Anda di halaman 1dari 8

10

Nama :

Dosen :

Mk :

HUBUNGAN SELFT CARE DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang terjadi

karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang

mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes melitus (DM)

adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting menjadi salah satu dari

empat penyakit tidak menular yang menjadi target tindakan lanjut untuk

mengatasinya (Depkes RI, 2018).

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati (Nanda,

2015).

Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang

semakin banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit

metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena

produksi insulin yang terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan

antara k ebutuhan dan produksi insulin dalam tubuh sehinga sel tubuh
11

tidak mampu merespon dengan tepat sehingga muncul keluhan khas yaitu

polyuria, polidipsi, polifagia (Yasmara & Damayanti, 2017).

Diabetes tipe II merupakan diabetes melitus (DM) tidak tergantung

Non-Insulin Dependen diabetes melitus (NIDDM), Kurang lebih 90%

hingga 95% penderita diabetes melitus (DM) tipe II yaitu diabetes yang

tidak tergantung insulin. Diabetes melitus (DM) tipe II terjadi akibat

penurunan sensivitas terhadap insulin yang disebut resitensi insulin atau

akibat penurunan jumlah produksi insulin. DM tipe II pada mulanya

diatasi dengan diet dan latihan jika kenaikan glukosa darah tetap terjadi

terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral.

Pada sebagian penyandang DM tipe II obat oral tidak dapat

mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan penyuntikan

insulin (Brunner & Suddarth, 2013). .

Menurut WHO 2016 memperkirakan bahwa secara global, 422 juta

orang dewasa berusia diatas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada

tahun 2014 hal ini juga didukung oleh data dari Internasional Diabetes

Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang (175 juta

diperkirakan belum terdiagnosis), sehingga dimungkinkan berkembang

progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada

tahun 2035 jumlah tersebut akan diperkirakan naik menjadi 592 juta

orang. Sedangkan IDF ATLAS (2017), memaparkan bahwa 424,9 juta

jiwa menderita diabetes melitus dan diperkirakan akan mencapai 628,6

juta jiwa pada tahun 2045.


12

Selain itu Indonesia menepati peringkat ke-6 dengan penderita DM

terbanyak didunia setelah (India 31 juta jiwa), (China 20,8 juta jiwa) dan

(Amerika Serikat 17,7 juta jiwa). Pada tahun 2018 penderita diabetes

melitus diperkirakan mencapai 10,9% dari seluruh populasi. Dari seluruh

provinsi, kasus diabetes melitus tertinggi terdapat di DKI Jakarta,

Yokyajarta, dan Kalimantan Timur.

Diabetes melitus atau sering di sebut kencing manis mempunyai

beberapa faktor pemicu antara lain pola makan, obesitas, faktor genetik,

Salah satu gangguan penyakit metabolik atau diabetes melitus yaitu

ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh

kurangnya insulin, dan tidak mampu insulin bekerja atau keduanya.

Penyakit ini adalah penyakit kronis progresif dengan karakteristik ketidak

mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,

protein, yang dapat menyebabkan gula darah meningkat (Hiperglikemia).

Penyakit tersebut menyebabkan komplikasi bagi penderitanya baik akut

maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik yang banyak terjadi adalah

penyakit neouropati sensorik maupun motorik dan gangguan pada darah

perifer ke kaki sehingga akan muncul masalah keperawatan.

Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan

kepuasan atau kenikmatan dalam hidupnya sehari-hari. Indicator dari

kualitas hidup dianataranya yaitu dimensi kesehatan fisik dimensi

kesehatan dimensi kesejahteraan psikologis dimensi hubungan sosial dan

dimensi kesehatan lingkungan. Dimensi hubungan social memiliki kulaitas


13

hidup baik dan kualitas hidup buruk. Di mana pasien dapat menetukan

kualitas hidupnya. Pasien denga penyakit DM akan sangat terganggu

aktivitasnya baik untuk bekerja maupun bergaul, juga kesulitan dalam

tidur. Di samping itu berbagai keluhan fisik dikeluhkan pasien tergantung

dari tingkat keparahan penyakit dan komplikasi yang menyertai yang tidak

sama antara satu pasien dengan pasien lainnya. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa pasien DM akan merasakan adanya rasa tidak

nyaman, (Brunner and Suddath, 2010).

Penurunan kualitas hidup pasien dm sering diikuti dengan

ketidaksangupan pasien tersebut dalam melakukan perawatan diri seacara

mandiri yang biasanya disebut selt care. Menurut orem selt care dapat

meningkatkan fungsi-fungsi manusia yang berkembang dalam kelompok

social yang sejalan dengan potensi manusia tahu keterbatasan manusia dan

keinginan manusia menjadi normal. Selft care yang dilakukan pada psien

dm meliputi pengaturan pola makan pementauan kadar gula terapi obat

perawatan kaki dan aktifitas fisik (Kusnawati, 2011)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari penelitian

ini yaitu ‘’Apakah ada hubungan selftcare dengan kualitas hidup pasien

DM?
14

C. Karangka Teoritik

Faktor-Faktor yang mempengaruhi


DM

1. Faktor ginetik
2. Usia
3. Obesitas
4. Gaya hidup
5. Diet yang tidak sehat

Diabetes Melitus

Penatalaksanaan non-
Penatalaksaan Farmakologis :
farmakologis :
1. Golongan sulfonilurea 1. Edukasi
2. Golongan Meglitinid 2. Pemantuan glukosa
3. Golongan Biquanid 3. Diet
4. Metformin dan Trazolidindion 4. Latihan jasmani
5. Glinko sidase alfa
6. Dipeptidyl peptidase IV
SELFT CARE

Kualitas hidup pasien DM

Kadar gula darah


Keterangan : (yang diteliti) terkontrol

: (tidak diteliti)

Gambar 2.2: Karangka Teoritik


15
10

Riviu Jurnal

No Nama dan Judul penelitian Metode Parameter Hasil


tahun
1 Rima betti Hubungan selft Jenis penelitian ini SOP dan lembar Kesimpulan: Ada Hubungan selft care terhadao
(2021) care terhadao menggunakan pendekatan obeservasi kualitas hidup pasien DM dalam penelitian ini
kualitas hidup pre eksperiment dengan membuktikan kualitas hidup pasin dm dapat
pasien DM bentuk desain yang dipakai meningkat dnegan menerapkan selft care
one group pre and post test manajemen dengan nilai p value 0,01< 0.05.
desaign.

2 Juriah Hubungan selft Penelitian ini merupakan pada penelitian Kesimpulan pada penelitian didapatkan
2022 care terhadao penelitian kuantitatif ini adalah SOP Hubungan selft care terhadao kualitas hidup
kualitas hidup dengan jenis pendekatan (Standar pasien DM. Dengan demikian peneliti
pasien DM di Quasy Experiment Design Operasional merekomendasikan agar Rumah Sakit dapat
poliklinik (eksperimen semu) Prosedur) dan alat memasukkan intervensi keperawatan SELFT
penyakit dalam menggunakan rancangan pengukur GDS CARE sebagai salah satu latihan untuk
rajawali Pre-test and Post-test membantu Menurunkan kadar gula darah
Group Without dan meningktakan kualitas hidup pasien DM
ControlResponden. Data
analisis dengan
menggunakan uji Wilcoxon
11

Anda mungkin juga menyukai