Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BIOMEDIK ANATOMI FISIOLOGI SISTEM

REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

Di susun Oleh:

NABILA M.23.02.0866

NABILATUL ZAHRA M.23.02.084

ZYAHRA ZAKIYAH M.23.02.061

GLADYS N.P M.23.02.066

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa


ta'ala karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu, dalam menyelesaikan
makalah dengan judul “Biomedik Anatomi fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan
Wanita”
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu (nama dosen).
Selaku dosen mata kuliah (matkul) yang telah memberikan tugas ini kepada

kami. Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan kami, kami sadar bahwa

makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat kami

harapkan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan untuk para pembaca. Kami juga berharap semoga dengan makalah

ini kita dapat mengambil pelajaran dan memperbaiki apa yang bisa diperbaiki

demi kemaslahatan bersama.

Nama kota, 03 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan Penelian.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

2.1 Organ sistem reproduksi pria dan wanita..............................................3

2.1.1 Struktur dan fungsi organ reproduksi pada pria.............................3

2.1.2 Struktur dan fungsi organ reproduksi pada wanita.........................5

2.2 Proses Pembentukan Sperma dan Sel telur............................................8

2.2.1 Proses Spermatogenesis.................................................................8

2.2.2 Proses Oogenesis..........................................................................11

2.3 Peran Hormon Dalam Sistem Reproduksi Pria dan Wanita................12

2.4 Faktor-Faktor Yang Dapat Memengaruhi Kesuburan Pada Pria dan


Wanita 15

2.4.1 Faktor kesuburan pada pria..........................................................15

2.4.2 Faktor kesuburan pada wanita......................................................18

2.5 Cara menjaga kesehatan sistem reproduksi pada pria dan wanita.......19

BAB III PENUTUP..........................................................................................22


3.1 Kesimpulan..........................................................................................22

3.2 Saran....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sistem Reproduksi Pria............................................................................3


Gambar 2. 2 Sistem Reproduksi Wanita.......................................................................5
Gambar 2.3 Tampilan Laser Untuk Menunjukkan Proses Spermatogenesis; Bentuk 1
Fase Spermatogonium (a); Bentuk 2 Fase Spermatosit Primer (b); Bentuk 3 Fase
Spermatosit Sekunder (c); Bentuk 4 Fase Spermatid (d); Bentuk 5 Fase Spermatid (e) dan
Bentuk 6 Fase Spermatoz...................................................................................................8
Gambar 2. 4 Keterangan Tampilan Media LMOS setelah Digunakan..........................9
Gambar 2. 5 Tampilan Laser untuk Menunjukkan Proses Oogenesis; Bentuk 1 Fase
Oogonium (a); Bentuk 2 Fase Oosit Primer (b); Bentuk 3 Fase Oosit Sekunder dan Badan
Polar (c); Bentuk 4 Fase Badan Polar Membentuk 2 Badan Polar (d); dan Bentuk 5 Fase
Oosit Sekunder Membentuk 1 Badan Polar dan 1 Ovum (e)............................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang
pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma)
dan hormon testosteron. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah
mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu
estrogen.
Begitu pentingnya masalah seksualitas dalam kehidupan
manusia sehingga ada pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa
semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan didorong
oleh seks. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti
lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan
tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan
kehidupan psikoseksualnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi pria
dan wanita?
2. Bagaimana proses pembentukan sperma dan sel telur?
3. Apa peran hormon dalam sistem reproduksi pria dan wanita?
4. Apa saja faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuburan pada
pria dan wanita?
5. Bagaimana cara menjaga kesehatan sistem reproduksi pada pria
dan wanita?
1.3 Tujuan Penelian
1 Mengetahui organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi
pria dan wanita.
2 Memahami proses-proses fisiologis yang terjadi dalam sistem
reproduksi pria dan wanita, seperti pembentukan sperma dan sel
telur.
3 Mengetahui peran hormon dalam sistem reproduksi pria dan
wanita.
4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi
kesuburan pada pria dan wanita.
5 Mengetahui cara menjaga kesehatan sistem reproduksi pada pria
dan wanita.
BAB II
PEMBAHASAN

1.4 Organ sistem reproduksi pria dan wanita


Baik pria maupun wanita memiliki organ reproduksi yang terdiri
dari dua bagian berdasarkan letaknya, yaitu alat kelamin luar dan
dalam.
2.1.1 Struktur dan fungsi organ reproduksi pada pria
Organ reproduksi pria berfungsi untuk menghasilkan
sperma (gametogenesis) dan menyalurkan sperma ke wanita.

Gambar 2. 1 Sistem Reproduksi Pria


1) Alat Kelamin Luar
a) Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina
wanita saat kopulasi (persetubuhan).
b) Uretra adalah saluran yang mengantarkan urin dan
sperma.
c) Skrotum (zakar) merupakan suatu kantong kulit yang
membungkus testis dan epididimis.
2) Alat Kelamin Dalam
a) Testis
Testis pada pria berjumlah sepasang,
berbentuk oval, dan terletak di skrotum. Di dalam
testis terjadi proses pembuatan sel kelamin jantan
dan hormon kelamin. Pada testis terdapat pembuluh
halus (vas seminiferus) yang mengandung calon
sperma pada bagian dindingnya. Diantara vas
seminiferus terdapat sel bernama sel interstitial yang
berfungsi menghasilkan hormon kelamin, misalnya
testosteron. Selain itu, terdapat sel besar, sel Sertoli
yang berguna untuk memberikan makanan bagi
sperma.
b) Epididimis
Epididimis merupakan saluran reproduksi
yang berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
Selain itu, epididimis dibentuk oleh saluran
berlekuk-lekuk yang tidak teratur dan juga menjadi
tempat penyimpanan sperma sementara. Saluran
yang menghubungkan antara epididimis dan testis
disebut duktus eferen testis.
c) Vas deferens
Saluran ini merupakan lanjutan dari
epididimis. Fungsinya adalah mengangkut sperma
menuju vesikula seminalis (kantong sperma). Vas
deferens dan saluran dari kelenjar kantong sperma
akan bersatu membentuk duktus ejakulatorius yang
akhirnya bermuara di uretra.
d) Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh
seorang pria adalah vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
 Vesikula seminalis: sepasang kelenjar yang
berfungsi menghasilkan 50-60% dari volume
total cairan semen yang berwarna jernih dan
kental. Komponen terpenting didalamnya
adalah fruktosa dan prostaglandin.
 Kelenjar prostat: kelenjar kelamin terbesar pada
pria yang menyumbang 15% dari volume total
cairan semen dengan komponen pentingnya
adalah asam fosfatase, seng, sitrat, dan protease.
Kandungan tersebut membuat cairan semen
menjadi lebih encer.
 Kelenjar bulbouretral (Cowper): sepasang
kelenjar kecil yang mengeluarkan cairan
sebelum penis mengeluarkan sperma dan
semen.

2.1.2 Struktur dan fungsi organ reproduksi pada wanita

Gambar 2. 2 Sistem Reproduksi Wanita


1) Alat Kelamin Luar
a) Labia mayora (bibir besar), yaitu struktur terbesar
alat kelamin luar perempuan yang tebal dan
berlapiskan lemak. Labia mayora ini mengelilingi
organ pada alat kelamin luar lainnya dan berakhir
menjadi mons pubis.
b) Labia minora (bibir kecil) ialah lipatan kulit yang
halus dan tidak memiliki lapisan lemak.
c) Mons veneris adalah tonjolan lemak yang besar
sebagai pertemuan antara sepasang labia mayora.
d) Klitoris, disebut juga kelentit. Klitoris berupa tonjolan
kecil dan memanjang serta homolog dengan penis
pada pria. Sebagian besar tersembunyi di antara kedua
labia minora.
e) Orificium urethrae adalah muara dari saluran kencing
yang terleak di bawah klitoris.
f) Himen sering disebut sebagai selaput dara.
g) Kelenjar reproduksi
Sama halnya seperti pria, wanita juga memiliki
beberapa kelenjar reproduksi, di antaranya adalah
kelenjar vestibulari mayor dan minor serta parauretralis.

2) Alat Kelamin Dalam


a) Ovarium, disebut indung telur.
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk
oval yang terletak di rongga perut. Ovarium
memiliki struktur berbentuk bulatan-bulatan yang
disebut folikel. Tiap folikel mengandung sel telur
(oosit) yang berada pada lapisan tepi ovarium.
Fungsinya adalah memproduksi telur matang untuk
pembuahan dan produksi hormon steroid dalam
jumlah besar.
b) Oviduk (Tuba Fallopi)
Oviduk merupakan saluran penghubung
antara ovarium dan rahim (uterus). Di ujungnya
terdapat fimbria yang menyerupai jari-jari untuk
menangkap telur yang matang. Oviduk ini berfungsi
untuk membawa sperma dan telur ke tempat
terjadinya pembuahan, yaitu ampula tuba.
c) Rahim (Uterus)
Rahim pada wanita hanya ada satu dan
tersusun atas otot yang tebal. Rahim bagian bawah
memiliki ukuran yang lebih kecil dan biasa disebut
sebagai leher rahim (cervix). Bagian yang besar dari
uterus disebut dengan corpus uteri. Terdapat tiga
lapsan utama uterus, yaitu perimetrium,
miometrium, dan endometrium. Endometrium
merupakan lapisan yang akan mengalami penebalan
dan pengelupasan apabila tidak ada pembuahan.
Fungsi utamanya adalah tempat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan janin.
d) Vagina
Vagina merupakan alat kelamin wanita yang
menghubungkan alat kelamin luar dengan rahim.
Vagina terdiri atas otot yang membujur ke arah
belakang. Dinding vagina banyak memiliki lipatan
meskipun lebih tipis dari rahim. Selain itu, lendir
yang dihasilkan dari dindingnya berfungsi
mempermudah persalinan. Fungsi vagina adalah 16
menahan penis saat berhubungan seksual dan
menyimpan semen sementara.
1.5 Proses Pembentukan Sperma dan Sel telur
Penyampaian materi mengenai proses pembentukan sel telur
(oogenesis) dan sel sperma (spermatogenesis) lebih tepat
menggunakan media animasi dan mind map atau peta konsep. Dari
kedua media tersebut peneliti menggabungkannya menjadi media 2D
LMOS. Media ini menggunakan laser untuk menghasilkan gambar
animasi 2 dimensi. Tahapan-tahapan dari proses oogenesis dan
spermatogenesis ditampilkan dari penutup ujung sinar laser tersebut
yang terdiri dari 5 penutup untuk proses oogenesis dan 6 penutup
untuk proses spermatogenesis. Setiap tahapan mempunyai bentuk dan
struktur penutup yang berbeda karena untuk menunjukkan proses-
proses oogenesis dan spermatogenesis
2.1.3 Proses Spermatogenesis
Proses spermatogenesis ialah proses pembentukan
sperma yang terjadi di testis organ kelamin laki-laki. Berikut
hasil tampilan dari media LMOS pada proses spermatogenesis.
Gambar 2.3 Tampilan Laser Untuk Menunjukkan
Proses Spermatogenesis; Bentuk 1 Fase
Spermatogonium (a); Bentuk 2 Fase Spermatosit
Primer (b); Bentuk 3 Fase Spermatosit Sekunder (c);
Bentuk 4 Fase Spermatid (d); Bentuk 5 Fase
Spermatid (e) dan Bentuk 6 Fase Spermatoz
Proses spermatogenesis mengalami dua proses yaitu
spermatogenesis tahap awal dari spermatogonium menjadi
spermatid. Tahap kedua disebut spermiogenesis yaitu dari
spermatid menjadi spermatozoa dewasa (mengalami proses
metamorfosa) Proses spermatogenesis pada gambar 3 dimulai
dari gambar sebelah kiri ke sebelah kanan. Proses
spermatogenesis dimulai dari pembelahan mitosis
spermatogonium diploid (2n) menjadi spermatosit primer
haploid (n) (gambar 3a, 3b). Spermatosit primer selanjutnya
mengalami proses pembelahan meiosis 1 menghasilkan 2
spermatosit sekunder (n) (gambar 3c) dan spermatosit
sekunder mengalami pembelahan meiosis 2 menghasilkan 4
spermatid (gambar 3d, 3e). Tahapan terakhir pada proses
spermatogenesis (spermiogenesis) ialah proses diferensiasinya
spermatid menjadi spermatozoa (n). Hasil akhir dari proses
spermatogenesis ialah 1 spermatogonium menghasilkan 4

spermatozoa yang haploid (n).


Gambar 2. 4 Keterangan Tampilan Media LMOS setelah Digunakan
Selain untuk proses oogenesis dan spermatogenesis,
media laser ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan
organ-organ sistem reproduksi pada manusia atau proses
mitosis dan meiosis dengan menambahkan variasi bentuk di
penutup badan sinar laser tersebut sehingga bentuk yang
dihasilkan itu dapat menampilkan struktur atau tahapan proses
tersebut. Pengembangan media ini sangat luas misalnya
penayangan media dua dimensi dapat dipasang pada android;
baterai yang digunakan dapat diganti dengan yang lebih tahan
lama atau rechargeable; dan penutup badan laser dapat dibuat
permanen dengan sistem putar pada bagian atas lampu atau
sumber sinar laser tersebut; serta variasi warna dapat menjadi
ketertarikan tersendiri dalam menunjukkan konsep materi
pembelajaran. Kelemahan dari media LMOS ini ialah gambar
yang dihasilkan akan terlihat kecil dan tulisan tidak terlalu
jelas jika didekatkan dengan permukaan yang dekat.
Permukaan yang digunakan harus datar dan monokrom atau
satu warna serta tidak ada corak dan tidak menutupi atau sama
dengan warna dari sinar laser yang dipancarkan, misalnya
dinding atau tembok bangunan yang lebih gelap dari sinar
laser. Dengan demikian, harus dibuat ukuran diameter
lingkaran yang besar bagian penutup ujung sinar laser dan
ditampilkan pada permukaan yang datar. Kelemahan lainnya
ialah baterai yang mungkin akan cepat habis jika terus menerus
dipakai. Akan tetapi, jika media ini digunakan untuk proses
kegiatan belajar mengajar siswa saja maka bisa saja alat ini
digunakan cukup lama. Hal yang harus diperhatikan ialah
adanya pengkaratan pada baterai jika terlalu lama tidak dipakai
atau di tempatkan pada tempat yang salah karena jenis baterai
yang digunakan ialah nonrechargeable atau satu kali pakai.
Hilangnya penutup sinar laser dapat menjadi kekurangan dari
media ini karena ukurannya yang cukup kecil sehingga
perlunya dibuat tempat khusus untuk alat ini, misalnya box
atau kantong lainnya.

2.1.4 Proses Oogenesis


Proses oogenesis ialah proses pembentukan sel telur
atau ovum yang terjadi di ovarium organ kelamin perempuan.
Berikut hasil tampilan dari media LMOS pada proses
oogenesis.

Gambar 2. 5 Tampilan Laser untuk Menunjukkan Proses


Oogenesis; Bentuk 1 Fase Oogonium (a); Bentuk 2 Fase Oosit
Primer (b); Bentuk 3 Fase Oosit Sekunder dan Badan Polar (c);
Bentuk 4 Fase Badan Polar Membentuk 2 Badan Polar (d); dan
Bentuk 5 Fase Oosit Sekunder Membentuk 1 Badan Polar dan 1
Ovum (e)
Proses oogenesis dari gambar di atas dimulai dari
sebelah kiri ke sebelah kanan. Proses awal oogenesis yaitu dari
oogonium sebagai induk atau bakal telur dari sel telur (gambar
2a). Oogonium akan mengalami proses pembelahan secara
mitosis menjadi oosit primer diploid (2n) (gambar 2b). Proses
selanjutnya yaitu oosit primer mengalami pembelahan meiosis
1 menghasilkan 1 badan polar haploid (n) yang berukuran kecil
dan 1 oosit sekunder (n) yang berukuran lebih besar (gambar
2c). Pembelahan meiosis 2 terjadi pada tahap selanjutnya yaitu
digambarkan pada gambar (2d) untuk pembelahan meiosis
badan polar (n) yang menghasilkan 2 badan polar (n) dan
gambar (2e) pembelahan meiosis 2 pada oosit sekunder (n)
menghasilkan 1 badan polar (n) dan 1 sel telur (ovum). Hasil
akhir dari proses oogenesis yaitu menghasilkan 3 badan polar
yang nantinya akan mengalami degradasi dan 1 sel telur
(ovum) yang nantinya siap dibuahi
1.6 Peran Hormon Dalam Sistem Reproduksi Pria dan Wanita
Hormon reproduksi adalah zat kimia yang membantu
menjalankan fungsi pada sistem reproduksi. Hormon reproduksi
memiliki peranan penting dalam proses kerja organ seksual hingga
memiliki peranan dalam proses pembuahan.
Terdapat beberapa jenis hormon reproduksi yang dimiliki pria
dan wanita. Hormon-hormon tersebut memiliki peranan penting dalam
sistem reproduksi.
1 Hormon testosterone
Hormon testosterone merupakan salah satu hormon
reproduksi pria yang diproduksi di testis. Meski disebut sebagai
hormon laki-laki namun wanita juga memilikinya meski dalam
jumlah yang sedikit. Hormon testosterone memiliki peranan
penting dalam proses produksi sperma, mengendalikan gairah
seksual, hingga kepadatan tulang hingga massa otot.
Sedangkan fungsi hormon testosterone pada wanita
dapat menjaga kekuatan tulang, berperan dalam gairah seksual,
mengontrol suasana hati, hingga dapat meringankan nyeri.
2 Hormon estrogen
Hormon estrogen adalah salah satu hormon reproduksi
wanita yang diproduksi di indung telur (ovarium). Hormon
estrogen memiliki peranan yang penting dalam perubahan fisik
ketika seorang remaja memasuki masa pubertas. Mulai dari
pertumbuhan payudara hingga siklus menstruasi.
Pada saat seorang wanita hamil, hormon ini juga
diproduksi oleh plasenta untuk membantu menjaga kesehatan
ibu hamil. Selain itu, hormon ini memiliki peranan dalam
mengatur proses metabolisme, di antaranya pertumbuhan tulang
dan kadar kolesterol.
Meski begitu, pria juga memiliki hormon ini walaupun
jumlahnya lebih sedikit. Hormon estrogen pada pria berperan
dalam kesehatan sperma.
3 Hormon progesterone
Hormon progesteron adalah salah satu hormon
reproduksi wanita. Hormon ini diproduksi kelenjar adrenal dan
ovarium. Hormon progesteron memiliki peran penting dalam
proses kehamilan. Dalam hal ini, hormon progesteron akan
mempersiapkan dinding rahim (endometrium) untuk
mengembangkan sel telur yang telah dibuahi oleh sperma.
Selain itu, hormon ini juga dapat membantu melancarkan
pemberian nutrisi ke janin melalui pembuluh darah. Pada saat
proses kehamilan, hormon progesteron akan mendorong kelenjar
untuk memproduksi ASI.
4 Luteinizing Hormone (LH)
Luteinizing hormone (LH) merupakan hormon
reproduksi yang dimiliki pada pria dan wanita. Hormon LH
adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis. Hormon
ini memiliki peran penting pada organ reproduksi yakni ovarium
pada wanita dan testis pada pria.
Pada wanita luteinizing hormone (LH) akan berperan
untuk memicu pelepasan sel telur dari ovarium dan mengontrol
siklus menstruasi. Sedangkan pada pria, hormon ini akan
merangsang produksinya testosterone yang dapat memengaruhi
tingkat produksi sperma pada pria.
5 Follicle Stimulating Hormone
Follicle stimulating hormone (FSH) merupakan hormon
yang dimiliki pria dan wanita. Hormon ini diproduksi oleh
kelenjar hipofisis di otak. Sama seperti hormon reproduksi
lainnya, hormon ini memiliki peranan penting pada sistem kerja
organ reproduksi.
Fungsi FSH pada wanita berperan dalam proses ovulasi
dan membantu mengatur siklus menstruasi. Hormon ini akan
memengaruhi perubahan fisik pada saat remaja memasuki masa
pubertas. Hormon FSH berperan terhadap proses pembentukan
sel telur di ovarium.
Sementara pada pria, hormon FSH memiliki peranan
dalam produksi sperma. Hormon ini dibutuhkan sel Sertoli di
dalam testis untuk memproduksi protein pengikat androgen
untuk membentuk sperma yang sehat.
6 Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
Hormon ini memiliki peran penting dalam kesuburan
pria dan wanita. Hormon GnRH diproduksi di bagian otak yang
bernama hipotalamus. Kadar hormon ini akan meningkat saat
seseorang memasuki masa pubertas.
Hormon GnRH akan memicu pelepasan hormon dari
kelenjar pituitary, yakni hormon FSH dan LH. Keduanya
merupakan hormon yang mengontrol produksi sel telur pada
wanita dan produksi sperma pada pria.
7 Anti-Mullerian Hormone (AMH)
Anti-Mullerian Hormone (AMH) juga salah satu hormon
yang diproduksi oleh organ reproduksi baik pada pria dan
wanita. Pada wanita, hormon ini menggambarkan jumlah sel
telur yang tersisa di dalam ovarium wanita.
Kadar AMH di dalam darah berangsur menurun seiring
bertambahnya usia dan tidak akan lagi terdeteksi pada saat
menopause. Menurut dr. Thomas Chayadi, Sp.OG, dokter
spesialis obstetri dan ginekologi dari Bocah Indonesia,
menyatakan jika kadar AMH yang normal tidak memiliki nilai
pasti namun sesuai dengan usia.
“Kadar AMH yang normal itu sesuai dengan usia. Jadi,
nggak ada nilai pasti, yang pasti berhubungannya dengan usia,”
ujar dr. Thomas Chayadi, Sp.OG.
Ia pun menambahkan jika seorang wanita dengan kadar
AMH yang tinggi dapat menyebabkan masalah sindrom ovarium
polikistik atau yang dikenal dengan PCOS. PCOS sendiri
merupakan salah satu penyebab tersering pasangan suami istri
sulit mendapatkan keturunan.
“Biasanya (kadar) AMH di atas 6 dijumpai pada pasien-
pasien dengan PCOS atau polycystic ovarian syndrome. Faktor-
faktor yang bisa memengaruhi AMH salah satunya pada pasien
PCOS. Kalau misalnya usianya 35 tahun ke bawah tapi AMH
1,5 itu biasanya kita masuk dalam golongan rendah,” lanjutnya.
1.7 Faktor-Faktor Yang Dapat Memengaruhi Kesuburan Pada Pria
dan Wanita
2.1.5 Faktor kesuburan pada pria
Infertilitas, yaitu ketidakmampuan untuk hamil
meskipun melakukan hubungan seksual minimal setiap
tahun secara teratur tanpa menggunakan alat
kontrasepsi apa pun, mempengaruhi semakin banyak
masyarakat.
Diperkirakan di seluruh dunia, sebanyak 15%
pasangan, yaitu sekitar 70 juta pasangan usia subur,
mengalami masalah dalam hamil, dengan sekitar
separuh kasus terkait dengan infertilitas
pria. Dilaporkan bahwa sekitar 35% kasus infertilitas
hanya melibatkan perempuan, 20% melibatkan
perempuan dan laki-laki, 30% melibatkan masalah
hanya pada pihak laki-laki, dan 15% kasus infertilitas
masih belum dapat dijelaskan.
Ada beberapa ciri khas infertilitas pria, seperti
oligospermia, yaitu rendahnya konsentrasi sperma
dalam air mani; asthenozoospermia, yaitu kurangnya
motilitas atau penurunan motilitas spermatozoa; dan
teratozoospermia, yaitu jumlah spermatozoa berstruktur
normal yang tidak mencukupi.Leaver menunjukkan
bahwa kelainan ini merupakan lebih dari 90%
penyebab infertilitas pria. Menurut meta-analisis
ekstensif yang mencakup 185 penelitian, termasuk
lebih dari 40.000 pria dari negara maju, jumlah
spermatozoa, yaitu faktor utama yang menentukan
kualitas air mani, menurun sebesar 50%–60% selama
periode 1973–2011. Menurut penelitian yang dilakukan
di Polandia terhadap 169 pria muda dan sehat dengan
status kesuburan yang tidak diketahui dari wilayah
Silesia Bawah, rata-rata dan median dari tujuh
parameter yang menentukan kualitas sperma berada
dalam batas standar WHO pada tahun 2010. Namun,
sperma kelangsungan hidup mendekati batas bawah
normal, sedangkan persentase rata-rata struktur sperma
abnormal mencapai 85%. Hampir 9% dari kasus yang
diteliti memiliki satu, dua, atau tiga parameter di luar
batas standar.
Faktor lingkungan yang secara signifikan
mempengaruhi kesuburan pria antara lain merokok dan
ganja, penggunaan steroid anabolik, konsumsi alkohol
berlebihan, stres emosional, paparan suhu tinggi yang
berlebihan, usia, pakaian ketat, polusi lingkungan, gaya
hidup yang tidak banyak bergerak, paparan pestisida
dan racun, radiasi elektromagnetik frekuensi radio. ,
serta obat sitotoksik, kadmium, dan timbal. Penting
untuk diingat bahwa beberapa faktor seperti usia,
pencemaran lingkungan, atau radiasi tidak dapat
dihindari. Namun, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan antioksidan, seperti resveratrol,
dapat menjadi alternatif.
Selain itu, data penelitian terbaru menunjukkan
fakta bahwa pola makan juga berhubungan langsung
dengan kualitas air mani dan gaya hidup secara
keseluruhan memainkan peran penting dalam menjaga
fungsi reproduksi yang baik.
Diet hiperkalori yang tidak sehat, asupan lemak
jenuh dan asam lemak trans yang berlebihan, indeks
glikemik tinggi, dan kepadatan nutrisi yang rendah
mungkin berhubungan langsung dengan peningkatan
stres oksidatif, yang merupakan penyebab utama
obesitas, disbiosis usus, diabetes tipe 2, dan insulin.
Resistensi. Gangguan metabolisme yang disebutkan di
atas berhubungan dengan penurunan kesuburan
terutama karena timbulnya stres oksidatif, yang
dianggap sebagai salah satu faktor utama yang
menyebabkan penurunan kualitas sperma dan risiko
infertilitas yang lebih tinggi, serta gangguan hormonal
dan imunologis. Dengan demikian, peningkatan
jaringan adiposa putih menyebabkan peningkatan
produksi sitokin pro-inflamasi dan spesies oksigen
reaktif, serta aktivitas aromatase yang bertanggung
jawab untuk konversi testosteron menjadi estradiol. Di
sisi lain, pria gemuk dengan diabetes tipe 2 dan
resistensi insulin lebih mungkin mengalami
hipogonadisme sekunder dan kadar protein pengikat
hormon seks (SHBG) yang lebih rendah. Selain itu,
hiperglikemia berdampak negatif pada motilitas sperma
dan proses pembuahan .
Oleh karena itu, intervensi nutrisi tampaknya
menjadi elemen yang sangat penting dalam pengobatan
infertilitas pria terkait dengan parameter sperma yang
tidak normal.
2.1.6 Faktor kesuburan pada wanita
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi
oleh proses-proses fisiologis dan anatomis. Proses
fisiologis berasal dari sekresi internal yang
mempengaruhi kesuburan. Kesuburan wanita itu
merupakan satu unit psikosomatis yang selalu
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan
faktor organis atau fisis. Peningkatan kadar prolaktin
dan kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat
dengan masalah psikis. Kecemasan dan ketegangan
cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan
murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar
prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran
LH dan menekan hormon gonadotropin yang
mempengaruhi terjadinya ovulasi. Talaziz (2008)
berpendapat bahwa stress pada wanita dapat
mempengaruhi komunikasi antara otak, hipofisis, dan
ovarium hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan karena secara tidak langsung stres yang
dialami wanita dapat berdampak pada organ
reproduksinya dan hal ini telah dibuktikan dengan
adanya besaran risiko yang ditimbulkan akibat dari
tingkat stres yang tinggi pada wanita. Selain itu, tingkat
stres yang tinggi pada wanita juga dapat memicu
pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi. Stress mempengaruhi
maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Saat
stress terjadi perubahan suatu neurokimia di dalam
tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pelepasan sel
telur.
1.8 Cara menjaga kesehatan sistem reproduksi pada pria dan wanita
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya.

Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan kondisi kesehatan


yang menyangkut masalah kesehatan organ reproduksi, yang
kesiapannya dimulai sejak usia remaja ditandai oleh haid pertama kali
pada remaja perempuan atau mimpi basah bagi remaja laki-laki.
Sistem reproduksi sendiri diperlukan bagi makhluk hidup untuk
menghasilkan, melindungi, serta mengangkut sel telur dan sperma.

Perempuan dan laki-laki memiliki sistem reproduksi yang


berbeda, baik dari segi bentuk, fungsi, maupun struktur yang
mendukungnya.
Organ dari sistem reproduksi wanita meliputi vagina, rahim
(uterus), ovarium, tuba falopi, dan vulva. Sementara sistem reproduksi
pria terdiri dari penis, testis, dan skrotum (buah zakar).

Cara menjaga organ reproduksi, diantaranya:

1. Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak


berbau atau lembab.
2. Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah
menyerap keringat.
3. Pakaian dalam (CD) diganti minimal 2 kali sehari.
4. Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan
tidak lembap.
5. Bagi wanita, hindari menggunakan sabun wangi, sabun
sirih, deodoran, bedak, dan vaginal douche karena dapat
menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.
6. Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat
kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju
belakang agar kuman yang terdapat pada anus tidak masuk
ke dalam organ reproduksi.
7. Bagi wanita yang mulai memasuki masa menstruasi
sebaiknya memperhatikan kebersihan alat reproduksi saat
menstruasi.
Cara menjaga kebersihan saat menstruasi dapat dilakukan
dengan:

 Pilihlah pembalut yang bebas dari berbagai jenis bahan


berbahaya dan nyaman saat dipakai.
 Ganti pembalut secara berkala, antara 3 hingga 5 kali
dalam sehari
 Bersihkan vagina terlebih dahulu sebelum mengganti
pembalut. (Membersihkan vagina sebainya dilakukan
dengan air mengalir dan sebaiknya hindari penggunaan
sabun).
 Cuci tangan sampai bersih setelah membuang pembalut
serta sebelum mengganti pembalut.
 Rutin mengganti celana dalam (CD) untuk menghindari
resiko tidak nyaman di sekitar vagina.

Bagi wanita yang sering mengalami nyeri saat menstruasi,


mengompres perut bagian bawah dengan air hangat, melakukan
olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup mampu membantu
mengurangi rasa nyeri. Akan tetapi, bila nyeri terjadi hingga berhari-
hari dan menggangu aktivitas, sebaiknya hubungi dokter untuk
mengonsultasikannya.

Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar


mencegah terjadinya infeksi bakteri di penis.

Perubahan fisik, psikis, dan emosi remaja pada masa


pubertas dapat membuat remaja lebih ekspresif dalam mengeksplorasi
organ kelamin dan perilaku seksualnya. Sementara itu, pengetahuan
dan persepsi yang salah tentang seksualitas dankesehatan
reproduksi dapat menyebabkan remaja berperilaku berisiko terhadap
kesehatan reproduksinya. Oleh karena itu, peran orang tua, guru dan
tenaga kesehatan menjadi penting dalam mendampingi
remaja mencari dan menemukan informasi kesehatan reproduksi yang
tepat.
BAB III
PENUTUP

1.9 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sistem reproduksi pria dan wanita memiliki
perbedaan dalam struktur, fungsi, dan proses reproduksinya. Sistem
reproduksi pria terdiri dari testis, epididimis, saluran deferens,
kelenjar prostat, kelenjar seminal vesikula, dan penis. Sementara itu,
sistem reproduksi wanita terdiri dari ovarium, tuba falopi, uterus,
vagina, dan vulva.
Hormon reproduksi memiliki peranan penting dalam proses
kerja organ seksual hingga memiliki peranan dalam proses
pembuahan.
Penting bagi pria dan wanita untuk menjaga kesehatan sistem
reproduksi mereka dengan cara menjaga kebersihan, menghindari
hubungan seks yang tidak aman, menjalankan pola hidup sehat,
memeriksakan diri secara teratur, dan mendapatkan pengobatan jika
terjadi masalah pada sistem reproduksi mereka.

1.10 Saran
Bagi pembaca, dari hasil penjelasan makalah di atas mengenai
anatomi fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita yaitu diharapkan
agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan
pengetahuan mengenai organ reproduksi pria dan wanita. Bagi
penulis, semoga dapat lebih baik lagi kedepannya dalam memberikan
tulisan yang lebih berfaedah dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Efrizon, S., et al. (2021). Sistem Alat Reproduksi Pada Manusia. In Prosiding
Seminar Nasional Biologi, 1(1), 725–732.
Fatmawati, L. (2018). Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.
Diktat Universitas Gresik, 1–18.
Indarwati, I., Budihastuti, U. R., & Dewi, Y. L. R. (2017). Analysis of Factors
Influencing Female Infertility. Journal of Maternal and Child Health,
02(02), 150–161. https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.02.06
indonesia, B. (2022, May 13). 7 Hormon Reproduksi pada Wanita dan Pria.
Diambil kembali dari https://bocahindonesia.com/hormon-reproduksi-pria-
wanita/

Laelandi, R., Amani, S. R., & Solihah, W. (2021). Desain Media Pembelajaran LMOS
( Laser Marking Oogenesis and Spermatogenesis ) untuk Siswa SMP. Sinasis,
2(1), 382–390.Med., J. C. (2020, May 9). iet and Nutritional Factors in
Male (In)fertility—Underestimated Factors.
NadiaRahmawati. (2021, Oktober 27). PENTINGNYA MENJAGA
KEBERSIHAN ALAT REPRODUKSI PADA REMAJA. Diambil
kembali dari https://stikesyarsi-pontianak.ac.id/: https://stikesyarsi-
pontianak.ac.id/pentingnya-menjaga-kebersihan-alat-reproduksi-pada-
remaja/
Oktaviani.J. (2018). Sistem Reproduksi Pria dan Wanita.
Http://Eprints.Undip.Ac.Id/46709/3/Ika_Septiana_Eryani_220101111300
99_LapKTI_Bab2.Pdf, 51(1), 10–16.
Rahmadiani, D. (2021). Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai
Terapi Infertilitas Pada Pria. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1),
31–40. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.501

Anda mungkin juga menyukai