PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
dan kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan diatetik. Pelayanan gizi
yang dilaksanakan di rumah sakit tentu senantiasa disesuikan dengan
perkembangan tersebut (Depkes,2006).
Melihat pertimbangan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1096/MENKES/PERVI/2011 tentang persyaratan hygiene
sanitasi jasa boga yaitu bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan
minuman yang dikelola jasa boga yang tidak memenuhi persyaratan hygiene
Sanitasi, agar tidak membahayakan kesehatan, disempumakan sesuai tuntutan
kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah mengusahakan
kesempatan yang lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dengan mengusahakan pelayanan yang luas
dan merata. Sistem penyelenggaraan makanan merupakan program terpadu dan
terintegrasi dan subsistemnya adalah perencanaan anggaran belanja,
perencanaan menu, perencanaan bahan makanan, perencanaan sarana dan
prasarana, pembelian bahan makanan, penerimaan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan
makanan, distribusi makanan, pencatatan dan pelaporan (Depkes, 2006).
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien. Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari
kegiatan di Instalasi Gizi Rumah Sakit sebagai unit pelayanan gizi rumah sakit
untuk memenuhi asupan zat gizi pasien. Penyelenggaraan makanan rumah sakit
dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai
bagi pasien yang membutuhkan.
Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit adalah pasien
maupun karyawan (pegawai), Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga
1
2
BAB 2
EVALUASI MENEJEMEN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN
ISTITUSI
2.1 Studi Tingkat Kepuasan dan Kesukaan Konsumen
2.1.1 Tingkat Kepuasan Konsumen
Sampel yang dipilih adalah pasien ruangan kumala dan nifas lantai 1-2.
Pengambilan data untuk tingkat kepuasan pasien terhadap makanan di ruang
kumala dan nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada
hari jum’at dan senin, tanggal 22 November 2019 dan 2 Desember 2019. Tujuan
analisis ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap makanan di
ruang kumala dan nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
dengan jumlah pasien 10 orang di kumala dan 20 orang di nifas lantai 1-2.
Metode yang di lakukan dengan cara wawancara kepada pasien dengan
memakai kuesioner selama 3 kali makan yaitu, makan pagi, siang dan sore
dalam 1 hari.
5
Table 2.1 Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Menu yang Disajikan Pada Ppagi,
Siang dan Sore hari di Instalasi Gizi Ruang Kumala dan Nifas lantai 1-2
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada tanggal 22 November
dan 2 Desember 2019
Waktu Makan
Indikator Pagi Siang Sore
No Penilaian T
. S K T S K S K T
P P P P %
P P P P P P P P n
Penampilan
1. makanan yang 2 26 2 - 2 27 1 - 2 26 2 - 30 100
disajikan
Jumlah/porsi
2. 2 28 - - 3 27 - - 1 29 - - 30 100
yang disajikan
Cara penyajian
3. 2 27 1 - 4 26 - - 2 26 2 - 30 100
makanan
Variasi dan
kombinasi
4. 3 25 2 - 4 25 1 - 3 24 3 - 30 100
makanan yang
disajikan
Ketepatan waktu
5. 9 21 - - 12 18 - - 9 21 - - 30 100
penyajian
Sikap petugas
6. yang menyajikan 5 25 - - 7 23 - - 9 21 - - 30 100
makanan
Kebersihan alat
7. 3 27 - - 6 24 - - 4 26 - - 30 100
makanan
Kebersihan/kerap
8. ian petugas yang 5 25 - - 8 22 - - 7 23 - - 30 100
menyajikan
Keterangan:
S P: (Sangat Puas) P: (Puas)
K P: (Kurang Puas) T P: (Tidak Puas)
Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui baik waktu makan pagi, siang dan
sore dilihat dari indikator penilaian penampilan makanan yang disajikan rata-rata
pasien merasa puas karena penampilan makanan yang disajikan menarik, dari
segi warna makanan berwarna beragam dan tidak pucat, dari segi konsistensi
makanan terdiri dari makanan padat dan berkuah dari segi alat makan yang
digunakan lengkap dan bersih. Menurut Moehyi (1992) ada beberapa faktor yang
menentukan penampilan makanan, yaitu warna makanan menarik, konsistensi
atau tekstur makanan pas, bentuk makanan yang disajikan menarik, porsi
makanan pas dan pebyajian makanan menarik.
Dilihat dari indikator penilaian kumlah/porsi yang disajikan rata-rata
pasien merasa puas karena jumlah/porsi yang disajikan pas. Menurut Gatchalian
6
(1981) besar porsi akan mempengaruhi penampilan makanan. Jika terlalu besar
atau terlalu kecil penampilan makanan jadi tidak terlalu menarik.
Dilihat dari indikator penilaian cara penyajian makanan rata-rata pasien
merasa puas, menurut pasien isi dari plato yang disajikan tersusun dengan rapid
an menarik. Menurut Puckett (2004) penyajian makanan yang baik bila alat
makan yang digunakan lengkap, bersih dan sesuai dengan hidangan serta
disusun dengan menarik dan dilengkapi dengan hiasan yang serasi.
Dilihat dari indikator variasi dan kombinasi makanan yang disajikan rata-
rata pasien merasa puas, isi dari plato lengkap, yaitu terdiri dari makanan pokok,
lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah, karena nikmatnya makan ditentukan
oleh kesesuaian kombinasi anekaragam makanan (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Dilihat dari indikator penilaian ketepatan waktu penyajian rata-rata pasien
merasa puas, karena makanan tiba ke ruangan tepat pada waktu makan.
Berdasarkan Pedoman PGRS (2013) perhatikan jarak dan waktu tempuh dari
tempat pengolahan ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi
selama pengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian.
Dilihat dari indikator sikap petugas yang menyajikan makanan rata-rata
pasien merasa puas, karena petuga yang menyajikan makanan bersikap baik
dan sopan kepada pasien. Menurut Emalia (2014) pramusaji merupakan staff
yang setiap hari berinteraksi dengan pasien pada saat mengantarkan makanan
dan minuman. Sikap dan perilaku ahli gizi serta pramusaji yang sopan, santun
dan ramah dapat memberikan pengaruh secara psikologis terhadap pasien.
Dilihat dari indikator kebersihan alat makan rata-rata pasien merasa puas,
karena alat makan yang disajikan bersih. Berdasarkan Pedoman PGRS (2013)
peralatan yang kotor dapat mencemari pangan, oleh karena itu peralatan harus
dijaga agar selalu tetap bersih.
Dilihat dari indikator kebersihan/kerapian petugas yang menyajikan
makanan rata-rata pasien merasa puas, karena petugas yang menyajikan terlihat
bersih dan tapi. Berdasarkan Pedoman PGRS (2013) ada beberapa syarat
hygiene penjamah makanan, yaitu kondisi kesehatan (tidak menderita penyakit
menularseperti batuk, pilek, influenza, diare dan penyakit menular lainnya),
menjaga kebersihan dari (menggosok gigi dengan pasta gigi serta teratur, paling
sedikit dua kali dalam sehari, yaitu setelah makan dan sebelum tidur,
7
membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang telinga dan sela sela jari
secara teratur, mencuci rabut atau keramas secara rutin dua kali dalam
seminggu, kuku dipotong pendek, kuku tidak di cat atau kutek dan bebas luka),
kebiasaan dari WC atau kamar kecil, setelah meracik bahan mentah seperti
daging, ikan, sayuran dan lainnya), perilaku penjamah makanan dan melakukan
kegiatan pelayanan penanganan makanan (tidak menggaruk-garuk rambut,
lubang hidung atau sela-sela jari/kuku, tidak merokok, menutup mulut saat bersin
atau batuk, tidak menyisisir rambut sembarangan terutama di ruangan persiapan
dan pengolahan makanan, tidak memegang, mengambil, memindahkan dan
mencicipi makanan langsung dengan tangan, tidak memakan permen dan
sejenisnya [ada saat pengolahan makanan) dan penampilan penjamah makanan
(selalau bersih dan rapi, memakai celemek, memakai tutup kepala, alas kaki
yang tidak licin, tidak memakai perhiasan dan memakai sarung tangan jika
diperlukan).
2.1.2 Tingkat Kesukaan Konsumen
Sampel yang dipilih adalah pasien ruangan kumala dan nifas lantai 1-2.
Pengambilan data untuk tingkat kesukaan pasien terhadap makanan di ruang
kumala dan nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada
hari jum’at dan senin, tanggal 22 November 2019 dan 2 Desember 2019. Tujuan
analisis ini untuk mengetahui tingkat kesukaan pasien terhadap makanan di
ruang kumala dan nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
dengan jumlah pasien 10 orang di kumala dan 20 orang di nifas lantai 1-2.
Metode yang di lakukan dengan cara wawancara kepada pasien dengan
memakai kuesioner selama 3 kali makan yaitu, makan pagi, siang dan sore
dalam 1 hari.
1. Makan Pagi
a. Makanan Pokok (Nasi)
Tabel 2.2 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Makanan Pokok di Ruang Kumala
dan Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
2. Tekstur - - 30 100 - - - - 30 100
3. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
8
hal ini terjadi karena bau bumbu yang terlalu tercium. Dari segi suhu makanan
yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini terjadi karena makanan yang
disajikan ke pasien masih dalam keadaan hangat.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lauk hewani (tongkol
asam manis) terhadap indikator rasa, warna dan suhu rata-rata pasien merasa
puas dan untuk indikator tekstur dan aroma rata-rata pasien merasa kurang puas
dikarenakan pasien tidak suka bumbu yang asam dan tidak terlalu bisa makan
ikan tongkol.
c. Sayuran (Oseng Wortel dan Labu Siam)
Tabel 2.4 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Sayuran di Ruang Kumala dan
Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Rasa - - 29 97 1 3 - - 30 100
2. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
3. Tekstur - - 28 93 2 6 - - 30 100
4. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
5. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan tabel 2.4 di atas diketahui bahwa dari keseluruhan jumlah
pasien tingkat kesukaan pasien terhadap sayuran dari segi yang suka sebanyak
29 responden (97%) dan kurang suka 1 responden (3%), hal ini dikarenakan ada
responden yang kurang suka dengan sayuran. Dari segi warna yang suka
sebanyak 30 responden (100%), hal ini dikarenakan kombinasi warna dan labu
siam yang menarik. Dari segi tekstur yang suka sebanyak 28 responden (93%)
dan yang kurang suka sebanyak 2 responden (6%), hal ini karena responden
tidak menyukai tekstur wortel sedikit keras. Dari segi aroma yang suka sebanyak
30 responden (100%), hal ini terjadi karena aroma oseng wortel dan labu siam
yang sedap. Dari segi suhu makanan yang suka sebanyak 30 responden
(100%), hal ini terjadi karena makanan yang disajikan dalam keadaan hangat.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sayur (oseng
wortel dan labu siam) terhadap indikator warna, aroma dan suhu rata-rata pasien
merasa puas serta untuk rasa dan tekstur rata-rata pasien kurang puas
dikarenakan menurut pasien kurang berasa dan tekstur wortel sedikit keras.
10
2. Makan Siang
a. Makanan Pokok (Nasi)
Table 2.5 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Makanan Pokok di Ruang Kumala
dan Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
2. Tekstur - - 30 100 - - - - 30 100
3. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
4. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan tabel 2.5 di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan
jumlah pasien tingkat kesukaan pasien terhadap makanan pokok dari segi warna
suka sebanyak 30 responden (100%), tidak ada responden yang kurang suka
dan tidak suka pada makanan pokok (nasi), hal ini terjadi karena dari segi
warnanya terlihat putih bersih. Dari segi tekstur yang suka sebanyak 30
responden (100%), tidak ada responden yang kurang suka dan tidak suka pada
makanan pokok (nasi), hal ini karena dari segi teksturnya pas tidak lembek dan
keras. Dari segi aroma yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini karena
aromanya sedap dicium. Dari segi suhu makanan yang sangat suka, kurang suka
dan tidak suka tidak ada, yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini
terjadi karena nasi disajikan masih dalam kondisi hangat.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk makanan
pokok (nasi) terhadap indikator warna, tekstur, aroma dan suhu rata-rata pasien
merasa puas.
b. Lauk Hewani (Ayam Bistik)
Table 2.6 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Lauk Hewani di Ruang Kumala
dan Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Rasa - - 30 100 - - - - 30 100
2. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
3. Tekstur - - 29 97 1 3 - - 30 100
4. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
5. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan tabel 2.6 di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan
jumlah pasien tingkat kesukaan pasien terhadap lauk hewani dari segi rasa yang
11
suka 30 responden (100%), hal ini terjadi karena menggunakan standar bumbu
dengan takaran yang pas dan sehingga responden banyak suka. Dari segi warna
yang suka yang suka sebanyak 30 responden (100%), tidak ada responden yang
memilih kurang suka dan tidak suka. Dari segi tekstur yang suka 29 responden
(97%) dan kurang suka 1 responden (3%), hal ini terjadi karena responden
kurang suka ayam. Dari segi aroma yang kurang suka sebanyak 30 responden
(100%), hal ini terjadi karena bau bumbu yang terlalu tercium. Dari segi suhu
makanan yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini terjadi karena
makanan yang disajikan ke pasien masih dalam keadaan hangat.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lauk hewani (ayam
bistik) terhadap indikator rasa, warna, aroma dan suhu rata-rata pasien merasa
puas dan untuk indikator tekstur rata-rata pasien merasa kurang puas
dikarenakan pasien tidak suka makan ayam.
c. Lauk Nabati (Kareh Kacang Putih)
Table 2.7 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Lauk Nabati di Ruang Kumala dan
Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Rasa - - 30 100 - - - - 30 100
2. Warna - - 28 93 2 6 - - 30 100
3. Tekstur - - 29 96 1 3 - - 30 100
4. Aroma 1 3 29 96 - - - - 30 100
5. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan tabel 2.7 di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan
jumlah pasien tingkat kesukaan pasien terhadap lauk nabati dari segi rasa suka
sebanyak 30 responden (100%), hal ini karena rasa sesuai standar bumbu yang
diberikan. Dari segi warna yang suka 28 responden (93%) dan kurang suka 2
responden (6%), hal ini karena warnanya yang kurang menarik. Dari segi tekstur
yang suka sebanyak 29 responden (96%) dan kurang suka 1 responden (3%),
hal ini terjadi karena responden kurang suka dengan kareh kacang putih. Dari
segi aroma yang sangat suka 1 responden (3%) dan yang suka sebanyak 29
responden (96%), hal ini terjadi karena responden suka aroma bumbunya sesuai
dengan standar. Dari segi suhu yang suka 30 responden (100%), hal ini karena
makanan yang disajikan masih dalam keadaan hangat.
12
e. Buah (Semangka)
Table 2.9 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap buah di Ruang Kumala dan Nifas
lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Rasa - - 30 100 - - - - 30 100
2. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
3. Tekstur - - 30 100 - - - - 30 100
4. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
5. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan tabel 2.9 di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan
jumlah pasien tingkat kesukaan pasien terhadap buah dari segi rasa yang suka
30 responden (100%), hal ini karena semangka memiliki rasa yang manis. Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan pasien terhadap buah
semangka yang disajikan untuk indikator rasa rata-rata suka.
3. Makan Sore
a. Makanan Pokok (Nasi)
Table 2.10 Tingkat Kesukaan Pasien Terhadap Makanan Pokok di Ruang
Kumala dan Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tingkat Kesukaan
No. Indikator Sangat Suka Kurang Tidak Jumlah
Perilaku Suka Suka Suka
n % n % n % n % n %
1. Warna - - 30 100 - - - - 30 100
2. Tekstur - - 30 100 - - - - 30 100
3. Aroma - - 30 100 - - - - 30 100
4. Suhu - - 30 100 - - - - 30 100
Berdasarkan table 2.10 di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan
jumlah pasien tingkat kesukaan pasien terhadap makanan pokok dari segi warna
suka sebanyak 30 responden (100%), tidak ada responden yang kurang suka
dan tidak suka pada makanan pokok (nasi), hal ini terjadi karena dari segi
warnanya terlihat putih bersih. Dari segi tekstur yang suka sebanyak 30
responden (100%), tidak ada responden yang kurang suka dan tidak suka pada
makanan pokok (nasi), hal ini karena dari segi teksturnya pas tidak lembek dan
keras. Dari segi aroma yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini karena
aromanya sedap dicium. Dari segi suhu makanan yang sangat suka, kurang suka
dan tidak suka tidak ada, yang suka sebanyak 30 responden (100%), hal ini
terjadi karena nasi disajikan masih dalam kondisi hangat.
14
Dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan warna, tekstur, aroma dan suhu
rata-rata pasien marasa puas, sedangkan rasa menurut pasien kurang berasa.
Tabel 2.15 Sisa Makanan Pasien Menu ke 2 yang Dihabiskan di Ruang Kumala
dan Nifas lantai 1-2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Waktu % Sisa Makan
Makan Menu 0% 25% 50% 75% 95% 100% Jumlah Rata2
(%)
Nasi 20 6 2 1 - 1 30 15
Tongkol
Asam 21 8 - - - 1 30 11
Pagi Manis
Oseng
Wortel dan 20 6 3 - - 1 30 14
Labu Siam
Rata-rata makan pagi 13%
Nasi 21 3 3 2 - 1 30 17
Ayam
25 2 2 - - 1 30 11
Bistik
Kareh
Siang Kacang 25 - - 3 - 2 30 15
Putih
Acar
18 8 5 - - - 30 15
Sayuran
Semangka 25 2 1 1 - 1 30 10
Rata-rata makan siang 14%
Nasi 22 4 1 2 1 - 30 14
Peda
20 1 4 3 1 1 30 22
Goreng
Tempe
Bumbu 24 - 2 1 2 1 30 16
Sore Kuning
Oseng
15 7 5 3 - - 30 22
Sayuran
Pisang
19 3 3 1 - 4 30 24
Mauli
Rata-rata makan sore 20%
Rata-rat sisa makan 16%
Berdasarkan tabel 2.15 dari hasil persentase rata-rata makanan pasien
dapat diketahui persentase rata-rata makanan yang dihabiskan pasien sebagai
berikut:
Makanan yang dihabiskan pagi : 100% - 13% = 87%
Makanan yang dihabiskan siang : 100% - 14% = 86%
Makanan yang dihabiskan sore : 100% - 20% = 80%
Rata-rata makanan yang dihabiskan pasien = 87% + 86% + 80% : 3
= 84%
Dapat diketahui bahwa pada sisa makanan pasien rata-rata
menghabiskan makanan 84% dan rata-rata makanan yang tidak dihabiskan 16%.
18
Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak termakan oleh pasien.
Makanan disajikan berdasarkan kelas perawatan, jenis makan dan waktu makan.
Sisa makanan dikatakan banyak atau tinggi jika ≥ 20%. Sisa makanan dapat
terjadi akibat faktor internal dan faktor eksternal pasien. Faktor internal pasien
mencakup keadaan klinis dan patologis pasien seperti perubahan nafsu makan,
perubahan indra pengecap, gangguan menelan (disfagia), stress dan lainnya
dirawat. Faktor eksternal pasien mencakup mutu makanan seperti rasa, aroma,
besar porsii, variasi menu dan tekstur, sikap petugas, kesalahan pengiriman
makanan, ketidak tepatan waktu makan atau jadwal makan, suasana tempat
perawatan (Kemenkes RI, 2013).
19
Persiapan
Pendistribusian
Sayur Bumbu
Penerimaan
Dipotong dan dicuci
CCP 2
Penimbangan
Digiling
Pencucian dan
pengupasan CCP 2
Penghalusan
Pemasakan CCP 1
Pendinginan
Pemorsian
Pendistribusian
Keterangan :
CCP 1 : Menghilangkan Bahaya
CCP 2 : Mengurangi Bahaya
31
bacillus, dan
Clostridium)
F Kerikil Memilih kerikil yang tercampur di bawang H NS
dan mencuci dengan air yang mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air mengalir H NS
5. Jahe B Jamur dan Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
F Tanah,bertunas Memilih sesuai dengan spesifikasi baham M NS
makanan, lalu cuci dengan air yang
mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
6. Garam B -
F Basah Memilih sesuai dengan spesifikasi baham M NS
makanan dan yang mengandung yodium
K Pemutihan Memilih garam yang tidak terlalu putih M NS
7. Gula B Semut Menyimpan gula dalam wadah yang M NS
tertutup dan rapat
F Benda Memilih sesuai dengan spesifikasi baham M NS
asing,kerikil makanan
K -
8. Kunyit B Jamur dan Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
F Tanah,bertunas Memilih sesuai dengan spesifikasi baham M NS
makanan, lalu cuci dengan air yang
mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
9. Laos B Jamur dan Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
F Bertunas Memilih sesuai dengan spesifikasi baham M SN
makanan, lalu cuci dengan air yang
mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M SN
10. Serai B Jamur dan Disimpan diwadah yang kering M NS
33
kapang
F Layu Menyimpan dalam suhu yang sesuai M NS
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
11. Kemiri B Jamur dan Disimpan dalam wadah yangkering dan M NS
kapang tertutup
F Benda asing Memilih sesuai dengan spesifikasi baham L NS
(kulit kemiri) makanan
K -
12. Kelapa parut B Saccharomyces Selalu menempatkan kelapa pada M S
carlbergencis, lingkungan, yang kelembapan Ph dan suhu
Psedomonas yang sesuai
cocovenenans
F Terdapat benda Mendeteksi secara rinci pada saat L NS
asing penerimaan, untuk memastikan kelapa
(kerikil,sabut benar-benar bersih untuk diolah
kelapa, kayu) dan
basi
K -
Keterangan :
H : High ( tinggi) S : Signifikan ( ada resiko)
M : Medium ( sedang ) NS : Non Signifikan ( tidak ada resiko)
L : Low (rendah)
B : Biologis
F : Fisik
K : Kimia
34
Modifikasi
Tidak
tahap
Ya
Ya
(Bukan CCP)
sanitasi
karyawan
39
Persiapan
k
u tambahkan garam dan gula dan dimasak
Masukkan santan dan
n mendidih kemudian masukkan ayam
sampai santan
y
i
tDimasak sampai matang
Pendistribusian
Penerimaan
Dipotong dan dicuci
CCP 2
Penimbangan
Digiling
Pencucian dan
pengupasan CCP 2
Penghalusan
Pemasakan CCP 1
Pendinginan
Pemorsian
Pendistribusian
Keterangan :
CCP 1 : Menghilangkan Bahaya
CCP 2 : Mengurangi Bahaya
42
K - - - -
B H S
F Tidak luarsa H S
3. Minyak goreng Spesifikasi, penyimpanan minyak pada
K Ketengikan tempat yang tertutup, penggunaan H S
maksimal minyak goreng hanya 2 kali.
jamur yeast
bakteri
(Enterobacter,
Bawang merah dan Pseudomonas,
4. B Menyimpan di tempat yang kering H NS
putih proteus,
micrococcus,
Enterococcus,
bacillus, dan
43
Clostridium)
Kerikil
F Memilih kerikil yang tercmpur di bawang H NS
K Pestisida Mencuci dengan air mengalir H NS
Jamur dan
B Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
5. Jahe Tanah,bertunas Mengupas kulit dan tunas, lalu cuci dengan
F M NS
dan kulit air yang mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
B -
Kerikil dan
6. Garam F Melakukan pengayakan pada garam M NS
rambut
K Pemutihan Memilih garam yang tidak terlalu putih M NS
Menyimpan gula dalam wadah yang
B Semut M NS
tertutup dan rapat
7. Gula Benda
F Melakukan pengayakan pada gula M NS
asing,kerikil
K -
Jamur dan
B Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
8. Kunyit Tanah,bertunas Mengupas kulit dan tunas, lalu cuci dengan
F M NS
dan kulit air yang mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
B -
Membusuk, Sortasi, pencucian dengan benar setelah di
9. Daun salam F M NS
kering kupas
K Adanya peptisida Amati keadaan fisik dan sesuai spesifikasi M NS
Jamur dan
B Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
9. Laos Tanah,bertunas Mengupas kulit dan tunas, lalu cuci dengan
F M NS
dan kulit air yang mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
10. Serai B Jamur dan Disimpan diwadah yang kering M NS
44
kapang
F Layu Menyimpan dalam suhu yang lembab M NS
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
Jamur dan Disimpan dalam wadah yangkering dan
B M NS
kapang tertutup
11. Kemiri Benda asing
F Memeriksa setiap bahan baku yang datang L NS
(kulit kemiri)
K -
Jamur dan
B Disimpan diwadah yang kering M NS
kapang
12. Lengkuas Tanah,bertunas Mengupas kulit dan tunas, lalu cuci dengan
F M NS
dan kulit air yang mengalir
K Pestisida Mencuci dengan air yang mengalir M NS
Keterangan Bahaya:
B : Biologi
F : Fisik
K : Kimia
Keterangan Kategori Resiko dan Signifikasi:
H : High ( tinggi) S : Signifikan ( ada resiko)
M : Medium ( sedang ) NS : Non Signifikan ( tidak ada resiko)
L : Low (rendah)
45
Tidak
Ya
Tidak
(bukan)
Q2. Apakah tahapan tersebut khusus
menghilangkan, mengurangi, atau
menambah bahaya?
Ya
(CCP)
Tidak
Ya
Ya
(Bukan CCP)
kontaminasi t : + 30 n terhadap yang tidak sesuai kembali jika ada waktu penyimpangan
bakteri menit prosedur dengan praktek penyimpangan pemanasan CCP dan
Fisik : terdapat perebusan prosedur, prosedur
benda asing dan lingkungan dan perbaikannya
(rambut) praktek peralatan yang Batas kritis :
tenaga kurang bersih serta suhu 100oC
penjamah karyawan yang dengan waktu +
makanan tidak memenuhi 20 menit
- Dilakukan hygiene personal
pada saat serta sanitasi kerja.
proses
Penumisan Biologi : T : 100oC - Pemantaua Metode penumisan Dikoreksi Perhatikan Pemeriksaan
kontaminasi t : + 30 n terhadap yang tidak sesuai kembali jika ada waktu penyimpangan
bakteri menit prosedur dengan praktek penyimpangan pemanasan CCP dan
Fisik : terdapat perebusan prosedur, prosedur
benda asing dan lingkungan dan perbaikannya
(rambut) praktek peralatan yang Batas kritis :
tenaga kurang bersih serta suhu 100oC
penjamah karyawan yang dengan waktu +
makanan tidak memenuhi 30 menit
- Dilakukan hygiene personal
pada saat serta sanitasi kerja.
proses
49
Penerimaan BM Segar
Persiapan
Garam dan
Bawang putih, bawang Kecambah, kentang,
gula
merah, jahe, kemiri, wortel, tomat merah,
kunyit, laos dan serai bawang prey dan seledri
Dihaluskan
Ditumis
Pemorsian
Pendistribusian
51
Penerimaan BM Segar
Persiapan
Garam dan
Bawang putih, bawang Kecambah, kentang,
gula
merah, jahe, kemiri, wortel, tomat merah,
kunyit, laos dan serai bawang prey dan seledri
Dihaluskan
Ditumis
Pemorsian
Pendistribusian
Ya
Ya (Bukan CCP)
Keterangan:
CCP 1: Menghilangkan Bahaya
CCP 2: Mengurangi Bahaya
56
benda asing t: ± 30 terhadapt yang tidak sesuai cemaran fisik, waktu ketepatan
dan keringat menit prosedur tetap dengan prosedur dan seperti ulat pemanasan prosedur
Kimia: suhu perebusan dan peralatan yang kurang dan rambut pencucian
pemanasan praktek tenaga bersih serta penjamah sebelum direbus
Biologis: penjamah makanan yang tidak serta kebersihan
kontaminasi makanan memenuhi hygiene alat
bakteri Dilakukan pada sanitasi
saat proses
produksi
Subjek atau
dipantau dinilai
sesuai dengan
standar yang
ada
59
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang cara mencegah kontaminasi silang
pada makanaan diharapkan petugas di Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh dapat menerapkan upaya-upaya pencegahan kontaminasi silang pada
makanan.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang cara diharapkan petugas pencegahan
kontaminasi silang pada makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh dapat:
1. Mengetahui kontaminasi silang
2. Mengetahui tentang tujuan kegiatan penyehatan makanan dan minuman di
rumah sakit
3. Mampu mengetahui dan menerapkan upaya-upaya pencegahan kontaminasi
silang.
D. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan cara diharapkan petugas pencegahan kontaminasi
silang pada makanan ini adalah responden semua petugas di Instalasi Gizi
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
E. Strategi Pelaksanaan Penyuluhan
Tabel 2 Strategi pelaksanaan penyuluhan tentang cara pencegahan kontaminasi
G. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab/Diskusi
c. Pre Test dan Post Test
H. Media atau Alat bantu
a. Poster
I. Materi Penyuluhan
Cara Mencegah Kontaminasi Silang Pada Makanan
Kotaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan makanan mentah
ataupun masak melalui perantara. Bahan kontaminan dapat berada dalam
makanan melalui berbagai pembawa antara lain serangga, tikus, peralatan,
ataupun manusia yang menangani makanan tersebut, yang biasanya merupakan
perantara utama. Kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam
tahap persiapan, pengolahan, pemasakan ataupun penyajian. Dalam hal
terjadinya kontaminasi makanan sanitasi memegang peranan yang sangat
penting yaitu mengatasi permasalahan terjadinya kontaminasi langsung dan
mencegah terjadinya kontaminasi silang selama penanganan makanan.
Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses dari
produksi pangan seperti pengelolaan makanan yang tidak memenuhi syarat
higiene dan sanitasi, peralatan yang digunakan tidak bersih, bahan pangan tidak
aman misalnya menggunakan bahan berbahaya, pengolah makanan yang tidak
menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dan juga dapat dari pencemaran
lingkungan termasuk air, tanah dan udara.Kontaminasi dikelompokkan ke dalam
4macam (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2012)yaitu :
1. Pencemaran mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan.
2. Pencemaran fisik seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran lainnya
3. Pencemaran kimia seperti pupuk, pestisida, mercuri, cadmium, arsen, cianida
dan sebagainya.
4. Pencemaran radio aktif seperti radiasi, sinar alfa (α), sinar gamma, radio aktif,
sinar cosmis dan sebagainya.
62
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam tiga cara (Betty, 2000) yaitu :
a. Pencemaran langsung yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam
makanan secara langsung karena ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja
maupun tidak disengaja. Contoh : potongan rambut masuk ke dalam nasi.
b. Pencemaran silang yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung
sebagai akibat ketidaktahuan dalam pengelolaan makanan. Contoh :
makanan mentah bersentuhan dengan makanan yang sudah matang.
c. Pencemaran ulang yaitu pencemaran yang terjadi terhadap makanan yang
telah dimasak sempurna. Contohnya : nasi yang tercemar oleh debu atau lalat
karena tidak ada pelindung (tutup).
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan
baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan normal menjadi
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan
alami, pencemaran, sengaja dipelihara (fermentasi) atau sebab lain .
Pembusukan
dapat terjadi(Menteri Kesehatan RepublikIndonesia, 2012)karena :
a. Fisika yaitu pembusukan makanan karena kekurangan air (layu, mengkerut),
karena benturan/tekanan (pecah) atau diganggu hewan/serangga (berlubang,
bekas gigitan).
b. Enzim yaitu pembusukan akibat aktivitas zat kimia pada proses pematangan
buah-buahan sehingga makanan menjadi rusak karena terlalu matang.
c. Mikroba yaitu bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang baik di
dalam makanan serta merusak komposisi makanan, sehingga makanan
menjadi basi, merubah rasa, bau atau warnanya. Khusus pada proses
fermentasi akan terjadi perubahan gizi.
diare. Untuk mencegah hal yang lebih buruk sebaiknya segera kunjungi dokter
anda
saluran pencernaan namun juga berbagai organ lain. Karena itu infeksi ini
cepat berkembang dalam tubuh dan membutuhkan perawatan darurat.
Mencuci tangan sebelum makan bisa mencegah kondisi yang lebih
berbahaya.
j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain
lain)
k. Pulang bepergian dan setelah bermain.
l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
2. Bagi petugas medis/tenaga kesehatan
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
c. Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
Enam Langkah Cuci Tangan
1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin
dan sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan
kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
Sepuluh prinsip Pokok World Health Organiozation untuk keamanan makanan
(World Health Organization, 1993), yaitu :
1. Hendaknya dipilih makanan yang sudah diproses untuk sayuran dan buah-
buahan sebaiknya dalam keadaan telah dicuci dan segar.
2. Memasak makanan dengan sempurna
Pemasakan bahan makanan mentah terutama unggas, daging yang sering
tercemar penyakit harus sempurna agar kuman patogen mati.
3. Makanan segera disantap
Makanan jika sudah masak apabila didiamkan lama akan berisiko
terkontaminasi bakteri.
4. Penyimpanan makanan dengan benar
68
3. Mesofil : bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu 50C-350C, suhu
maksimumnya 450C.
4. Thermofil : bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu 400C-550C, suhu
maksimumnya 800C.
5. Thermotrof : bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu 150C- 460C, suhu
maksimumnya 800C.
i. Alat Bantu
Poster
j. Evaluasi
Pengetahuan petugas tentang cara mencegah kontaminasi silang
Nilai 20 untuk benar satu soal.
2. Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan
a. Evaluasi Input
Penyuluhan dilaksanakan oleh Mahasiswa PKL Jurusan Gizi Stikes
Husada Borneo Banjarbaru pada Rabu, 04 Desember 2019 dan kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petugas tentang
Cara Mencegah Kontaminasi Silang.
Adapun sasaran dari penyuluhan adalah petugas di Instlasi Gizi
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Materi yang disampaikan
meliputi menjelakan tentang kontaminasi silang, menjelaksan tentang
tujuan kegiatan penyehatan makanan dan minuman dirumah sakit dan
menjelaksan tentang cara bagaimana mencegah kontaminasi silang.
Metode yang digunakan adalah presentasi, Tanya jawab, pre-test dan
post- test dengan menggunakan media poster.
b. Evaluasi Proses
Waktu pelaksanaan 1 hari dan pelaaksanaan kegiatan ini sudah
direncanakan sebelumnya. Pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Cara MencegahKontaminasi Silang ini rata-rata ditnggapi dengan positif
terhadap apa yang disampaikan oleh mahasiswa. Peserta penyuluhan
terlihat sangat antusias hal ini dapat diketahui dari penyuluh menjadi
pusat perhatian dan suasana sangat kondusif.
c. Evaluasi Output
Pada evaluasi output kegiatan penyuluhan Cara Mencegah
Kontaminasi Silang Pada Makanan yang menjadi indikatornya adalah
pengethuan akan Cara Mencegah Kontaminasi Silang.
Hasil Pre-test dan Post-test responden dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.43 Distribusi Pre-test dan Post-test penyuluhan
No. Nilai Pre-test Post-terst
71
1. 100 7 8
2. 80 7 7
3. 60 1 0
4. 20 1 1
5. 0 1 1
8
Grafik Nilai Pre Test dan Post Test
7
0
0 20 60 80 100
Series 1 Series 2
Keterangan = 1-17
Nilai = 0-100
Berdasarkaan gambar diagram pre-test dan pos-test di atas, diketahui
dari 17 peserta sebelum penyuluhan terdapat 1 orang mendapatkan nilai 0, 1
orang mendapatkaan nilai 20, 1 orang mendapatkan nilai 60, 7 orang
mendapatkan nilai 80, dan 7 orang mendapatkan nilai 100. Sementara distribusi
hasil sesudah penyuluhan dapat dilihat bahwa dari 17 peserta yang
mendapatkan nilai 100 menjadi 8 orang, yang mendapatkan nilai 80 tetap 7
72
3.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa di instalasi Gizi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin untuk tingkat kepuasan dan kesukaaan, rata-rata pasien suka
dan puas terhadap makanan yang di sajikan rumah sakit.
2. Untuk analisa sisa makanan dengan uji organoleptik dan dan plate waste,
rata-rata taksiran sisa makanan pasien bervariasi ada yang makanan yang
dihabiskan dan ada makananan yang tidak dihabiskan.
3. Hasil evaluasi dari kegiatan pendidikan gizi para penjamah makanan
sebelum dan sesudah di berikan peyuluhan tentang “Cara Mencegah
Kontaminasi Hilang Pada Makanan” , sebelum diberikan penyuluhan
diketahui dari 17 peserta sebelum penyuluhan terdapat 1 orang
mendapatkan nilai 0, 1 orang mendapatkaan nilai 20, 1 orang
mendapatkan nilai 60, 7 orang mendapatkan nilai 80, dan 7 orang
mendapatkan nilai 100. Sementara distribusi hasil sesudah penyuluhan
dapat dilihat bahwa dari 17 peserta yang mendapatkan nilai 100 menjadi 8
orang, yang mendapatkan nilai 80 tetap 7 orang, yang mendapatkan nilai
60 berkurang menjadi 0, mendapatkan nialai 20 tetap 1 orang dan yang
mendaapatkan nilai 0 tetap 1 orang. Setelah melakukan Post-test nilai
peserta meningkat dan sudah mulai mengerti.
3.2 Saran
1. Hendakanya bahan makanan seperti sayuran dicuci terlebih dahulu
sebelum di potong
2. Dalam pengggunaan alat seperti pisau sebaiknya penggunaan pisau
dibedakan antara nabati dan sayuran agar menghindari terjadinya
kontaminasi silang
3. Sebaiknya petugas distribusi di perbanyak agar mempermudah,
mempercepat dan mengurangi kesalahan pada saat proses pendistribusian
serta mempertahankan mutu makanan agar tetap hangat
73
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi II. Penerjemah
Muchji Mulyohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia.
Emalia, Y. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien Di
Ruang Penyakit Dalam dan Ruang Bersalin Terhadap Pelayanan Makanan
Pasien Di RSUD Mandau Duri. Riau: STIKES Tuanku Tamburai Riau.
Gatchalian, M. N. (1981). Sensory Evaluation Methods with Statistical Analysis
(For Research, Product Development and Quality Control). College of
Home Economics. University of Philippines.
Hadiwiyoto, S, 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Hariyadi, 2008 ."Kimia danTeknologi Pati (Manuskripi Bahan Pengajaran).
Yogjakarta : PPS UGM Press.
Juliano, B. O. 1994. Criteria and test for rice grain quality. In: Rice Chemistry and
Technology. American Association of Cereal Chemists, St. Paul,Minnesota.
Kemenkes RI 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS
Kemenkes RI.2012. Pedoman penyenyelenggaaan Pelayanan Rumah Sakit.
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta :
Bhatara.
Puckett, RP. 2004. Food Service Manual For Health Care Institution. Third
Bhatara.Edition. San Fransisco : American Hospital Association.
74