Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization(2016) mengemukakan bahwa Diabetes

Melitus Tipe 2 adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkanya. American Diabetes

Association(2016) juga mengemukakan bahwa DM Tipe 2 adalah penyakit

gangguan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam

darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif. Peningkatan kadar

glukosa dalam darah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: gaya hidup

masyarakat yang tidak sehat seperti kurangnya aktifitas fisik, mengkonsumsi

makanan berkadar glukosa tinggi sehingga terjadinya peningkatan kejadian

DM Tipe 2.

Berdasarkan data International Diabetes Fondutationdipaparkan bahwa

penderita DM Tipe 2 di dunia pada tahun 2015 sebanyak 382 juta orang,

tahun2016 terjadi peningkatan sebanyak 415 juta orang,dan meningkat di

tahun 2017sebanyak 425 juta orang, dan 2018 berjumlah 452 juta orang(IDF,

2016).Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menjelaksan bahwa pasien DM Tipe

2 di tahun 2013 sebanyak 2,1% dan Data Riset Kesehatan Dasar 2018 terjadi

peningkatan sebanyak 6,8% dan meningkat di tahun 2019 sebanyak 10,9%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku penderita DM Tipe


2 ditahun 2018 sebanyak 3,4% (Riskesdas, 2018). Pasien DM Tipe 2 sering

mengalami gangguan konsep diri positif dengan nilai 69,66% dan konsep diri

rendah dengan nilai 9,31%.konsep diri sangat erat kaitanya dengan diri

individu, kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologis salah satunya

didukung oleh konsep diri yang baik.(Nursalam , 2016)

Konsep diri adalah citra diri seseorang, dan melibatkan semua

penampilan, persepsi, nilai, dan kepercayaan diri yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Penderita DM Tipe 2 biasanya mengalami gangguan

konsep diri, dikarenakan pasien tidak menerima kondisi tubuhnya

sehinggadapat membuat konsep diri pasien targanggu. Konsep diriyang

negatif akan membuat pasien merasa stres secara fisik maupun psikologis

dengan keadaanya, beberapa dampak negatif yang muncul secara fisik seperti

sistem imun pasien menurun yang akan menghambat proses penyembuhan

luka (Lestari,2016). Konsep diri yang positif, dapat meghadirkan rasa senang

dan juga merasa puas dengan dirinya sendiri, hal ini dapat meningkatkan

keyakinan dan juga nilai-nilai positif dalam diri seseorang (Perry & Potter,

2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahrina (2018)

tentang hubungan konsep diri positif dan konsep diri negatif pasien DM Tipe

2diklinik Diabetes Dharma Kota Medan Sumatera Utara, hasil yang

ditemukan bahwa dari 100 orang pasien DM Tipe 2 di dapatkan hasil pasien

yang mempunyaikonsep diri yang positif sebanyak 61 orang (61,0%), baik

sebanyak 22 orang (22,0%), dan negatif sebanyak 1 orang (17,0) dengan nilai

(p=0,021). Penelitian serupa juga dikemukakan oleh Sofiana (2016) tentang

2
berhubungan dengan konsep diri dengan dukungan keluarga, didapatkan hasil

bahwa konsep diri rendah sebanyak 53,4%hal ini disebabkan oleh faktor

dukungan keluarga serta dukungan sosialdengan(p=0,005) Dalam penelitian

Sofiana (2016) komponen konsep diri yang dikatakan paling berpengaruh

terhadap konsep diri adalah komponen citra tubuh yang di anggap negatif

karena hasil manifestasi klinis DM Tipe 2 yang menyebabkan penururunan

berat badan yang tidak di inginkan serta ulkus diabetikum yang sulit untuk

sembuh sehingga mengganggu karakteristik,fisik seseorang dan

penampilanya.adapun dampak konsep diri bagi kualitas hidup,seperti

penampilan,kepercayaan diri yang terganggu akan berdampak serta

memberikan efek penurunan terhadap kualitas hidup penderita DM Tipe 2

(Nursalam 2016).

Kualitas hidup adalah suatu penilaian tentang bagaimana kesehjateraan

individu seiring berjalanya waktu.Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kualitas hidup pada penderita DM tipe 2 diantaranya usia,jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, status pernikahan, lama menderita

atau durasi dan komplikasi DM. Disamping keempat faktor tersebut, lamanya

menderita diabetes juga berpengaruh terhadap keyakinan pasien dalam

pengobatan yang tentunya akan menyebabkan pasien beresiko untuk

mengalami komplikasi,sehingga memberikan efek penurunan terhadap

kualitas hidup pasien yang berhubungan secara signifikan terhadap angka

kesakitan dan kematian, hal tersebut dapat mempengaruhi usia harapan hidup

pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (Ningtyas,2015). Hal ini sejalan dengan

3
penelitian yang dilakukan oleh Wiyanti (2016) tentang kualitas hidup pasien

DM Tipe 2 dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

yaitu, dominan dipengaruhi oleh usia(p=0,002), jenis kelamin(p=0,010), dan

terapi pengobatan. Penelitian serupa yang dilakuakan oleh Ningtyas (2015)

bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas

hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Pasuruan. Faktor

yang berhubungan yaitu jenis kelamin, lama menderita, dan

komplikasidengan nilai (p=0,026).

Beberapa aspek dari penyakit Diabetes Melitus tipe 2 yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup diantaranya: adanya tuntutan terus-menerus

selama hidup pasien terhadap perawatan dan pengobatan DM, gejala yang

timbul ketika kadar gula darah turun ataupun sedang tinggi, ketakutan akibat

adanya komplikasi yang menyertai efek dari lama menderita Diabetes Melitus

Tipe 2 (Luckman & Sorensen, 2016).

Berdasarkan data studi pendahuluan penulis di RSUD Piru Kabupaten

Seram Bagian Barat jumlah pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu pada tahun

2017 sebanyak 45 orang, tahun 2018 sebanyak 51 orang dan pada tahun 2019

pada bulan Juli sebanyak 33 orang di antaranya 20 yang mengalami gangguan

konsep diri dan 13 mengalami gangguan kualitas hidup. Bulan Oktober

sampai Desember 2019 sebanyak 59 orang (Data Rekap Medik RSUD Seram

Bagian Barat, 2019). Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis

pada pasien adalah sebagian besar pasien DM Tipe 2 tidak menerapakan

kebiasaan yang disarankan petugas kesehatan untuk menjaga kualitas hidup

4
responden, agar gula darah tidak meningkat di atas batas normal. dan

sebagian pasien DM Tipe 2 lainya merasa tidak percaya diri serta

beranggapan bahwa hidupnya tidak berguna lagi. Sehingga hal tersebut dapat

mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh dan bertahan hidup. Gejala

yang sering muncul dari pasien DM Tipe 2 yaitu hilangnya harapan untuk

hidup sehinggamempengaruhi gangguan konsep diripasien dikarenakan

responden merasa tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnyasebab terdapat

luka bolong dan adanya ulkusdi kaki.Kondisi ini mengakibatkan kualitas

hidup pasien menurun serta mengalami gangguan kualitas hidup contohnya

pasien tidak mau mengikuti anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi

obat secara teratur, kontrol kadar gula darah secara rutin, menjaga pola

makan, dan olaraga teratur. Dengan alasan sudah bosan dengan setiap anjuran

yang diberikan oleh petugas kesehatan. Tetapi 2 pasien yeng menerima dan

menjalankan secara rutin anjuran yang di berikan oleh petugas

kesehatan.dengan alasan agar bisa memperpanjang hidupnya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian tentang “ Hubungan antara konsep diri dengan kualitas

hidup pasien DM Tipe 2 di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan konsep diri dengan

5
kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian

Barat ? ’’

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah memecahkan permasalahan yang

tergambardalam latarbelakang dan rumusan masalah. Adapun tujuan yang

hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan kualitas hidup pasien

DM tipe 2 di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barattahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep diri pasien DM tipe 2 di RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat.

b. Mengetahui kualitas hidup pasien DM Tipe 2 di RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat.

c. Mengetahui hubungan konsep diri dengan kualitas hidup pasien DM

Tipe 2 di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah keuntungan atau potensi yang bisa diperoleh

oleh pihak-pihak tertentu setelah penelitian selesai. Adapun manfaat yang

dapat dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan

khususnya tentang hubungan konsep diri dengan kualitas hidup pasien DM

tipe 2 di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat.

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan proses pelayanan

konsep diri dengan kualitas hidup pasien DM Tipe 2 di RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat.

b. Bagi Institusi

Peneliti diharapkan dapat menjadi suatu bahan acuan serta referensi

dalam penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara konsep diri

dan kualitas hidup pasien DM tipe 2, dan sebagai masukan bagi

peneliti pendidikan keperawatan untuk membekali dan menyiapkan

peserta didiknya agar memiliki kemampuan yang adekuat dalam

upaya meningkatkan kualitas hidup pasien DM Tipe 2.

c. Bagi Responden

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi

yang berarti terhadap meningkatnya konsep diri dan kualitas hidup

pasien.

7
d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau referensi

bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan DM Tipe 2 dengan

variabel yang lain di RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat.

Anda mungkin juga menyukai