Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

KOPING PASIEN DM TIPE 2 DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN


PERAWATAN DIRI
Andri Setyorini*, Supriyadi
STIKes Surya Global, Jalan Ringroad Selatan Blado, Jl. Monumen Perjuangan, Balong Lor, Potorono, Kec.
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia 55194
*andrisetyo04@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes adalah penyakit kronis yang sangat bergantung pada perilaku dan perubahan gaya hidup
masing-masing individu. Sehingga yang paling utama adalah mengubah gaya hidup terutama dalam
manajemen perawatan diri DM. Pengobatan diabetes yang terus menerus tentunya akan menimbulkan
kejenuhan dan stress. Stres juga merupakan pemicu kenaikan kadar glukosa darah yang seharusnya
dikendalikan dengan koping yang tepat. Oleh karena itu, penderita perlu selalu memahami bahwa
koping dalam manajemen perawatan diri merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan dalam manajemen perawatan diri pada pasien diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi “Koping pada Pasien dengan DM Tipe 2 dalam Pelaksanaan Manajemen Perawatan
Diri”. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan in depth interview sebagai
metode pengumpulan data. Partisipan pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 5
orang dengan penentuan partisipan menggunakan tehnik purposive sampling. Analisis data
menggunakan qualitative content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 5 hal terkait koping
yang diterapkan oleh pasien DM tipe 2 dalam mendukung pelaksanaan manajemen perawatan diri,
yaitu dengan menjalani terapi, penanganan hipoglikemi mandiri, modifikasi diet, kesadaran diri, dan
ketidakpatuhan dalam pelaksanaan manajemen perawatan diri.

Kata kunci: DM tipe 2; koping; manajemen perawatan diri

COPING OF TYPE 2 DM PATIENTS IN SELF CARE MANAGEMENT


IMPLEMENTATION

ABSTRACT
Diabetes is a chronic disease that is very dependent on the behavior and lifestyle changes of each
individual. Continuous diabetes treatment will certainly cause boredom and stress, so the most
important thing is to change your lifestyle, especially in DM self-care management. Continuous
diabetes treatment will certainly cause boredom and stress. Stress is also a trigger for an increase in
blood glucose levels which should be controlled with proper coping. Therefore, sufferers need to
always understand that coping in self-care management is one of the factors that can determine the
success of self-care management in diabetes patients. This purpose of this study is to explore "coping
in patients with type 2 diabetes in the implementation of self-care management". This study used a
qualitative descriptive method with in-depth interviews as a data collection method. Participants in
this study were 5 DM type 2 patients with the determination of participants using purposive sampling
technique. Data analysis using qualitative content analysis. The results of this study indicate that
there are 5 coping things that are applied by type 2 DM patients in supporting the implementation of
self-care management, namely by undergoing therapy, self-care hypoglycemia, dietary modification,
self-awareness, and disobedient in the implementation of self-care management.

Keywords: type 2 DM ; coping; self- care management

39
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Diabetes adalah penyakit kronis yang sangat bergantung pada perilaku dan perubahan gaya
hidup masing-masing individu. Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) terus mengalami
peningkatan dan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak yaitu sekitar 90-95% dari seluruh
kasus DM (American Diabetes Association, 2010). Penyakit DM tidak dapat disembuhkan,
tetapi bisa dikelola dengan mematuhi 4 pilar penatalaksanaan DM yaitu edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis, ditambah dengan monitoring gula darah
secara rutin yang idealnya harus dilaksankan dengan baik (PERKENI, 2020).

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait stress dan koping pada pasien dengan
DM tipe II adalah terjadinya perubahan gaya hidup yang signifikan pada saat sebelum dan
sesudah terdiagnosa DM yang menyebabkan stress pada pasien DM. Sehingga ketidakpatuhan
kadang menjadi pilihan koping yang diambil oleh pasien DM dalam perawatan dirinya
(Setyorini, 2017). Stres juga merupakan pemicu kenaikan kadar glukosa darah yang
seharusnya dikendalikan dengan koping yang tepat.

Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan
diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respon terhadap situasi yang menjadi ancaman
bagi diri individu (Keliat, 2011). Sedangkan apabila dilihat kembali terkait komplikasi yang
bisa dialami oleh pasien DM yang tidak terkontrol, maka kemungkinan mereka sangat
berresiko untuk mengalami komplikasi mulai komplikasi akut hingga kronis.

Menurut Stuart (2016), rentang mekanisme koping dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu mekanisme koping adaptif, kurang adaptif, dan mal adaptif. Karakteristik mekanisme
koping adaptif masih mampu mengontrol emosi pada dirinya, memiliki kewaspadaan yang
tinggi dan lebih perhatian pada masalah, memiliki persepsi yang luas, dan dapat menerima
dukungan dari orang lain. Mekanisme koping kurang adaptif, memiliki kriteria dimana
individu memiliki perasaan yang takut terhadap apa yang terjadi pada dirinya, memiliki
perasaan malu terhadap apa yang terjadi pada dirinya, memiliki pemikiran yang tidak adekuat
atau mispersepsi. Sedangkan mekanisme koping maladaptive memiliki kriteria tidak mampu
berfikir apa-apa atau disorientasi, tidak mampu menyelesaikan masalah, dan perilakunya
cenderung merusak. Oleh karena itu, penderita perlu selalu memahami bahwa koping yang
tepat dalam manajemen perawatan diri merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan dalam manajemen perawatan diri pada pasien diabetes guna meminimalkan
komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien diabetes (Widodo, 2013). Melihat fenomena
tersebut maka perlu digali lebih mendalam tentang koping pasien DM tipe 2 dalam
pelaksanaan manajemen perawatan diri yang merupakan pilar dalam penatalaksanaan
diabetes. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengeksplorasi koping pada
Pasien dengan DM Tipe 2 dalam Pelaksanaan Manajemen Perawatan Diri. Penelitian ini
menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan in depth interview sebagai metode
pengumpulan data

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif dengan wawancara mendalam (in
depth interview) sebagai metode pengumpulan data. Di mana pelaksanaan wawancara
menggunakan panduan wawancara semi terstruktur dan natural setting, serta direkam
menggunakan alat perekam digital. Penelitian ini sebelumnya juga telah dilakukan uji etik
dengan nomor surat 01.17 / KEPK / SSG / VII / 2020 tanggal 17 Juli 2020.

40
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Partisipan pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 5 orang dengan
penentuan partisipan menggunakan tehnik purposive sampling. Partisipan terpilih akan
dilakukan kontrak untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara sekaligus
diberikan informed consent terlebih dahulu sebagai tanda kesediaan. Hasil wawancara dicatat
dan kemudian dilakukan transkrip yang selanjutkan dilakukan koding. Analisa data yang
digunakan adalah qualitatif content analysis (analisis isi) dan diolah menggunakan manual
analysis yang dimulai dari persiapan data hasil wawancara berupa transkrip data kualitatif,
mengorganisasi data, kemudian mereduksi data ke dalam bentuk tema. Dalam hal ini peneliti
menggunakan tehnik line coding untuk menentukan tema terkait koping dalam pelaksanaan
manajemen perawatan diri.

HASIL
Tabel 1
Karakteristik Partisipan (n = 5)
Lamanya Gula Darah Terakhir
Usia Pendidikan (mg/dlg)
Inisial Pekerjaan Menderita
(Th) Terakhir
Hipertensi
P1 60 Petani SD 4 th 132
P2 60 Petani SD 3 th 305
P3 63 Petani SD 7 th 117
P4 62 Wiraswasta SD 12 th 355
P5 60 Wiraswasta SMP 2 th 371

Berdasarkan wawancara mendalam dengan 5 partisipan maka diperoleh 5 hal yang dijadikan
pilihan koping oleh pasien DM dalam mendukung pelaksanaan manajemen perawatan diri
DM, yaitu dengan terapi, penanganan hipoglikemi mandiri, modifikasi diet, kesadaran diri,
namun ada pula kategori yang muncul terkait ketidakpatuhan dalam pelaksanaan manajemen
perawatan diri.

Terapi
Data tersebut terlihat bahwa terapi merupakan salah satu tema yang ditemukan saat
wawancara mendalam dengan pasien DM tipe 2. Dalam tema tersebut ditemukan 2 sub tema
yang masuk dalam hal terapi yang dijalani oleh pasien dengan DM tipe 2 yaitu farmakologi
(obat kimia) dan herbal. Berdasarkan hasil wawancara mendalam seluruh partisipan
mengatakan bahwa meraka menggunakan obat diabetes dari puskesmas maupun rumah sakit
untuk menjaga gula darahnya tetap terkontrol.

“ Kulo nggih taksih rutin ngunjuk obat e gula bu, sanjange niki ngge jagi kajenge gulone
mboten duwur (sambil menunjukkan obat yang dimiliki)..”
(“Saya juga masih rutin minum obat gula e bu, katanya ini untuk menjaga agar gulanya tidak
tinggi (sambil menunjukkan obat yang dimiliki)”) (P1, 60 th, SD);(P2, 60 th, SD); (P3, 60 th,
SD); (P4, 62 th, SD); (P5, 60 th, SMP)

Namun ada pula 1 partisipan yang juga pernah menggunakan obat herbal dari Cina sebagai
terapi selain obat kimia.
“Riyin pernah nyobi herbal mbak kulo ngangge obat Cino niku, tapi sakniki pun leren lha
larang je”
(“ Dulu pernah nyoba herbal mbak saya, pakai obat Cina itu, tapi sekarang sudah berhenti
lha mahal e..”) (P5, 60 th, SMP)

41
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Penanganan hipoglikemi mandiri


Data selanjutnya yang ditemukan terkait koping perawatan diri DM pada pasien adalah
berhubungan dengan penanganan hipoglikemia mandiri atau yang dilakukan oleh pasien DM
di rumah saat terjadi penurunan kadar gula darah. Dimana ada 1 partisipan yang mengatakan
bahwa saat terjadi gejala penurunan gula darah ia kemudian minum teh manis dan stiap
bepergian selalu membawa permen untuk bekal dijalan apabila nanti terjadi tanda-tanda
penurunan gula darah.
“Gek nek pas mumet keringat dingin niku kulo langsung gawe teh manis niku kajenge mboten
drop…gek nek pas kesah ten pundi ngoten kulo sok sangu permen niku bu kajenge mboten
mumet”
(“Gek nek pas pusing keringat dingin itu saya langsung membuat teh manis itu agar tidak
drop…terus kalau pas bepergian saya selalu bawa permen agar tidak pusing”) (P1, 60 th,
SD).

Kemudian data terkait penanggulangan hipoglikemia mandiri didapatkan dari 1 partispan lain
yang mengatakan bahwa ia langsung makan banyak apabila gula darahnya drop atau turun.
“Pas gendise ngedrop niku nggih biasa mung kulo maemi sik katah niku”
(“Pas gulanya ngedrop itu ya biasa saya hanya makan yang banyak mbak”) (P3, 63th, SD)

Modifikasi Diit
Hasil wawancara mendalam pada tema koping perawatan diri DM ditemukan pula tema
terkait modifikasi diet dimana dari ungkapan para partisipan muncul sub tema tentang
penggunaan alternative lain sebagai pengganti nasi putih. Dimana terdapat beberapa
partisipan yang menggunakan alternatif lain sebagai pengganti nasi putih seperti singkong,
tiwul, umbi-umbian, maupun nasi merah.
“Nek sakniki niku dahare kulo asringe niku tiwul mbak, nek nasi jarang”
(“Kalau sekarang itu makannya lebih sering tiwul mbak, kalau nasi jarang”)(P2, 63th, SD)

“Apet te nek maem niku ngangge tiwul, utawi kimpul, telo, uwi ngoten niku. Nasine pun ragi
sudo”.
(“Lebih sering makan itu pake tiwul atau umbi-umbian itu. Nasinya sudah agak
berkurang”)(P3, 63th, SD)

“ Maeme kulo biasa mbak mung sakniki kulo ngangge nasi merah”
(“Makannya saya biasa mbak hanya sekarang saya pakai nasi merah”) (P4, 62th, SD )

Kesadaran diri
Tema yang ke empat terkait koping perawatan diri DM adalah dengan adanya kesadaran diri
dari pasien itu sendiri. Dimana pada saat dilakukan wawancara kepada pasien DM tipe 2
terdapat 3 pasien yang mengatakan bahwa mereka sadar akan pentingnya pengaturan pola
makan bagi pasien DM.
“Sakniki kulo nek dahar nggih naming sekedhik-sekedhik bu, ngge jagi…” (“Sekarang saya
kalau makan hanya sedikit-sedikit bu, untuk menjaga…..”)(P2, 63th, SD)
“ Mangane niku nggih biasa naming sitik-sitik mawon kados sanjange bu dokter”
(“Makannya itu ya biasa, hanya sedikit-sedikit saja seperti saran bu dokter”)(P3, 63 th, SD)

„Nek riyin maem niku nek kulo sik remen sasate kudu tuwuk mbak, ning nek sakniki lha nggih
mboten wani kulo mbak”
(“Kalau dulu makan itu kalau yang saya suka harus banyak mbak, tapi sekarang tidak berani
saya”)(P4, 62th, SD)

42
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Kemudian seluruh partisipan juga mengatakan bahwa mereka menyadari pentingnya untuk
selalu melakukan kontrol kesehatan secara rutin
“ Kulo biasane kontrol rutin bu ten puskesmas niku tiap bulan”
(“Saya biasanya kontrol rutin bu di puskesmas itu tiap bulan”) (P1, 60 th, SD);(P2, 60 th,
SD); (P3, 60 th, SD); (P4, 62 th, SD); (P5, 60 th, SMP)

Ketidakpatuhan
Tema yang kelima dari koping perawatan diri DM adalah terkait ketidakpatuhan. Ternyata
ketidakpatuhan ini juga menjadi salah satu koping perawatan diri DM yang diterapkan oleh
pasien DM tipe 2. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan ketidakpatuhan ini dilakukan
karena kebiasaan jajan diluar, merasa sudah biasa dengan kondisinya dan tidak olah raga.

“Ya isih sok jajan mbak..yo iwak pitik, sate…lha pripun mbak janjan niku mboten saged
diampet je nek teng jobo ki …(sambil tertawa) “
(Ya masih sok jajan mbak..ya ayam, sate..lha gimana mbak jajan itu tidak bisa ditahan je kal
di luar itu ….)(sambil tertawa)”) (P4, 60 th, SMP)

“Nek riyin pantangan niku saged, ning sakniki pun kulo anggep biasa bu, nggih nopo-nopo
kulo maem, lauk pauk baceman, sayur niku nggih mawi gendis biasa”
(“Kalau dulu pantangan itu bisa mbak, tapi sekarang sudah saya anggap biasa, apa-apa
saya makan, lauk baceman, sayur itu juga menggunakan gula biasa”)(P1, 60 th, SD)

“Nek olah ragane dasare kulo niku arang-arang je mbak…(sambil tertawa)”


(“Kalau olah raga memang saya itu jarang je mbak..(sambil tertawa)”) (P5, 60 th, SMP)
((P3, 60 th, SD)

PEMBAHASAN
Koping ini mengarahkan individu untuk dapat langsung mengidentifikasi masalah, mencari
berbagai alternatif, mengukur alternatif pemecahan masalah dari keuntungan dan kerugian
yang didapat, memilih diantara alternatif tersebut, dan dapat langsung melaksanakan
tindakan(Richard S Lazarus; Susan Folkman, 1984 dalam Sadikin and Subekti, 2013).

Berdasarkan wawancara pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh 5 hal yang dilakukan
oleh pasien DM dalam mendukung manajemen perawatan diri mereka, diantaranya yaitu
terkait terapi, penanganan hipoglikemi mandiri, modifikasi diet, kesadaran diri, dan
ketidakpatuhan. Terapi merupakan salah satu tema yang ditemukan saat wawancara
mendalam dengan pasien DM tipe 2. Dalam hal terapi yang dijalani oleh pasien dengan DM
tipe 2 yaitu farmakologi (obat kimia) dan herbal. Terkait dengan terapi farmakologi semua
pasien DM tipe 2 mendapatkan terapi berupa obat antidiabetik oral dan ada pula yang
mendapakan terapi injeksi insulin. Intervensi farmakologis pada pasien DM meliputi
pemberian obat-obatan berupa obat oral ataupun suntikan meliputi pemberian insulin dan
agonis GLP-1/Increatin mimetic (PERKENI, 2011).

Berdasarkan hasil dari penelitian ini ada satu hal yang menarik yang muncul terkait terapi lain
yang juga dijalani oleh salah satu pasien DM tipe 2, yaitu terapi herbal dengan obat China.
Penggunaan obat herbal banyak digunakan di negara-negara berkembang yang memiliki
ketersediaan sumber daya alam dan masyarakat yang masih kental akan tradisi (Hamzah,
2019). Secara umum, memang ada beberapa masyarakat kini lebih memilih untuk
menggunakan bahan alami sebagai upaya penanganan masalah kesehatan walaupun hal itu
kembali lagi kepada keyakinan masing-masing individu. Sehingga kementerian Kesehatan RI

43
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mengganggap pentingnya integrasi penggunaan obat herbal dengan obat sintetik untuk
menjadi bagian dalam sistem kesehatan nasional terutama dalam pelayanan kesehatan primer,
seperti upaya promosi dan preventif (Kemenkes, RI, 2011).

Data selanjutnya yang ditemukan terkait koping perawatan diri DM pada pasien adalah
berhubungan dengan penanganan hipoglikemia mandiri atau yang dilakukan oleh pasien DM
di rumah saat terjadi penurunan kadar gula darah. Data yang didapatkan bahwa dari 5
partisipan ada 3 orang partisipan yang pernah mengalami hipoglikemia sehingga ada
beberapa cara yang dilakukanoleh para partisipan yang pernah mengalami hipoglikemia
dalam menanggulangi terjadinya penurunan gula darah diantaranya yaitu minum teh manis
dan banyak makan apabila sudah merasa pusing dan drop. Selain itu untuk mencegah
terjadinya penurunan gula darah, maka apabila bepergian selalu membawa permen untuk
bekal dijalan agar tidak terjadi penurunan gula darah.

Kesadaran untuk pencegahan hipoglikemia akan muncul setelah penyandang DM mengalami


hipoglikemia terlebih dahulu. Pengalaman hipoglikemia dapat menciptakan ketakutan yang
akhirnya menimbulkan perasaan traumatis. Sehingga pada kondisi tersebut menumbuhkan
kesadaran bagi partisipan untuk mencegah agar supaya kejadian tersebut tidak terulang
kembali (Sutawardana, Yulia, & Waluyo, 2016). Koping pada perawatan diri DM lain yang
dilakukan oleh para partisipan adalah dengan modifikasi diet dimana dari ungkapan para
partisipan muncul kategori tentang penggunaan alternative lain sebagai pengganti nasi putih.
seperti singkong, tiwul, umbi-umbian, maupun nasi merah. Kadar glukosa yang terkandung
dalam bahan pangan sumber karbohidrat kelompok biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan,
dan kacang-kacangan tentu bervariasi bergantung pada jenis bahan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Nuzul Wahyuning Diyah, dkk (2016), bahwa bahan pangan yang
dapat dijadikan alternatif bagi penderita Diabetes Mellitus meliputi: pisang ambon, kacang
merah rebus, nasi sorgum, pisang kepok kukus, nasi beras merah, kacang hijau rebus dari
kelompok Indeks Glikemik rendah, serta jagung kukus dan sukun kukus dari kelompok
Indeks Glikemik sedang. Untuk diet penderita DM bahan pangan tersebut sebaiknya diolah
dengan cara yang sama seperti pada penelitian, yaitu dikukus atau direbus. Namun ternyata
kelompok umbi-umbian seperti singkong dan bentul ternyata mempunyai kadar gula tinggi.
Penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa nasi beras merah dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan trigliserida secara signifikan (Ebigail Daeli, Martha Ardiaria, 2018).

Tema yang ke empat terkait koping perawatan diri DM adalah dengan adanya kesadaran diri
dari pasien itu sendiri. Khususnya terkait pentingnya pengaturan pola makan bagi pasien DM.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah & Abu Bakar (2012), bahwa pemecahan
masalah yang dilakukan oleh pasien DM antara lain dengan melakukan perubahan pola
makan, olahraga, mencari informasi, perubahan aktivitas, dan kontrol rutin. Menurut pendapat
(Bozer & Joo, 2015) yaitu kesadaran diri mengacu pada sejauh mana seseorang menyadari
kekuatan, keterbatasan, cara pandang dan berdampak pada orang disekitar. Kesadaran diri
yang diperlukan bagi pasien dengan DM adalah untuk manjemen diet, aktifitas fisik,
pemantauan kadar gula darah, konsumsi obat anti-diabetes, dan pencegahan komplikasi
penyakit. Kesadaran diri dalam mengontrol gula darah membantu individu dalam
mempertahankan status kesehatannya (Rikanurrizki, 2017).

Data lain terkait koping pada pasien DM dalam pelaksanaan manajemen perawatan diri
adalah terkait ketidakpatuhan. Ternyata ketidakpatuhan ini juga menjadi salah satu koping
perawatan diri DM yang diterapkan oleh pasien DM tipe 2. Berdasarkan wawancara yang
telah dilakukan ketidakpatuhan ini dilakukan karena kebiasaan seperti jajan diluar, merasa

44
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

sudah biasa dengan kondisinya dan tidak olah raga. Strategi koping yang telah diterapkan oleh
para partisipan dalam pelaksanaan manajemen perawatan DM tentu dapat berbeda-beda
sesuai dengan kondisi fisik, psikis, dan lingkungan pasien tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses munculnya strategi coping dapat berasal dari faktor internal yang turut
mempengaruhi seperti karakteristik/kepribadian individu, keyakinan (hardiness), tingkat
religiusitas, motivasi, kesabaran, kondisi keparahan penyakit serta faktor demografi seperti
usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal seperti peran dan dukungan keluarga,
peran ahli medis, tuntutan pekerjaan, serta kondisi lingkungan sosial dan ekonomi sangat
memberikan pengaruh dalam penggunaan strategi coping (Sadikin & Subekti, 2013).

SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan ada 5 tema yang muncul terkait koping yang diterapkan oleh
pasien DM tipe 2 dalam pelaksanaan manajemen perawatan diri, yaitu dengan menjalani
terapi, penanganan hipoglikemi mandiri, modifikasi diet, kesadaran diri, dan ketidakpatuhan
dalam pelaksanaan manajemen perawatan diri DM.

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2010). Standards of Medical Care in Diabetes - 2010
Position Statement. Diabates Care, 33(Suppl 1), S13–S61.
https://doi.org/10.2337/dc10-S011
Bozer, G., & Joo, B.-K. (2015). The Effects of Coachee Characteristics and Coaching
Relationships on Feedback Receptivity and Self-Awareness in Executive Coaching.
International Leadership Journal, 7(3), 36–58.
Creswell John W. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogayakarta: Pustaka Pelajar.
Devi Hijratur Rohmah, Abu Bakar, E. D. W. (2012). The Coping Mechanism in Diabetic
Patients in Internal Division RSUD DR. Soegiri Lamongan. (1), 2012.
Ebigail Daeli, Martha Ardiaria, A. C. (2018). Pengaruh Pemberian Nasi Beras Merah (Oryza
nivara) dan Nasi Beras Hitam (Oryza sativa L.indica) terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah dan Trigliserida Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Diabetes Melitus Tipe 2.
JNH(Journal of Nutrition and Health), 6(2), 42–56.
Hamzah, D. F. (2019). Analisis Penggunaan Obat Herbal Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Kota Langsa. Jurnal JUMANTIK, 4, 168–177.
Isabella, C., Sitorus, R., & Afiyanti, Y. (2008). Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien Terhadap
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus: Studi Fenomenologi. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12(2), 84–90. https://doi.org/10.7454/jki.v12i2.205
Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Kemenkes, RI. (2011). Modul penggunaan obat rasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–192.
Nuzul Wahyuning Diyah, Aprilia Ambarwati, Gita M. Warsito, Greta Niken, Eriza T.
Heriwiyanti, Rany Windysari, Deka Prismawan, R. F. H. & P. (2016). Evaluasi
Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya
Penggalian Pangan Ber-Indeks Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi Dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 3(2), 67–73.
PERKENI. (2011). Konsnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

45
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 39 - 46, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Indonesia 2011.
PERKENI. (2020). Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ( PB PERKENI ).
The Indonesian Society of Endocrinology, 1–5.
Richard S Lazarus; Susan Folkman. (1984). Stress, Appraisal and Copingitle. Retrieved from
https://www.worldcat.org/title/stress-appraisal-and-coping/oclc/609341596
Rikanurrizki, D. (2017). Penyuluhan Kesehatan dengan SMS Terhadap Kesadaran Diri Pada
Anggota Keluarga Dengan Diabetes Mellitus Di Poli Endokrin RSUDZA Health
Education With SMS Against Self Awareness of Family Members with Diabetes
Mellitus in Poly Endokrin RSUDZA. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Sadikin, L. M., & Subekti, E. (2013). Coping stres pada penderita diabetes melitus pasca
amputasi. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 2(3), 17–23.
Sandelowski, M. (2000). Focus on research methods: Whatever happened to qualitative
description? Research in Nursing and Health, 23(4), 334–340.
https://doi.org/10.1002/1098-240X(200008)23:43.0.CO;2-G
Setyorini, A. (2017). Stres dan Koping pada Pasien Dengan DM Tipe 2 dalam Pelaksanaan
Manajemen Diet di Wilayah Puskesmas Banguntapan II Kabupaten Bantul. Health
Sciences and Pharmacy Journal, 1(1), 1. https://doi.org/10.32504/hspj.v1i1.3
Smeltzer, S, C & Bare, B, G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 3.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Buku II
(Indonesia,). Mosby Elsevier.
Sutawardana, J. H., Yulia, & Waluyo, A. (2016). Studi Fenomenologi Pengalaman
Penyandang Diabetes Melitus Yang Pernah Mengalami Episode Hipoglikemia.
Nurseline Journal, 1(1), 159–175.
Widodo, A. (2013). Stress Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Dalam Melaksanakan
Program Diet di Klinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica
Hospitalia : Journal of Clinical Medicine, 1(1), 53–56.
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v1i1.41

46

Anda mungkin juga menyukai