahim). Selain itu ada juga kanker ovarium,
kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva.
4) Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
PCOS adalah masalah kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon akibat kelebihan hormon pria yang memengaruhi
kemampuan seorang wanita dalam berovulasi.Kondisi ini biasanya ditandai
dengan tumbuhnya kista ovarium, sakit panggul, rambut tubuh yang tumbuh
secara berlebihan, serta ketidaksuburan.
5) Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi dan
kesuburan adalah menopause dini dan primary ovarian
insufficiency (POI). Menopause dini ataupun POI umumnya terjadi pada wanita
yang berusia di bawah 40 tahun.Pada kasus menopause dini, siklus menstruasi
akan berhenti secara permanen. Sementara pada POI, haid masih bisa terjadi,
hanya saja tidak teratur dan mungkin berhenti selama berbulan-bulan.
6) Fibroid rahim
Fibroid rahim adalah masalah kesehatan reproduksi berupa pertumbuhan sel
otot dan jaringan di dalam rahim. Tumor ini bersifat jinak dan mungkin
sebagian wanita tidak mengalami gejala apa pun.Akan tetapi, fibroid rahim juga
dapat memengaruhi kesuburan dan meningkatkan berbagai risiko komplikasi
kehamilan yang berbahaya, seperti keguguran atau persalinan prematur.  

2.4.2 Jenis-jenis masalah kesehatan reproduksi pria


Sama seperti wanita, pria juga memiliki sejumlah masalah kesehatan reproduksi
yang spesifik bagi mereka. Berbagai bentuk masalah keseharan reproduksi pria
adalah:

1) Masalah kesuburan
Salah satu masalah kesehatan reproduksi pria yang dapat mengganggu
kesuburan adalah jumlah sperma yang tidak memadai.Kondisi ini bisa
disebabkan oleh gangguan hormon, masalah pada testis (baik karena cedera
atau kelainan bawaan), akibat pengobatan kanker, gangguan autoimun yang
menyerang sel sperma, efek samping obat-obatan, hingga adanya gangguan
struktural dan masalah kromosom atau genetik.

2) Disfungsi seksual
Salah satu jenis masalah kesehatan reproduksi pria yang paling umum adalah
disfungsi seksual. Bentuk-bentuk disfungsi seksual yang dapat terjadi pada pria,
yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini, ejakulasi tertunda atau terhambat, hingga
libido rendah.

4) Kanker
Ada dua jenis kanker yang termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi pria.
Kedua jenis kanker ini adalah kanker prostat dan kanker testis.Seiring
bertambahnya usia, risiko Anda mengalami kanker prostat semakin tinggi.
Selain itu, riwayat kanker dalam keluarga juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker prostat dan kanker testis.

5) Gangguan prostat
Gangguan prostat termasuk salah satu masalah kesehatan reproduksi pria,
khususnya bagi Anda yang telah lanjut usia. Sejumlah masalah yang biasanya
menyerang kelenjar prostat adalah pembesaran prostat, peradangan prostat, dan
kanker prostat.

6) Gangguan testis
Berikut adalah beberapa masalah kesehatan reproduksi pria yang berkaitan
dengan kondisi testis:
1 Testis tidak turun atau undesensus testis, yaitu masalah kesehatan reproduksi
bawaan lahir yang ditandai dengan testis tidak turun ke skrotum. Kondisi
ini sebaiknya ditangani sebelum bayi berusia 1 tahun. Jika dibiarkan testis
dapat mengalami kerusakan, menyebabkan kemandulan, serta berisiko
mengembangkan kanker testis.
2 Varikokel, yakni kondisi saat pembuluh vena di sekitar testis mengalami
pelebaran.
3 Hidrokel, yakni kondisi terjadinya penumpukan cairan di sekitar testis yang
bisa berbahaya.

Selain gangguan masalah kesehatan reproduksi secara spesifik bagi kedua jenis
kelamin, ada juga beberapa masalah gangguan reproduksi yang dapat terjadi pada
pria dan wanita. Hal ini biasanya berkaitan dengan penyakit tertentu, seperti
HIV/AIDS atau penyakit menular seksual.Apabila berbagai kondisi di atas tidak
segera ditangani, Anda dapat mengalami gangguan fungsi organ reproduksi. Kondisi
ini berimbas pada berkurangnya kesuburan dan menurunnya kemungkinan memiliki
keturunan. Untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi, diperlukan perawatan
yang disesuaikan dengan jenis gangguan yang dialami.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anatomi sistem reproduksi wanita terbagi menjadi 2 bagian yaitu ; Organ-
organ eksternal,berfungsi kopulasi,terdiri dari: Vulva,mons pubis,labia mayora, labia
minora,clitoris,vestibulum,introitus/orificium vagina,vagina,prineum. Organ-organ
interna berfungsi untuk ovulasi,fertilisasi ovum,transpoertasi
blastocyst,implantasi,pertumbuhan fetus,dan kelahiran terdiri dari: Uterus , servik
uteri, corpus uteri, ligamentum penyangga uterus. Cara oragan reproduksi sangat
menakjubkan. Sel benih testis pada orang laki-laki, maupun sel benih ovarium pada
perempuan tampak pada awal kehidupan janin. Kejadian, bagaimana sel  reproduksi
ini digerakkan ke daerah tempat yang telah ditentukan, yaitu ovarium dan testis,
merupakan suatu rahasia agung dan indah :
1) Pada osteoporosis terjadi perubahan mikro arsitektur tulang yang menyebabkan
kerapuhan tulang.
2) Faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan kadar
estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen
yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur
3) Penyusutan kepadatan tulang mulai terjadi berangsur-angsur sejak perempuan
berusia 30-40 tahun dan osteoporosis mulai dapat dijumpai kurang lebih 5-10
tahun setelah menopaouse.
4) Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan dan terapi obat-obatan

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal tersebut terjadi karena penulis
masih dalam tahap pembelajaran sehingga diharapkan untuk kritik dan saran dari Ibu
Greace untuk dapat membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohartono slamet, 1999 Sains Biologi-2b Jakarta Bumi Aksara.


Pearce Evelyn,2008 Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis jakarta PT.Gramedia.
Prawirohardjo Sarwono, 2012 Ilmu Kebidanan Jakarta PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo Sarwono, 2012 Ilmu Kandungan  Jakarta PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .
Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI , 2006.
Lane NE. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2003.
Broto R. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis
http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_kesihatan/osteoporosis.( di akses tanggal
21 oktober 2006)
http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.( diakses tanggal 21 oktober 2006)

Anda mungkin juga menyukai