Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ TERMINOLOGI MEDIS, ANATOMI, FISIOLOGI DAN KODEFIKASI PADA


PERIODE PERINATAL “

Disusun Untuk Memenuhi

‘ Tugas Klasifikasi, Kodefikasi Penyakit ‘


Dosen Mata kuliah :

Yesmin H. Tuwohingide, SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH :
Anjani Kaunang
Maria Mandagi
Ignatia Grace
Gerald Karamoy
Oxanna Malaihollo
Samuel Tumewu
Syalomitha Pangalila

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA TOMOHON

Administrasi Rumah Sakit T.A 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan karena atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit
yang diberikan. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca.
Makalah yang kami buat ini berfokus untuk menjelaskan tentang “ Terminologi Medis, Anatomi,
Fisiologi Dan Kodefikasi Pada Periode Perinatal “ . Bagi kami sebagai penyusun, merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Tomohon, 19 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
2.1 Anatomi Fisiologi pada Periode Perinatal ................................................................... 2
2.2 Terminologi Medis, Kodefikasi Periode Perinatal ...................................................... 9
BAB III......................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Segala yang ada pada manusia dapat dilihat pertumbuhan
dan perkembangannya, baik fisik maupun psikisnya. Dari awal kehidupan hingga akhir hayat dapat
diamati dengan ilmu psikologi. Secara biologis hidup dimulai pada waktu konsepsi atau pembuahan.
Penting bagi semua orang untuk mengetahui perkembangan anak mulai dari masa pranatal hingga ke
masa-masa perkembangan berikutnya. Hal ini agar para orang tua tau dampak fisik dan dampak
psikologis apa saja yang bisa terjadi pada anak mulai dari awal perkembangan hingga pada akhirnya.
Perkembangan manusia, tidak dimulai ketika dilahirkan di dunia, melainkan dimulai dari masa
sebelum kelahiran atau yang lebih sering disebut dengan masa pranatal. Dalam masa pranatal ini,
manusia mulai mengalami perkembangannya. (Santrock 2007) Tahap pranatal merupakan awal dan
penentu tahapan perkembangan berikutnya.
Setiap hari selama 9 bulan 10 hari perkembangan pranatal sangatlah penting untuk menghasilkan
bayi yang sehat. Gen yang diturunkan ayah dan ibu bayi menentukan semua ciri-ciri fisik dan juga
kelainan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa watak mungkin mempunyai dasar biologis.
Kesehatan ibu dan asupan gizinya, baik sebelum dan selam kehamilan, sangat berpengaruh terhadap
kelahiran bayi yang sehat. Dukungan perhatian dari ayah dan ibu selama masa kehamilan juga
mendorong perkembangan calon bayi.
Setelah melalui masa pranatal sekian bulan, janin yang sudah sempurna akan masuk ke masa
kelahiran. Di mana ia akan keluar dari rahim ibunya dan mulai melihat dunia. Kelahiran adalah momen
yang sangat ditunggu oleh orang tua. Banyak berbagai hal yang harus dilakukan baik bayi maupun
orang tua untuk menghadapi kelahiran dan pasca kelahiran. Dalam menghadapi masa kelahiran
beberapa ibu terkadang harus menghadapi berbagai permasalahan pula. Permasalahan yang timbul juga
bisa mempengaruhi perkembangan bayi serta kondisi ibunya. Untuk sedikit memahami bagaimana
masa pranatal dan kelahiran dalam perkembangan manusia. selain itu ada hal-hal yang terkait dengan
kedua masa tersebut, serta faktor dan dampak yang dialami yang juga harus dipahami bagi semua calon
orangtua, maka dari itu artikel ini akan dibahas mengenai perkembangan masa pranatal dan kelahiran
bagi anak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu periode perinatal
2. Apa yang saja Terminologi Medis pada periode perinatal
3. Apa saja anatomi dalam periode perinatal
4. Apa saja fisiologi pada periode perinatal
5. Bagaimana kodefikasi penyakit pada periode perinatal
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan periode perinatal
2. Untuk mengetahui apa saja terminologi medis pada periode perinatal
3. Untuk mengetahui apa saja anatomi dalam periode perinatal
4. Untuk mengetahui apa saja fisiologi pada periode perinatal
5. Untuk mengetahui kodefikasi penyakit pada periode perinatal

1
BAB II
ISI
2.1 Anatomi Fisiologi pada Periode Perinatal
1. Perkembangan prinatal
Perinatal adalah waktu di sekitar kelahiran atau proses kelahiran. Dalam definisi lain
Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan
sebelumnya dan satu bulan sesudahnya). Preiode perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode
gestasi lewat dan berakhir tujuh hari setelah kelahiran.

Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia. Dimulai dari pembuahan
yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur yang telah matang dibuahi oleh
sel sperma yang matang yang akhirnya akan menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot.
Pembuahan ini menandakan berfungsi dengan baiknya organ reproduksi manusia.
Dalam pembuahan ada beberapa kondisi yang ditentukan:
a. Bawaan lahir
b. Penentuan jenis kelamin
c. Jumlah anak
d. Urutan dalam keluarga

Perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahap, yaitu geminal, embrionik dan fetal.
Selama tahapan prenatal ini, zigot yang awalnya hanya satu sel kemudian tumbuh menjadi embrio
yang kemudian menjadi janin. Sebelum dan sesudah lahir perkembangan terus berlangsung
mengikuti dua prinsip. Pertama, prinsip sefalokaudal, bahwa perkembangan berlangsung dari
kepala ke bagian bawah tubuh. Kepala embrio, otak, dan mata terbentuk paling awal dan berukuran
besar serta tidak proporsional sampai bagian-bagian tubuh lain terbentuk. Kedua, prinsip
proximodistal, perkembangan berlangsung dari bagianbagian tubuh yang dekat dengan bagian
tengah tubuh menuju keluar. Kepala dan dada embrio terbentuk sebelum terbentuknya tungkai dan
lengan serta kaki terbentuk sebelum terbentuknya jari tangan dan kaki.(Papalia, Olds, dan Feldman
2009).
a. Tahapan Germinal
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot membelah diri dan
menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada dinding rahim menjadi tanda awal masa
kehamilan. Dalam waktu 36 jam setelah pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan
duplikasi sel cepat (mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16 dan
kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus berlangsung sampai
satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta atau lebih sel khusus yang membentuk tubuh
manusia. (Papalia, Olds, dan Feldman 2009). Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah

2
dibuahi kemudian melewati tuba falopi menuju rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk yang
semula kumpulan sel yang berbentuk bola berubah menjadi bulatan yang berisi cairan dan
disebut blastosista. Blastosista ini mengapung bebas dalam rahim selama 1-2 hari lalu melekat
di dinding rahim. Hanya sekitar 10-20% dari telur yang dibuahi yang dapat menyelesaikan
tugas penting melekatkan diri pada dinding rahim dan menjadi embrio.

Sebelum melekatkan diri, seiring dengan diferensiasi sel terjadi, beberapa sel di bagian luar
blastosista berkumpul di satu sisi untuk membentuk cakram embrionik, masa sel yang menebal
yang menjadi tempat bagi embrio untuk mulai berkembang. Massa ini akan melakukan
diferensiasi menjadi tiga lapisan. Ektoderma (lapisan paling atas) akan menjadi lapisan luar
kulit, kuku rambut, gigi, panca indera, dan sistem saraf termasuk otak dan tulang belakang.
Endoderma (lapisan bawah) akan menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah,
dan pernapasan. Mesoderma (lapisan tengah) akan membangun dan mendiferensiasi menjadi
lapisan kulit dalam, otot, tulang, serta sistem pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain dari
blastosista mulai terbentuk menjadi organ yang akan menghidupi dan melindungi embrio:
rongga amnion, dengan lapisan luarnya, amnion dan karion, plasenta dan tali pusar.(Papalia,
Olds, dan Feldman 2009).
b. Tahapan Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan sistem tubuh utama
berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio paling rentan terhadap pengaruh
destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem atau struktur organ yang masih berkembang pada
saat terpapar lebih mungkin untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan
tahapan selanjutnya tidak lebih serius. Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk
mengalami keguguran secara spontan atau dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada janin
perempuan. Walaupun sekitar 125 lakilaki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta yang fakta
yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa kromosom Y yang lebih kecil,
hanya 105 anak laki-laki yang dilahirkan untuk setiap 100 perempuan. Kerentanan laki-laki
berlanjut setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang meninggal di awal kehidupan, dan
di setiap tahapan kehidupan mereka lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hasilnya,
hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di AS. (Papalia, Olds, dan Feldman 2009).
c. Tahapan Fetal
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai dengan masa kelahiran.
Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar 20 kali lebih besar daripada ukuran
panjangnya dan organ sekaligus sistem tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti
kuku jari tangan dan kaki tumbuh serta kelopak mata terbuka. Tingkat aktivitas dan pergerakan
janin menunjukkan perbedaan individual yang ditandai dengan kecepatan jantung mereka yang
berubah-ubah. Janin lakilaki, terlepas dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan cenderung lebih
semangat saat bergerak selama masa kehamilan. Dengan demikian, kecenderungan bayi laki-
laki untuk lebih aktif dibandingkan bayi perempuan mungkin merupakan bagian dari
pembawaan sejak lahir.(Papalia, Olds, dan Feldman 2009).
Berawal dari sekitar minggu ke12 masa kehamilan, janin menelan dan menghirup cairan
ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban mengandung zatzat yang melewati plasenta dari

3
aliran darah ibu dan memasuki aliran darah bayi. Mengonsumsi zat ini dapat merangsang indera
pengecapan dan penciuman yang sedang berkembang dan berkontribusi terhadap
perkembangan organ yang dibutuhkan untuk bernapas dan mencerna. Sel perasa yang matang
muncul sekitar 14 minggu usia masa kehamilan. Janin melakukan respons terhadap suara dan
detak jantung serta getaran dari tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan
merasa. Respons terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada minggu ke-26 dari masa
kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya pada sekitar inggu ke-32. Janin sepertinya
belajar dan mengingat. Dalam satu eksperimen, bayi berusia 3 hari menghisap putting susu
ibunya lebih sering saat mendengar rekaman cerita yang sering dibacakan keras-keras oleh
ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan dibandingkan dengan saat mereka mendengar
dua cerita lain. Sepertinya bayi mengenali pola bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan.
Kelompok kontrol di mana para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran bayi mereka,
melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen serupa menemukan
bahwa bayu berusia 2-4 hari memilih musik dan suara yang mereka dengar sebelum lahir.
Mereka juga memilih suara ibu mereka dibandingkan dengan suara perempuan lain, suara
perempuan dibandingkan lakilaki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka dibandingkan
bahasa lain. Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka meningkat.
Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak jantungnya akan menurun jika
merupakan suara orang yang tidak dikenal. Dalam penelitian lain, bayi baru lahir menghisap
susu ibunya diberikan pilihan apakah ia akan memilih rekaman suara ibunya atau suara yang
telah “di filter” sehingga terdengar seperti di dalam rahim. Bayi baru lahir mengisap lebih
sering saat mendengar suara yang di filter, menunjukkan bahwa janin telah mengembangkan
preferensi terhadap bunyi yang mereka dengar sebelum lahir.(Papalia, Olds, dan Feldman
2009).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal
a. Teratogen.
Unsur-unsur yang menyebabkan adanya kelainan pada kelahiran akibat dari proses
kehamilan yang tidak optimal. Bila teratogen beraksi pada awal kehamilan saat proses
pembuahan dan organogenesis, bisa jadi berdampak negatif pada janin yang
mengakibatkan kelainan anatomis. Namun, apabila teratogen beraksi pada saat
organogenesis sudah lengkap dan matang di usia kehamilan tua, kemungkinan tidak
menyebabkan kelainan anatomis.(Hapsari 2017).
b. Faktor ibu.
Ibu menjadi kunci utama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Sehingga
kondisi fisik dan psikis ibu harus dijaga agar janin berkembang dengan sempurna. Selain
itu, penyakit dan kondisi ibu selama kehamilan bisa mengakibatkan infeksi, kelainan dan
kerusakan selama proses kehamilan yang mengakibatkan bayi lahir kurang sempurna.
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi janin, di antaranya, campak rubella, sifilis,
herpes alat kemaluan, dan AIDS. Selain dari penyakit, usia ibu juga mempengaruhi janin.
Ibu yang hamil di usia beresiko yaitu saat remaja (dibawah 18 tahun) dan saat usia ibu
sudah memasuki dewasa tengah (di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu remaja, kebanyakan
mengalami prematur dan keguguran. Pada ibu yang berusia paruh baya, kehamilan bisa
berakibat keguguran, keterbelakangan mental pada bayi, dan komplikasi penyakit.
c. Faktor ayah.
Ayah juga berperan penting dalam perkembangan optimal janin. Perhatian dan kasih
sayang seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi ibu akan stabil, tenang dan bahagia.
Stimulasi ayah pada janin dan sering mengajak bicara janin dalam kandungan juga dapat
menenangkan janin, membangun ikatan emosional bayi dengan ayah dari suara dan
sentuhan bayi, bisa berdampak pada perkembangan bahasa bayi. Selain itu, usia ayah yang
sudah terlalu tua mengakibatkan anak kekurangan kalsium sehingga tinggi badannya
kurang dan bisa mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental seperti down

4
syndrome.(Hapsari 2017).
d. Lingkungan.
Polusi dan bahan-bahan beracun yang semakin banyak di suatu lingkungan dapat
membahayakan kondisi janin dalam kandungan dan berakibat keterbelakangan mental
pada anak. Terkontaminasi polusi dan bahan-bahan beracun dapat mengakibatkan
keterbelakangan mental pada anak. Ibu yang sedang mengandung sebaiknya sangat
berhatihati dengan lingkungan dan apa yang akan di konsumsinya, karena jika ia
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan-bahan beracun dapat mengganggu
perkembangan janin.(Hapsari 2017).

3. Fisiologi Perinatal
Perinatal adalah periode 22 minggu setelah masa gestasi dan berakhir tujuh hari setelah
kelahiran. Pengakajian segera setelah lahir sangat penting dilakukan, untuk mengetahui
keberhasilan penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine (dalam uterus) ke ekstrauterine
(dunia). Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui
normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan.
A. PENGKAJIAN TAHAP I
Pengkajian tahap I adalah pengkajian bayi baru lahir (BBL) pada menit-menit pertama
segera setelah kelahiran. Pengkajian tahap I bertujuan untuk mengkaji adaptasi BBL dari
kehidupan dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Pengkajian tahap I dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian APGAR Score, yaitu sebuah metode sederhana yang
diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1952. Metode ini dikenal
sebagai metode sederhana untuk menilai secara cepat kondisi kesehatan BBL sesaat setelah
kelahiran.
Berikut ini akan dijelaskan tentang kriteria penilaian, skala penilaian, prosedur penilaian,
hasil penilaian dan penatalaksanaan penilaian APGAR Score.
a. Kriteria Penilaian APGAR Score
Kriteria Penilaian APGAR Score dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) appearance (warna kulit);
2) pulse (frekuensi jantung);
3) grimace (reflek terhadap rangsangan);
4) activity (tonus otot); dan
5) respiration (usaha nafas).
b. Skala Penilaian APGAR Score Skala Penilaian APGAR Score berada pada rentang
nilai 0 sampai dengan 2, selanjutnya akan dijelaskan masing-masing skala penilaian
lima kriteria sebagai berikut.
1) Appearance (warna kulit).
Ketika bayi setelah lahir tentunya akan mudah sekali melihat warna kulitnya.
Normalnya warna kulit bayi setelah lahir adalah kemerahan atau tidak pucat. Jika
saat bayi lahir warna kulitnya pucat, maka diberi nilai 0. Jika hanya pada
ektermitas (tangan atau kaki) pucat atau biru, maka diberi nilai 1. Sedangkan jika
warna kulitnya kemerahan, diberikan nilai 2.
2) Pulse/heart rate (frekuensi jantung). Untuk menilai frekuensi jantung adalah
dengan menggunakan stetoskop (alat pendengar frekuensi jantung). Ketika tidak
terdengar suara jantung bayi maka penilaian APGAR adalah 0 (Nol). Saat suara
detak jantung bayi terdengar, namun tidak mencapai 100 kali per menit nilai
APGAR adalah 1. Normalnya jantung bayi berdetak di atas 100 kali per menit,
maka nila APGAR adalah 2. Penilaian dilakukan dengan cepat, yaitu dengan
menghitung frekuensi jantung selama 6 detik, setelah itu dikalikan sepuluh kali.
Apabila penilaian dihitung selama satu menit, akan memperlama proses penilaian
bayi. Nilai normal detak jantung bayi adalah 120 sampai 160 kali per menit. Perlu

5
diperhatikan, jika detak jantung di atas 160 kali per menit bukan pertanda baik,
karena frekuensi di atas 160 kali per menit juga merupakan pertanda bayi kesulitan
bernapas.
3) Grimace (reflek terhadap rangsangan). Setelah lahir, bayi seharusnya peka
terhadap rangsangan. Reflek yang dihasilkan umumnya adalah menangis, batuk
atau bersin. Jika reflek tersebut ada maka nilai APGAR adalah 2. Apabila saat
distimulasi (memberikan rangsang taktil atau yang lainnya) bayi tidak merespon,
maka nilai APGAR adalah 0. Sedangkan nilai 1 diberikan apabila saat distimulasi,
hanya terlihat pergerakan pada wajah bayi.
4) Activity (tonus otot). Saat bayi lahir tentunya pada bagian kaki dan tangan secara
spontan akan bergerak. Gerakan tersebut berupa flexi (menekuk ke arah diri
sendiri) atau ektensi (seperti gerak meluruskan). Jika gerakan bayi aktif maka
penilaian APGAR adalah 2. Apabila bagian ektermitas hanya sedikit yang flexi
atau seperti lunglai, maka nilainya 1. Sedangkan nila 0 diberikan apabila tidak ada
tonus otot yang terjadi.
5) Respiration (usaha napas). Saat bayi mengalami kesulitan bernapas, bagian dada
bayi akan terlihat seperti ada cekungan, atau seperti adanya upaya bayi sedang
menarik napas. Untuk melihat usaha napas, dapat dihitung melalui berapa kali bayi
bernapas dengan melihat kembang kempis dadanya, yang secara normal adalah
sebanyak 30 – 60 kali per menit. Ini adalah penilaian yang cukup lama untuk
dilakukan saat bayi baru lahir, sehingga usaha respirasi ini dapat di identifikasi
dengan bayi yang menangis kuat dan pernafasan baik teratur.
B. PENGKAJIAN TAHAP II
Pengkajian tahap II atau yang disebut dengan masa transisional dan reaktifitas adalah
pengkajian BBL yang dilakukan pada 24 jam pertama kelahiran. Pengkajian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas bayi apakah normal atau tidak normal, dan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan BBL yang terjadi dan segera memerlukan pertolongan
pelayanan petugas kesehatan.
Pengkajian tahap II terdiri dari dua bagian sebagai berikut.
a. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir (BBL)
Penampilan dan perilaku BBL dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Periode Reaktivitas I.
Penampilan dan perilaku BBL pada 30 menit pertama setelah kelahiran adalah
sebagai berikut:
a) bayi kadang terjaga dengan mata terbuka;
b) memberikan respon terhadap stimulasi;
c) menghisap dengan penuh semangat;
d) menangis;
e) warna kulit sianosis;
f) respiration rate dan heart rate meningkat; dan
g) keluar mukus pada mulut.
2) Periode Tidur.
Penampilan dan perilaku BBL pada 30 menit pertama sampai dengan 2 jam, adalah
sebagai berikut:
a) respiration rate, heart rate dan suhu tubuh menurun;
b) bayi tidur nyenyak;
c) menangis;
d) mukus berkurang;
e) warna kulit kemerahan; dan
f) bising usus dapat didengar.
3) Periode Reaktivitas II.

6
Penampilan dan perilaku BBL pada 2 sampai 6 jam pertama setelah kelahiran,
adalahsebagai berikut:
a) bangun dari tidur yang nyenyak;
b) menghisap;
c) respiration rate dan heart rate labil;
d) bayi tersedak; dan
e) bayi sering berkemih dan mengeluarkan meconium.
b. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL)
Berikut ini akan dijelaskan tentang tujuan dan langkah-langkah pemeriksaan fisik BBL
sebagai berikut.
1) Tujuan pemeriksaan fisik BBL adalah:
a) untuk menentukan status kesehatan bayi;
b) mengidentifikasi masalah;
c) mengambil data dasar untuk menentukan rencana asuhan;
d) untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
segera; dan
e) untuk menentukan data objektif dari riwayat kesehatan bayi.
2) Langkah-langkah pemeriksaan fisik BBL adalah sebagai berikut
a) Pengukuran antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos dan
metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri
berarti ukuran dari tubuh. Metode antropometri adalah menjadikan ukuran
tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Pengukuran
antropometri terdiri dari penimbangan berat badan, pengukuran panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran antropometri pada bayi dengan kondisi normal adalah sebagai berikut:
1) berat badan normal 2500 - 4000 gram;
2) panjang badan normal 48 - 53 cm;
3) lingkar kepala normal 33 – 35 cm; dan
4) lingkar dada normal 30,5 – 33 cm
b) Pemeriksaan Fisik
i. Kepala Bayi.
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm atau
hidrosefalus. Jika fontanel menonjol indikasi peningkatan tekanan
intrakranial, jika cekung indikasi akibat dehidrasi. Perhatikan adanya
kelainan kongenital seperti anensefali, mikrosefali, dan kraniotabes Selain
itu periksa adanya trauma kelahiran seperti caput suksedanum, cepal
hematoma, perdarahan subaponeurotik, atau fraktur tulang tengkorak.
ii. Mata. Periksa reaksi pupil terhadap cahaya, reflek mengedip terhadap
cahaya dan sentuhan. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis
oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan.
iii. Telinga. Periksa telinga dengan bayangkan sebuah garis lurus melintas di
kedua mata bayi secara vertikal untuk mengetahui bayi mengalami
Syndrom Down. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (pierre-robin). Perhatikan
adanya kulit tambahan atau aurikel pada telinga.
iv. Hidung. Kaji bentuk dan lebar hidung, bayi harus bernapas dengan hidung,
dan jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi
jalan napas. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang

7
berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital. Periksa adanya
pernapasan cuping hidung, karena jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
v. Mulut. Periksa bibir bayi apakah ada sumbing atau kelainan. Peiksa refleks
menghisap bayi (Sucking Refleks), rooting refleks dinilai dengan
menekan pipi bayi maka bayi akan mengarahkan kepalanya kearah jari
anda, atau pada saat bayi menyusu dapat menilai refleks menelan bayi
(Swallowing Refleks).
vi. Lidah. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan
edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar
masuk.
vii. Leher. Leher bayi biasanya pendek dan perlu diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakan leher harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan
trisomi 21.
viii. Dada. Periksa gerakan dada saat bernafas, apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma, atau
hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal ditunjukkan dengan
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum
atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup
bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris.
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
ix. Tangan. Periksa kedua lengan yang harus sama panjang, dengan cara
meluruskan kedua lengan ke bawah. Tidak ada hambatan pergerakan
kedua lengan. Jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari, perhatikan adanya polidaktili
atau sidaktili.
x. Abdomen. Periksa abdomen tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Abdomen
yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya, Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.
xi. Punggung. Periksa keadaan punggung bayi dengan membalikkan badan
bayi dan lihat punggungnya, jalankan jari jemari anda untuk menelusuri
punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang punggungnya.
xii. Genetalia. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.
Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia. Skrortum
dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua buah. Pada bayi
perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora, lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina. Terkadang tampak adanya sekret
yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bleeding).
xiii. Anus dan rectum. Periksa adanya kelainan atresia anus. Kaji pengeluaran
mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan

8
xiv. Kulit bayi. Verniks pada kulit bayi tidak perlu dibersihkan untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi. Periksa warna kulit, adanya pembengkakan, atau
bercak-bercak. Amati tanda lahir bayi, mongolord (hitam hijau) dan
Salmon (Merah). Mencatat seluruh hasil pemeriksaan dan laporkan setiap
kali ada kelainan yang anda temukan saat pemeriksaan.
3) Pengkajian Tahap III
Pengkajian tahap III atau yang disebut dengan masa periodik adalah pengkajian
BBL setelah 24 jam pertama kelahiran. Pengkajian tahap ini sangat penting
dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi tersebut. Oleh karena
itu pada tahap ini bayi perlu mendapatkan asuhan yang baik.
Beberapa tindakan asuhan yang diberikan pada bayi pada masa periodik adalah
sebagai berikut.
a) Makanan dan Minuman. Tindakan yang dilakukan untuk pemenuhan makan
dan minum adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan dan minuman yang terbaik bagi bayi. Memberikan ASI kepada bayi
sesuai kebutuhan bayi yaitu paling cepat setiap 2 jam sekali atau sesuai
keinginan ibu, jika dirasa payudara sudah penuh. Pemberian ASI secara on
demand/sesuai keinginan.
b) Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK). Tindakan yang
dilakukan untuk pemenuhan Buang Air Besar (BAB) adalah dengan menjaga
kebersihan area genitalia bayi. Jumlah feses bayi lahir cukup bervariasi dan
jumlah paling banyak antara hari ke 3 dan ke 6. Bayi akan mengeluarkan
mekonium, di mana fesesnya lengket berwarna hitam kehijauan selama 2 hari
pertama. Bentuk feses ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari
kandungan, setelah itu feses bayi berubah menjadi padat, berbiji, atau juga
berupa cairan. Feses bayi yang diberi ASI seringkali tidak berbentuk padat,
namun berbiji dan bisa juga berbentuk cair. Sedangkan feses bayi yang diberi
susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat,
sehingga bayi yang mengkonsumsi susu formula seringkali mengalami
kesulitan BAB. Setelah kelahiran, bayi seringkali buang air kecil dengan
frekuensi 7-12 kali per hari.
c) Mempertahankan suhu tubuh bayi. Tindakan yang dilakukan untuk
pemenuhan mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan menjaga suhu
tubuh ruangan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
d) Pencegahan infeksi. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan infeksi selalu
mencuci tangan sebelum kontak dengan bayi, menjaga kebersihan tali pusat
dan ibu bayi selalu menjaga kebersihan badan dan payudaranya sebelum
menyususi bayi.

2.2 Terminologi Medis, Kodefikasi Periode Perinatal


A. KONDISI DAN RIWAYAT KEHAMILAN
Kondisi kehamilan Bayi dari ibu yang pada saat hamilnya mengalami keluhan mempunyai
risiko 2,4 kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang pada saat kehamilan
tidak mengalami keluhan. Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat dicegah, atau dapat
diminimalisir, walau statistik menunjukkan 15-20% kehamilan normal dapat berubah menjadi
komplikasi pada saat persalinan. Salah satu cara yang efektif untuk memantau adanya komplikasi
adalah deteksi dini kehamilan berisiko tinggi, dengan cara melakukan pemeriksaan yang teratur
dan berkualitas. Di puskesmas deteksi dini risiko tinggi kehamilan ini sudah menjadi program yang
rutin, walau masih dengan cara sederhana yaitu masih dalam tahap seleksi awal, secara biomedis,
namun manfaatnya sudah dapat dirasakan. Karena pada dasarnya semua kehamilan adalah berisiko

9
tinggi, maka deteksi dini atau kewaspadaan tinggi ini hendaknya dilakukan pada semua kehamilan,
tidak hanya kehamilan berisiko saja.
Riwayat Kehamilan. Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus,
partus prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia/eklampsia, Ketuban Pecah
Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor (mioma atau kista
ovari), serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk
persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan
mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan.
B. PENYAKIT ATAU KELAINAN BAWAAN PADA JANIN
Morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) perinatal mempunyai kaitan sangat erat
dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara umum, penyebab
morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia, infeksi, trauma lahir, dan cacat
bawaan.
1. Gangguan Periode Perinatal Karena Penyakit
Selanjutnya akan dibahas berbagai gangguan penyakit yang mungkin dialami janin atau bayi pada
periode perinatal. Penyakit Infeksi Infeksi terjadi karena kuman yang menulari janin dengan cara
kontak langsung dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya:
1) pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga amnion;
2) partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak memperhatikan teknik aseptik
dan antiseptik memungkinkan masuknya kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam
rongga amnion; dan
3) pada ibu yang menderita gonore, kuman menulari janin pada saat janin melalui jalan lahir.

Beberapa Jenis Penyakit Bayi Baru Lahir/periode perinatal


a. Penyakit Kuning
Penyakit kuning pada bayi baru lahir merupakan salah satu yang paling umum terjadi. Hampir
semua bayi mengalami gangguan kesehatan ini. Apa sebenarnya penyebab penyakit kuning?
Munculnya penyakit kuning pada bayi yang baru lahir akibat peningkatan kadar bilirubin pada
minggu pertama setelah kelahiran. Namun bilirubin akan mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya usia bayi. Untuk menyeimbangakan kadar bilirubin sebaiknya berikan ASI
untuk bayi. Jangan menyepelekan penyakit kuning pada bayi sebab dapat menghambat
tumbuhkembangnya. Harus segera dilakukan penanganan yang baikdengan memeriksakan ke
dokter.
b. Penyakit Hemolitik. Penyakit yang satu ini terbilang berbahaya karena adanya masalah darah
antara bayi dan sang ibu. Penyebabnya yaitu perbedaan rhesus dari golongan darah bayi dan
ibunya. Perbedaan tersebut yang akan mengakibatkan kesalahan pada sistem imun yang masuk
ke plasenta, yang justru akan menyerang sel darah merah pada bayi yang baru lahir.
c. Gangguan Pencernaan. Bayi yang baru lahir sebaiknya jangan diberikan asupan makanan selain
ASI. Hal ini karena sistem pencernaan pada bayi belum sepenuhnya berfungsi untuk mencerna
makanan selain ASI. Masalah kesehatan yang muncul jika memberikan selain ASI yaitu terjadi
gangguan pencernaan pada bayi. Oleh karena itu sebaiknya bayi diberikan ASI ekslusif selama
6 bulan tanpa campur tangan makanan lain.
d. Hipotiroid. Ini merupakan salah satu penyakit pada bayi baru lahir yang jarang diketahui oleh
kebanyakan orangtua. Apabila tidak segera ditangani maka sangat berpotensi menyebabkan
masalah perkembangan pada bayi. Kekurangan tiroid pada bayi biasanya ditandai dengan
jarang menangis atau sembelit. Penyakit ini membutuhkan penanganan medis.
e. Ruam. Iritasi kulit memang menjadi masalah kesehatan yang lumrah terjadi pada bayi yang
baru lahir. Hal ini karena kulit bayi yang baru lahir masih sangat sensitif/peka dan juga tipis
sehingga jika kebersihan atau kelembaban kulitnya tidak dijaga maka sangat berpotensi
mengalami ruam. Biasanya area kulit yang rentan iritasi yaitu pada bagian selangkangan atau
area yang tertutup popok. Oleh karena itu harus diperhatikan kebersihan dan kelembaban kulit

10
bayi supaya tidak menyebabkan ruam.
f. Ikterus (kuning). Selama masa pasca melahirkan, bayi baru lahir melepaskan pigmen empedu
yang menyebabkan kulit menguning. Ikterus (sakit kuning) terjadi pada hari ke 4-5 setelah
kelahiran dan berakhir pada hari ke 9-10. Untuk bayi prematur, ikterus akan berlangsung lebih
lama. Ikterus fisiologis pada neonatus adalah hal yang masih normal dan tidak menyebabkan
gangguan pada tumbuh kembang anak.
g. Penurunan Berat Badan. Ini terjadi 3-4 hari setelah kelahiran dan penyebabnya adalah
perubahan lingkungan. Setelah 2 minggu menjalani perawatan intensif dan menyusu, bayi akan
mendapatkan berat badannya yang semula dan beratnya akan mulai bertambah seiring
berjalannya waktu.
h. Bersin dan hidung tersumbat. Ini disebabkan oleh iritasi, seperti saat anak menghirup asap
rokok, debu dan udara kering. Dengan demikian penting untuk menghindari menempatkan
kipas angin di kamar anak karena dengan mudah akan menyebarkan debu dari satu tempat ke
tempat lain. Untuk mencegah bersin dan hidung tersumbat pada anak, hindari penyebab iritasi,
seperti bulu hewan, asap rokok, debu; gunakan humidifier di dalam ruangan, gunakan
semprotan hidung atau obat iritasi hidung. Tetes hidung adalah larutan natrium klorida 0,9%,
dan alat sedot hidung untuk anak-anak yang menggunakan bola karet harus disterilkan dengan
air mendidih sebelum digunakan.
i. Cegukan. Pada bayi dan dewasa, ada banyak cara untuk mengatasi cegukan. Namun, ibu tidak
boleh menerapkan cara ekstrem pada bayi baru lahir seperti yang dilakukan oleh orang dewasa.
Cegukan pada bayi akan menghilang secara alami tanpa perlu terlalu dikhawatirkan. Jika
cegukan bayi berlangsung lama, sekitar 5-10 menit, ibu dapat memompa ASI ke sendok, dan
menyuapi beberapa sendok ASI atau air putih, untuk dapat mengurangi kemungkinan bayi
menyusu terlalu cepat.
j. Infeksi Pernapasan. Ini disebabkan oleh virus atau bakteri dan sangat umum pada bayi.
Penyakit ini berlangsung selama satu atau dua minggu dengan gejala hidung meler, demam,
dan tidak mau menyusu untuk beberapa hari. Gejala ini dapat bertahan sekitar 2-3 minggu.
Gejala yang lebih serius memerlukan perawatan dokter. Oleh karena itu, penting bagi bayi
untuk segera diperiksakan ke dokter. Bayi baru lahir bernapas melalui paru-paru dan gaya
pernapasan perut mereka berbeda dari orang dewasa, dengan apnea (kondisi tidak bernapas)
ringan yang sesekali terjadi karena pusat pernapasan yang tidak responsif. Rata-rata kenaikan
denyut jantung adalah 130 denyut per menit. Sel darah merah pada bayi bertambah dan
kemudian berkurang. Selain itu, usia sel darah ini lebih pendek untuk menyesuaikan keadaan
hidup mandiri dari tahap sebelumnya dalam kandungan ibu. Oleh karena tubuh bayi rentan
terhadap hipotermia, maka penting untuk selalu menghangatkan bayi. Sistem pencernaan bayi
dapat mulai mencerna segera setelah lahir, dan penting untuk menyusui bayi tepat setelah
kelahiran.
k. Penyakit Hirsprung atau Hirschsprung Disease. Ini adalah suatu kondisi langka yang
menyebabkan feses menjadi terjebak di dalam usus besar. Hal ini terjadi karena ketiadaan sel-
sel saraf di otot-otot sebagian atau seluruh usus besar bayi akibat proses pertumbuhan janin
yang tidak sempurna dalam kandungan. Bayi baru lahir yang memiliki Megacolon Congenital,
nama lain penyakit Hirschsprung, akan mengalami kesulitan buang air besar, tinja banyak
tertahan dalam usus besar sehingga terlihat perutnya membuncit. Kondisi ini terkadang
mempermudah terjadinya infeksi usus serius yang disebut enterocolitis jika tidak diidentifikasi
dan diobati sejak dini.

C. Istilah medis
Prematur = adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum waktu
kelahiran normal. Pada kondisi normal kelahiran akan terjadi setelah kandungan berusia 40
minggu.
Pre ( prefix) = sebelum

11
matur ( root ) = kondisi kelahiran normal;
ty (suffix) = menggambarkan, berkaitan

No Istilah Medis Prefix Root Suffix Artinya


1 Prematurity Pre Matur Ty kelahiran yang terjadi pada
tiga minggu atau lebih
sebelum waktu
kelahiran normal. Pada
kondisi normal kelahiran
akan terjadi setelah
kandungan berusia 40
minggu

2 Intraventricular Intra Ventricul Ar stroke yang diakibatkan oleh


haemorrhage Haem/o rrhage perdarahan arteri otak didalam
jarinan otak (intracerebral
hemorrhage) dan/atau
perdarahan arteri diantara
lapisan pembungkus otak,
piamater dan arachnoidea
(WHO,
2005)

3 Cerebral oedema Cerebr Al kondisi di mana terjadi


peningkatan jumlah air yang
terkandung di dalam otak.
Umumnya, edema

serebral terjadi akibat


reaksi inflamasi di otak

4 Cephalhaematoma Cephal Oma kumpulan darah di bawah


Haemat/o periosteum, jaringan sangat
kuat yang menutupi dan
menyelubungi tulang
(tengkorak). Kondisi ini hampir
selalu merupakan komplikasi
persalinan, terutama ketika
kepala janin dipaksa keluar

12
melalui jalan lahir, kepala
didorong maju sementara
serviks
mencengkeram.

5 Hypothermia hypo therm Ia kondisi medis yang terjadi


ketika tubuh kita kehilangan
suhu panas dibanding
kemampuannya memproduksi
suhu, menyebabkan suhu tubuh
rendah yang berbahaya.
Suhu tubuh normal manusia
berkisar 37 C dan Hypothermia
terjadi ketika suhu tubuh turun
dibawah
35 C
6 Subconjunctival Sub Conjunctiv Al rrhage kondisi mata merah yang
haemorrhage Haem/o umum terjadi. Namun, karena
munculnya kemerahan secara
tiba-tiba, tampilan dari kondisi
ini dapat mengganggu pasien
dan orang-orang sekitar
7 Intrauterine acidosis Intra Uterine acid Osis suatu keadaan dimana janin
dalam rahim kekurangan
oksigen dan kemudian

diikuti dengan penimbunan


asam asetat serta karbon
dioksida (CO2) sehingga
mengakibatkan
keadaan asidosis
intrauterin
8 Intrauterine anoxia Intra Uterine, anox keadaan uptake oksigen yang
Ia jelek dalam jaringan dan
mencakup kondisi
seperti shock postnatal.

13
9 Intrauterine asphyxia Intra Uterine, Perinatal asfiksia (berasal dari
asphyx Ia bahasa Yunani sphyzein yang
artinya "denyut yang berhenti")
merupakan kondisi kekurangan
oksigen pada pernapasan yang
bersifat mengancam jiwa.
10 Intrauterine distress Intra dis Uterine stress gawat janin merupakan suatu
keadaan di mana janin tidak
menerima cukup oksigen,
sehingga mengalami sesak

11 hypoxia hypo Ox Ia Penurunan kadar oksigen


dalam darah

12 Thrombocitopenia Thromb/o jumlah platelet-platelet yang


Cit/o penia lebih rendah dari normal dalam
darah.
Platelet-platelet adalah salah
satu dari komponen- komponen
darah bersama dengan sel-sel
darah putih
dan merah.
13 tachypnoea of tachy Pnoea bayi baru lahir (newborn)
newborn mengalami pernapasan yang
cepat dan butuh usaha

tambahan dari normal


karena kondisi di paru-paru

14 pneumonia Pneumon Ia menyebabkan penderita nya


mengalami sesak nafas seperti
pada penderita penyakit asma,
batuk dan juga demam. Karena
di salah satu, atau kedua oaru
paru nya terdapat bakteri,
jamur, atau virus yang telah

14
menginfeksi nya. sehingga paru
paru di penuhi cairan
seperti nanah.

15 emphysema emphysema penyakit progresif jangka


panjang pada paru-paru yang
umumnya menyebabkan napas
menjadi pendek.

16 pneumothorax Pneum/o penimbunan udara pada rongga


thorax pleura, yaitu dinding tipis di
antara paru-paru dan rongga
dada

17 Bronchopulmonary Bronch/o penyakit kronik, bersifat


pulmon Ry progresif dan tidak diketahui
penyebabnya ditandai adanya
edema
paru
18 Atelectasis atel ectasi pengkerutan sebagian atau
seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus)
atau akibat pernafasan yang
sangat
dangkal.
19 Cyanotic cyan otic Sianosis mengacu pada
kebiruan warna kulit, kuku

dan membran mukosa. Biasanya


Hemoglobin mengangkut
sebagian besar oksigen dalam
darah. Ini kapasitas oksigen dari
hemoglobin darah (hadir dalam
arteri) disebut
saturasi oksigen

15
20 Apnoea Newborn Apno Ea merupakan penyakit dimana
seseorang tidak bernapas
selama beberapa detik secara
spontan ketika tidur.

21 dysrhythmia dys Rhyth mia suatu tanda atau gejala dari


gangguan detak jantung atau
irama jantung

22 pneumonitis Pneum/o itis istilah umum yang mengacu


pada peradangan jaringan paru-
paru.

23 Ophthalmia Ophthal mia suatu infeksi mata pada bayi


neonatorum baru lahir yang didapat ketika
bayi melewati jalan lahir. .

24 Neonatal conjunctiv itis Peradangan conjuvtiva pada


conjunctivitis bayi baru lahir

25 dacryocystitis da Cry/0, cyst itis peradangan kandung air mata


yang kerap ditemukan pada
anjing dan kucing.

26 Haematemesis Haemat emesis muntah darah dan melena


adalah pengeluaran faeses atau
tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran
makan
bagian atas
27 Kernicterus Kern icterus suatu bentuk kerusakan otak
yang disebabkan oleh penyakit
kuning pada bayi yang baru
lahir

16
28 Polycythaemia poly cyth aemia kondisi yang berakibat pada
naiknya tingkat sel-sel darah
merah yang bersirkulasi dalam
aliran
darah.
29 Meconium peritonitis periton itis jika ditemukan area
hiperekogenik di dalam perut
janin pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan.

D. Kodefikasi
Periode neonatal adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya karena hipotermi pada bayi baru lahir akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya
dapat mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa
bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang.
Kode ICD-10-CM untuk kondisi perinatal dimulai dari kode ICD-10-CM P00 dan dilanjutkan
dengan kode ICD-10-CM P96. Sebagian besar kondisi ini, yang berkembang dalam jangka waktu
perinatal, adalah kondisi seumur hidup dan oleh karena itu jika kondisi tersebut bertahan kode ICD-
10-CM dari Bab 16, harus digunakan pada rekam medis sepanjang hidup pasien, terlepas dari
kondisi pasien.

Contoh 1: Seorang bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar, dengan transposisi lengkap
pembuluh darah besar, akan dilaporkan. Z38.01 persalinan melalui operasi caesar harus menjadi
diagnosis daftar pertama, diikuti dengan P20.3.
Contoh 2: Seorang bayi lahir dengan celah langit-langit keras dan langit-langit lunak. Kondisi ini
akan dilaporkan menggunakan P37.4.
Sebagai kesimpulan, cara terbaik untuk penugasan singkat dan pengurutan kode ICD-10-
CM yang paling akurat adalah peninjauan rekam medis bersama dengan pemahaman menyeluruh
dan penerapan instruksi dan pedoman khusus bab yang tercantum dalam Bagian 1.C. .16 & 17 dari
ICD-10-CM.

Note :
Codes from this chapter are for use on newborn records only, never on maternal records
Type 2 Excludes
• congenital malformations, deformations and chromosomal abnormalities (Q00-Q99 )
• endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E88)
• injury, poisoning and certain other consequences of external causes (S00-T88 )
• neoplasms (C00-D49 )
• tetanus neonatorum (A33)
Includes :
conditions that have their origin in the fetal or perinatal period (before birth through the first 28
days after birth) even if morbidity occurs later
Codes :

17
• P00-P04 Newborn affected by maternal factors and by complications of pregnancy, labor,
and delivery
• P05-P08 Disorders of newborn related to length of gestation and fetal growth
• P09-P09 Abnormal findings on neonatal screening
• P10-P15 Birth trauma
• P19-P29 Respiratory and cardiovascular disorders specific to the perinatal period
• P35-P39 Infections specific to the perinatal period
• P50-P61 Hemorrhagic and hematological disorders of newborn
• P70-P74 Transitory endocrine and metabolic disorders specific to newborn
• P76-P78 Digestive system disorders of newborn
• P80-P83 Conditions involving the integument and temperature regulation of newborn
• P84-P84 Other problems with newborn
• P90-P96 Other disorders originating in the perinatal period

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terminologi medis, anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sangat penting dalam periode perinatal, yang
mencakup masa kehamilan, persalinan, dan masa setelah kelahiran bayi. Terminologi medis
digunakan untuk menjelaskan kondisi medis yang mungkin terjadi selama periode perinatal.
Contohnya adalah eklampsia, preeklampsia, atau distosia bahu. Terminologi medis yang tepat
dapat membantu dokter dan tenaga medis lainnya untuk memahami kondisi yang terjadi dan
memberikan perawatan yang efektif. Studi anatomi dan fisiologi sangat penting dalam periode
perinatal. Para profesional medis harus memahami struktur tubuh manusia dan cara kerja organ dan
sistem tubuh selama kehamilan, persalinan, dan masa setelah kelahiran bayi. Ini memungkinkan
mereka untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dan memberikan perawatan yang
tepat.
Kodefikasi juga penting dalam periode perinatal. Kodefikasi memungkinkan para
profesional medis untuk merekam informasi medis secara sistematis dan memudahkan pertukaran
informasi antara dokter dan tenaga medis lainnya. Kodefikasi seperti ICD-10 (International
Classification of Diseases, 10th Revision) dan CPT (Current Procedural Terminology)
memungkinkan para profesional medis untuk merekam diagnosis dan prosedur dengan cara yang
seragam dan mudah dipahami. Secara keseluruhan, pemahaman yang kuat tentang terminologi
medis, anatomi, fisiologi, dan kodefikasi sangat penting untuk memberikan perawatan yang efektif
dan akurat selama periode perinatal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. Eileen, dan Lynn R. Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12
Tahun. 5 ed. Jakarta: Indeks.

Dariyo, Agoes. 2011. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika Aditama.

Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hapsari, Iriani Indri. 2017.Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. 6 ed. Jakarta: Erlangga.1980. Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. 5 ed. Jakarta: Erlangga.

Marliani, Rosleny. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Monks, F.J., dan A.M.P. Knoers. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

https://www.icd10data.com/ICD10CM/Codes/P00-P96

Juanita J. Davis. 2016. Ilustrated Guide to Medical Terminology, Secod Edition. Boston, USA: Cengage
Learning.

Marie A. Moisio and EMER W. Moisio. 2014. Medical Terminology a Strudent Centered Approach.
Boston, USA: Cengage Learning..

Medical Terminology Practice, 2014. California. WHO. 2010. International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem (ICD 10).

Ayu Niwang TD. (2016). Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Cunningham, F, Garry, MD. (2006). Obstretri Williams, Edisi 21, Vol.1. Jakarta: EGC

Cunningham, F, Garry, MD. (2006). Obstretri Williams, Edisi 21, Vol.2. Jakarta: EGC

Heffner, Lina J, dkk. (2006). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga

Kinarnantoro. (2015). Anatomi Fisiologi Dasar-dasar Anatomi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Pearce, Evelyn. (2006). Anatomi dan Fisologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Pitara, Tri M. (2014). Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Nuha Medika

Widia, Lidia. (2015). Anatomi, Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai