Volume 4 Nomor 2
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr, E-ISSN: 2656-9612 P-ISSN:2656-8187
DOI : https://doi.org/10.37311/jsscr.v4i2.14411
ABSTRAK
Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan secara
total yang yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes melitus tipe 2 memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan terapi serta tingkat kualitas
hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Siantan Hulu. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional menggunakan kuesioner Diabetes
Quality of Life Clinical Trial Questionnaire (DQLCTQ) yang terdiri dari 8 domain. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 30 pasien. Hasil
kuesioner akan dikonversi menjadi angka untuk mendapat skoring. Kualitas hidup dikatakan
rendah jika nilai kualitas hidup <59 yang didapatkan dari rerata total nilai kualitas hidup.
Kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Siantan Hulu 16 responden
memiliki kualitas hidup rendah (53,33%) dan 14 responden memiliki kualitas hidup tinggi
(46,67%). Kualitas hidup pasien diabetes tipe 2 di Puskesmas Siantan Hulu masih tergolong
rendah. Karakteristik pasien dengan kualitas hidup rendah yaitu berjenis kelamin perempuan,
berusia >45tahun, berada pada tingkat pendidikan SD, tidak bekerja, dan berstatus
duda/janda.
Kata Kunci:
Diabetes melitus tipe 2, DQLCTQ, Kualitas hidup
Diterima: Disetujui: Online:
27-04-2022 19-05-2022 29-05-2022
396
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
ABSTRACT
Diabetes mellitus type 2 is a chronic disease that can not be completely cured, which is characterized by
the increasing of glucose level in blood or hyperglycemia. Diabetes mellitus type 2 has a deficient impact
on the quality of life. The aim of this study is to determine the profile of therapeutic treatment and the
quality of life of patients with diabetes mellitus type 2 at Siantan Hulu Public Health Center. This
research is a descriptive study with a cross sectional method using Diabetes Quality of Life Clinical Trial
Questionnaire (DQLCTQ) which consists of 8 domains. The data is collected by using purposive
sampling technique with 67 patients as the respondents. The result of the questionnaire is converted into
numbers for scoring. The quality of life is determined to be low if the value is <59 which is obtained from
the average of the quality of life total value. The quality of life of patients with diabetes mellitus type 2
at Siantan Hulu Public Health Center has 16 respondents with a low quality of life (53,33%) and 14
respondents with a high quality of life (46,67%) The quality of life of patients with diabetes mellitus type
2 at Siantan Hulu Public Health Center is still relatively low. The characteristics of patients with low
quality of life are female, >45 years old, are at the elementary school level, do not work, and and have a
widow/widower status.
Copyright © 2022 Jsscr. All rights reserved.
Keywords:
Type 2 diabetes mellitus, DQLCTQ, Quality of Life
Received: Accepted: Online:
2022 -04-27 2022 -05-19 2022 -05-29
1. Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang terjadi saat tubuh tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan[1].
International Diabetes Federation (IDF) mengkonfirmasi bahwa diabetes adalah salah
satu kedaruratan kesehatan global yang tumbuh paling cepat di abad ke-21.[2] Diabetes
melitus secara umum terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2[3]. Angka kejadian DM tipe 2 mencapai 90% dari seluruh penderita DM. Diabetes
melitus tipe 2 (DM2) disebabkan karena ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin
secara efektif atau biasa dikenal dengan resisten insulin[2].
Prevalensi DM global pada tahun 2019 sebanyak 9,3% (463 juta orang),
diperkirakan naik menjadi 10,9% (700 juta) pada tahun 2045. Pada tahun 2015, Indonesia
menempati peringkat 7 sebagai negara dengan penyandang DM terbanyak di dunia dan
diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040[2]. Berdasarkan Data dari
Riskesdas (2018) prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 1,1%,
persentase ini mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu 0,8%[4,5]. Prevalensi untuk
wilayah Kalimantan Barat tahun 2019 mencapai 8,43% dari tahun 2018 yaitu 4,3%[6,7].
DM merupakan salah satu penyakit yang masuk kedalam 10 besar penyakit yang
mendominasi penduduk di wilayah Kota Pontianak sepanjang tahun 2019 dengan
jumlah kasus yang terhitung sebanyak 12.913 kasus[8].
397
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien diabetes dan telah diuji validitas dan
reliabilitasnya di Indonesia[11].
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Utara.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Desember 2021 sampai Januari 2022. Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical
Trial Questionnaire (DQLCTQ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
diabetes melitus yang menjalani pengobatan diabetes melitus di Puskesmas Siantan
Hulu Kota Pontianak. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30
pasien diabetes melitus tipe 2.
398
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
399
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
status menikah mencapai 94,7%. Menurut Risanti bukan berarti individu yang sudah
menikah ataupun duda-janda lebih berisiko untuk menderita DM daripada individu
yang belum menikah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena usia penderita DM.
Umumnya toleransi glukosa menurun pada usia di atas 45 tahun ke atas. Seiring dengan
bertambahnya usia maka gangguan ataupun kerusakan sel beta pankreas akan
bertambah, yang menyebabkan semakin berkurangnya produksi insulin dan
menyebabkan terjadinya DM[18].
Kualitas Hidup
Berdasarkan Gambar 1 intstrumen Diabetes Quality of Life Clinical Trial
Questionnaire (DQLCTQ) pada masing-masing domain pada penelitian ini memiliki nilai
mean antara 33,08 – 74,67. Nilai tertinggi berada pada domain tekanan kesehatan
dengan nilai mean 74,67 dan nilai terendah pada domain efek pengobatan dengan nilai
mean 33,08. Nilai kualitas hidup didapatkan dari nilai mean yaitu 58,93 atau dapat
dibulatkan menjadi 59, sehingga dapat dikatakan kualitas hidup tinggi apabila nilai
kualitas hidup pasien ≥59 dan dikatakan kualitas hidup rendah apabila mempunyai
nilai <59.
80 74,67
69,73 67,44 68,7 69,76
70
59 59 59 59 59 59 59 59
60
48,33 47,07
50
40 33,08
30
20
10
0
Fisik Energi Tekanan Kesehatan Kepuasan Kepuasan Efek Frekuensi
kesehatan mental pribadi pengobatan Pengobatan Gejala
400
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
Rendah; ; 53,33%
Tinggi; ; 46,67%
Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan kualitas hidup
401
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
lebih tinggi.
80% Perempuan;
Laki-laki;
Tinggi; 66,70% Rendah;
70%
61,90%
60%
Perempuan; Laki-laki;
50% Rendah;
Tinggi; 38,10%
40% 33,30%
30%
20%
10%
0%
Tinggi Rendah
Laki-laki Perempuan
85,70%
100,00%
Rendah; 62,50%
55,60%
44,40%
Dewasa Akhir (36-45 Tahun);
37,50%
TINGGI RENDAH
402
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
pada koping terhadap masalah yang dihadapi maupun dalam pengambilan keputusan.
Usia memiliki kaitan yang erat terhadap prognosa penyakit, kecendrungan terjadinya
komplikasi, serta kepatuhan pasien terhadap terapi atau pengobatan[29].
TINGGI RENDAH
403
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
kualitas hidup yang lebih baik daripada kelompok tidak bekerja. Kelompok yang
bekerja memiliki aktivitas yang lebih banyak dan memiliki peluang yang lebih besar
untuk bersosialisasi, sehingga tidak terlalu memikirkan tentang penyakit yang
dideritanya. Selain itu, responden dengan status tidak berkeja lebih banyak
menghabiskan sebagian waktunya di dalam rumah dan cenderung memiliki aktivitas
fisik yang kurang [33]. Ketiadaan pekerjaan dapat membuat penderita DM Tipe 2 lebih
memikirkan mengenai biaya untuk kehidupannya dan keluarganya termasuk biaya
perawatan dan pengobatan mereka. Beban pikiran yang banyak akan membuat
penderita DM tipe 2 lebih mudah mengalami stress [34].
Bekerja; Tinggi; 75,00%
72,20%
Tidak bekerja; Tinggi; 27,80%
TINGGI RENDAH
Duda/Janda; Rendah;
50,00%
50,00%
Menikah Duda/Janda
TINGGI RENDAH
404
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
405
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
406
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 4(2): 396-407
407