Anda di halaman 1dari 17

FASE PERKEMBANGAN KEJIWAAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


PENGANTAR PSIKOLOGI

Dosen Pengampu:
Ali Mastur, M.Pd.I

Oleh:
Danis Nataris (202212120546)
Andien Imel Julya (202212120538)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FITHRAH
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................1
PEMBAHASAN................................................................................................................1
A. Perkembangan Kejiwaan Fase Pra Natal dan Pasca Natal......................................2
B. Perkembangan Kejiwaan Fase Bayi.......................................................................2
C. Perkembangan Kejiwaan Fase Anak......................................................................2
D. Perkembangan Kejiwaan Fase Remaja...................................................................2
E. Perkembangan Kejiwaan Fase Dewasa..................................................................2
F. Perkembangan Kejiwaan Fase Tua.........................................................................2
BAB III..............................................................................................................................2
PENUTUP.........................................................................................................................2
A. Kesimpulan............................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase


perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman yang
dituntut adanya perubahan perilaku dari individu agar dapat berperan dan
diterima oleh masyarakat. Pada fase perkembangan yang normal, individu akan
terus berkembang dari masa bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, hingga
masa tua.

Pada manusia, perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai


kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Pada setiap fase
perkembangan manusia, terdapat serangkaian tugas perkembangan yang harus
diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu berakibat tidak baik pada fase
kehidupan berikutnya. Sebaliknya, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-
tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlancar pelaksanaan tugas-
tugas perkembangan pada fase berikutnya.

Perkembangan individu memiliki beberapa prinsip, yaitu “Never ending


process. (Perkembangan tidak akan pernah berhenti).” Semua aspek
perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek
agama, dan aspek sosial). Perkembangan mengikuti pola/arah tertentu (karena
perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilakuu yang dapat
dipertahankan atau bahkan ditinggalkan).

Oleh karena itu, orang tua merupakan poin utama dalam pembentukan
konsep anak. Sebab, orang tua merupakan kontak sosial yang paling awal yang
dialami oleh seseorang dan yang paling kuat sebelum seseorang memasuki
lingkungan yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase pra natal dan pasca
natal?
2. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase bayi?

1
3. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase anak?
4. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase remaja?
5. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase dewasa?
6. Bagaimana perkembangan kejiwaan pada fase tua?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase pra natal dan
pasca natal.
2. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase bayi.
3. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase anak.
4. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase remaja.
5. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase dewasa.
6. Untuk mengetahui perkembangan kejiwaan pada fase tua.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kejiwaan Fase Pra Natal dan Pasca Natal

1. Pengertian Masa Prenatal


Masa prenatal juga biasa disebut masa pranatal. Secara bahasa,
prenatal berasal dari kata “pra” yang artinya sebelum dan “natal”
yang artinya kelahiran, sehingga secara sederhananya masa ini
diartikan sebagai masa sebelum dilahirkan. Masa prenatal ini terjadi
didalam rahim ibu atau kandungan dan berlangsung selama kurang
lebih 280 hari atau 9 bulan lebih 10 hari. Masa prenatal memiliki
periode waktu yang paling singkat daripada masa perkembangan
kejiwaan manusia yang lainnya, namun masa ini juga menjadi masa

2
yang paling penting dalam tahap perkembangan kejiwaan manusia.
Ibarat bangunan, periode prenatal ini sama seperti periode ketika
membuat pondasi bangunan. Pondasi yang dibangun pada periode ini
harus kokoh untuk menunjang perkembangan individu selanjutnya.

2. Tahapan Masa Prenatal


Para ahli psikologi umumnya membagi periode prenatal ini
menjadi 3 yakni :
a. Periode Germinal ( Periode Zigot)
Periode ini berlangsung sejak dari pembuahan terjadi hingga
akhir minggu ke-2. Ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa
permulaan kehidupan manusia itu berawal ketika terjadinya
pembuahan. Sel sperma bertemu dengan sel telur kemudian
sperma itu memasuki dinding telur dan terjadilah fertilisasi
(peleburan). Pada saat itu, sel sperma melepaskan 23 kromosom
begitu pula dengan sel telur yang kemudian terpecah dan juga
melepaskan 23 kromosom. Masing - masing kromosom ini akan
memencar untuk mencari pasangan baru hingga membentuk 23
pasang kromosom. Setiap kromosom – kromosom tadi
mengandung ribuan bagian – bagian kecil yang disebut dengan
gene yang membawa faktor – faktor keturunan dari ayah dan
ibunya, sifat gen ini nantinya akan menentukan potensialitas
genetik seseorang seperti bagaimana rupanya, kemampuan atau
bakatnya, tingkah laku, perwatakan, dan lain sebagainya.
Pembuahan sel sperma dan sel telur ini menghasilkan sel baru
yang disebut dengan zigot. Zigot membelah menjadi sel yang
berbentuk bulatan kecil atau disebut blastosis. Blatosis terdiri dari
lapisan dalam sel (blastocyt) dan lapisan luar (trophoblast). Dari
lapisan dalam ini akan berkembang menjadi embrio dan lapisan
luar akan berkembang menjadi plasenta (ari-ari) yang menjadi
pelindung embrio, tali plasenta, serta amnion yang menjadi
penyuplai gizi bagi embrio. Pada fase ini zigot terus berjalan
menuju rahim hingga melakukan implantasi (menempelnya zigot
pada dinding rahim).
b. Periode Embrional (Periode Embrio)
Periode ini berlangsung mulai akhir minggu ke-2 hingga akhir
minggu ke-8. Fase ini ditandai dengan perkembangan pesat pada
organ tubuh, sistem pencernaan, pernafasan, dan saraf. Embrio

3
membentuk 3 lapisan yakni lapisan atas (ectoderm), lapisan
tengah (mesoderm), dan lapisan bawah (endoderm). Lapisan atas
bertugas untuk membangun bagian permukaan tubuh, lapisan ini
akan berkembang menjadi rambut, gigi, kuku, kulit lapisan luar
(kulit ari), kelenjar – kelenjar kulit, panca indra, dan sistem saraf.
Lapisan tengah akan berkembang menjadi otot, tulang atau
rangka, sistem ekskresi, sistem peredaran darah, sistem
reproduksi, serta kulit lapisan dalam. Lapisan dalam bertugas
untuk membentuk organ yang menyelimuti bagian dalam dan
membentuk sistem pernafasan, sistem pencernaan, hati,
pankreas, dan kelenjar ludah.
Pada periode ini, pertumbuhan embrio terjadi dalam 2 pola
yakni cephalocaudal dan proximodistal. Cephalocaudal
merupakan pola pertumbuhan dimana proses pertumbuhan
dimulai dari bagian kepala dan terus ke bagian bawah sampai
ekor. Proximodistal yakni pola pertumbuhan yang dimulai dari
bagian pusat tubuh ke pinggir atau bagian yang jauh dari pusat
tubuh. Bentuk janin pada periode ini yakni memiliki ekor kecil dan
perut yang buncit.
c. Periode Fetus (Periode Janin)
Periode ini berlangsung dari akhir minggu ke-8 hingga
kelahiran. Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang dalam
masa prenatal. Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan
janin semakin pesat, bentuk fisik orang dewasa pun mulai nampak
jelas. Sistem – sistem dan organ tubuh mulai berkembang lebih
kompleks, janin juga sudah mulai menunjukkan Gerakan –
gerakannya yang lebih aktif seperti menendang, menonjok.
Matanya juga sudah mulai berkedip, ia juga mulai menghisap ibu
jarinya.

3. Faktor Pengaruh Masa Prenatal


Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan
intelektual kognitif seseorang adalah sebagai berikut :
a. Heriditas
Heriditas merupakan pewarisan sifat atau karakteristik
individu kepada keturunannya. Penurunan ini terjadi melalui sel –
sel benih atau kromosom yang dimiliki kedua orang tua kepada
anaknya. Pembentukan kecerdasan ini sebenarnya akan lebih baik

4
direncanakan sejak orang tuanya masih dalam masa pencarian
pasangan hidup. Jika memang seseorang berencana untuk
memiliki keturunan yang berkualitas maka rencana ini bisa dimulai
pada masa pemilihan jodoh. Ayah dan ibu yang memiliki gen
kecerdasan yang baik maka besar kemungkinan mereka akan
memiliki keturunan dengan gen kecerdasan yang baik pula. Ketika
mereka memutuskan untuk menikah mereka harus bersiap diri
untuk membangun rumah tangga yang sehat dan berkualitas.
Rencana ini harus sudah dipersiapkan dengan matang. Ada
beberapa prinsip heriditas yang perlu diperhatikan yakni sebagai
berikut :
1) Prinsip Reproduksi
Bahwa sel – sel benih yang diturunkan orang tua kepada
anaknya adalah berbeda satu dengan yang lainnya, seperti
kecerdasan dan kepandaian anak dengan orang tua nya
berbeda.
2) Prinsip Konfirmatis
Bahwa setiap jenis akan menurunkan jenis yang sama,
seperti kecerdasan seseorang akan menurunkan kecerdasan
yang sama pada anaknya.
3) Prinsip Variasi
Bahwa sel – sel benih pada ayah, ibu, kakek, nenek akan
menurunkan perbedaan pada anaknya, maka seorang anak
bisa saja meniru ayahnya, atau meniru ibunya, atau meniru
kakeknya, atau meniru neneknya.
4) Prinsip Regrasi Filial
Bahwa pembawaan orang tua akan memunculkan
keturunan dengan kecerdasan pada sifat rata – rata pada
umumnya.

b. Kondisi Fisik Ibu


Kondisi fisik ibu juga berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif janin. Seorang ibu yang memiliki penyakit akan
menghambat perkembangan janin. Sedangkan seorang ibu yang
sehat akan membantu proses perkembangan janin yang baik.
Kesehatan ibu berpengaruh terhadap janin karena kondisi fisik ibu
yang baik akan memungkinkan janin untuk mendapat nutrisi yang
baik pula untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.

5
c. Keadaan Emosional Ibu
Selain keadaan fisik seorang ibu juga harus memperhatikan
keadaan emosionalnya. Janin dapat mengetahui emosi ibunya
melalui pesan yang dikirim berupa hormone sang ibu. Ketika
stress ibu akan menghasilkan hormon – hormon yang nantinya
akan masuk ke plasenta bayi. Bayi memiliki kecenderungan untuk
melindungi ibunya, ketika bayi mengetahui sang ibu sedang tidak
baik – baik saja perasaannya maka bayi akan memilih program –
program genetik untuk menguatkan perlindungan dan
mengorbankan pertumbuhannya. Maka dari itu penting bagi ibu
untuk menjaga kestabilan emosinya agar bayi bisa tumbuh dengan
baik dan struktur kimia dalam diri bayi juga baik.
d. Gizi
Asupan yang diberikan ibu kepada bayinya perlu diperhatikan,
baik itu makanan maupun minuman. Makanan dan minuman yang
diberikan kepada bayi memiliki manfaat yang berbeda – beda. Gizi
bayi yang terpenuhi dengan baik akan menjadikan bayi memiliki
tubuh yang sehat dan perkembangannya pun juga berjalan
dengan lancar. Seorang ibu juga harus memperhatikan obat –
obatan yang ia konsumsi untuk mencegah terjadinya hal – hal
yang tidak diinginkan. Selain itu, kebiasaan – kebiasaan buruk
yang dilakukan ibu juga harus diperhatikan misalnya jika seorang
ibu itu terbiasa merokok maka ia harus bisa berhenti melakukan
kebiasaan buruk itu.
e. Kondisi Kehamilan
Kondisi kehamilan ibu bisa termasuk bagaimana sikap ibu
terhadap kehamilannya. Penting bagi sang ibu untuk menerima
kehamilannya dengan baik, ia harus bisa merasa senang terhadap
kehadiran sang buah hati. Kondisi kehamilan ini juga termasuk
bagaimana sang ibu menjaga dan merawat kandungannya.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh dan
berkaitan dengan faktor – faktor yang lainnya. Keluarga janin
mulai dari ayah, ibu, hingga keluarganya yang lain baik itu dari
pihak ayah dan ibu harus juga merasa senang dengan kehadiran
bayi itu. Keluarga harus bisa mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin, baik itu dari asupan, keadaan emosional,
perkembangan bayi, dan lain sebagainya. Selain keluarga inti,

6
masyarakat yang berada disekitar ibu hamil juga turut
berpengaruh terhadap kehamilan. Jika memang ingin
menciptakan keturunan yang berkualitas maka orang tua juga
harus memikirkan bagaimana caranya agar mereka tetap bisa
membentuk kecerdasan diantara masyarakat dengan berbagai
karakteristik.
4. Perkembangan Fisik Masa Prenatal
Perkembangan fisik pada masa prenatal ini bisa diketahui lebih
detail melalui penjelasan berdasarkan pembagian trimester
kehamilan berikut ini :
a. Trimester pertama (3 bulan pertama)
1) Bulan pertama (4 minggu). Masih disebut ovum dengan
panjangnya yang kurang dari 1/10 inci atau kurang dari 0,25
cm. Mulai berkembang susunan saraf tulang belakang, sistem
saraf, sistem gastrointestinal, jantung, paru – paru. Kantung
amnion (kantung ketuban) mulai membungkus lapisan dasar
seluruh tubuh, dan pasa saat ini sudah dikenal dengan nama
zigot.
2) Bulan kedua (8 minggu). Sudah disebut dengan embrio dengan
panjangnya sekitar 2,5 cm atau kurang dari 1 inci. Denyut
jantungnya sudah bisa dideteksi dengan ultrasound, otaknya
berkembang pesat, wajahnya sudah terbentuk dengan mata,
mulut, telinga, lidah dan tunas gigi yang belum sempurna.
Lengan dan kakinya juga sudah mulai bergerak.
3) Bulan ketiga (12 minggu). Disebut dengan fetus (janin) dengan
panjang sekitar 3 inci atau sekitar 7,5 cm dan beratnya 1 ons.
Jari – jari tangan dan kaki sudah terbentuk dengan sempurna
dan sidik jari sudah muncul, janin mulai melakukan gerakan –
gerakan seperti salto, menghisap, menelan, dan bisa
tersenyum. Jenis kelamin janin sudah bisa dibedakan, janin
mulai buang air kecil.
b. Trimester kedua (3 bulan pertengahan)
1) Bulan keempat (16 minggu). Panjang janin sekitar 5,5 inci atau
15 cm dengan berat sekitar 4 ons hingga 7 ons. Denyut
jantungnya semakin kuat, tubuh janin dibungkus oleh rambut
– rambut halus (lanugo) yang berguna untuk menjaga janin
dalam suhu yang seimbang. Kulit janin masih tipis dan
transparan, sekujur tubuhnya juga dilapisi senyawa putih

7
berminyak yang disebut vernix. Gerakan janin sudah mulai
terkoordinasi, janin sudah mulai merespons pesan yang
diperintahkan otak.
2) Bulan kelima (20 minggu). Panjangnya sekitar 10-12 inci atau
30 cm dengan berat sekitar 0,25 kg hingga 0,5 kg. Denyut
jantung janin sudah bisa didengarkan melalui stetoskop biasa.
Janin mulai menghisap jari jempolnya, kemampuan ini menjadi
awal pembelajaran janin terhadap keterampilan makannya di
kemudian hari. Kegiatan janin juga sudah mulai teratur seperti
waktu bangun dan tidurnya. Sel – sel darah putih juga sudah
mulai terbentuk, kulit janin semakin tebal dan tidak tembus
cahaya. Pada wajah sudah terbentuk rambut, bulu mata dan
alis.
3) Bulan keenam (24 minggu). Panjangnya sekitar 11-14 inci atau
sekitar 35 cm dengan berat sekitar 0,5 hingga 0,75 kg. Janin
sudah bisa membuka dan menutup kelopak matanya, mampu
memegang dengan kuat, kulitnya juga sudah mengeriput.
Janin sudah bisa mendengar suara organ – organ tubuh bagian
dalam yang sedang beraktivitas.
c. Trimester ketiga (3 bulan akhir)
1) Bulan ketujuh (28 minggu). Panjangnya sekitar 14-17 inci atau
35 cm hingga 42,5 cm dengan berat sekitar 1,25 kg hingga 1,5
kg. Jaringan kulit janin mulai dialiri pembuluh darah kapiler
sehingga kulit janin nampak berwarna kemerahan. Lemak
tubuh janin sudah mulai bertambah. Janin sudah bisa
merasakan nyeri.
2) Bulan kedelapan (32 minggu). Panjangnya sekitar 16,5 cm-18
inci atau sekitar 41,25 cm hingga 45 cm dengan berat sekitar 2
hingga 2,5 kg. Janin sudah berada pada posisi lahir dan berada
di rongga panggul siap dilahirkan. Rambut halus yang
melindunginya sudah mulai rontok, janin memproduksi
hormone krostisom yang membantu penyempurnaan
pembentukan paru – paru untuk bersiap – siap bernafas saat
dilahirkan.
3) Bulan kesembilan (36 minggu). Panjangnya sekitar 19 inci atau
sekitar 47,5 cm hingga 50 cm dengan berat sekitar 3 hingga
3,75 kg. Vernix caseosa dan amnion mulai larut, lanugo sudah
mulai berkurang. Janin menjadi kurang aktif karena

8
keterbatasan tempat dalam rahim. Usus kecil janin sudah
dipenuhi mekonium (tinja awal).
5. Perkembangan Intelektual Kognitif Masa Prenatal
Perkembangan kognitif merupakan tahapan – tahapan perubahan
yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami,
mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.
Teori kognitif ini menekankan pada proses daripada hasilnya.
Perkembangan kognitif mencakup beberapa aspek seperti
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi (ulasan), dan
penciptaan. Masa prenatal merupakan masa yang sangat penting bagi
manusia, pada periode ini perkembangan otak pada janin sudah
dimulai. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang dimiliki sejak dini secara
begitu saja, namun kecerdasan seseorang itu harus diciptakan sejak
dini. Seorang janin sudah mengalami perkembangan kognitif melalui
stimulasi yang diberikan kepadanya. Beberapa perkembangan
intelektual kognitif yang dialami janin pada masa prenatal antara lain :
a. Bayi sudah mulai mendengar dan mengingat. Pada masa prenatal
bayi sudah mulai mendengar, maka pada saat ini penting sekali
bagi kedua orang tuanya terutama ibu untuk mengajak janinnya
berkomunikasi. Dengan begitu maka bayi akan mulai mendengar
kemudian ia akan membedakan mana suara ayah dan mana suara
ibunya. Setelah itu bayi akan mengingat suara – suara yang
didengarnya.
b. Bayi sudah mulai merasa. Pada masa prenatal bayi mulai
merasakan stimulasi yang diberikan oleh ibunya, bayi bisa
merasakan rangsangan yang ia terima. Maka pada masa ini ibu
bayi diharapkan lebih sering untuk membelai perutnya agar bayi
bisa memahami tentang rangsangan. Jika ibu sering memberikan
stimulasi dan rangsangan sedari masa prenatal maka hal ini bisa
membuat bayi merasa siap untuk kemudian dilahirkan ke dunia
karena bayi memahami tentang aksi-reaksi.
c. Bayi sudah mulai belajar. Pada masa prenatal bayi sudah mulai
belajar seperti belajar menelan, bernafas, menghisap jari, belajar
membedakan, belajar memahami. Bayi bisa belajar membedakan
suara – suara yang didengarnya, bisa membedakan antara gelap
dan terang, bisa membedakan rasa pahit dan manis. Bayi juga
belajar memahami segala informasi yang diterimanya. Apabila
pendidikan terhadap anak diberikan sejak masa ini maka bayi akan

9
mulai belajar memahami. Misalnya ketika ibu bayi memanggil
bayinya kemudian bayi itu menendang dan sang ibu pun
menunjukkan reaksi senang atas respon bayi tersebut, maka
dalam memorinya bayi akan memahami tentang tingkah laku dan
respon yang akan ia dapatkan.
6. Perkembangan Mental (Emosi)
Perkembangan emosi seseorang harusnya sudah mulai
diperhatikan sejak orang tuanya melakukan hubungan intim. Orang
tua yang melakukan hubungan intim dengan pikiran tenang dan
penuh harapan akan menghasilkan keturunan yang berbeda dengan
orang tua yang melakukan hubungan intim secara liar. Jika hubungan
intim dilakukan secara tenang maka besar kemungkinan sang anak
juga akan menjadi seseorang yang tenang juga. Emosi yang dirasakan
orang tua ketika sedang melakukan hubungan intim ini akan
mempengaruhi bayi baik secara jasmani maupun rohani.
Pada masa prenatal, kondisi psikis ibu sangat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin. Ketika ibu merasakan emosi maka
hormon – hormon yang dihasilkan ibu akan terkirim ke janin melalui
plasenta. Dari sinilah kemudian bayi akan mengetahui kondisi emosi
ibunya. Bayi memiliki kecenderungan untuk melindungi ibunya, ketika
bayi mengetahui ibunya sedang cemas maka bayi akan memilih
program genetik untuk memperkuat sistem perlindungan, dan hal ini
dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi terhambat. Kondisi
psikis ibu ini sangat mempengaruhi bagaimana pertumbuhan bayi.
Cara ibu untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapinya ini juga
akan dipelajari oleh bayi sejak dalam kandungan dan akan tetap
diingatkan sampai ia besar nanti.

B. Perkembangan Kejiwaan Fase Bayi

1. Pengertian Masa Pasca Natal


Secara bahasa, pasca natal berasal dari kata “pasca” yang artinya
setelah dan “natal” yang artinya kelahiran, sehingga secara
sederhananya masa ini diartikan sebagai masa setelah kelahiran.
2. Faktor Pengaruh Masa Pasca Natal
Faktor – faktor yang mempengaruhi kelahiran yakni :
a. Kondisi di Masa Prenatal

10
Kondisi ibu dan janin di masa prenatal mempengaruhi
bagaimana kemudian bayi tersebut dilahirkan. Kondisi fisik ibu di
masa prenatal akan menunjukkan bagaimana kondisi rahimnya
apakah kuat atau lemah, bagaimana posisi bayi sebelum
dilahirkan, apakah bayi akan lahir sesuai waktu kelahiran umum
atau malah premature atau postmature, serta bagaimana kondisi
bayi secara fisik.
b. Kondisi Ibu Menjelang Lahiran
Kondisi ibu ketika lahiran juga berpengaruh terhadap proses
kelahiran, jika ibu merasa tegang maka ia akan kesulitan dalam
proses kelahiran. Namun apabila ibu merasa rileks dan bisa
mengatur kondisi emosinya dengan baik maka besar kemungkinan
kelahiran akan menjadi mudah dan lancar. Selain ibu, ayah juga
harus turut mendukung ibu secara emosional ketika proses lahiran
nanti.
3. Perkembangan Fisik

Bayi baru lahir rata – rata memiliki berat normal 2,5 kg – 4 kg


dengan panjang rata – rata 50 cm. Periode dua tahun pertama dari
periode pasca natal merupakan periode vital, karena merupakan
periode membentuk fondasi kondisi fisik dan psikologis yang kokoh
untuk perkembangan dan pertumbuhan periode selanjutnya.

Perkembangan fisik pada bayi berlangsung sangat ekstensif


pada dua tahun pertama kehidupan. Pada saat lahir, badan bayi lebih
kecil daripada kepala. Dan kepala mendominasi ukurannya daripada
bagian tubuh yang lain. Dan bayi masih belum bisa mengendalikan
gerak tubuhnya, sehingga seringkali bergerak dari kiri ke kanan secara
terus menerus dan tidak terkontrol. Bayi juga mempunyai gerak
refleks yang dominan dan terus berkembang. Dan pada rentan waktu
bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat dan bahkan
berjalan.

4. Perkembangan Motorik
a. Gerak refleks dan tersenyum muncul pada minggu pertama,
sedangkan senyum sosial (reaksi terhadap orang lain) mulai antara
bulan ketiga dan keempat.

11
b. Dalam posisi tengkurap, bayi dapat menahan kepala secara tegak
dalam usia 1 bulan, dalam posisi telentang dalam usia 5 bulan,
dan dalam posisi duduk pada usia 4 atau 6 bulan.
c. Pada usia 2 bulan, bayi dapat berguling dari samping ke belakang,
pada usia 4 bulan dari tengkurap ke samping, dan pada usia 6
bulan dapat berguling

C. Perkembangan Kejiwaan Fase Anak

1. Anak – Anak Pra Sekolah


a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik anak pra sekolah dengan masa bayi sangat
berbeda, tingkat pertumbuhan anak-anak awal lebih lambat
dibanding selama masa bayi. Namun keterampilan-keterampilan
motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.Selama
masa anak-anak awal, rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat
antara 2,5-3,5 kg setiap tahunnya. Ketika anak pra sekolah
bertumbuh semakin besar, persentasenya pertumbuhan dalam
tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini anak
terlihat semakin langsing sementara batang tubuh mereka semakin
panjang.
Pertumbuhan gigi selama 4-6 bulan pertama dari awal masa
anak pra sekolah, 4 gigi bayi yang terakhir –– geraham belakang
akan muncul atau mencapai 20 buah, dimana gigi susu akan
tanggal pada akhir usia pra sekolah dan digantikan oleh gigi tetap
yang tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun.
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa
ini adalah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan.
Pada masa anak pra sekolah ukuran otaknya mencapai 90% orang
dewasa. Ini disebabkan karena pertambahan jumlah dan ukuran
urat saraf yang berujung di dalam dan diantara daerah-daerah otak.
Ujung-ujung urat saraf terus bertumbuh hingga mencapai masa

12
remaja. Pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan
myelination, yaitu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan
disekat dengan lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak
terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui
sistem urat saraf.
Perkembangan fisik motorik baik kasar maupun halus adalah
tanda perkembangan anak di usia pra sekolah.

b. Perkembangan Kognitif
Kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, kognitif
dapat berarti kecerdasan, berfikir, dan mengamati. Bertambah
besarnya koordinasi dan pengendalian motorik serta bertambahnya
kemampuan bertanya. Menurut psikolog Piaget, perkembangan
kognitif pada pra sekolah disebut dengan periode preoperasional,
yaitu tahapam dimana anak belum mampu menguasai operasi
mental secara logis ataupun keterbatasan pemikiran anak. Yang
dimaksud operasi yaitu kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara
mental (berfikir) bukan fisik.
Dengan perkembangan tersebut membuat anak menjadi
semakin berfikir kreatif dan bebas berimajinasi tentang berbagai
hal. Seperti contoh, anak bermain dengan kursi yang dibayangkan
sebagai mobil, kereta, ataupun kuda sungguhan atau bermain peran
seperti sekolah-sekolahan, masak-masakan, perang-perangan dan
lain-lain.
Macam-macam karakter pada periode preoperasional ialah:
1) Egosentrisme, merujuk pada ketidakmampuan melihat sesuatu
dari pandangan orang lain atau cenderung mempresepsi,
memahami ataupun menilai sesuatu berdasarkan sudut
pandangnya sendiri.
2) Kaku dalam berfikir (rigidity of tought), berfikir cenderung
memusat, yaitu cenderung berfikir berdasarkan satu dimensi,
baik objek ataupun peristiwa namun tidak menolak dimensi-
dimensi yang lain.
3) Semilogical reasoning, anak-anak mencoba menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang dialami dengan tingkah laku.

c. Perkembangan Mental (Emosi)


Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari dirinya sendiri.
Serta berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut
pengakuan dari lingkungan. Jika lingkungan terutama orang tua
tidak mengakui dan memperlakukannya secara keras, maka pada

13
anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang,
pemalu, dan menyerah. Beberapa emosi yang ditunjukkan antara
lain:
1) Takut, ketika merasa terancam.
2) Cemas, takut yang bersifat khayalan.
3) Marah, tidak senang atau suatu hal yang dibenci.
4) Cemburu, perasaan tidak senang terhadap kasih sayang
seseorang.
5) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan.
6) Kasih sayang,
7) Phobia,
8) Rasa ingin tahu.

2. Anak – Anak Usia Sekolah

D. Perkembangan Kejiwaan Fase Remaja

1. Tahapan Masa Remaja


Masa remaja terbagi menjadi 3 fase yakni :
a. Fase Pra Remaja
Fase pra remaja merupakan masa peralihan antara masa anak – anak
usia sekolah dengan masa pubertas. Fase ini terjadi antara usia 12 –
14 tahun. Di fase ini seseorang tidak bisa dikatakan anak – anak
karena kondisi tubuhnya sudah besar seperti orang dewasa, namun
belum bisa dikatakan dewasa karena belum siap.
b. Fase Remaja
c. Fase Remaja Akhir
2. Faktor Pengaruh Masa Pasca Natal
3. Perkembangan Fisik
4. Perkembangan Intelektual Kognitif
5. Perkembangan Mental (Emosi)

14
D. Perkembangan Kejiwaan Fase Dewasa

E. Perkembangan Kejiwaan Fase Tua

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Ajhuri, Kayyis Fithri. 2019. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
Kambali, “Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional serta Intelektual di Masa
Prenatal” dalam Risalah. No. 2, Vol. 4, September 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai