Anda di halaman 1dari 13

RESUME

ASAL KEHIDUPAN BARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Shafa Alistiana Irbathy, M. Psi., Psikologi

Disusun Oleh :

Fadlil Muhammad Azhar (223464)

Muhbib Fadzlurrahman (223485)

Wahyono ( 223503)

Wahyu Kurniawan

JURUSAN TARBIYAH

SROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


A. Mengandung Kehidupan Baru
1. Pengertian Perkembangan Pranatal
Perkembangan pranatal adalahperkembangan awal dari manusia. Dimulai dari
pembuahan yang terjadi daripertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur yang
telah matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan menjadi
sel-sel baru dan membentuk zigot. Pembuahan ini menandakan berfungsi dengan
baiknya organ reproduksi manusia. Dalam pembuahanada beberapa kondisi yang
ditentukan :
a. Bawaan Lahir
b. Penentuan jenis kelamin
c. Jumlah anak
d. Urutan dalam keluarga
Menurut William Sallebach, periode pranatal atau pra lahir merupakan masa kritis
bagi perkembangan fisik, emosi, dan mental bayi. Ini adalah masa mulai
terbentuknya kedekatan antara bayi dan orang tua dengan konsekuensi yang akan
berdampak panjang, terutama yang berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan
bayi dalam kandungan. Masa prenatal memiliki 6 ciri penting, diantaranya

1). terjadinya pembauran sifatsifat yang diturunkan oleh kedua orang tua janin,

2). pengaruh kondisi-kondisi dalamtubuh ibu,

3). kepastian jenis kelamin,

4). pertumbuhan cepat,

5). mengandung banyak bahaya fisik dan psikis, dan

6). membentuk sikap-sikap yang baru

2. Tahapan Tahapan Pada Perkembangan Prenatal

Perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahap, yaitu geminal, embrionik dan fetal.
Selama tahapan prenatal ini, zigot yang awalnya hanya satu sel kemudian tumbuh
menjadi embrio yang kemudian menjadi janin. Sebelum dan sesudah lahir
perkembangan terus berlangsung mengikuti dua prinsip. Pertama, prinsip
sefalokaudal, bahwa perkembangan berlangsung dari kepala ke bagian bawah tubuh.
Kepala embrio, otak, dan mata terbentuk paling awal dan berukuran besar serta tidak
proporsional sampai bagian-bagian tubuh lain terbentuk. Kedua, prinsip
proximodistal, perkembangan berlangsung dari bagianbagian tubuh yang dekat
dengan bagian tengah tubuh menuju keluar. Kepala dan dada embrio terbentuk
sebelum terbentuknya tungkai dan lengan serta kaki terbentuk sebelum terbentuknya
jari tangan dan kaki.

a. Tahapan Germinal
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot
membelah diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada dinding
rahim menjadi tanda awal masa kehamilan. Dalam waktu 36 jam setelah
pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan duplikasi sel cepat (mitosis).
72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16 dan kemudian 32 sel,
sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus berlangsung sampai satu sel
pertama berkembang menjadi 800 juta atau lebih sel khusus yang membentuk
tubuh manusia.
Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah dibuahi kemudian melewati
tuba falopi menuju Rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk yang semula
kumpulan sel yang berbentuk bola berubah menjadi bulatan yang berisi cairan dan
disebut blastosista. Blastosista ini mengapung bebas dalam rahim selama 1-2 hari
lalu melekat di dinding rahim. Hanya sekitar 10-20% dari telur yang dibuahi yang
dapat menyelesaikan tugas penting melekatkan diri pada dinding rahim dan
menjadi embrio. Sebelum melekatkan diri, seiring dengan diferensiasi sel terjadi,
beberapa sel di bagian luar blastosista berkumpul di satu sisi untuk membentuk
cakram embrionik, masa sel yang menebal yang menjadi tempat bagi embrio
untuk mulai berkembang. Massa ini akan melakukan diferensiasi menjadi tiga
lapisan.
Ektoderma (lapisan paling atas) akan menjadi lapisan luar kulit, kuku rambut,
gigi, panca indera, dan sistem saraf termasuk otak dan tulang
belakang.Endoderma (lapisan bawah) akan menjadi sistem pencernaan, hati,
pankreas, kelenjar ludah, dan pernapasan. Mesoderma (lapisan tengah) akan
membangun dan mendiferensiasi menjadi lapisan kulit dalam, otot, tulang, serta
sistem pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain dari blastosista mulai terbentuk
menjadi organ yang akan menghidupi dan melindungi embrio: rongga amnion,
dengan lapisan luarnya, amnion dan karion, plasenta dan tali pusar.
b. Tahapan Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan system
tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio paling rentan
terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem atau struktur organ
yang masih berkembang pada saat terpapar lebih mungkin untuk terkena efeknya.
Cacat yang terjadi pada saat kehamilan tahapan selanjutnya tidak lebih serius.
Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk mengalami keguguran secara
spontan atau dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada janin perempuan.
Walaupun sekitar 125 lakilaki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta yang fakta
yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa kromosom Y yang
lebih kecil, hanya 105 anak laki-laki yang dilahirkan untuk setiap 100 perempuan.
Kerentanan laki-laki berlanjut setelah dilahirkan,lebih banyak dari mereka yang
meninggal di awal kehidupan, dan di setiap tahapan kehidupan mereka lebih
rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk
setiap 100 perempuan di AS.
c. Tahapan Fetal (Janin)
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai dengan masa
kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar 20 kali lebih besar
daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus sistem tubuh menjadi lebih
kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari tangan dan kaki tumbuh sertakelopak
mata terbuka.
Tingkat aktivitas dan pergerakan janin menunjukkan perbedaan individual yang
ditandai dengan kecepatan jantung mereka yang berubah-ubah. Janin lakilaki,
terlepas dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan cenderung lebih semangat saat
bergerak selama masa kehamilan. Dengan demikian,kecenderungan bayi laki-laki
untuk lebih aktif dibandingkan bayi perempuan mungkin merupakan bagian dari
pembawaan sejak lahir.
Berawal dari sekitar minggu ke- 12 masa kehamilan, janin menelan dan
menghirup cairan ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban mengandung zatzat
yang melewati plasenta dari aliran darah ibu dan memasuki aliran darah bayi.
Mengonsumsi zat ini dapat merangsang indera pengecapan dan penciuman yang
sedang berkembang dan berkontribusi terhadap perkembangan organ yang
dibutuhkan untuk bernapas dan mencerna. Sel perasa yang matang muncul sekitar
14 minggu usia masa kehamilan.
Janin melakukan respons terhadap suara dan detak jantung serta getaran dari
tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan merasa. Respons
terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada minggu ke-26 dari masa
kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya pada sekitar inggu ke-32. Janin
sepertinya belajar dan mengingat. Dalam satu eksperimen, bayi berusia 3 hari
menghisap putting susu ibunya lebih sering saat mendengar rekaman cerita yang
sering dibacakan keras-keras oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari
kehamilan dibandingkan dengan saat mereka mendengar dua cerita lain.
Sepertinya bayi mengenali pola bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan.
Kelompok kontrol di mana para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran
bayi mereka, melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman.
Eksperimen serupa menemukan bahwa bayu berusia 2-4 hari memilih musik dan
suara yang mereka dengar sebelum lahir. Mereka juga memilih suara ibu mereka
dibandingkan dengan suara perempuan lain, suara perempuan dibandingkan
lakilaki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka dibandingkan bahasa lain.
Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka meningkat.
Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak jantungnya akan menurun
jika merupakan suara orang yang tidak dikenal. Dalam penelitian lain, bayi baru
lahir menghisap susu ibunya diberikan pilihan apakah ia akan memilih rekaman
suara ibunya atau suara yang telah “di filter” sehingga terdengar seperti di dalam
rahim. Bayi baru lahir mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter,
menunjukkan bahwa janin telah mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang
mereka dengar sebelum lahir.
3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Prenatal
a. Teratogen. Unsur-unsur yang menyebabkan adanya kelainan pada kelahiran
akibat dari proses kehamilan yang tidak optimal. Bila teratogen beraksi pada awal
kehamilan saat proses pembuahan dan organogenesis, bisa jadi berdampak negatif
pada janin yang mengakibatkan kelainan anatomis. Namun, apabila teratogen
beraksi pada saat organogenesis sudah lengkap dan matang di usia kehamilan tua,
kemungkinan tidak menyebabkan kelainan anatomis.
b. Faktor ibu. Ibu menjadi kunci utama yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin. Sehingga kondisi fisik dan psikis ibu harus dijaga agar janin
berkembang dengan sempurna. Selain itu, penyakit dan kondisi ibu selama
kehamilan bisa mengakibatkan infeksi, kelainan dan kerusakan selama proses
kehamilan yang mengakibatkan bayi lahir kurang sempurna. Beberapa penyakit
yang dapat mempengaruhi janin, di antaranya, campak rubella, sifilis, herpes alat
kemaluan, dan AIDS. Selain dari penyakit, usia ibu juga mempengaruhi janin. Ibu
yang hamil di usia beresiko yaitu saat remaja (dibawah 18 tahun) dan saat usia ibu
sudah memasuki dewasa tengah (di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu remaja,
kebanyakan mengalami prematur dan keguguran. Pada ibu yang berusia paruh
baya, kehamilan bisa berakibat keguguran, keterbelakangan mental pada bayi, dan
komplikasi penyakit.
c. Faktor ayah. Ayah juga berperan penting dalam perkembangan optimal janin.
Perhatian dan kasih saying seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi ibu
akan stabil, tenang dan bahagia. Stimulasi ayah pada janin dan sering mengajak
bicara janin dalam kandungan juga dapat menenangkan janin, membangun ikatan
emosional bayi dengan ayah dari suara dan sentuhan bayi, bisa berdampak pada
perkembangan bahasa bayi. Selain itu, usia ayah yang sudah terlalu tua
mengakibatkan anak kekurangan kalsium sehingga tinggi badannya kurang dan
bisa mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental seperti down
syndrome.
d. Lingkungan. Polusi dan bahan-bahan beracun yang semakin banyak di suatu
lingkungan dapat membahayakan kondisi janin dalam kandungan dan berakibat
keterbelakangan mental pada anak. Terkontaminasi polusi dan bahan-bahan
beracun dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada anak. Ibu yang sedang
mengandung sebaiknya sangat berhatihati dengan lingkungan dan apa yang akan
di konsumsinya, karena jika ia mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
bahan-bahan beracun dapat mengganggu perkembangan janin.
4. Bahaya Psikologi Pada Masa Pranatal
Seperti bahaya fisik yang dihubungkan dengan periode prenatal, bahaya
psikologis dapat menimbulkan akibat yang tetap ada pada perkembangan individu
dan dapat mempengaruhi lingkungan sesudah dilahirkan dan perlakuan yang
diterima anak dari orangorang yang berarti selama tahun-tahun pertumbuhan awal
ada tiga bahaya psikologis yang penting berupa kepercayaan tradisional tentang
erkembangan pranatal, tekanan yang diterima ibu selama periode itu, dan sikap
sikap yang kurang menyenangkan kepada anak yang belum lahir dari orang-orang
yang akan memegang peranan penting dalam kehidupan.
Sepertinya ada kepercayaan yang lebih tradisional dan merusak mengenai periode
perkembangan pranatal daripada kepercayaan mengenai periode-periode lain
dalam rentang kehidupan. Kepercayaan tradisional dapat dan memang
mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anaknya, dan seringkali
mempengaruhi sikap anak yang satu dengan anak yang lainnya. Efek kepercayaan
demikian lebih berat dari yang diduga orang. Kepercayaan yang kurang
menyenangkan pasti akan mewarnai sikap anggota keluarga dan juga prang-orang
berarti di luar keluarga.
Bahaya psikologis penting kedua yang dihubungkan dengan periode pranatal
berupa tekanan yang dialami ibu, yaitu keadaan emosi yang meninggi selama
beberapa waktu. Tekanan ibu mempengaruhi anak yang berkembang baik sebelum
atau sesudah kelahiran. Tekanan yang tidak terlalu kuat dan hanya kadang-
kadang terjadi tidak banyak menunjukkan ketidak beraturan perkembangan,
meskipun dapat meningkatkan kegiatan janin. Kalau peningkatan kegiatan ini
hanya sedikit saja, maka akibatnya akan baik karena janin memerlukan latihan
untuk perkembangan otot yang sehat. Kalau tekanan ini mengakibatkan
peningkatan kegiatan janin yang berlebihan, janin akan mengalami kekurangan
berat badan dan kegelisahan sedemikian rupa sehingga penyesuaian awal setelah
melahirkan akan sangat berpengaruh.
Bahaya psikologis umum yang ketiga selama masa perkembangan pranatal adalah
sikap kurang menyenangkan dari orang-orang yang berarti dalam kehidupan anak.
Dalam banyak hal, bahaya ini merupakan efek yang paling serius dan paling
mendalam, karena sekali sikap berkembang maka sikap itu cenderung mapan dan
hanya ada sedikit sekali perubahan.(Hurlock 1980). Beberapa sikap kurang
menyenangkan yang umum kepada anak yang belum lahir adalah sebagai berikut:
1). Anak yang tidak diinginkan
2). Tidak menghendaki anak pada saat ini
3). Lebih menyukai anak dengan jenis kelamin tertentu
4). Konsep anak impian
5). Tidak menginginkan anak-anak kembar
6). Menginginkan pengguguran atau aborsi
7). Penghinaan kepada anak

B. MEKANISME HEREDITAS

1. Pengertian Mekanisme Hereditas

Hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua
kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari orangtua melalui gen-gen.
Gen yang diterima anak dari orang tuanya pada saat pembuahan akan mempengaruhi semua
karakteristik dan penampilan anak kelak. Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya
adalah sifat strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau
pengalaman seperti bakat, sifat-sifat keturunan, intelligensi dan juga kepribadiannya. Faktor
hereditas ini memberikan pengaruh lebih besar terhadap perkembangan intelligensi seorang
anak dibanding dua faktor lainnya yaitu faktor lingkungan dan faktor umum. 1

2. Konsep Herditas dalam Islam

Ajaran agama Islam sangat memperhatikan factor hereditas (alwarisah) dalam


pembentukan kepribadian seseorang dan mengarahkannya ke hal yang lebih baik.
Sebagaimana Allah Ta’ala menjadikan keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keturunan
Imran di atas bumi ini karena keturunan yang baik cenderung meniru dari generasi ke
genarasi (QS. Ali Imran :34) Allah Ta’ala berfirman:

“‫ني‬ِ‫َّ حِل‬ ‫ب يِل ِم َن‬


َ ‫الصا‬ ْ ‫ب َه‬
ِّ ‫” َر‬
Artinya: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang
shaleh." (QS. Ash Shaffat :100) dan firmanNya

“‫ٱلْ َعلِيم‬ ‫يع‬ ِ َّ ‫َّك َأنت‬


ُ ‫ٱلس م‬
ِ
َ َ ‫ك َم ا ىِف بَطْىِن حُمَ َّر ًرا َفَت َقبَّ ْل مىِّن ٓ ۖ ِإن‬ ِّ ‫َأت ِع ْم َٰر َن َر‬
ُ ‫ب ِإىِّن نَ َذ ْر‬
َ َ‫ت ل‬ ِ
ُ ‫ ” ِإ ْذ قَالَت ْٱمَر‬artinya
ُ
“Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena
itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui .” (QS. Ali Imran :34)

Memilih pendamping hidup sebelum menikah akan memberikan indikasi yang nyata
bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan keturunan.
Dengan tujuan pemilihan jodoh bukan hanya sekedar mempertimbangkan keturunan dan
kualitas agamanya sehingga akan membentuk keturunan yang tidak cacat moral maupun
cacat secara fisik. Allah Ta’ala berfirmanyang artinya “Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin
lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. Al-Baqarah : 221).

1
Amini,Nur & Naimah (2020). Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan Intelligensi Anak Usia
Dini. Jurnal Buah Hati Volume 7, Nomor 2, September 2020, Hal: 108
Memilih jodoh dengan mempertimbangkan keturunan, paras yang cantik dan agama
dapat didasarkan dari Hadits Rasulullah:

ِ ِ ِ ِ ‫هِل‬ ‫ِ هِل حِل‬


ْ َ‫ فَاظْ َف ْر بِ َذات الدِّي ِن تَ ِرب‬، ‫َألربَ ٍع ل َما َا َو َ َسبِ َها َومَجَا َا َولدين َها‬
‫ت يَ َداك‬ ْ ُ‫ُتْن َك ُح الْ َم ْرَأة‬

“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya.
Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang
merugi”. (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446, dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat Al quran dan hadis tersebut mengindikasikan bahwa faktor hereditas
(keturunan) akan diwariskan oleh turunannya.2

3. Prinsip-Prinsip Hereditas

Beberapa prinsip hereditas menurut Crow and Crow (Fathurrohman, 2016, Daimah &
Niam, 2019) yaitu sebagai berikut.

a. Prinsip reproduksi.
Dalam prinsip reproduksi, faktor keturunan (hereditas) berlangsung melalui
perantara germ cell dan tidak dengan cell somatic. Sifat-sifat orang tua yang didapat
dari lingkungan tidak dapat mempengaruhi germ cell (plasma benih). Misalnya,
seorang Ibu yang kompeten dalam ilmu kedokteran maka anaknya tidak dengan
otomatis menjadi dokter ahli akan tetapi harus belajar tentang kedokteran terlebih
dahulu. Pendidikan berpotensi untuk dapat membangun motivasi dan memberikan
fasilitas yang dapat mendorong anak untuk belajar sesuai dengan cita-cita anak, akan
tetapi juga perlu didasarkan kesiapan anak dan tak memaksakan anak untuk belajar
sesuai dengan keinginan orang tuanya.
b. Prinsip konformitas.
Berdasarkan prinsip konformitas, masing-masing makhluk menurunkan
golongan dan jenisnya sendiri. Ciri-ciri biologis, warna kulit, bentuk tubuh atau
jasmani dan sebagainya adalah hal-hal yang dapat diturunkan. Maknanya, bahwa
lingkungan tidak dapat mengubah individu menjadi individu lain. Meskipun kemajuan
teknologi mungkin dapat mengubah, hal ini bertentangan dengan prinsip etika
kemanusiaan.

2
Daimah & Zainun (2019). landasan filosofis pembelajaran agama islam perspektif hereditas, lingkungan,
kebebasan manusia dan inayah Tuhan. Jurnal Tarbiyat: Vol. 2, No. 2, Juli - Desember 2019,Hal : 163-164
c. Prinsip variasi.
Dalam prinsip variasi, suatu jenis atau spesies dipandang dapat memiliki
persamaan maupun perbedaan.
d. Prinsip regresi filial.
Ciri khas yang ada pada seorang anak akan menunjukkan ke arah rata-rata. Hal
ini dapat diartikan bahwa orang tua merupakan pembawa bukan produsen,
kemungkinan orang tua memiliki kombinasi sel baik dan dominan, sedangkan anak
memungkinkan untuk memiliki sel yang kurang baik sehingga kualitas anak juga
kurang ataupun sebaliknya. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan jika anak dari
orang tua yang memiliki kecerdasan baik terdapat kecenderungan kecerdasan yang
kurang. Sebaliknya, anak dari ayah/ibu yang kurang cerdas dapat memiliki kecerdaan
yang lebih cerdas dibandingkan orang tuanya. Prinsip ini memicu minat bagi pendidik
ataupun psikolog untuk meneliti secara lebih cermat, yaitu apa saja faktor-faktor dari
luar yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut.
e. Prinsip jenis silang.
Dalam prinsip menyilang, sesuatu yang diwariskan kepada anak dari orang tua
mempunyai sasaran dalam jenis menyilang. Anak perempuan akan cenderung
memiliki banyak sifat-sifat dan tingkah laku dari ayahnya, sedangkan anak laki-laki
akan cenderung banyak menurun sifat-sifat dan tingkah laku dari ibunya. 3 (Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun XI, Nomor 1, April 2021)

4. Teori Hereditas

Ada tiga teori tentang herediatas yang paling populer (Daimah & Zainun,2019), yaitu:

a. pernikahan (partiality) yaitu anak lahir mewarisi salah satu dari dua sumber aslinya
secara keseluruhan atau sebagian besar sifatsifatnya;
b. cara penyatuan (coalition) yaitu sifat anak yang tidak mewarisi cabang-cabang dari
sumber aslinya;
c. cara penggabungan (association) yaitu anak mewarisi salah satu sifat tertentu dari
sumber aslinya.4
3
Nerizka,Dea, Eva Latifah, dan A. Munawwir (2021). faktor hereditas dan lingkungan dalam membentuk
karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun XI, Nomor 1, April 2021 Hal: 58
4
Amini,Nur & Naimah (2020). Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan Intelligensi Anak Usia
Dini. Jurnal Buah Hati Volume 7, Nomor 2, September 2020, Hal: 116
Morris L. Bigge (1982) berpendapat bahwa sifat bawaan moral merupakan sifat
baik, jelek atau netral. Sedangkan korelasi antara manusia dengan lingkungana
bersifat aktif, pasif atau inter-aktif. Berdasar konsep tersebut lahir lah hukum
nativisme, empirisme dan konvergensi.
i. Teori Empirisme Teori empirisme menjelaskan bahwa perkembangan dan
pembentukan manusia ditentukan oleh faktor lingkungan, seperti pendidikan. John
Locke (1632-1704) selaku tokoh empirisme dengan teori ‘tabularasa’ atau
empirisme, mengatakan bahwa tiap individu lahir sebagaimana kertas putih dan
lingkungan itulah yang membentuk corak atau tulisan dalam kertas putih tersebut.
Menurut John Locke pengalaman yang berasal dari lingkungan yang kemudian
membentuk kepribadian seseorang.
ii. Teori Nativisme Athur Schopenhauer (1788-1860) sebagai pelopor teori ini
mengatakan bahwa perkembangan individu hanya dapat ditentukan oleh
kemampuan dasar atau bawaan, faktor endogen serta bakat yang bersifat kodrati.
Sedangkan, menurut Azim, bahwa al-warisah atau faktor bawaan dasar dapat
memungkinkan memberi pengaruh dalam pembentukan kepribadian orang
tersebut, namun hal tersebut bukanlah satu-satunya. Proses pembentukan dan
perkembangan kepribadian individu menurut aliran ini ditentukan oleh faktor
bawaan yang tidak dapat diubah pendidikan ataupun lingkungan.
iii. Teori Konvergensi William Stern (1871-1938) sebagai pelopor teori ini
berpendapat bahwa perkembangan individu berlangsung atas pengaruh fakor
bawaan dan faktor lingkungan. Dalam hal ini, termasuk faktor pendidikan dan
sosial budaya.Dalam kenyataannya, kemampuan bawaan yang baik tanpa terbina
oleh lingkungan ataupun pendidikan tidak dapat mencetak pribadi individu yang
ideal. Sebaliknya, pendidikan dan lingkungan yang baik tanpa didukung oleh
kemampuan dasar tidak akan mampu menghasilkan kepribadian ideal. Sehingga,
perkembangan pribadi individu sesungguhnya adalah hasil persenyawaan faktor
eksogen dan endogen.5

5. Faktor Hereditas dalam Perkembangan Anak

5
aimah & Zainun (2019). landasan filosofis pembelajaran agama islam perspektif hereditas, lingkungan,
kebebasan manusia dan inayah Tuhan. Jurnal Tarbiyat: Vol. 2, No. 2, Juli - Desember 2019,Hal : 162
Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh hal-
hal berikut :

a. Bakat
Bakat tersebut diibaratkan seperti bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang
terkandung dalam diri anak. Setiap anak memiliki berbagai macam bakat sebagai
pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya.
Bakat yang dimiliki oleh si anak tersebut pada dasarnya diwarisi oleh orang tuanya,
bisa bapak atau ibunya atau bahkan nenek moyangnya.
b. Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh orang tua atau nenek moyangnya
terhadap seorang anak dapat berupa fisik maupun psikis. Mengenai fisik misalnya
bentuk hidung, bentuk badannya, dan suatu penyakit. Sementara itu mengenai psikisnya
seperti sifat pemalas, sifat pemarah, pandai, gemar bicara, dan sebagainya (Novan Ardy
Wiyani dan Barnawi, 2012). Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun anak
kembar. Pada anak kembar monozygotic, dapat diketahui adanya sifat-sifat fisik yang
sama persis (concordant) antara individu satu dengan yang lainnya, yakni wajah,
tangan, kaki, tinggi badan. Namun demikian, anak-anak yang kembar tersebut kadang-
kadang juga memiliki jenis penyakit yang diturunkan dari orang tuanya. Bila orangtua
memiliki suatu jenis penyakit tertentu (seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
epilepsi, atau paru-paru), kemungkinan besar anak-anak yang dilahirkan pun
mempunyai resiko terserang jenis penyakit yang sama.
c. Intelligensi
Kecerdasan yang dimiliki oleh orangtua akan dapat menurun pada anak-anak yang
dilahirkannya. Walaupun anak-anak tersebut diasuh oleh orangtua sendiri maupun oleh
orang lain, namun sifat kecerdasan orangtua akan tetap menurun, sehingga dapat di
ketahui berapa tingkat kecerdasan anak-anaknya. Pandangan ini sebenarnya sangat
dipengaruhi oleh pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J Rousseau yang
mengatakan bahwa anak yang cerdas dihasilkan dari orangtua yang cerdas.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang unik, khas dan berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Tak seorang pun dapat memiliki karakteristik yang sama persis walaupun
mereka merupakan anak-anak kembar. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari
aspek fisiologis, kognitif maupun afektif yang mempengaruhi pola perilaku individu
dalam rangka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Sebagai
organisasi yang dinamis, maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola
pemikiran, sikap dan perilaku seseorang. Selain dipengaruhi oleh faktor interaksi
dengan lingkungan hidupnya, kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetis yang dibawa
sejak lahir. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi
perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal atau abnormal, pada
dasarnya, diturunkan dari kedua orang tuanya.6
e. Penyakit
Ada penyakit yang merupakan bawaan dari lahir yang dapat memperlambat
perkembangan anak.Penyakit tersebut antara lain adalah penyakit
kebutaan,syaraf,hemofilia.Penyakit-penyakit tersebut merupakan suatu penyakit
keturunan.7

DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Aprilia: Perkembangan Pada Masa Pranatal Dan Kelahiran

Dariyo, Agoes. 2011. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT
Refika Aditama.

Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hapsari, Iriani Indri. 2017. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks.


6
aimah & Zainun (2019). landasan filosofis pembelajaran agama islam perspektif hereditas, lingkungan,
kebebasan manusia dan inayah Tuhan. Jurnal Tarbiyat: Vol. 2, No. 2, Juli - Desember 2019,Hal : 161-162

7
Alistiana, Shafa Irbathy (2021). Psikologi Perkembangan Sepanjang Kehidupan Manusia.Sukoharjo: Madina
Publika
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. 6 ed. Jakarta: Erlangga.

Alistiana, Shafa Irbathy (2021). Psikologi Perkembangan Sepanjang Kehidupan


Manusia.Sukoharjo: Madina Publika

Aimah & Zainun (2019). landasan filosofis pembelajaran agama islam perspektif hereditas,
lingkungan, kebebasan manusia dan inayah Tuhan. Jurnal Tarbiyat: Vol. 2, No. 2, Juli - Desember
2019

Amini,Nur & Naimah (2020). Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan Intelligensi
Anak Usia Dini. Jurnal Buah Hati Volume 7, Nomor 2, September 2020

Nerizka,Dea, Eva Latifah, dan A. Munawwir (2021). faktor hereditas dan lingkungan dalam
membentuk karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun XI, Nomor 1, April 2021

Anda mungkin juga menyukai