PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta anugerah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan
Community Health Analysis (CHA) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas I
Wangon Kabupaten Banyumas”. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan
kepada junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammas SAW.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga kami
bisa lebih memahami seluruh proses yang terjadi di dalamnyasejak pembuatan
prioritas masalah, proses pengolahan data, hingga membuat planning ofaction
kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing kami dr.Tulus Budi
Purwanto sebagai pembimbing puskesmas dan dr. Dwi Arini Ernawati, MPH
sebagai pembimbing fakultas yang telah membimbing kami, memberikan saran,
arahan serta masukan kepada kami. Kami juga mengucapkan terimasih kepada
segenap karyawan Puskesmas I Wangon yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi, arahan, dukungan selama pembuatan laporan ini.
Laporan ini berisi faktor risiko penyakit DM yang kami amati di wilayah
kerja Puskesmas I Wangon. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat.
Penulis memohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan di
dalam penyusunan laporan ini. Kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan laporan ini lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
I. PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. DM
adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe
2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi
sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin
(American Diabetes Association, 2012).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien
dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian
akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti
diperkirakan akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20
tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta
klien yang menderita DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh
provinsi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk
toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM
adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI, 2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menyebutkan 2 terjadi peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada
tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara
itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013
sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah pada daerah Sulawesi Tengah
(3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Data Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 prevalensi DM adalah 0,6%.
Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi klien DM cenderung
meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi
peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun
pada umur ≥ 65 tahun prevalensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM
cenderung lebih tinggi bagi klien yang tinggal di perkotaan dibandingkan
3
B. Rumusan Masalah
4
1. Apa saja faktor risiko terjadinya peningkatan kasus diabetes mellitus tipe 2
di wilayah kerja PuskesmasI Wangon Kabupaten Banyumas?
2. Apa faktor risiko paling dominan dalam peningkatan kasus diabetes mellitus
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah peningkatan kasus diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten
Banyumas?
4. Bagaimana intervensi yang sesuai terhadap penyebab masalah peningkatan
kasus diabetes mellitus tipe 2 untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health
Analysis) faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pasien
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten B
anyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah p
asien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.
b. Mencari alternatif pemecahan masalah pengendalian gula darah pasien
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.
c. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah pengendalian gula dara
h pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang permas
alahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
5
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas I Wangon adalah salah satu bagian dari wilayah kabupaten
Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km2. Wilayah kerja
Puskesmas I Wangon terdiri atas 7 desa, dengan desa yang memiliki
wilayah paling luas yaitu Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang
tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5 km2.
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
2018
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
go
n ng on an ng an an
di ul er he eg eg
an ag
a K nt a ad nd
W ap ng Ba Ra
w
ng Ra
Kl adi Pe
ag
lap
K
b. KepadatanPenduduk
2018
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Wangon Klapagading Klapagading Banteran Rawaheng Pengadegan Randegan
Kulon
4000 3884
3360
2943
3000 2750
2000
1000
0
Wangon Klapagading Klapagading Banteran Randegan Rawaheng Pengadegan
Kulon
d. Kelompok Usia
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 -9
0 -4
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000
Gambar 2.5 Grafik Jumlah penduduk menurut Kelompok Usia dan Jenis
Kelamin tahun 2018
0
2016 2017 2018
1.2
1
1
0.8
0.6 AKI
0.4
0.2
0 0
0
2016 2017 2018
120
100
100
80
53.66
60 46.51
40
20
0
2016 2017 2018
Angka Kesembuhan TB
b. Pneumonia
Cakupan penemuan pneumonia dan di-
tangani
40 Cakupan penemuan
30 pneumonia dan di-
20 tangani
10
0
2016 2017 2018
Gambar 2.9 Cakupan Penemuan Pneunomia dan Ditangani
di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
c. Penyakit HIV/AIDS
Prevalensi HIV
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2016 2017 2018
Gambar 2.10 Prevalensi HIV di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
d. Penyakit Diare
Angka Kasus diare yang ditangani
68
66
64
62
60 Angka Kasus diare yang
58 ditanganni
56
54
52
50
48
2016 2017 2018
Gambar 2.11 Angka Kasus Diare yang Ditangani pada semua umur
di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
e. Penyakit Kusta
Berdasarkan data di puskesmas I Wangon tidak ada kasus kusta
selama tahun 2018.
f. Hepatitis B
g. DBD
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
Gambar 2.13 Jumlah Kasus DB dan Angka Kematian
di Wilayah kerja Puskesmas I Wangon
h. Malaria
Kasus malaria
1.2
1
0.8
Kasus malaria
0.6
0.4
0.2
0
2016 2017 2018
Gambar 2.14 Jumlah kasus malaria di wilayah kerja puskesmas I Wangon
12
10
0
2016 2017 2018
Gambar 2.17 Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas I Wangon
Berdasarkan Gambar 3.7 Angka Kasus Balita Bawah
Garis Merah di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon Tahun
2018 sebesar 0,76% meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun
2017 yaitu 0,6%.
18
1
0,5
0
2016 2017 2018
Gambar 2.18 Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah
Kerja Puskesmas I Wangon
70 67,4
60
50 46,8
40
30
33,1
20
10
0
2016 2017 2018
Cakupan Asi Eksklusif
5. Penetapan Nilai
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai
24
1. Myalgia
2. Dm Tipe II
3. Hipertensi
4. Asma
5. Cephalgia
6. DKA
7. Bronkithis Akut
8. ISPA
25
9. Demam, Unspesified
A. Definisi
26
B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau
memproduksi insulin yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada
pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun
oleh karena sistem imun pada tubuh menyerang sel-sel dalam
pankreas yang dikira membahayakan tubuh. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Diabetes
mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit ini
dapat berkembang pada orang dewasa.(Kerner and Brückel, 2014)
2. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari
diabetes mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari
fungsi sel-β pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat
memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi
ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin.
Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari
insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk
mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel,
2014).
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak
terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat
27
D. Faktor Resiko
1. Faktor Gaya Hidup Memberatkan DM
a) Kebiasaan konsumsi makanan berlemak
Perilaku makan yang buruk seperti terlalu banyak
mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan manis ternyata
bisa merusak kerja organ pankreas. Organ tersebut mempunyai
sel beta yang berfungsi memproduksi hormon insulin. Insulin
berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke
dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa
yang tidak dapat diserap oleh tubuh karena ketidakmampuan
hormon insulin mengangkutnya, mengakibatkan terus
bersemayam dalam aliran darah, sehingga kadar gula menjadi
tinggi. Sebagian glukosa juga bisa terbuang melalui urin sehingga
air seni menjadi manis (Soegondo, 2010).
Penyakit DM, hampir 90 % orang dengan DM tipe2
mengalami resisten insulin. Artinya, meski tubuh mampu
menghasilkan insulinnya sendiri, namun tubuh tidak dapat
menggunakan sebagaimana mestinya, dikarenakan sensitivitas
reseptor terganggu sehingga kadar gula dalam darah menjadi
meningkat, dan akibatnya tubuh tidak mendapat asupan glukosa,
menyebabkan timbul keinginan untuk makan dan minum terus
(Soegondo, 2010).
Hal yang perlu diwaspadai adalah walaupun sering makan,
berat badan malah turun drastis. Bila kondisi itu tidak segera 24
diantisipasi, maka organ pankreas akan mengalami kelelahan dan
memperberat kerja sel beta. Diabetes tipe dua yang semakin parah
karena resistensi insulin dan disfungsi beta sel akan menyebabkan
tubuh sulit mengendalikan kadar glukosa dalam darah (Soegondo,
2010).
29
F. Komplikasi
Secara umum komplikasi daripada diabetes mellitus dibagi menjadi
2 yaitu:
1. Komplikasi Macrovaskular
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan stroke.Komplikasi makrovaskular
35
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
DM
F. Hipotesis
Terdapat hubungan antara factor risiko diabetes melitus
dengan kejadian diabetes melitus.
42
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor risiko diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Wangon I,
Banyumas.
b) Besar sampel
Besar sampel minimal yang digunakan berdasarkan
jumlah minimal sampel penelitian dihitung dengan cara sebagai
berikut (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
(P1 P2) 2
n1 = n2 = n = 20
Keterangan :
Zα = deviasi baku Alfa (ditentukan 5% = 1,96)
Zβ = deviasi baku Beta (ditentukan 20% = 0,85)
P2 = proporsi efek standar dari penelitian yang dilakukan oleh
Zahtamal, 2007, persentase kejadian DM dengan tidak ada
faktor risiko (14,7% = 0,14)
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,14 = 0,86
P1 = proporsi efek yang diteliti (Clinical judgment) (38 % =
0,38)
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,38 = 0,62
P = ½ (P1+P2) = ½ (0,38 + 0,14) = 0,26
Q = 1 – P = 1 – 0,26 = 0,74
b. Cara pengambilan sampel
Sampel penelitian menggunkaan teknik consecutive
sampling yaitu sampel yang digunakan dalam penelitian ini
memenuhi kriteria pemilihan dalam kurun waktu tertentu sehingga
memenuhi jumlah sampel dalam penelitian ini (Sastroasmoro dan
Ismael, 2011).
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diabetes melitus diantaranya jenis kelamin,
44
Merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin,
Diabetes kerja Nominal
mellitus insulin dan keduanya (PERKENI, 2015).
(DM) (nanti kuisi lewat WA)
Jenis
kelamin Merupakan jenis kelamin responden penderita DM dan kelompok control Nominal
a. Laki-laki
b. Wanita
Usia Lama waktu hidup responden dalam tahun sejak lahir sampai tahun terakhir pada saat penelitian Nominal
a. ≥45 tahun
b. <45 tahun
Riwayat DM Ada atau tidak adanya keluarga kandung responden yang menderita DM Nominal
pada a. Ada
keluarga b. Tidak ada
46
Kegemukan adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat
Kegemukan akumulasi Nominal
lemak berlebihan di dalam tubuh. Kegemukan atau obesitas diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh
/obesitas ataus
Body Mass Index (BMI).
Status Gizi : BB (kg/m2)
TB2
Ket.: BB = Berat Badan (kilogram)
Obesitas = IMT ≥ 25
Tidak Obesitas = IMT < 25
Pola makan merupakan asupan gizi yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok yang dikelompokan menjadi
Nominal Ordinal
47
a. Seimbang: makan secara teratur, konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan >2 porsi sehari, dan
gula <5 sendok sehari
b. Tidak seimbang: Tidak sesuai dengan kriteria Gizi seimbang
Adalah kegiatan setiap gerakan tubuh yang reguler bertujuan meningkatkan dan mengeluarkan energi yang
Olahraga dilakukan Nominal
sehari-hari bertujuan menjaga kesehatan. Olahraga dikelompokan menjadi :
a. Teratur: latihan fisik selama 30 menit atau lebih dan dilakukan minimal 3 kali seminggu
b. Tidak teratur: : latihan fisik selama kurang dari 30 menit atau dilakukan kurang dari 3 kali seminggu
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dengan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
Hipertensi diastolik lebih Nominal
dari 90 mmHg
Interpretasi:
Hipertensi = TD ≥ 140/90 mmHg
Tidak Hipertensi = TD < 140/90 mmHg
Tingkat Pengetahuan yang dimiliki responden tentang DM dari hasil kuesioner pengetahuan, dikelompokkan menjadi : Ordinal
pengetahuan .a. Kurang: skor ≤ 10
.b. Baik: skor > 10
Responden digolongkan apakah merokok atau tidak merokok. Apabila merokok diukur dengan indeks
Merokok brinkmen Nominal
a. Tidak merokok
48
b. Merokok
Stres Perasaan, pikiran, tekanan hati yang terbawa dalam kegiatan sehari-hari diukur dari kuesioner stres Nominal
a. Stres = skor > 14
b. Tidak stres = skor ≤ 14
Peran fasilitas kesehatan, program kesehatan, petugas kesehatan, serta partisipasi peserta dalam program
Pelayanan kesehatan Ordinal
Kesehatan yang berpengaruh terhadap kesehatan peserta Prolanis
Kategori: