Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global yang perlu penangan serius.
Mneurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi
insulin, yang dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), DM merupakan suatu
kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akrena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta; 2015)
Saat ini di Negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif.
Kecenderungan ini dipengaruhi oleh dari perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup
modern, peningkatan prevalensi obesitas, kegiatan fisik berkurang yang menyebabkan
gangguan sekresi insulin atau resistensi insulin sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. (Ernawati. Penatalaksanaan keperawatan
diabetes mellitus terpadu. Jakarta: Mitra Wacana Media; 2013)
Prevalensi DM penduduk berumur 20-79 tahun secara global pada tahun 2019 sebesar
8,3%. Tiga kawasan terbesar dunia untuk prevalensi DM yaitu Arab Afrika Utara menduduki
peringkat pertama sebesar 12,2%, Pasifik Barat peringkat kedua sebesar 11,4%, dan
peringkat ketiga Asia Tenggara sebesar 11,3%. Peningkatan prevalensi DM seiring dengan
peningkatan usia penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada usia 65-79 tahun.
Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat hungga mencapai 578 juta pada tahun 2030 dan
700 juta pada tahun 2045. (Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan; 2018)
Prevalensi DM Indonesia 10,7 juta jiwa, menduduki peringkat ke-7 dunia dengan
kecenderungan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kejadian DM di Provinsi Kalimantan
Barat sebesar 1,1% dan Kabupaten Sanggau menempati urutan ke-9 penyakit DM sebesar
0,86%. (Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2018)
Meskipun Kabupaten Sanggau tidak berada pada 5 besar dengan penyakit DM tertinggi di
Kalimantan Barat, Kecamatan Beduai membutuhkan perhatian khusus dikarenakan capaian
pemeriksaan DM tidak tepat sasaran.
Secara umum, tujuan penatalaksanaan DM adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Demi tercapainya tujuan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian
gulosa darah dengan cara monitoring atau pemeriksaaan kadar gula darah pada pasien DM.
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 di Indonesia tahun 2015 menjelaskan
bahwa satu penatalaksanaan DM adalah monitoring kadar glukosa darah yang terdiri dari
pemeriksaan glukosa darah, pemeriksaan HbA1C, dan pemantauan glukosa darah mandiri
(PGDM) atau self-monitoring blood glucose (SMBG). (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta; 2015)
Puskesmas Beduai merupakan salah satu Puskesmas dengan tidak tepat sasaran dalam
pemeriksaan pasien DM di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
cakupan pemeriksaan DM di wilayah kerja Puskesmas Beduai dan solusi pemecahan masalah
yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cakupan pemeriksaan DM di wilayah kerja Puskesmas Beduai?
2. Apa permasalahan yang terjadi dan faktor apa saja yang mempengaruhi program
pemeriksaan DM di wilayah kerja Puskesmas Beduai?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatan pemeriksaan DM di wilayah kerja
Puskesmas Beduai?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah keseharan di
wilayah kerja Puskesmas Beduai
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program pemeriksaan DM di wilayah kerja
Puskesmas Beduai
b. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pelaksanaan program pemeriksaan DM di
wilayah kerja Puskesmas Beduai
c. Mencari alternative pemecahan masalah tidak tercapainya program pemeriksaan DM
di wilayah kerja Puskesmas Beduai

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Memberiksa informasi kepada pembaca tentang pentingnya pemeriksaan DM
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang proram kerja
PTM dalam melakukan evaluasi kinerja program pemeriksaan DM di wilayah kerja
Puskesmas Beduai
c. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas untuk meningkatan angka pemeriksaan DM
di wilayah kerja Puskesmas Beduai
2. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan permasalahan
kesehatan pada program pokok puskesmas

Anda mungkin juga menyukai