Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

‘’Terminologi medis, Anatomi Fisologi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi’’


KKPMT 2

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Praysie Rondonuwu
Billiardus Turangan
Gloria Bruhns
Maria Donania
Enjelina Taula
Sania Turangan
Virginia Kojongian

ADMINISRASI RUMAH SAKIT


STIKES GUNUNG MARIA TOMOHON
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mempelajari sistem
reproduksi manusia, yang merupakan sistem yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.

Makalah ini membahas tentang terminologi medis terkait anatomi, fisiologi, dan
kodefikasi sistem reproduksi manusia. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang sistem reproduksi manusia kepada para pembaca,
terutama para profesional medis.

Makalah ini disusun dengan memperhatikan berbagai sumber informasi yang


relevan dan terkini sehingga dapat menjadi acuan yang dapat dipercaya. Kami berharap
bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat dan memberikan informasi yang
bermanfaat bagi pembaca. Kami juga berharap agar makalah ini dapat memberikan
motivasi kepada pembaca untuk terus belajar dan meningkatkan pemahaman tentang
terminologi medis terkait sistem reproduksi manusia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen kami yang telah memberikan
banyak arahan dan bimbingan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan
teman-teman yang memberikan dukungan dan semangat kepada kami selama proses
penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumber
informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. Segala kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Tomohon, 16 Februari 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
BAB I...............................................................................................................................................7
PENDAHULUAN...........................................................................................................................7
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................7
1.3 Tujuan....................................................................................................................................8
BAB II..............................................................................................................................................9
PEMBAHASAN..............................................................................................................................9
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.................................................................................9
A. Sistem Reproduksi Wanita...................................................................................................9
B. Sistem Reproduksi Pria......................................................................................................11
2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi...............................................................................................13
2.3 Kodefikasi system reproduksi manusia.............................................................................14
2.4 Terminologi Medis..............................................................................................................19
BAB III..........................................................................................................................................24
PENUTUP.....................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................24
3.2 Saran....................................................................................................................................24
Daftar Pustaka..............................................................................................................................25
Lampiran.......................................................................................................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR

gambar 1 organ eksternal sistem reproduksi wanita......................................................................10


gambar 1 organ eksternal sistem reproduksi wanita......................................................................10
gambar 2 organ internal sistem reproduksi wanita........................................................................11
gambar 2 organ internal sistem reproduksi wanita........................................................................11
gambar 3 Sistem reproduksi wanita tampak dari samping.............................................................11
gambar 3 Sistem reproduksi wanita tampak dari samping.............................................................11
gambar 4 Organ sistem reproduksi pria eksternal dan internal......................................................13

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Terminologi medis sistem reproduksi................................................................................15
Tabel 2 contoh Prefix......................................................................................................................16
Tabel 3 contoh Suffix......................................................................................................................17

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi manusia merupakan salah satu sistem penting dalam tubuh
manusia. Sistem ini berperan dalam proses reproduksi dan perkembangan manusia.
Oleh karena itu, pemahaman tentang anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sistem
reproduksi manusia sangat penting, terutama bagi para profesional medis yang
berkecimpung dalam bidang kesehatan reproduksi.
Seiring dengan perkembangan zaman, pengetahuan tentang terminologi medis
terkait sistem reproduksi manusia terus berkembang. Namun, masih banyak
masyarakat yang belum memahami istilah-istilah medis tersebut dengan baik, sehingga
dapat menyebabkan kesalahpahaman dan kesalahan dalam diagnosis dan pengobatan.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang terminologi
medis terkait anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sistem reproduksi manusia, maka
dibuatlah makalah ini. Makalah ini berisi penjelasan tentang istilah-istilah medis yang
terkait dengan sistem reproduksi manusia, yang meliputi anatomi dan fisiologi organ
reproduksi serta kodefikasi yang digunakan untuk mendokumentasikan berbagai
kondisi medis pada sistem reproduksi manusia.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
terminologi medis terkait sistem reproduksi manusia, sehingga dapat membantu para
profesional medis dalam melakukan diagnosis, pengobatan, dan perawatan pada pasien
yang mengalami masalah kesehatan reproduksi. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui
lebih dalam tentang sistem reproduksi manusia.

1.2 Latar Belakang


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja istilah-istilah medis yang terkait dengan anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi manusia?
2. Bagaimana penjelasan anatomi dan fisiologi dari organ-organ reproduksi manusia?

6
3. Apa saja kodefikasi yang digunakan dalam dokumentasi berbagai kondisi medis
pada sistem reproduksi manusia?
4. Bagaimana penerapan terminologi medis terkait sistem reproduksi manusia dalam
praktik klinis?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan istilah-istilah medis yang terkait dengan anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi manusia agar pembaca dapat memahami definisi dan penggunaan
istilah-istilah tersebut.
2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi dari organ-organ reproduksi manusia agar
pembaca dapat memahami struktur dan fungsi dari setiap organ reproduksi
manusia.
3. Menjelaskan kodefikasi yang digunakan dalam dokumentasi berbagai kondisi
medis pada sistem reproduksi manusia agar pembaca dapat memahami kode-kode
tersebut dan menggunakannya dengan tepat.
4. Menerapkan terminologi medis terkait sistem reproduksi manusia dalam praktik
klinis agar pembaca dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang terminologi medis
tersebut dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan pada pasien yang mengalami
masalah kesehatan reproduksi.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


A. Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi manusia terdiri dari organ genital internal dan eksternal. Organ genital
internal pada perempuan meliputi ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina. Sedangkan
pada laki-laki, organ genital internal meliputi testis, epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, prostat, dan uretra. Sedangkan organ genital eksternal pada perempuan Organ
eksternal system reproduksi wanita terdiri dari mon veneris, labia mayora, labia minora
dan klitoris,. Organ genital eksternal pada laki-laki meliputi penis dan skrotum.

Berikut organ eksternal system reproduksi Wanita

a. Mon Veneris
sering disebut juga dengan mon pubis yaitu bagian organ eksternal yang sedikit
menonjol dan terlihat dari luar dan merupakan bagian yang menutupi tulang
kemaluan. Mon pubis terbentuk oleh jaringan lemak dibawah kulit dan biasanya
mon veneris ini ditumbuhi oleh rambut sejak masa pubertas.
b. Labia Mayora
sering disebut dengan bibir besar alat kelamin wanita, karena bentuknya mirip
bibir. terdapat dua buah labia mayora kanan dan kiri. Labia mayora merupakan
bagian lanjutan dari mon veneris yang memanjang ke bawah dan bersatu
membentuk perineum. Labia mayora tersusun oleh jaringan lemak dan kelenjar
keringat, pada saat dewasa labia mayora ditumbuhi rambut.
c. Labia Minora
memiliki bentuk hampir sama dengan labia mayora namun berukuran lebih kecil.
Terdapat dua buah labia minora kanan dan kiri. Bagian depan labia minora menjadi
satu membentuk prepusium klitoris, di bawah prepusium klitoris terdapat klitoris.
Labia minora tersusun atas jaringan lemak dan jaringan tersebut memiliki banyak
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan gairah saat berhubungan seksual.
d. Klitoris

8
berbentuk tonjolan kecil dan bersifat erektil. Pada ujung klitoris terdapat banyak
pembuluh darah, oleh karena itu klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan
seksual

gambar 1 organ eksternal sistem reproduksi wanita

gambar 2 organ eksternal sistem reproduksi wanita

Berikut Organ internal system reproduksi Wanita ;

a. Vagina
merupakan penghubung antar organ eksternal dan organ internal system reproduksi
wanita. Pada puncak vagina terdapat bagian yang menonjol pada uterus yang
disebut dengan portio. Vagina berbentuk tabung memiliki panjang kurang lebih 8-
10 cm. Di dalam vagina terdapat lendir yang dihasilkan oleh dinding vagina dan
suatu kelenjar yaitu kelenjar bartholini. Selain itu vagina memiliki bagian kulit
penutup vagina dan selaput dara (hymen).
b. Uterus
merupakan organ internal sistem reproduksi wanita yang sering disebut dengan
rahim. Organ ini berbentuk seperti buah pir dengan ruang di dalamnya berbentuk
segitiga yang bagian atas lebih besar dari pada bawah. Uterus memiliki berat 30 -
40 gram pada wanita yang belum pernah melahirkan dan 75-100 gram pada Wanita
yang pernah melahirkan. Uterus terletak di antara kandung kemih dan rectum pada
rongga pelvis wanita dan memiliki fungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya janin, sehingga memiliki sifat sangat elastis, dapat membesar
menyesuaikan dengan pertumbuhan janin selama proses kehamilan.

9
c. Tuba Falopi
Disebut dengan saluran telur, berjumlah sepasang kanan dan kiri yang bagian
ujungnya melekat pada uterus.
d. Ovarium
Berbentuk oval, berjumlah sepasang kanan dan kiri dengan ukuran masing-masing
kurang lebih 2x4x1,5 cm. Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1) mengeluarkan hormon esterogen dan progesteron; dan
2) mengeluarkan sel telur (ovum) setiap bulan.

gambar 3 organ internal sistem reproduksi wanita

gambar 5 Sistem reproduksi wanita tampak dari samping

10
B. Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria terdiri dari organ-organ internal dan eksternal yang berfungsi dalam
produksi, penyimpanan, dan pengiriman sel sperma untuk pembuahan. Organ-organ ini
meliputi penis, skrotum, testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan uretra.

Berikut adalah penjelasan tentang organ-organ eksternal dan internal system reproduksi
pria

Organ Eksternal ;

a. Penis
Organ yang berfungsi sebagai alat kelamin eksternal. Bagian ujungnya disebut
kepala penis (glans penis), dan memiliki kulit khusus yang disebut kulup (foreskin)
yang dapat digulung ke belakang. Pada saat ereksi, jaringan di dalam penis akan
mengembang dan memungkinkan aliran darah ke penis, sehingga memperpanjang
dan memperbesar ukurannya.
b. Skrotum
Kantung kulit longgar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan testis. Skrotum
mengatur suhu di sekitar testis agar tetap dalam kisaran suhu yang tepat untuk
produksi sperma.

Organ Internal ;

a. Testis
Organ utama sistem reproduksi pria. Testis berfungsi dalam memproduksi sel
sperma dan hormon testosteron. Testis terletak di dalam skrotum dan dibungkus
oleh lapisan jaringan ikat dan otot.
b. Epididimis
Saluran yang panjang dan melingkar yang berada di atas setiap testis. Di dalam
epididimis, sel sperma diproses dan disimpan hingga siap untuk diejakulasi.
c. Vas deferens
Saluran yang menghubungkan epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi sebagai
jalur pengangkutan sperma dari epididimis ke vesikula seminalis dan kemudian ke
uretra selama ejakulasi.
d. Vesikula seminalis

11
Kelenjar berbentuk seperti kantung yang mengeluarkan cairan yang mengandung
nutrisi untuk sperma. Cairan ini bercampur dengan sperma selama ejakulasi dan
membentuk semen.
e. Kelenjar prostat
Kelenjar berbentuk seperti kantung yang mengeluarkan cairan yang membantu
melindungi sperma selama perjalanan mereka melalui saluran reproduksi wanita.
Cairan ini juga membantu melarutkan sperma dan membuatnya lebih mudah
bergerak.
f. Uretra
Saluran yang menghubungkan kandung kemih ke penis dan berfungsi sebagai jalur
pengeluaran urine dan semen.

gambar 7 Organ sistem reproduksi pria eksternal dan internal

2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi


Fisiologi sistem reproduksi manusia melibatkan proses-proses seperti ovulasi, fertilisasi,
kehamilan, dan persalinan. Pada wanita, setiap bulan terjadi ovulasi di mana sel telur yang
matang dilepaskan dari ovarium dan masuk ke tuba falopi. Bila sel telur bertemu dengan
sperma yang masuk melalui vagina selama hubungan seksual, maka akan terjadi fertilisasi
dan pembuahan sel telur. Embrio yang terbentuk kemudian akan menempel pada dinding
uterus dan berkembang menjadi janin. Pada akhir kehamilan, janin akan dilahirkan melalui
proses persalinan.

1. Fisiologi reproduksi Wanita


Siklus menstruasi

12
Siklus menstruasi adalah proses fisiologis bulanan pada wanita yang melibatkan
beberapa tahap seperti ovulasi, proliferasi endometrium, sekresi hormon, dan
lainnya.

Fertilisasi dan implantasi


Fertilisasi adalah proses penyatuan antara sel telur dan sel sperma, sedangkan
implantasi adalah proses penanaman embrio pada dinding rahim. Keduanya
merupakan proses penting dalam reproduksi wanita.

2. Fisiologi system reproduksi pria


Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma pada pria. Proses ini
melibatkan beberapa tahap seperti pembelahan mitosis, meiosis, dan diferensiasi
sel-sel sperma.
Ereksi dan ejakulasi
Ereksi dan ejakulasi adalah proses fisiologis penting dalam reproduksi pria. Ereksi
adalah proses pengerasan penis, sedangkan ejakulasi adalah proses pelepasan
sperma dari tubuh.

2.3 Kodefikasi system reproduksi manusia


Kodefikasi sistem reproduksi manusia adalah suatu sistem kode yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menandai berbagai jenis penyakit atau gangguan yang berkaitan
dengan sistem reproduksi manusia. Kodefikasi ini biasanya digunakan oleh tenaga medis
seperti dokter, perawat, dan ahli kesehatan lainnya untuk membantu dalam diagnosis,
perawatan, dan pengobatan pasien.

Kodefikasi sistem reproduksi manusia umumnya menggunakan kode yang ditetapkan oleh
International Classification of Diseases (ICD) yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (WHO). Kode-kode ini terdiri dari huruf dan angka yang menggambarkan
jenis penyakit atau kondisi tertentu.

Kodefikasi yang digunakan pada sistem reproduksi manusia di antaranya:

13
1. N97: Gangguan menstruasi, tidak tergolong di tempat lain
2. N80: Endometriosis
3. N95: Gangguan menopause dan perimenopause
4. N99: Gangguan sistem reproduksi wanita, tidak tergolong di tempat lain
5. N40: Pembesaran prostat
6. N43: Varikokel
7. N48: Gangguan penis
8. N50: Gangguan testis
9. N99: Gangguan sistem reproduksi pria, tidak tergolong di tempat lain

Dalam praktik klinis, penggunaan kodefikasi ini membantu dokter dan perawat untuk
mengidentifikasi dan menangani masalah sistem reproduksi manusia dengan lebih cepat
dan akurat. Selain itu, kodefikasi juga mempermudah pengumpulan dan analisis data
kesehatan, sehingga memungkinkan penelitian dan evaluasi kesehatan yang lebih baik.

Penggunaan tanda baca pada kode ICD-10

1. Tanda inklusif (inclusion) pada ICD-10 digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
kondisi medis termasuk dalam kategori tertentu dan harus dicari kode yang sesuai untuk
kondisi tersebut.

Contoh kode yang menggunakan tanda inklusif dalam ICD-10 dan berkaitan dengan sistem
reproduksi manusia antara lain:

O00.1 - Kehamilan ektopik tuba Fallopi

N70.0 - Salpingitis akut

N81.0 - Prolaps organ panggul tanpa prolaps vagina

Ketiga kode di atas menggunakan tanda inklusif yang sama, yaitu "Termasuk", yang
menunjukkan bahwa kondisi medis tersebut harus dicari kode yang termasuk dalam
kategori tersebut. Dalam hal ini, O00.1 termasuk dalam kategori "Kehamilan ektopik",
N70.0 termasuk dalam kategori "Salpingitis", dan N81.0 termasuk dalam kategori "Prolaps
organ panggul".

2. Tanda eksklusif (exclusion) pada ICD-10 digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
kondisi medis tidak termasuk dalam kategori tertentu dan harus dicari kode yang berbeda
untuk kondisi tersebut.

14
Contoh kode yang menggunakan tanda eksklusif dalam ICD-10 dan berkaitan dengan
sistem reproduksi manusia antara lain:

N83.0 - Batu saluran kemih pada wanita

N23 - Kolik ginjal

N20.0 - Batu ginjal di kantong kemih

O22.0 - Varises vena pada kehamilan

Ketiga kode pertama (N83.0, N23, N20.0) menggunakan tanda eksklusif yang sama, yaitu
"Bukan karena batu saluran kemih pada wanita", yang berarti bahwa batu saluran kemih
pada wanita harus dicari kode lain. Sementara itu, kode keempat (O22.0) tidak termasuk
dalam kategori "Bukan karena batu saluran kemih pada wanita".

3. Tanda parentheses () pada ICD-10 digunakan untuk memberikan informasi tambahan


mengenai kondisi medis atau untuk memperjelas kode utama.

Beberapa contoh kode yang menggunakan parentheses dalam ICD-10 dan berkaitan
dengan sistem reproduksi manusia antara lain:

N95.2 - Gangguan menstruasi lainnya (jenis: premenopause) (ini menunjukkan jenis


gangguan menstruasi yang terkait dengan premenopause)

N94.6 - Perdarahan vagina yang tidak teratur (tipe: organik) (ini menunjukkan jenis
perdarahan vagina yang terkait dengan masalah organik)

Kode-kode tersebut memberikan informasi tambahan tentang jenis atau karakteristik


khusus dari suatu kondisi medis yang berkaitan dengan sistem reproduksi manusia.

4. Tanda colon (:) pada ICD-10 digunakan untuk membedakan antara kode utama dan sub-
kode yang diberikan untuk menunjukkan variasi tertentu dalam kondisi medis.

Beberapa contoh kode yang menggunakan colon dalam ICD-10 dan berkaitan dengan
sistem reproduksi manusia antara lain:

O00.2 - Abortus spontan dengan komplikasi lain (komplikasi: plasenta)

O08.3 - Kehamilan ektopik dengan perdarahan intraperitoneal (tipe: tanpa peritonitis)

N85.5 - Proliferasi endometrial atipikal (tipe: sedang atau berat)

15
Kode-kode tersebut menunjukkan variasi spesifik dalam kondisi medis yang berkaitan
dengan sistem reproduksi manusia, seperti komplikasi, tipe, atau tingkat keparahan.

5. Tanda point dash (·-) pada ICD-10 digunakan untuk menunjukkan bagian tambahan dari
kode utama yang memberikan informasi tambahan tentang jenis atau karakteristik kondisi
medis tertentu. Beberapa contoh kode yang menggunakan point dash dalam ICD-10 dan
berkaitan dengan sistem reproduksi manusia antara lain:

N81.0 - Prolaps uterus (pembatasan tingkat: -)

N85.0 - Polip endometrium (pembatasan jenis: ·0)

N87.1 - Displasia serviks sedang (pembatasan tingkat: ·1)

N89.0 - Sindrom ovarium polikistik (pembatasan jenis: ·2)

Pembatasan tingkat pada kode N81.0 dan N87.1 menunjukkan tingkat keparahan kondisi,
sedangkan pembatasan jenis pada kode N85.0 dan N89.0 menunjukkan karakteristik
spesifik dari kondisi tersebut.

6. Tanda brace ({}) digunakan dalam ICD-10 untuk menunjukkan kode yang dianggap
sebagai kode tambahan untuk suatu kondisi. Kode tambahan ini dapat digunakan untuk
memberikan informasi tambahan tentang kondisi tersebut atau untuk memberikan detail
tambahan tentang karakteristik pasien atau kondisi. Beberapa kode yang menggunakan
brace {} dalam ICD-10 dan berkaitan dengan sistem reproduksi manusia antara lain:

N95.1 - Gangguan menstruasi premenopause (kode tambahan: {Z13.1})

N96.1 - Abortus habitualis (kode tambahan: {O03.0})

N97.0 - Kelainan menstruasi tidak teratur (kode tambahan: {Z13.1})

N99.0 - Kelainan sistem genitourinari pada kehamilan, bersifat tidak spesifik (kode
tambahan: {O09.9})

Kode tambahan yang ditunjukkan oleh tanda brace {} dapat memberikan informasi
tambahan tentang pasien atau kondisi, yang dapat membantu dokter dan tenaga medis
dalam membuat diagnosis dan perencanaan perawatan yang lebih baik dan efektif. Namun,
penting untuk diingat bahwa penggunaan kode tambahan harus dilakukan dengan hati-hati
dan hanya jika memang dibutuhkan.

16
7. Kode Cross References dalam ICD-10 digunakan untuk menghubungkan suatu kondisi
dengan kondisi lainnya yang terkait atau berkaitan secara klinis. Kode Cross References
sering digunakan untuk memperjelas atau memperluas diagnosis pasien. Dalam sistem
reproduksi manusia, beberapa kondisi mungkin memiliki kode Cross References dalam
ICD-10 untuk menghubungkan kondisi tersebut dengan kondisi lainnya yang terkait atau
berkaitan secara klinis. Beberapa contoh kondisi dalam sistem reproduksi manusia yang
mungkin memiliki kode Cross References dalam ICD-10 antara lain:

N70.1 - Salpingitis dan ooforitis akut (kode Cross References: N70.9, N73.0)

N81.1 - Prolaps organ panggul tanpa spesifikasi (kode Cross References: N81.0, N81.2)

N89.8 - Kelainan lain pada organ genital perempuan, tidak tergolong di tempat lain (kode
Cross References: N89.0, N89.1, N89.2, N89.3, N89.4, N89.5, N89.6, N89.7)

8. Kode NEC (Not Elsewhere Classified) dalam ICD-10 digunakan untuk


mengklasifikasikan kondisi atau gejala yang tidak dapat diklasifikasikan dalam kode ICD-
10 yang lebih spesifik. Kode NEC sering digunakan ketika informasi yang diperlukan
untuk menentukan kode ICD-10 yang lebih spesifik tidak tersedia. Dalam sistem
reproduksi manusia, beberapa kondisi mungkin memiliki kode NEC dalam ICD-10 karena
informasi yang tersedia tidak cukup untuk menentukan kondisi yang lebih spesifik.
Beberapa contoh kondisi dalam sistem reproduksi manusia yang mungkin memiliki kode
NEC dalam ICD-10 antara lain:

N40.8 - Hipertrofi prostatik lainnya (termasuk NEC)

N94.8 - Kelainan lain pada organ genital perempuan (termasuk NEC)

N48.8 - Kelainan lain pada penis (termasuk NEC)

9. Kode tanda kurung siku ([ ]) dalam ICD-10 digunakan untuk menunjukkan kode
tambahan atau keterangan tambahan yang dapat digunakan bersamaan dengan kode utama.
Kode tambahan ini dapat memberikan informasi tambahan tentang kondisi yang terkait
dengan kode utama. Dalam sistem reproduksi manusia, beberapa kondisi mungkin
memiliki kode tanda kurung siku ([ ]) dalam ICD-10 untuk memberikan informasi
tambahan tentang jenis dan/atau lokasi kondisi. Beberapa contoh kondisi dalam sistem
reproduksi manusia yang mungkin memiliki kode tanda kurung siku ([ ]) dalam ICD-10
antara lain:

17
N80.4 [0] - Endometriosis pada rahim

N44.0 [0] - Hipertrofi prostatik tanpa obstruksi saluran kemih

N85.0 [0] - Endometrium polip

10. Kode NOS (Not Otherwise Specified) dalam ICD-10 digunakan untuk kondisi atau
gejala yang tidak dapat diidentifikasi atau diklasifikasikan secara lebih spesifik. Kode
NOS umumnya digunakan ketika informasi yang diperlukan untuk menentukan kode ICD-
10 yang lebih spesifik tidak tersedia. Dalam sistem reproduksi manusia, ada beberapa
kondisi yang diberi kode NOS dalam ICD-10, terutama ketika informasi yang diperlukan
untuk menentukan kondisi yang lebih spesifik tidak tersedia atau tidak lengkap. Beberapa
contoh kondisi dalam sistem reproduksi manusia yang dapat diberi kode NOS dalam ICD-
10 antara lain:

N89.9 - Kelainan nonspesifik organ genital perempuan

N48.9 - Kelainan nonspesifik penis

N50.9 - Kelainan nonspesifik testis

N99.9 - Kelainan nonspesifik organ genital laki-laki dan perempuan lainnya

11. ICD-10 (International Classification of Diseases 10th Revision) adalah suatu sistem
klasifikasi penyakit yang digunakan secara internasional. Kode asterisk (*) dalam ICD-10
digunakan untuk menandai kategori tertentu yang memerlukan kode tambahan atau
kategori tambahan. Dalam sistem reproduksi manusia, ada beberapa kondisi yang diberi
kode asterisk dalam ICD-10. Berikut adalah beberapa kondisi tersebut:

O00* - Kehamilan ektopik (hamil di luar rahim)

O01* - Kehamilan mola hidatidosa (tumor trofoblas)

O02* - Kehamilan lainnya yang tidak dapat ditemukan janin

O03* - Kejahatan janin dan kelainan tertentu pada plasenta

O04* - Komplikasi aborsi, molar dan kehamilan yang terganggu

O06* - Infeksi sistem reproduksi selama kehamilan, kelahiran, dan nifas

18
O07* - Trauma pada sistem reproduksi

2.4 Terminologi Medis


Terminologi medis merujuk pada bahasa khusus atau istilah-istilah yang digunakan dalam
bidang medis. Bahasa ini digunakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan, prosedur
medis, perawatan, obat-obatan, dan konsep-konsep medis lainnya. Terminologi medis
biasanya terdiri dari istilah-istilah teknis yang didasarkan pada bahasa Latin atau Yunani
Kuno, meskipun ada juga istilah-istilah modern yang dibentuk dari bahasa-bahasa lain.

Berikut Terminologi Medis pada system reproduksi

Tabel 1 Terminologi medis sistem reproduksi

Istilah Deskripsi
Ovarium Organ reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur.
Tuba Fallopii Saluran tipis yang menghubungkan ovarium dan rahim pada wanita.
Uterus Organ reproduksi wanita yang berfungsi sebagai tempat bagi embrio
dan janin berkembang.
Vagina Saluran tubuh wanita yang menghubungkan serviks dan vulva, di
mana janin lahir.
Klitoris Organ sensitif wanita yang berfungsi sebagai bagian dari sistem
reproduksi wanita.
Vestibulum Bagian luar vagina pada wanita.
vulva
Labia majora Lipatan kulit besar yang membentuk bibir luar vulva.
Labia minora Lipatan kulit kecil yang membentuk bibir dalam vulva.
Hymen Jaringan membran tipis yang menutupi masuk vagina pada wanita.
Bartholin Kelenjar kecil yang terletak di dekat pintu masuk vagina pada wanita.
gland
Skrotum Kantung kulit yang terletak di bawah penis pada pria, yang
mengandung testis.
Testis Organ reproduksi pria yang menghasilkan sperma dan hormon
testosteron.
Epididimis Saluran panjang dan berliku yang terletak di atas testis, yang
berfungsi untuk menyimpan dan membawa sperma keluar dari testis.
Vas deferens Saluran yang menghubungkan testis dengan uretra pada pria.

19
Ejakulasi Proses pelepasan sperma dari penis saat orgasme pada pria.
Penis Organ reproduksi pria yang berfungsi untuk ejakulasi sperma dan
mengirimkan sperma ke dalam vagina.
Sperma Sel reproduksi pria yang digunakan untuk membuahi sel telur wanita.
Prostat Kelenjar yang terletak di bawah kandung kemih pada pria yang
menghasilkan cairan prostat.
Hormon Zat kimia yang dihasilkan oleh organ reproduksi dan berfungsi untuk
mengontrol berbagai fungsi reproduksi, seperti perkembangan seksual
dan menstruasi.
Menstruasi Siklus bulanan yang terjadi pada wanita yang melibatkan pelepasan
sel telur dan pelepasan dinding rahim yang telah tumbuh.
Ovulasi Proses pelepasan sel telur dari ovarium pada wanita.
Fertilisasi Proses penyatuan sperma dan sel telur untuk membentuk embrio.
Implan Proses pemasangan embrio ke dalam dinding rahim wanita.Medis
pada system Reproduksi

Berikut adalah tabel lengkap prefix, suffix, dan root yang umum digunakan dalam
terminologi medis sistem reproduksi:

Tabel 2 contoh Prefix

Prefix Arti Contoh


a-, an- Tidak, tanpa Asexual, anovulasi
ad- Ke arah, dekat Adnexa
ante- Sebelum Antenatal
bi- Dua, kedua Bisexual
dys- Buruk, abnormal Disfungsi
endo- Di dalam Endometriosis
epi- Atas, di atas Epididimis
hemi- Setengah Hemicorporectomy
hyper- Berlebihan Hipertrofi
hypo- Kurang, di bawah Hipogonadisme
in- Di dalam Intracervikal
inter- Di antara Interstitial

20
intra- Di dalam Intramuskuler
multi- Banyak Multigravida
neo- Baru Neoplasma
para- Kelahiran, anak Parous
post- Setelah Postmenopausal
pre- Sebelum Premenstrual
pro- Mendukung, mempromosikan Prostat
retro- Ke belakang Retroperitoneal
semi- Setengah Seminal
sub- Di bawah Sublingual
super- Atas, di atas Superfisial
trans- Melintasi, melewati Transvaginal

Tabel 3 contoh Suffix

Suffix Arti Contoh


-algia Rasa sakit Mastalgia
-cele Hernia, pembengkakan Sistokel
-centesis Menusuk dan mengeluarkan Amniocentesis
cairan
-cide Membunuh Spermisida
-ectomy Pengangkatan Salpingektomi
-gen Menimbulkan, menghasilkan Androgen
-gram Gambaran Histerosalpingogram
-iasis Kondisi penyakit Elefantiasis
-it is Peradangan Vaginitis
-lithiasis Adanya batu Urolitiasis
-logist Dokter yang mempelajari Androlog
-logy Studi tentang Ginekologi
-lysis Pemecahan Hemolisis
-meter Alat untuk mengukur Colposcope
-oma Tumor, benjolan Karsinoma
-opsy Pembedahan Biopsi

21
-osis Kondisi, penyakit Endometriosis
-pexy Fiksasi Ooforektomi
-plasty Perbaikan, pembentukan kembali Labioplasti
-rrhaphy Pemulihan, jahitan Episiorefi
-scopy Melihat, mengamati Laparoskopi
-stomy Pemotongan, pembukaan Kolostomi
-therapy Terapi Hormonoterapi
-tomy Pengangkatan, pemotongan

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi manusia membantu kita memahami fungsi organ
reproduksi dan bagaimana organ-organ ini saling berinteraksi dalam melaksanakan fungsi
reproduksi. Selain itu, dengan memahami kodefikasi terkait sistem reproduksi, tenaga
medis dapat mengidentifikasi diagnosis dan prosedur medis yang terkait dengan sistem
reproduksi.
Dalam mempelajari terminologi medis, pembelajaran konteks dan pemahaman mengenai
prefix, suffix, dan root kata sangatlah penting. Dalam kesimpulannya, pemahaman tentang
terminologi medis, termasuk anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sistem reproduksi manusia,
sangat penting dalam memberikan perawatan kesehatan yang efektif dan akurat. Sebagai
tenaga medis, kita harus terus memperbarui pengetahuan kita dan menggunakan sumber
informasi yang terpercaya untuk memberikan perawatan kesehatan yang terbaik kepada
pasien.

3.2 Saran
Di era informasi saat ini, terdapat banyak sumber yang tersedia untuk mempelajari
terminologi medis dan informasi medis lainnya. Sebagai tenaga medis, sangat penting
untuk menggunakan sumber informasi yang terpercaya dan diakui oleh komunitas medis,
serta terus memperbarui pengetahuan kita dalam bidang ini. Oleh karena itu, untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, sangat penting bagi para tenaga medis
untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sistem
reproduksi manusia. Dengan pemahaman yang kuat tentang terminologi medis, tenaga
medis dapat memberikan perawatan dan pengobatan yang lebih efektif dan akurat kepada
pasien.

23
Daftar Pustaka
Anatomi Fisiologi Kelenjar Reproduksi dan Alat Kelamin (2005) oleh Sutrasno
Kartosudiro

Dasar-Dasar Anatomi (2011) oleh Sri Widati

Kumpulan Terminologi Kedokteran (2004) oleh Budi Utomo

Anatomi Fisiologi Kelenjar Reproduksi dan Alat Kelamin (2005) oleh Sutrasno
Kartosudiro

Dasar-Dasar Anatomi (2011) oleh Sri Widati

Kumpulan Terminologi Kedokteran (2004) oleh Budi Utomo

Balen, A. H., Rutherford, A. J., & Ledger, W. L. (2013). Textbook of Female Infertility
and Assisted Reproduction. CRC Press.

Knobil, E., & Neill, J. D. (2013). Encyclopedia of reproduction. Academic Pres

Andersson, K. E. (2011). Pharmacology of penile erection. Pharmacological reviews,


63(4), 811-859.

Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Masalah Terkait Kesehatan Serta Tindakan II


Anatomi,fisiologi,patologiterminologi medis dan Tindakan.
Irmawati, Elise Garmelia (2018)

World Health Organization (WHO)


https://www.who.int/standards/classifications/classification-of-diseases. Diakses pada 16
Februari 2023

Standarisasi kode klasifikasi diagnosis dan terminology


https://www.scribd.com/doc/315025728/Standarisasi-Kode-Klasifikasi-Diagnosis-Dan-
Terminologi#. Diakses pada 17 februari 2023

24
Ma'mun, N., Irawati, N., & Mutia, R. (2021). Penerapan Kode ICD-10 dalam Dokumentasi
Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan (p-ISSN: 2337-3434; e-ISSN: 2656-7744), 12(1),
87-97.

World Health Organization. (2010). International statistical classification of diseases and


related health problems (ICD-10). Geneva: World Health Organization.

World Health Organization. (2016). ICD-10: International statistical classification of


diseases and related health problems: tenth revision. World Health Organization.

25
Lampiran

Gametogenesis: Proses pembentukan sel-sel reproduksi (spermatozoa pada pria dan ovum
pada wanita) yang terjadi di dalam gonad.

Oogenesis: Proses pembentukan sel telur pada wanita yang terjadi di dalam ovarium.

Spermatogenesis: Proses pembentukan spermatozoa pada pria yang terjadi di dalam testis.

Ovulasi: Pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulan pada siklus menstruasi wanita.

Menstruasi: Proses pengeluaran darah dan jaringan dari rahim pada siklus menstruasi
wanita.

26
Fertilisasi: Proses penyatuan antara sperma dan sel telur yang menghasilkan zigot yang
kemudian berkembang menjadi embrio.

Implantasi: Penempelan embrio yang telah terbentuk pada dinding rahim.

Estrogen: Hormon seks wanita yang diproduksi oleh ovarium dan berperan dalam
pengaturan siklus menstruasi serta pembentukan karakteristik seksual sekunder wanita.

Progesteron: Hormon seks wanita yang diproduksi oleh ovarium dan berperan dalam
pengaturan siklus menstruasi serta menjaga kehamilan pada wanita.

Testosteron: Hormon seks pria yang diproduksi oleh testis dan berperan dalam pengaturan
karakteristik seksual sekunder pria dan perkembangan sistem reproduksi pada pria.

27

Anda mungkin juga menyukai