Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOREPRODUKSI

PERKEMBANGAN JANIN INTRA DAN EKSTRA UTERI

Disusun Oleh :

Kus Korina Rizky

P1337424516022

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Segala yang ada pada manusia
dapat dilihat pertumbuhan dan perkembangannya, baik fisik maupun
psikisnya. Dari awal kehidupan hingga akhir hayat dapat diamati dengan ilmu
psikologi. Secara biologis hidup dimulai pada waktu konsepsi atau
pembuahan. Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian
fisiologis pada wanita.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan
atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu.
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di
dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Perubahann lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya faktor kimiawi, mekanik, dan termik yang dapat
menimbulkan perubhan metabolic, pernapasan, dan sirkulasi pada bayi baru
lahir.
Setelah lahir, bayi harus mampu beradaptasi dari keadaan yang awalnya
bergantung bada ibu melalui plasenta, menjadi mandiri secara fisiologi.
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui system sirkulasi
pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan
kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap
penyakit/infeksi.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu memahami
tentang proses perkembangan yang terjadi pada janin baik intrauterine maupun
ekstrauterine. Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang
tepat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana bioreproduksi perkembangan janin intrauteri dan ekstreuteri?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bioreproduksi perkembangan janin intrauteri
dan ekstrauteri

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Janin
Perkembangan dalam pengertian sempit biasa disebut sebagai proses
pematangan fungsi-fungsi yang non fisik. Elizabeth B. Hurlock dalam
bukunya Psikologi Perkembangan, mengungkapkan bahwa istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses pematangan dan pengalaman (Elizabeth B Hurlock, 2007)
Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia.
Dimulai dari pembuahan yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel
telur. Sel telur yang telah matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang
akhirnya akan menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot. Pembuahan ini
menandakan berfungsi dengan baiknya organ reproduksi manusia (Aprilia,
2020)
Neonatus membutuhkan proses penyesuaian setelah lahir sampai 28 hari
pertama, yaitu untuk menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin. Hal tersebut merupakan proses fisiologis yang
meliputi maturasi, adaptasi dan toleransi berat bayi lahir untuk dapat
mempertahankan kehidupannya.

B. Perkembangan intrauterin
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi pada
semua system organ tubuh. Perkembangan akan terjadi pertambahan struktur
fungsi organ tubuh lebih kompleks yang merupakan hasil dari proses
pematangan. Secara klinis perkembangan janin dalam uterus dapat dilihat
dengan :(Kambali, 2018)
a. Perkembangan intrauteri
b. Terdengar detak jantung janin umur 16-20 minggu
c. Gerakan janin pertama quickening pada umur kehamilan 16-18 minggu
d. Tumbuh kembangnya dapat diketahui dengan menggunakan alat
ultrasonografi untuk menentukan
1) Diameter biparietal
2) Perbandingan lingkaran kepala dan abdomen janin
3) Panjang tulang femur
e. Tumbuh kembang janin intrauteri dapat ditetapkan secara rutin saat
pemeriksaan antenatal
Menurut William Sallebach, periode pranatal atau pra lahir merupakan
masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi, dan mental bayi. Ini adalah masa
mulai terbentuknya kedekatan antara bayi dan orang tua dengan konsekuensi
yang akan berdampak panjang, terutama yang berkaitan dengan kemampuan
dan kecerdasan bayi dalam kandungan (Bolon, 2017)
Masa prenatal memiliki 6 ciri penting, diantaranya (Aprilia, 2020) :
a. terjadinya pembauran sifatsifat yang diturunkan oleh kedua orang tua janin,
b. pengaruh kondisi-kondisi dalam tubuh ibu,
c. kepastian jenis kelamin,
d. pertumbuhan cepat,
e. mengandung banyak bahaya fisik dan psikis, dan
f. membentuk sikap-sikap yang baru diciptakan
Perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahap, yaitu geminal,
embrionik dan fetal. Selama tahapan prenatal ini, zigot yang awalnya hanya
satu sel kemudian tumbuh menjadi embrio yang kemudian menjadi janin
(Nurul Maziyatul H, 2020).
a. Tahap Germinal
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot
membelah diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada
dinding rahim menjadi tanda awal masa kehamilan. Dalam waktu 36 jam
setelah pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan duplikasi sel
cepat (mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi
16 dan kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini
terus berlangsung sampai satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta
atau lebih sel khusus yang membentuk tubuh manusia (Aprilia, 2020).
Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah dibuahi kemudian
melewati tuba falopi menuju rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk
yang semula kumpulan sel yang berbentuk bola berubah menjadi bulatan
yang berisi cairan dan disebut blastosista. Blastosista ini mengapung bebas
dalam rahim selama 1-2 hari lalu melekat di dinding rahim. Hanya sekitar
10-20% dari telur yang dibuahi yang dapat menyelesaikan tugas penting
melekatkan diri pada dinding rahim dan menjadi embrio. Sebelum
melekatkan diri, seiring dengan diferensiasi sel terjadi, beberapa sel di
bagian luar blastosista berkumpul di satu sisi untuk membentuk cakram
embrionik, masa sel yang menebal yang menjadi tempat bagi embrio untuk
mulai berkembang. Massa ini akan melakukan diferensiasi menjadi tiga
lapisan, yaitu lapisan ektoderma, endoderma, dan mesoderma.
Ektoderma (lapisan paling atas) akan menjadi lapisan luar kulit, kuku
rambut, gigi, panca indera, dan sistem saraf termasuk otak dan tulang
belakang. Endoderma (lapisan bawah) akan menjadi sistem pencernaan,
hati, pankreas, kelenjar ludah, dan pernapasan. Mesoderma (lapisan
tengah) akan membangun dan mendiferensiasi menjadi lapisan kulit
dalam, otot, tulang, serta sistem pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain
dari blastosista mulai terbentuk menjadi organ yang akan menghidupi dan
melindungi embrio: rongga amnion, dengan lapisan luarnya, amnion dan
karion, plasenta dan tali pusar (Nurul Maziyatul H, 2020).
b. Tahap Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan
sistem tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio
paling rentan terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal.
Sistem atau struktur organ yang masih berkembang pada saat terpapar
lebih mungkin untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat
kehamilan tahapan selanjutnya tidak lebih serius. Janin laki-laki lebih
memiliki kemungkinan untuk mengalami keguguran secara spontan atau
dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada janin perempuan. Walaupun
sekitar 125 lakilaki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta yang fakta
yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa kromosom
Y yang lebih kecil, hanya 105 anak laki-laki yang dilahirkan untuk setiap
100 perempuan. Kerentanan laki-laki berlanjut setelah dilahirkan, lebih
banyak dari mereka yang meninggal di awal kehidupan, dan di setiap
tahapan kehidupan mereka lebih rentan terhadap berbagai macam
penyakit. Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di
AS (Nurul Maziyatul H, 2020).
c. Tahap Fetal
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai
dengan masa kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat
sekitar 20 kali lebih besar daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus
sistem tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari
tangan dan kaki tumbuh serta kelopak mata terbuka.
Tingkat aktivitas dan pergerakan janin menunjukkan perbedaan
individual yang ditandai dengan kecepatan jantung mereka yang berubah-
ubah. Janin lakilaki, terlepas dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan
cenderung lebih semangat saat bergerak selama masa kehamilan. Dengan
demikian, kecenderungan bayi laki-laki untuk lebih aktif dibandingkan
bayi perempuan mungkin merupakan bagian dari pembawaan sejak lahir
Berawal dari sekitar minggu ke12 masa kehamilan, janin menelan dan
menghirup cairan ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban mengandung
zatzat yang melewati plasenta dari aliran darah ibu dan memasuki aliran
darah bayi. Mengonsumsi zat ini dapat merangsang indera pengecapan dan
penciuman yang sedang berkembang dan berkontribusi terhadap
perkembangan organ yang dibutuhkan untuk bernapas dan mencerna. Sel
perasa yang matang muncul sekitar 14 minggu usia masa kehamilan.
Janin melakukan respons terhadap suara dan detak jantung serta
getaran dari tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan
merasa. Respons terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada
minggu ke-26 dari masa kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya
pada sekitar inggu ke-32. Janin sepertinya belajar dan mengingat. Dalam
satu eksperimen, bayi berusia 3 hari menghisap putting susu ibunya lebih
sering saat mendengar rekaman cerita yang sering dibacakan keras-keras
oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan dibandingkan
dengan saat mereka mendengar dua cerita lain. Sepertinya bayi mengenali
pola bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan. Kelompok kontrol di
mana para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran bayi mereka,
melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen
serupa menemukan bahwa bayu berusia 2-4 hari memilih musik dan suara
yang mereka dengar sebelum lahir. Mereka juga memilih suara ibu mereka
dibandingkan dengan suara perempuan lain, suara perempuan
dibandingkan lakilaki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka
dibandingkan bahasa lain.
Saat janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka
meningkat. Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak
jantungnya akan menurun jika merupakan suara orang yang tidak dikenal.
Dalam penelitian lain, bayi baru lahir menghisap susu ibunya diberikan
pilihan apakah ia akan memilih rekaman suara ibunya atau suara yang
telah “di filter” sehingga terdengar seperti di dalam rahim. Bayi baru lahir
mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter, menunjukkan
bahwa janin telah mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang mereka
dengar sebelum lahir (Nurul Maziyatul H, 2020).

C. Perkembangan Ekstrauterin
Neonatus membutuhkan proses penyesuaian fungsional dari kehidupan
di dalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemamouan adaptasi ini disebut
juga homeostasis. Banyak perubahan yang dialami bayi yang semula berada
dalam lingkungan intrauterine (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (oksigen dan nutrisi) ke lingkungan ekstrauterin
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya. Proses perubahan tersebut yaitu (Susi
Sastika Sumi, 2021) :
a. Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-
paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum
bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak
perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses
pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga
berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang
mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara-
alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan
kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara (Rika
Andriyani, 2015)
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan
permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg
tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan
untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka
alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan
yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali
sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50
mmHg dalam ruang intrapleura (Ulfah, 2016)
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan
diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap
inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri
usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen,
karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada
bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60
kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi
secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping
hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon
abnormal pada 2 jam setelah kelahiran (Susi Sastika Sumi, 2021)
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal
berikut (Ulfah, 2016) :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik)
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus
( stimulasi sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli,selain karena adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan
nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa gtertahan
di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum
teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-
paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini(anoksia),
neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolism anaerobik (Ulfah, 2016).
a) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus
akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang
tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan (Ulfah, 2016).
b) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah (Ulfah, 2016) :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar
CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

d) Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada
saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam
jangka waktu lebih lama.Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa
cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.

e) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi


kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim.
b. Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang
adekuat melalui paru adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan
ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi terutama selama
kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak darah
melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah
besar melalui plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan
dari vena kava inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior
atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke
dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi baik dari plasenta
masuk ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh
ventrikel kiri terutrama ke dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak
bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung
berjalan turun melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan.
Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan
dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria pulmonalis,
kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta
desenden dan melalui arteria umbilikalis masukke plasenta, tempat darah
deoksigenisasi mengalami oksigenisasi.

c. Sistem Sirkulasi dan Hematologi


Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan
pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular
sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru,
sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus
arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak
(saat umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi
rendah,tahanan pembuluh darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang
sama paru mengembang,tahanan vascular paru menyebabkan penutupan
foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di duktus
arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi
transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur
bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi otot polos pada akhir atreri
pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga
keadaan kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat
kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan
dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik
untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter
yang adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak
pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara
60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan
darah sekitar 80/60mmHg.
1. Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik,
kehidupan diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai
berikut :
a) Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
1) Vena umbilical
Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan bawah darah
kaya akan oksigen dan nutrisi. Vena ini punya satu cabang yang
menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
2) Ductus Venosus (dari vena ke vena)
Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava inverior.
Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deogsigenasi yang
kembali dari bagian bawah tubuh.jadi, darah terogsigenasi
dengan baik .
3) Foramen ovale
Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang
merupakan jalan masuk mayoritas darah dari vena cava inferior
menyebrang ke dalam atrium kiri. Alasan pengalihan ini adalah
darah tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan
oksigen.
4) Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)
Duktus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta
desenden, masuk ke titik dibawah tempat terdapat arteri
subklavia dan arteri carotid.
5) Arteri hipogastik
Percabangan dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal
saat percabangan ini masuk ke korda umbilical.Percabangan ini
megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5 menit
untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.
b) Transisi Pada Darah
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai
hemoglobin ( Hb) yang tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang
dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada satu bulan
pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan
meningkat sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya
hematokrit normal hanya pada 51 – 56% neonatus. Pada saat
kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7
sampai ke-9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb
untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12 g/dl.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru
lahir :
1) waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat
dapat meningkatakan volume darah neonotus 25-40% ,
keuntungan penundaan pengkleman :
i. Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
ii. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas
pertama yang tidak teratur.
2) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat
penutupan struktur janin.
3) Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat ,
yaitu 80 hari , sedangkan sel darah merah orang dewasa 120 hari.
Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih banyak sampah
metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di
metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan
ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu,
terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang
mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah
besar.
Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang
dari 10.000 hingga 30.000/mm . peningkatan lebih lanjut dapat
terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama kehidupan. Pada
saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah
putih mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.

2. Perubahan yang terjadi pada saat lahir


a) Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium
kiri.
b) Tahapan vaskular paru sangat menurun.
Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak
mengembang, pembuluh darah tertekan karena volume paru yang
kecil. Segera setelah mengembang, pembuluh darah tersebut tidak
lagi tertekan dan tahanan terhadap aliran darah berkurang.
c) Penutupan foramen ovale
Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang
tinggi, secara sekunder akan berpengaruh terhadap perubahan
tahanan paru dan sistem waktu lahir sehingga menyebabkan
kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke atrium
kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal.
Akibatnya katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi
kiri septum atrium menutup lubang tersebut karena hal tersebut
dapat mencegah aliran lebih lanjut.
d) Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus
arteriosus karena meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi
trahanan pada arteri purmonalis. Sebagai akibatnya, segera setelah
lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis
bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal.
Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus
arteriosus mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi
cukup untuk menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan
penutupan fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang
selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup
secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.

d. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap
dan menelan. Pada saat lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah
lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas. Sebagaian besar
keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon
pencernaan yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan
usus ).
Kemampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien,
sedangkan absorpsi monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi
pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter jantung, sambungan
esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas lambung
pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini
di sebabkan karena usus bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot
yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien di bandingkan
orang dewasa sehingga gelombang peristaltiknya sukar untuk di prediksi.
Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang sempurna. Sel epitel yang
melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga
meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan oral
menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel
yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur
mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat
berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses penutupan
usus ( permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen ).
Sebelum penutupan usus bayi akan rentan terhadap infeksi virus / bakteri
dan juga terhadap stimulasi allergen melalui penyerapan molekul-molekul
besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam menyimpan
cairan daripada kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami
kompilasi kehilangan cairan, misalnya gangguan diare.

e. Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya
kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat
pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma
G yang merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M.
Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma
G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka
janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan
folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin.
Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari
traktus digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus
urogenital. Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi
dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan.
Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu
dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang
menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1) perlindungan oleh kulit membran mukosa
2) fungsi saringan saluran napas
3) pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
4) perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada
BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum
mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang
didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung
banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak.
Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya
dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada
kekebalan trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig)
atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA,
dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG
merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari
seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus
tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih
banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama
beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh
janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang
bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang
dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat bayi rentan terkena
infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk
pada sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA
sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat
salive sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan.
IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan
mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak
begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.

f. Perubahan Sistem Ginjal


Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur
secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan
seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal dapat membatasi
kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah
kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru
lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12 - 24 jam.
Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna
urine pucat menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup
bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana
dalam kandung kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air
ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc dan
produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc permenit.Ginjal bayi baru lahir
menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan
intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang
baik yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang
rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama
kehidupan, serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat
protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak
dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
1. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal
3. Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa
g. Perubahan Sistem Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang
akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika
seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh
turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–37,0
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan
oleh:
1)Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna.
2)Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
3)Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
4)Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi
rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara
tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir.
Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun
bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari
bayi baru lahir kelingkunganya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans
tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan,
tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak
(jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara).
Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru
lahir diruangan yang terpasng kipas angin.
3) Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek
yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan
panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam
ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant
Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di
tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat
tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara
merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas
yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati
apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200
perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya
satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain
mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi,
menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

h. Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara :
1) melalui penggunaan ASI
2) melaui penggunaan cadangan glikogen
3) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam
jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan
(post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim
dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang
(digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi;
kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan
menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya.
Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Perkembangan manusia dimulai sejak masih di dalam kandungan. Dimulai
dari pembuahan yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel
telur yang telah matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya
akan menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot. Pembuahan ini menandakan
berfungsi dengan baiknya organ reproduksi manusia. Setelah lahir, bayi harus
mampu beradaptasi dari keadaan yang awalnya bergantung pada ibu melalui
plasenta, menjadi mandiri secara fisiologi.

2. Saran
a. Setelah memahami tentang bioreproduksi perkembangan janin intrauterine
dan ekstrauterin tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk dapat
melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat
menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang
lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
b. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan
perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada Masa Pranatal dan Kelahiran. Jurnal


Perkembangan Anak Usia Dini, 39-56.
Bolon, C. M. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Janin pada
Masa Kehamilan di Klinik Cahaya Medan. Jurnal Keperawatan Imelda, 36-
42.
Elizabeth B Hurlock, A. D. (2007). Child Development. Jakarta: Erlangga.
Kambali. (2018). Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional serta Intelektual di
Masa Prenatal. Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 2614-3275.
Nurul Maziyatul H, D. F. (2020). Perkembangan Kognitif, Fisik, dan Emosional pada
Masa Prenatal. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 87-106.
Rika Andriyani, A. T. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan.
Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai