NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
ANA ROIFFATUL HIDAYATI
201310201076
INTISARI
Latar Belakang: Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, angka penderita
diabetes melitus meningkat 2,1% pada tahun 2013 dengan kisaran usia antara 40-60 tahun.
Salah satu pengobatan non farmakologi diabetes melitus adalah dengan mengonsumsi buah
naga merah. Kandungan dalam buah naga dapat memberikan efek hipoglikemik pada
penderita diabetes melitus.
Tujuan: Mengetahui pengaruh buah naga merah terhadap kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus tipe II.
Metode Penelitian: Jenis penelitian eksperimen semu (Quasy Experiment Design) dengan
rancangan non equivalent control group design. Tehnik pengambilan sampel dengan
purposive sampling. Jumlah responden 30 orang.
Hasil: Hasil analisis statistik paired t-test pada kelompok intervensi menunjukkan adanya
perbedaan kadar glukosa darah puasa pretest-posttest dengan nilai p value 0.026. Nilai p
value dari uji paired t-test p<0.05, berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar
glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi. Adapun pada kelompok kontrol p value
kadar glukosa darah puasa pretest-posttest sebesar 0.208. Nilai p value dari uji paired t-test
p>0.05, berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah sebelum
dan sesudah pada kelompok kontrol. Hasil uji independent t-test menunjukkan adanya
perbedaan kadar glukosa darah puasa posttest pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol yang ditunjukkan dengan nilai p value sebesar 0,038. Nilai p value dari uji
independent t test p<0.05, berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa
darah sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian buah naga merah terhadap penurunan kadar glukosa
darah pasien diabetes melitus tipe II.
Saran: Penderita diabetes melitus dianjurkan dapat mengkonsumsi buah naga merah
sebagai obat alternatif alami untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Kata Kunci : buah naga merah, kadar glukosa darah, diabetes melitus tipe II.
Daftar Pustaka : 25 Judul buku (tahun 2006-tahun 2014); 18 Jurnal; 7 Internet
Jumlah Halaman : xiii; 75 halaman; 5 tabel; 7 gambar; 21 lampiran
1. Judul skripsi
2. Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE EFFECT OF DRAGON FRUIT TO BLOOD GLUCOSE
LEVEL OF PATIENT WITH DIABETES MELLITUS
L TYPE II IN TEMON 1 PRIMARY HEALTH
CENTER OF KULON PROGO
YOGYAKARTA1
ABSTRACT
1. Thesis title
2. School of Nursing student, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3. Lecturer of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penderita
Menurut American Diabetes penyakit tidak menular ini terjadi
Association (ADA) 2010 diabetes secara konsisten, hal tersebut
melitus adalah suatu kelompok menunjukkan bahwa penyakit diabetes
penyakit metabolik dengan melitus merupakan masalah kesehatan
karakteristik hiperglikemia, glukosuria yang perlu mendapat perhatian khusus
disertai gejala klinis akut (poliuria, dari berbagai pihak termasuk
polidipsia, polifagia, penurunan berat pemerintah. Kebijakan kesehatan yang
badan) dan gejala kronis terkadang telah dibuat Pemerintah Indonesia
tanpa gejala yang terjadi karena tercantum dalam Peraturan Menteri
kelainan sekresi insulin, kerja insulin Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
atau kedua-duanya. Jumlah penderita 1144/Menkes/per/VIII/2010 tentang
diabetes melitus di dunia dari tahun ke Organisasi dan Tata kerja Kementrian
tahun menunjukkan adanya Kesehatan, pemerintah telah
peningkatan. Jumlah tersebut membentuk Subdirektorat
mayoritas berada pada usia 40-60 pengendalian penyakit diabetes
tahun dan sebanyak 80% penderita melitus dan penyakit metabolik.
diabetes melitus di dunia berasal dari Penyakit diabetes melitus
negara berkembang salah satunya merupakan salah satu penyakit yang
ialah Indonesia (WHO, 2013). Lebih banyak diderita oleh sebagian besar
dari 90% populasi diabetes adalah masyarakat Indonesia. Akan tetapi,
diabetes tipe II, yang ditandai dengan masyarakat masih menanggap
penurunan sekresi insulin karena penyakit diabetes melitus merupakan
berkurangnya fungsi sel β pankreas penyakit orang tua atau penyakit yang
secara progresif yang disebabkan oleh hanya timbul karena faktor keturunan.
resistensi insulin (Perkeni, 2011). Padahal, setiap orang dapat mengidap
Menurut Laporan Riset diabetes melitus baik tua maupun
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), muda karena faktor utama penyebab
prevalensi diabetes melitus tertinggi diabetes melitus adalah diet dan gaya
terdapat di provinsi D.I Yogyakarta. hidup sedentary.
Berdasarkan laporan surveilans Penyakit diabetes melitus ini
terpadu penyakit (STP) Dinas merupakan suatu kelainan yang terjadi
Kesehatan kabupaten Kulon Progo akibat tubuh kekurangan hormon
(2014), diabetes melitus sebagai insulin, akibatnya glukosa tetap
urutan ke empat jumlah kasus beredar di dalam aliran darah dan
terbanyak penyakit tidak menular dari sukar menembus dinding sel. Tidak
sepuluh penyakit tidak menular adanya glukosa yang masuk kedalam
lainnya yang dialami oleh masyarakat sel mengakibatkan sel mengalami
di Kulon Progo. Selain itu, kurang energi untuk proses
berdasarkan laporan STP Dinas metabolisme selular. Hal ini kemudian
Kesehatan kabupaten Kulon Progo diinterprestasikan oleh sel-sel tubuh
(2016) diperoleh data bahwa sebagai kondisi kekurangan glukosa
Puskesmas Temon 1 mendapakan sehingga tubuh akan merespon dengan
peringkat pertama jumlah kasus berbagai mekanisme yang bertujuan
diabetes melitus tipe II terbanyak di untuk menimbulkan kadar glukosa
Kulon Progo dari 21 Puskesmas lain darah. Respon pertama adalah
dari kabupaten tersebut. Jumlah timbulnya sensasi lapar, penderita
tersebut sebanyak 243 pasien pada akan cenderung sering merasa lapar
periode Januari sampai Desember sebagai respon terhadap rendahnya
2016. intake glukosa oleh sel. Respon yang
lain adalah peningkatan produksi komplikasi dan pengelolaan penderita
glukosa tubuh melalui mekanisme diabetes melitus difokuskan pada pola
lipolisis dan glukoneogenesis. Lemak makan yang didasarkan pada gaya
dan protein jaringan akan dipecah hidup dan kebiasaan makan, status
menjadi glukosa. Jika hal ini terjadi nutrisi, dan faktor khusus lain yang
secara berkepanjangan maka tubuh perlu diberikan prioritas.
akan mengalami penurunan kadar Penderita diabetes melitus
protein dalam jaringan. Selain itu dianjurkan untuk memperhatikan
pemecahan lipid akan menghasilkan asupan karbohidat, protein, lemak dan
produk sampingan berupa benda keton serat karena penting artinya dalam
yang bersifat asam. Kondisi ini dapat pengendalian kadar glukosa darah.
mengakibatkan ketosis dan Akan tetapi, penderita diabetes
ketoasidosis yang dapat mengancam melitus yang sudah menjalankan
jiwa (Padila, 2012). program diet ternyata ada yang tetap
Penyakit diabetes ini bila tidak belum mampu mengendalikan
cepat diatasi akan dapat berkembang glukosa darah dengan baik sehingga
menjadi gangguan yang lebih parah kadar hariannya tetap tinggi.
karena dapat menyebabkan Penyebabnya adalah kurangnya
bermacam-macam komplikasi yaitu asupan sumber serat dan antioksidan.
kerusakan saraf, kerusakan ginjal, Berdasarkan hasil penelitian yang
kerusakan mata, penyakit jantung, dilakukan oleh Wardani (2006)
stroke, impotensi, dan hipertensi. terhadap diabetes melitus tipe II di
Berdasarkan penelitian Murray (2000) RSUP Sanglah Denpasar melaporkan
tiap 19 menit ada satu orang di dunia rerata asupan serat mereka hanya
yang terkena stroke, ada satu orang 8,9g/hari.
yang buta dan ada satu orang di dunia Serat mempunyai kemampuan
diamputasi akibat komplikasi diabetes untuk memperlambat penyerapan
melitus (Maulana, 2009). Berbagai glukosa dan lemak dengan cara
komplikasi dapat terjadi jika meningkatkan kekentalan feses yang
penatalaksanaan diabetes melitus tidak secara tidak langsung menurunkan
optimal. kecepatan difusi sehingga kadar
Pada prinsipnya ada dua macam glukosa darah, profil lipid dan
penatalaksaanaan yang biasa kolesterol menurun (Sulistyani, 2012).
dilakukan untuk mencegah komplikasi Antioksidan bermanfaat dalam
diabetes melitus, yaitu terapi menjaga elastisitas pembuluh darah,
farmakologi dengan menggunakan mampu memperbaiki sistem
obat dan terapi nonfarmakologi. peredaran darah, menurunkan kadar
Pengobatan farmakologi memiliki glukosa darah dan kolesterol. Asupan
efek yang lebih cepat dibandingkan serat dan antioksidan pada penderita
dengan pengobatan nonfarmakologi, diabetes melitus perlu ditingkatkan
akan tetapi pengobatan farmakologi sehingga diperlukan perbaikan diet
memiliki efek samping yang lebih dengan menambah sumber buah-
besar dibandingkan pengobatan buahan seperti buah naga merah
nonfarmakologi. sebagai sumber makanan kaya
Besarnya efek samping yang antioksidan, serat, vitamin, dan
diakibatkan oleh pengobatan secara karbohidrat dengan indeks glikemik
farmakologi membuat orang beralih rendah.
menggunakan pengobatan secara Salah satu buah yang dapat
nonfarmakologi. Pengobatan dimanfaatkan untuk perbaikan diet
nonfarmakologi untuk pencegahan penderita diabetes melitus adalah
buah naga yang memiliki keunggulan penyerta lain, konsumsi obat anti
yaitu kaya serat dan antioksidan. hiperglikemia, olahraga dan pola
Buah naga dapat menjadi makan.
penyeimbang kadar gula darah karena Responden dalam penelitian ini
buah ini mengandung berbagai adalah pasien yang terdiagnosis
macam antioksidan yaitu flavonoid, diabetes melitus tipe II yang
vitamin E, vitamin C, dan betakaroten memeriksakan diri di Puskesmas
yang memiliki kemampuan untuk Temon 1 dengan kadar glukosa darah
menurunkan stress oksidatif dan puasa≥126 mg/dl. Responden dalam
mengurangi ROS (Reaktive Oxygen penelitian ini sebanyak 30 responden
Species) sehingga dapat yang didistribusikan dalam 2
menimbulkan efek protektif terhadap kelompok yaitu 15 responden sebagai
sel β pankreas dan meningkatkan kelompok intervensi dan 15 responden
sensitivitas insulin (Lianiwati, 2011). lainnya sebagai kelompok kontrol.
Responden kelompok intervensi pada
METODE PENELITIAN penelitan ini diberikan buah naga
Jenis penelitian yang telah merah seberat 200 gram selama 10
dilakukan adalah penelitian quasi hari. Pengukuran kadar glukosa darah
eksperiment atau eksperimen semu dilakukan pada hari ke 0 dan hari ke
dengan rancangan penelitian ini 11 pada kelompok kontrol maupun
menggunakan non equivalent control intervensi. Sebelum dilakukan
group. Tehnik pengambilan sampel pengukuran kadar glukosa darah puasa
menggunakan tehnik purposive responden diminta untuk berpuasa 12 jam.
sampling.
Pada penelitian ini buah naga HASIL DAN PEMBAHASAN
merah sebagai variabel bebas Pengambilan data pada
sedangkan variabel terikatnya adalah penelitian ini telah dilaksanakan mulai
kadar glukosa darah. Variabel 21 Maret 2017 sampai dengan 1 April
pengganggu dalam penelitian ini 2017 di Puskesmas Temon 1 Kulon
adalah usia, merokok, berat badan, dan Progo Yogyakarta.
konsumsi alkohol, stres, penyakit
Tabel 1 Hasil pengukuran perbedaan rata-rata kadar glukosa darah sebelum
dan sesudah diberikan buah naga merah pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol pada pasien diabetes melitus tipe II di
Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta 2017
Perbedaan
Variabel Kel. N Mean±S.E P
Rerata
Kadar glukosa darah 1 15 214,5±6,6 16.5 0,026
pretest- posttest 2 15 233,6±3,5 -4.6 0,208
Berdasarkan hasil tabel 1 Sedangkan uji paired t test pada
menunjukkan bahwa uji paired t test kelompok kontrol p value lebih besar
pada kelompok intervensi didapatkan dari 0,05 (0,208>0,05) maka Ha
bahwa p value lebih kecil dari 0,05 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
(0,026<0,05) maka Ha diterima, bahwa “tidak terdapat perbedaan yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa bermakna antara kadar glukosa darah
“terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah pada kelompok
antara kadar glukosa darah sebelum kontrol”.
dan sesudah pemberian buah naga
merah pada kelompok intervensi”.
Tabel 2 Hasil pengukuran perbedaan rata-rata kadar glukosa darah sesudah
diberikan buah naga merah pada kelompo intervensi dan kelompok kontrol
pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo
Yogyakarta 2017