Anda di halaman 1dari 29

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu:

Apt. Arifani Siswidiasari, S.Farm., M. Farm

Apt. Charliandri Saputra Wahab, S.Farm., M.Farm

Disusun Oleh :

1. Mawar Defita Pinandi (202306050503)


2. Lidya Pransiska Astutiningtyas (202306050540)
3. Novelia Putri Rahmadhani (202306050541)
4. Eka Rizki Arintabella (202306050524)

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami ucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
kiranya tak akan selesai tanpa kerjasama dari teman-teman kelompok 4 yang semangat untuk
cepat selesai.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Apt. Arifani Siswidiasari, M. Farm dan Bapak Apt. Charliandri Saputra
Wahab, S.Farm., M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah Anatomi Fisiologi
Manusia
2. Teman-teman yang telah memberikan saran dan dukungan
3. Doa Orang tua yang selalu menyertai setiap langkah kami. Berkat beliaulah
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Terima kasih kami haturkan kepada teman-teman di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri yang senantiasa memberi masukan kami dalam penyusunan
makalah yang berjudul “Sistem Reproduksi Manusia”.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan kami
menghaturkan permohonan maaf. Sebab kami tiada sempurna dan masih memiliki banyak
kelemahan. Besar harapan kami, di kemudian hari semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Kediri, 28 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria............................................. 3

2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi pada Pria ......................................................... 3

2.1.2. Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria ......................................................... 6

2.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita ..................................... 10


2.2.1 Anatomi Sistem Reproduksi pada Wanita .................................................... 10
2.2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita .................................................... 13

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologi .............................................. 16

2.4 Penyakit Menular Seksual (PMS) ........................................................................ 17

2.5 Peran hormon dan makanan pada sistem reproduksi ............................................ 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 25

3.2 Saran .................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan. Istilah ini diambil dari
gabungan bahasa yunani yaitu bio (hidup) dan logo (lambang, ilmu). Objek kajian
Biologika berarti mencangkup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai
cabang biologis yang mengembangkan diri pada setiap kelompok organisme, seperti
botani, ilmu hewan, dan mikrobiologi.

Salah satu yang dipelajari dalam anatomi fisiologi manusia adalah sistem
reproduksi manusia. Sistem reproduksi merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ
dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Salah satu organ
reproduksi wanita yaitu rahim. Rahim (uterus) merupakan jaringan otot yang kuat,
terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektrum. Beberapa penyakit dalam
rahim menyerang wanita dalam rentan usia yang tak terbatas. Penyakit yang rentan sekali
dialami oleh wanita bisa karena virus, bakteri atau gaya hidup yang kurang sehat yang
dapat masuk ke dalam tubuh wanita (Manuaba, I. B, 2010). Untuk itu, kebanyakan
wanita sangat malu dan tertutup atas gejala atau penyakit yang sedang dideritanya, Untuk
berkonsultasi secara langsung mengenai kesehatan pribadinya atau tentang penyakit apa
yang sedang diderita kepada dokter. Selain itu juga dapat di pengaruhi beberapa Faktor
lain seperti dikarenakan biaya untuk pemeriksaan konsultasi ke dokter spesialis
cenderung mahal.

Sistem reproduksi laki-laki adalah serangkaian organ yang terletak di luar tubuh
dan di sekitar panggul seorang laki-laki yang berkontribusi terhadap proses reproduksi.
Fungsi utama langsung dari sistem reproduksi laki-laki adalah untuk menghasilkan
sperma dalam fertilisasi ovum.
Organ reproduksi laki-laki yang utama dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori. Kategori pertama memproduksi dan menyimpan sperma (spermatozoa). Hal ini
diproduksi di testis, yang disimpan di skrotum yang dapat mengatur suhu; sperma yang
belum matang kemudian berjalan ke epididimis untuk pengembangan dan penyimpanan.
Kategori kedua adalah cairan ejakulasi yang memproduksi kelenjar, yang meliputi
kelenjar Cowper, vesikula seminalis, prostat, dan vas deferens. Kategori terakhir adalah
bagian yang digunakan untuk kopulasi dan deposisi sperma dalam wanita. Bagian yang
termasuk di dalamnya adalah penis, uretra, vas deferens.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambar sistem reproduksi manusia?
2. Apa saja organ penyusun sistem reproduksi manuasia baik wanita maupun pria?
3. Lokasi secara anatomi sistem reproduksi terhadap sistem yang lain?
4. Lokasi secara anatomi sistem reproduksi secara anatomi?
5. Macam-macam proses fisiologi sistem reproduksi baik wanita maupun pria?
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologi sistem reproduksi ?
7. Apa saja gangguan kesehatan yang berkaitan dengan sistem reproduksi baik wanita
maupun pria?
8. Jelaskan peran hormon dan makanan pada sistem reproduksi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambar sistem reproduksi manusia.
2. Mengetahui organ penyusunnya.
3. Mengetahui lokasi anatomi system reproduksi manusia, baik terhadap yang lain atau
secara anatomi.
4. Mengetahui proses fisiologinya dan faktor yang mempengaruhi fisiologi tersebut.
5. Mengetahui gangguan kesehatan yang biasa terjadi dalam sistem reproduksi.
6. Mengetahui peran hormon dan makanan pada sistem reproduksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria

2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi pada Pria

Secara anatomi, sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari penis dan skrotum, sedangkan
genitalia internal terdiri dari testis dan organ-organ penunjang fungsinya, yaitu
epididimis, duktus deferens (vas deferens), vesikula seminalis, duktus ejakulatorius,
glandula prostatica, dan glandula bulbouretralis (glandula cowperi).

1. Genitalia eksternal
a. Penis
Secara anatomi organ penis dibagi menjadi dua yaitu pars occulta dan
parslibera. Parsocculta yang disebut juga radiks penis atau pars fiksa adalah
bagian penis yang tidak bergerak, terletak dalam spatium perinea superfisialis.
Parsocculta merupakan jaringan erektil. Pars occulta terdiri dari crus penis dan
bulbus penis. Crus penis melekat pada bagian kaudal sebelah dalam dari ramus
inferiorossis ischii ventral dari tuber iskiadum. Masing-masing crus penis ini
tertutup oleh muskulus ischiokavernosus dan selanjutnya kaudal dari simfisis
pubis, kedua cruspenis tersebut bergabung disebut sebagai corpora kavernosa

3
penis.Sedangkan, bulbus penis terletak antara kedua crus penis dalam spatium
perinea superfisialis. Fascies superiror melekat pada fasia diafragma urogenital
inferior, sedangkan fascies lateralis dan inferior tertutup oleh muskulus
bulbokavernosus. Ke arah kaudal berubah menjadi korpus spongiosum penis yang
juga ikut membentuk korpus penis.
b. Skrotum

Skrotum merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan subkutis
yang terletak dorsal dari penis dan kaudal dari simfisis pubis. Skrotum juga
terbagi atas dua bagian dari luar oleh raphe scrota dan dari dalam oleh septum
skrotum scrota. Masing-masing skrotum membungkus testis, epididimis, dan
sebagai funikulus spermatikus. Skrotum sinistra lebih rendah rendah daripada
dekstra. Lapisan skrotum terdiri atas lapisan cutis dan lapisan subcutis. Lapisan
cutis merupakan lapisan kulit yang sangat tipis mengandung pigmen lebih banyak
daripada kulit sekitarnya sehingga lebih gelap warnanya. Terdapat sedikit rambut,
tetapi memiliki kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang lebih banyak.Yang
kedua dalah lapisan subcutis disebut juga tunika dartos. Lapisan ini terdiri atas
serabut-serabut otot polos dan tidak didapatkan jaringan lemak. Lapisan subcutis
melekat erat pada jaringan cutis superficial dan merupakan lanjutan dari fasia
superfisialis dan fasia penis superfisialis.

2. Genitalia internal
a. Testis

Merupakan organ berbentuk ovoid dengan jumlah dua buah, biasanya


testis sebelah kiri lebih berat dan lebih besar daripada yang kanan. Testis terletak
di dalam skrotum dan dibungkus oleh tunica albuginea, beratnya 10-14 gram,
panjangnya 4 cm, diameter anteroposterior kurang lebih 2,5 cm. Testis
merupakan kelenjar eksokrin (sitogenik) karena pada pria dewasa menghasilkan
spermatozoa, dan disebut juga kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon
untuk pertumbuhan genitalia eksterna. Testis terbagi menjadi lobulus-lobulus
kira-kira 200 sampai 400. Pada bagian dalam lobulus-lobulus tersebut terletak
jaringan parenkim yang membentuk tubuli seminiferi kontorti. Pada waktu
mencapai mediastinum testis, tubulus-tubulus ini berubah menjadi tubuli
seminiferi recti, jalannya kurang lebih 20 – 30 tubulus di mana mereka

4
membentuk anyaman sehingga disebut rete testis (halleri). Dari rete ini keluar
kurang lebih 15 -20 duktus efferentes yang masuk ke dakam kaput epididimis.

b. Epididimis

Merupakan organ yang berbentuk organ yang berbentuk seperti huruf C,


terletak pada fascies posterior testis dan sedikit menutupi fascies lateralis.
Epididimis terbagi menjadi tiga yaitu kaput epididimis, korpus epididimis dan
kauda epididimis. Kaput epididimis merupakan bagian terbesar di bagian
proksimal, terletak pada bagian superior testis dan menggantung. Korpus
epididimis melekat pada fascies posterior testis, terpisah dari testis oleh suatu
rongga yang disebut sinus epididimis (bursa testikularis) celah ini dibatasi oleh
epiorchium (pars viseralis) dari tunika vagianlis. Kauda epididimis merupakan
bagian paling distal dan terkecil di mana duktus epididimis mulai membesar dan
berubah jadi duktus deferens.

c. Duktus deferens (Vas Deferens)

Merupakan lanjutan dari duktus epididimis.

d. Vesikula seminalis

Adalah organ berbentuk kantong bergelembung-gelembung yang


menghasilkan cairan seminal. Jumlahnya ada dua, di kiri dan kanan serta
posisinya tergantung isi vesika urinaria. Bila vesika urinaria penuh, maka
posisinya lebih vertical, sedangkan bila kosong lebih horizontal. Vesika seminalis

5
terbungkus oleh jaringan ikat fibrosa dan muscular pada dinding dorsal vesika
urinaria.

e. Duktus ejakulatorius

Merupakan gabungan dari duktus deferens dan duktus ekskretorius


vesikula seminalis, menuju basis prostat yang akhirnya bermuara ke dalam
kollikus seminalis pada dinding posterior lumen uretra.

f. Glandula prostatica

Merupakan organ yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubuloalveolar.


Terletak di dalam cavum pelvis sub peritoneal, dorsal symphisis pubis, dilalui
urethra pars prostatica. Bagian-bagian dari glandula prostatica adalah apeks, basis
fascies lateralis, fascies anterior, dan fascies posterior. Glandula prostatica
mempunyai lima lobus yaitu anterior, posterior, medius dan dua lateral.

g. Glandula bulbuorethralis (Glandula cowperi)

Glandula bulbuorethralis berbentuk bulat dan berjumlah dua buah.


Letaknya di dalam otot sfingter uretrae eksternum pada diafragma urogenital,
dorsal dari uretra pars membranasea.

2.1.2. Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria

1. Genitalia Eksternalis
a. Penis
Berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan sperma kepada vagina wanita.
b. Skrotum
Berfungsi sebagai kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis
dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis.
2. Genitalia Internalis
a. Testis
Berfungsi sebagai penghasil sperma dan mensekresikanhormon testosteron.
b. Epididimis
Berfungsi sebagai tempat sekresi sperma dari testis, sebagai pematangan
motilitas dan fertilitas sperma, memekatkan/mengentalkan dan menyimpan
sperma.

6
c. Duktus deferens (Vas Deferens)
Berfungsi sebagai pembawa spermatozoa dari epididimis ke duktus
ejakulatorius dan menghasilkan cairan semen yang berfungsi unutk
mendorong sperma keluar dari dukrus ejakulatorius dan uretra.
d. Vesikula seminalis
Berfungsi sebagai penghasil fruktosa untuk memberi nutrisi sperma yang
dikeluarkan, mengeluarkan prostaglandin yang merangsang motilitas saluran
reproduksi pria untuk membantu mengeluarkan sperma, menghasilkan
sebagian besar cairan semen, menyediakan precursor (proses biologis) untuk
pembekuan semen.
e. Duktus ejakulatorius
Berfungsi membawa spermatozoa dari vas deferens menuju ke basis prostat.
f. Glandula prostatica
Berfungsi mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang
asam, memicu pembekuan semen untuk menjaga sperma tetap berada dalam
vagina pada saat penis dikeluarkan.
g. Glandula bulbuurethralis (Glandula Cowperi)
Berfungsi mengeluarkan mucus untuk pelumasan.
3. Hormon pada Pria
a. Hormon testosterone
Dihasilkan oleh sel interstitial yang terletak antara tubulus
seminiferus.Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah
oleh hati menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron.
Fungsi testosteron adalah sebagai berikut :
1) Efek desensus (penempatan) testis
Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting
untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan
faktor keturunan.
2) Perkembangan seks primer dan sekunder
Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan
skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi
pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
b. Hormon gonadotropin

7
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormone yaitu Lutein
hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormon (FSH).
c. Hormon estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel.
Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein
pengikat endogen untuk mengikat testosterone dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk pematangan
sperma.
d. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon ini diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolism testis
secara khusus dan untuk meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis.
4. Pengaturan Fungsi Reproduksi
Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari pelepasan hormone gonadotropin
(GnRH) oleh hipotalamus lalu merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
menyekresi lutein hormon, hormon perangsang lutein hormone (LH), dan follicle
stimulating hormone (FSH). Lutein hormone merupakan rangsangan utama untuk
sekresi testosteron oleh testis dan folikel stimulating. Hormon yang disekresi akan
merangsang spermatogenesis.
5. Kegiatan Seksual Pria

Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menyebar melalui


saraf pudendus melalui pleksus sakralis dari medulla spinalis untuk membantu
rangsangan aksi seksual dalam mengirim sinyal ke medulla dan berfungsi untuk
meningkatkan sensasi seksual yang berasal dari struktur interna. Dorongan seksual
akan mengisi organ seksual dengan sekret yang menyebabkan keinginan seksual
dengan merangsang kandung kemih dan mukosa uretra. Unsur psikis rangsangan
seksual sesuai dengan meningkatnya kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan seksual dengan memikirkan/khayalan akan menyebabkan terjadinya aksi
seksual sehingga menimbulkan ejakulasi atau pengeluaran sepanjang
mimpi/khalayan, terutama pasa saat usia remaja.Aksi seksual pada medulla
spinalis, fungsi otak tidak terlalu penting karena rangsangan genital yang
menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah terintregasi
pada medulla spinalis lumbalis.Mekanisme ini dapat dirangsang secara psikis dan
seksual yang nyata ataupun kombinasi keduanya.

8
6. Spermatogenesis
Spermatogenenesis berasal dari kata spermadan genesis (pembelahan).
Pada spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis.
Spermatogenesis merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di
epididimis. Setiap satu spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang.
Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan
meiosis dan mitosis. Spermatogenesis pada sprema biasa terjadi di epididimis.
Sedangkan tempat menyimpan sperma sementara terletak di vas deferens. Berikut
adalah tahap-tahap spermatogenesis:
a. Spermatogonium
Spermatogonium merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang
dihasilkan oleh testis. Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N
kromatid.
b. Spermatosit primer
Spermatosit primer merupakan mitosis dari spermatogonium. Pada tahap ini
tidak terjadi pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan
4N kromatid.
c. Spermatosit sekunder
Spermatosit sekunder merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap
ini terjadi pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder terbentuk dari 23
kromosom dan 2N kromatid.
d. Spermatid
Spermatid merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23
kromosom dan 1N kromatid.
e. Sperma
Sperma merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap
ini terjadi diferensiasi. Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid
dan merupakan tahap sperma yang telah matang dan siap dikeluarkan.

9
2.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita
2.2.1 Anatomi Sistem Reproduksi pada Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.Sedangkan
genitalia internal terdiri dari vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium.

1. Genitalia Eksternal
a. Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan
daerah supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah
jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause.
Setelah dewasa, mons pubis tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.

10
b. Labia mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang
memanjang berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya
menutup rima pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak
mengandung rambut. Kedua labia mayora di bagian ventral menyatu dan
terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar, labia mayora dilapisi oleh
kulit yang mengandung banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah
pubertas.
c. Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil
terletak di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae. Kedua
labium minus membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum vaginae.
Labia minora ke arah dorsal berakhir dengan bergabung pada aspectus medialis
labia mayora dan di sini pada garis mereka berhubungan satu sama lain berupa
lipatan transversal yang disebut frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-
masing minus terbagi menjadi bagian lateral dan medial. Pars lateralis kiri dan
kanan bertemu membentuk sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris
disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan kanan bergabung di
bagian kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia minora tidak
mengandung lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak
kemerahan.
d. Klitoris

11
Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian
yaitu krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
e. Glandula vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang
bentuknya bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus
vestibule atau tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
f. Glandula vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum
vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina.
Organ ini adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di
daerah median membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar
terisi oleh lemak. Setelah pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar.
2. Genitalia Internal
a. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun,
posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang
ditembus serviks panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior
kurang lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang.
Dinding lateralnya di bagian cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di
bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi.
Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal
membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut introitus vaginae.
b. Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina.
Himen tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk
himen diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen
parous.
c. Tuba uterina
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba
kurang lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu
pars uterine tubae (pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan
infundibulum tubae.

12
d. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal,
terletak di dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan
rectum. Ke arah kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus
berbentuk seperti buah pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke
kauda dorsal, yang membentuk sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat
uterus seluruhnya terletak di dalam pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari
aperture pelvis kranialis. Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median,
sering terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah
tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum
yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya
kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
e. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan
licin dan berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami
ovulasi, maka permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan
parut (cicatrix) dan warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda
ovarium berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang
lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi
ovarium tergantung pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan oleh
ligamen-ligamen.

13
2.2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita
1. Genitalia eksternal
a. Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
b. Glandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum vagina dan
labium pudendi.
2. Genitalia internal
a. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah
menstruasi.
b. Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
c. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat
normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai bayi
lahir.
d. Ovarium
Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai organ eksokrin
karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut sebagai
organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone estrogen dan progesteron.
3. Hormon pada Wanita
a. Hormon estrogen
Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH,
dimana pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada keadaan
lain meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain pada
pembesaran ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons
veneris, pubis, dan labia, serta mengawali pertumbuhan mammae. Pengaruh
lainnya adalah kelenjar mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh
berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan aksilla, serta kulit
menjadi lembut.
b. Hormon progesterone

14
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab atas
perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina.
Progesteron berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel miometrium. Efek
progesterone terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi dan mukosa pada
kelenjar mammae akan meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolus
kelenjar mammae, kelenjar elektrolit serta peningkatan sekresi air dan natrium.

c. Foliclle stimulating hormone (FSH)


FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini
akan berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalm jumlah yang cukup
seperti pada kehamilan.
d. Lutein hormone (LH)
LH bekerjasama dengan FSH untuk menyebabkan terjadinya sekresi
estrogen dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari
progesterone dalam sel granulosa.
e. Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH)

Fungsi hormon ini adalah untuk memulai mempertahankan produksi


progesterone dari korpus luteum.

4. Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah
terjadinya
menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol
akan membengkak dengan cepat. Dalam waktu 30 menit kemudian cairan akan mulai
mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2 menit kemudian, folikel menjadi lebih kecil
karena kehilangan cairan. Stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental
yang terdapat di bagian tengah folikel akan mengalami evaginasi keluar dan kedalam
abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel
granulose kecil yang disebut corona radiata.
5. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara
dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan
pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum matang.

15
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologi sistem reproduksi baik wanita
aupun Laki-laki

1. Faktor Demografis
Ekonomi Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan hubungan
seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor demografi
yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah akses terhadap pelayanan
kesehatan, rasio remaja tidak sekolah, lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain,
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri, tekanan teman sebaya, tindak kekerasan
dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja,
depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap
pria yang membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat
sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan
gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat

16
reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu
adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-
hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

2.4 Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS merupakan istilah terkenal untuk menyebutkan penyakitpenyakit yang dapat


ditularkan melalui hubungan seksual. Baik pada laki-laki maupun perempuan, PMS akan
menimbulkan gejala tertentu. Sayangnya, pada perempuan gejalanya tidak terlalu dapat
dikenali dan sering menjadi sumber penularan. PMS dibagi menjadi PMS mayor dan
minor. Di bawah ini merupakan PMS yang paling sering dijumpai dan memiliki risiko
yang berbahaya, diantaranya:

a. Gonore

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrheae. Daerah yang paling


mudah terinfeksi adalah mukosa vagina terlebih lagi yang belum matur. Masa
tunasnya singkat, 2-5 hari, dan pada wanita biasanya tidak memberikan gejala.
Gejala umum adalah rasa sakit ketika buang air kecil. Pada laki-laki gejala yang
sering dialami adalah uretritis dan keluarnya cairan purulen/bernanah dari 28 saluran
kemih. Sedangkan pada wanita terdapat keputihan kental warna kuning dan rasa
nyeri di rongga panggul. Akibat yang paling berat adalah peradangan panggul dan
dapat menyebabkan kemandulan.

b. Sifilis

Sifilis sering disebut dengan penyakit raja singa dan disebabkan oleh kuman
jenis Treponema pallidum dengan masa tunas sekitar 2-6 minggu. Penyakit ini dapat
menjalar ke seluruh tubuh dan dapat ditularkan dari ibu ke janin yang dapat
berakibat kecacatan atau keguguran. WHO secara epidemiologik membagi stadium
sifilis menjadi stadium dini menular dan stadium lanjut tak menular. Pada stadium
dini menular didapatkan luka pada kemaluan tanpa nyeri dan memberikan keluhan
berupa bercak kemerahan yang menyebar luas di seluruh tubuh dan bisa disertai
demam. Sedangkan stadium lanjut tak menular dapat mengakibatkan gangguan
saraf, jantung, dan pembuluh darah.

17
c. Herpes Simpleks Genitalis

PMS ini berupa infeksi yang disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe II
yang memberikan gejala berupa bintil berair berkelompok yang sangat nyeri pada
kemaluan. Bintil tersebut dapat menjadi kering dan mengerak. Virus dapat sampai
pada janin melalui plasenta yang dapat menyebabkan kematian sehingga biasanya
pada ibu penderita PMS ini dilakukan operasi ceasarian.

d. HIV dan AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yang


merupakan fase akhir dari infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga orang yang terinfeksi tidak dapat
mengatasi serbuan infeksi lain. HIV hanya berada pada sel darah putih tertentu yaitu
sel T4 yang terdapat dalam cairan tubuh. Penting untuk diperhatikan bahwa HIV
tidak menular melalui udara, bersin, dan batuk, bersentuhan dengan penderita seperti
bersalaman atau berpelukan, serta gigitan nyamuk dan serangga. Cara penularan
utama melalui darah, cairan tubuh, dan berhubungan seksual, serta penularan dari
ibu ke bayi. Penularan HIV juga terkait dengan penggunan narkotik yang biasanya
karena penggunaan jarum suntik bergantian.

2.4.1 Cara Pencegahan Penyakit

a. Pencegahan Gonore
Melakukan hubungan seks yang aman, seperti:
1. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
2. Menggunakan kondom setiap berhubungan seks
3. Memastikan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, termasuk
gonore
4. Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak diketahui riwayat
seksualnya
5. Selain itu pemeriksaan secara rutin juga dianjurkan, terutama bagi orang yang
berisiko tinggi terserang gonore. Pemeriksaan dapat dilakukan 1 tahun sekali.

Penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik bisa


diandalkan dalam mengobati infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Penyakit tersebut termasuk gonore, dan sifilis. Sekali Anda memulai perawatan

18
dengan antibiotik, penting untuk mengikuti anjuran yang diberikan dokter. Jenis
antibiotik yang biasa diresepkan untuk penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri
adalah:

 Penisilin
 Amoxicillin
 Eritromisin
 Doxycycline

Sebagai tambahan, penting untuk tidak melakukan hubungan seksual hingga 7


hari setelah Anda menyelesaikan perawatan antibiotik dan luka sudah sembuh.

b. Pencegaha Sifilis
1. tidak melakukan kontak seksual berisiko
2. menggunakan kondom saat berhubungan seksual
3. Selalu melakukan skrining pada pasangan yang akan menikah dan ibu hamil.
4. Bagi ibu hamil penderita sifilis, diharapkan segera mengkonsultasikan kondisi
janin kepada dokter agar bayi dalam kandungan mendapatkan pengobatan untuk
menurunkan kemungkinan terinfeksi.
c. Pencegahan Herpes Simplex
1. Selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan intim.
2. Tidak berciuman atau melakukan seks oral jika ada luka di area sekitar mulut
Anda atau pasangan.
3. Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
4. Melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual secara rutin, terutama orang
yang berganti pasangan seksual.
5. Menghindari faktor pemicunya, misalnya merokok, minum alkohol, sinar UV,
atau gesekan di area genital (ketika berhubungan intim atau menggunakan
pakaian ketat).
6. Jika pernah mengidap herpes simplex, sebaiknya diskusikan dengan pasangan
mengenai kondisi Anda dan sarankan pasangan untuk melakukan pemeriksaan
agar bisa diobati jika tertular.

Kemungkinan kambuhnya gejala herpes akan lebih kecil jika Anda


melakukan terapi secara teratur dengan obat antivirus. Untuk obat antivirus yang
biasa digunakan adalah:

19
 Acyclovir
 Famiclovir
 Valacyclovir

d. Pencegahan HIV/AIDS
Salah satu cara pencegahan adalah dengan melakukan prinsip ABCDE, yaitu:
A. Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual risiko tinggi)
B. Be faithful (setia kepada pasangannya)
C. Condom (pemakaian kondom dengan konsisten dan benar)
D. Drugs (menghindari pengunaan NAPZA)

Untuk HIV, anda akan diberikan pengobatan antiretroviral (ARV) seperti:

 Ritonavir
 Lopinavir
 Lamivudine
 Zidovudine
 Emtricitabine

Obat antivirus dapat mencegah infeksi HIV selama bertahun-tahun.


Namun, anda masih mungkin membawa virus dan menularkannya ke orang
lain. Semakin cepat Anda memulai perawatan, semakin efektif pengobatan itu.
Jumlah virus dalam tubuh Anda dapat berkurang hingga sulit terdeteksi.

Pengobatan rumahan untuk mengatasi penyakit seksual adalah:

1. Makan makanan bernutrisi dengan pola makan teratur.


2. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
3. Berhenti menggunakan narkoba.
4. Berolahraga secara rutin.
5. Melakukan seks yang lebih aman dengan kondom.
6. Melakukan tes STD rutin dan memperoleh vaksin untuk penyakit kelamin.
7. Minum obat sesuai resep dan anjuran dokter.

2.5 Peran hormon dan makanan pada sistem reproduksi baik wanita maupun laki-laki

20
a. Peran hormon dalam sistem reproduksi:
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
Gonadotropin-releasing hormone atau hormon GnRH adalah hormon
yang berperan besar dalam menentukan kesuburan pria dan wanita. Pada masa
kanak-kanak, kadar hormon ini sangat rendah. Hormon GnRH baru akan mulai
meningkat setelah seseorang memasuki masa pubertas. Bagian otak bernama
hipotalamus berperan memproduksi hormon GnRH. Saat beredar dalam
pembuluh darah, hormon ini akan memicu pelepasan hormon dari kelenjar
pituitari.Kelenjar pituitari yang berukuran sebesar kacang polong dan terletak
pada bagian bawah otak ini lalu melepaskan follicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH), Normon FSH dan LH nantinya mengontrol
produksi sel telur pada wanita dan produksi sperma pada pria.
Follicle stimulating hormone (FSH)
Hormon GnRH akan memicu pelepasan follicle stimulating hormone
atau hormon perangsang folikel (FSH) dari kelenjar pituitari. Pada wanita,
hormon FSH akan memastikan kelancaran siklus menstruasi. Hormon ini juga
merangsang perkembangan dan kematangan sel telur dalam ovarium (indung
telur). Sementara pada pria, hormon reproduksi ini berperan memastikan proses
pembentukan sel sperma (spermatogenesis) berjalan dengan baik.Sel Sertoli
dalam testis membutuhkan hormon FSH untuk memproduksi protein pengikat
androgen untuk membentuk sperma sehat.
Luteinizing hormone (LH)
Selain dari hormon FSH, kelenjar pituitari melepaskan luteinizing
hormone atau hormon luteinizing (LH) yang punya peranan penting dalam
reproduksi pria dan wanita. Hormon LH bekerja sama dengan hormon FSH
untuk merangsang ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
pada wanita. Di samping itu, hormon reproduksi wanita ini memicu ovulasi atau
pelepasan sel telur matang dari ovarium menuju rahim. Hormon LH juga
mampu merangsang sel Leydig pada testis untuk menghasilkan testosteron yang
memengaruhi produksi sperma sehat pada pria.
b. Peran makanan dalam sistem reproduksi:
1. Karbohidrat
Ketika premenstruasi tidak jarang remaja mengalami pemininan atau
penekanan nafsu makan akibat hormon estrogen. Perubahan asupan energi

21
tersebut belum didukung data pasti. Ada yang berpendapat bahwa karbohidrat
merupakan sumber peningkatan asupan energi selama fase luteal, sedangkan yang
lain berpendapat bahwa konsumsi softdrink yang mengandung gula cenderung
meningkat selama fase luteal. Dengan demikian, maka selama fase luteal terjadi
peningkatan asupan makanan atau energi. Akan tetapi, remaja cenderung
mengonsumsi fast food yang kurang akan zat-zat gizi yang secara tidak langsung
akan menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat gizi makro dan mikro. Apabila
keadaan tersebut berlangsung terus menerus, maka akan mempengaruhi fungsi
organ tubuh dan terganggunya fungsi reproduksi, seperti gangguan menstruasi.
2. Protein
Unit pembangun dari protein adalah asam amino. Arginin adalah asam
amino yang berfungsi memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah
kemandulan. Sumber arginin dari bahan makanan adalah ikan, daging sapi, ayam,
kacang-kacangan. Kedelai dan hasil olahan seperti tempe dan tahu merupakan
sumber phytoestrogen. Tahu yang terbuat dari kacang kedelai mengandung
banyak isoflavon. Konsumsi tahu membantu merangsang produksi hormon
estrogen selama menstruasi sehingga mengurangi peradangan serta kram
menstruasi. Kemangi juga kaya dengan kandungan arginine.
3. Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai sumber asam lemak esensial
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai pengangkut vitamin larut lemak.
Tubuh seorang wanita harus mempunyai simpanan lemak dalam bentuk jaringan
adipose sebagai persiapan menyusui. Menstruasi wanita tidak akan teratur kalau
tidak memiliki simpanan lemak 20% dari total berat badan.
4. Vitamin A, C, dan E
Vitamin A, C, dan E sebagai antioksidan berfungsi menangkal serangan
radikal bebas terhadap dinding sperma dan ovum. Wortel, ubi merah, buah warna
kuning dan oranye seperti mangga dan sayur daun hijau merupakan sumber beta
karoten untuk maturasi sperma.
5. Vitamin B6
Dapat meningkatkan kesuburan wanita. Sumber vitamin B6 adalah ikan,
ayam, telur, pisang, wortel, brokoli.
6. Vitamin B12

22
Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Vitamin
B12 dapat menambah dan meningkatkan kualitas sperma. Sumber dalam
makanan meliputi hati, daging merah, ikan, telur dan susu.
7. Zat besi
Zat besi penting untuk transportasi darah dan oksigen di dalam tubuh.
Kaum Perempuan perlu menjaga keseimbangan proses ovulasi.Suatu studi
menunjukkan bahwa 40% wanita yang mengalami masalah ovulasi menjadi subur
setelah menambah konsumsi zat besi. Zat besi juga penting dalam pembentukan
sel darah merah. Ikan tuna dan salmon mengandung zat besi yang tinggi yang
membantu merangsang produksi sel darah merah untuk mengganti kehilangan
darah selama menstruasi. Sumber zat besi juga terdapat dalam hati, daging,
kacang-kacangan, maupun sayur-sayuran.
8. Kalsium
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang memiliki peran dalam
mengurangi Dysmenorrhea. Penelitian mengenai suplementasi kalsium yang
dilakukan di Metropolitan Hospital di New York, Serikat, menunjukkan bahwa
75% penderita PMS berkurang sakitnya. Pembekakan dan rasa sakit pada
payudara berkurang, begitu pun dengan sakit kepala dan kejang perut
(Dysmenorrhea). Ada hubungan antara tingkat konsumsi kalsium dengan
kejadian Dysmenorrhea. Dengan demikian maka semakin rendah konsumsi
kalsium semakin berat Dysmenorrhea yang dialami
9. Seng
Seng sangat diperlukan untuk pematangan seksual. Bagi pria seng
membantu menjaga fungsi organ seksual, produksi sperma dan melincahkan
sperma. Kekurangan seng menyebabkan penurunan hormon testosteron,
penyusutan testis dan pengurangan produksi sperma yang sehat. Seng dapat
meningkatkan proteksi sperma terhadap kerusakan karena radikal bebas.
Kekurangan seng ada hubungannya dengan konsumsi yang sudah diketahui sejak
tahun 1960 pada remaja laki-laki di Mesir dan Iran. Gejala klinis defisiensi seng
antara lain gagal tumbuh, pematangan seksual yang terhambat. Akan tetapi, seng
dapat meningkatkan pertumbuhan dan pematangan seksual. Asupan seng akan
membantu mengurangi premenstrual sindrom (PMS) dan Dysmenorrhea.
Suplemen seng selama kehamilan dikaitkan dengan meningkatnya berat badan
lahir dan menurunnya risiko prematuritas. Wanita yang mengalami

23
Dysmenorrhea cenderung kekurangan seng dan mempunyai prostaglandin yang
tinggi. Hormon inilah yang diyakini menyebabkan kram saat menstruasi.
10. Magnesium
Magnesium adalah mineral penting dalam mempertahankan otot. Wanita
dengan kekurangan magnesium akan menghasilkan otot yang terlalu aktif
sehingga menyebabkan nyeri haid dan gejala yang hebat. Menambahkan
magnesium dalam makanan sehari-hari akan membantu untuk mengurangi atau
mencegah kram dan nyeri menstruasi. Sayuran hijau adalah sumber utama
magnesium, kacang- kacangan dan biji-bijian merupakan
sumber magnesium yang baik, seperti tepung kedelai, tahu, tempe, kacang mete,
jagung manis, dan almond.
11. Selenium
Selenium merupakan antioksidan yang berperan mencegah oksidasi sel-
sel sperma.Studi yang dilakukan Universitas Padua Italia, menunjukkan bahwa
kekurangan selenium dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Sumber utama
selenium adalah daging merah, hati dan makanan dari laut.

24
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis
dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sprema ditandai dengan
mimpi basah pada usia pubertas. Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan
ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atau ovum ditandai menarche
pada usia antara ± 13 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum
akan terjadi kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

Berdasarkan pembahasan di atas, Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi


pria adalah gonadotrofin, FSH, LH, dan testoteron. Sedangkan, hormon yang
mempengaruhi system reproduksi wanita adalah gonadotrofin, FSH, LH, estrogen dan
progesteron.

Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual yaitu gonorea,


HIV/AIDS, sifilis, herpes genital, klamidia, trikomoniasis, dan kanididiasis vagina.

3.2 Saran

Pengetahuan mengenai seks dan seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua


orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga
alat reproduksinya untuk tidak digunakan secara bebas tanpa mengetahui dampaknya.
Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari
luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ferial, Eddyman W. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga (Halaman 13-19 dan 21-
23)

Irianto, Kos. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung : CV
Yrama Widya (Halaman 351-355)

Kadaryanto et al. 2006.20.Biologi 2. Yudhistira, Jakarta.

Saktiyono. 2004. 86-93, 96,98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tim IPA SMP/MTs.2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa Mega, Jakarta

Paath, Erna Francin. Yuyun Rumdasih, Heryati. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Buku Kedokteran ECG

Dewantari, Ni Made, G.A. Dewi Kusumayanti dan Shinta. 2012. Hubungan Tingkat
Konsumsi Kalsium dengan Kejadian Dysmenorrea di SMA 8 Denpasar dalam Jurnal
Ilmu Gizi

26

Anda mungkin juga menyukai