Anda di halaman 1dari 7

JMU ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.

12,DESEMBER, 2020
Jurnal medika udayana

Diterima:26-11-2020 Revisi:03-12-2020 Accepted: 12-12-2020

HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH


MENGGUNAKAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL PADA REMAJA
AKHIR

Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made Wihandani2,
I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3
1
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali
2
Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
3
Departemen Patologi Klinis Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
Email: krisnanta.adnyana@gmail.com

ABSTRAK
Obesitas menjadi salah satu faktor utama dari peningkatan penyakit tidak menular secara global. Di
Indonesia sendiri, prevalensi obesitas sentral pada umur 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan,
secara berurutan pada tahun 2007, 2013, 2018 yaitu 18,8; 26,6; dan 31,0. Peningkatan lemak visceral
berkaitan dengan terjadinya metabolik yang abnormal, seperti penurunan toleransi glukosa dan
penurunan sensitivitas insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang mana
merupakan faktor risiko dari terjadinya diabetes. Dalam upaya memprediksi kejadian diabetes mellitus
tipe 2, lingkar perut merupakan predictor yang lebih baik dibandingkan IMT terhadap kejadian dari
diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar perut terhadap
kadar gula darah pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
consecutive sampling, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi.
Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 70 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah puasa (p=0,000) dengan korelasi
sedang (r=0,440), dan adanya hubungan yang bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah
2 jam pasca pembebanan glukosa (p=0,030) dengan korelasi lemah (r=0,259). Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa terdapat hubungan lingkar perut terhadap kadar gula darah menggunakan tes
toleransi glukosa oral pada remaja akhir.
Kata Kunci: lingkar perut, diabetes melitus, tes toleransi glukosa oral

ABSTRACT
Obesity is one of the main factors in increasing non-communicable diseases globally. In Indonesia, the
prevalence of central obesity at the age of 15 years and over continues to increase, sequentially in
2007, 2013, 2018 are 18.8; 26.6; and 31.0. Increased visceral fat is associated with abnormal metabolic
events, such as decreased glucose tolerance and decreased insulin sensitivity results in an increase of
blood sugar level, which are risk factors for diabetes. In an effort to predict the incidence of type 2
diabetes mellitus, abdominal circumference is a better predictor than BMI for the incidence of type 2
diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of abdominal circumference to blood
sugar levels in adolescent. This study was an observational analytic study using a cross-sectional
method. Samples selected using consecutive sampling, which determined based on inclusion and
exclusion criteria from the population. The total of study subject were 70 respondent. The results of the
study showed a significant relationship between abdominal circumference to fasting blood sugar levels
(p = 0.000) with a moderate correlation (r = 0.440), and a significant relationship between abdominal
circumference and blood sugar levels 2 hours after glucose loading (p = 0.030) with a weak correlation
(r = 0. 259). Conclusion of this study that there is a relationship of abdominal circumference to blood
sugar levels using an oral glucose tolerance test in adolescent.
Keywords: waist circumference, diabetes melitus, oral glucose tolerence test.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 14
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3

PENDAHULUAN maka dapat mengakibatkan terjadinya diabetes


melitus.8 Salah satu cara yang dapat digunakan
Obesitas telah menjadi salah satu untuk menegakkan diabetes melitus adalah
faktor utama terhadap kenaikan penyakit tidak melalui tes toleransi glukosa oral (TTGO),
menular secara global. Obesitas terjadi ketika dimana cara ini lebih sensitif dan spesifik
terdapat kelebihan akumulasi lemak yang dibandingkan pemeriksaan glukosa plasma
meningkatkan risiko kesehatan. Salah satu puasa.9 Diabetes melitus memiliki efek
metode pengukuran dari lemak tubuh yaitu kerusakan jangka panjang, yang dapat
menggunakan metode IMT (Indeks Masa mengakibatkan kerusakan pada jantung,
Tubuh) dan lingkar perut.1 Menurut WHO, pembuluh darah, mata, ginjal maupun saraf,
seseorang dikategorikan obesitas apabila ini merupakan akibat dari suatu diabetes yang
IMT-nya lebih dari atau sama dengan 27 tidak terkontrol.10
kg/m2.2 Apabila di Indonesia, dikategorikan Perjalanan penyakit yang lama hingga
obesitas apabila IMT-nya lebih dari 25 kg/m2.3 menjadi komplikasi menyebabkan diabetes
Pengukuran menggunakan lingkar perut melitus sering tidak terdiagnosa di awal, oleh
memiliki nilai ambang yang berbeda-beda di karena itu pemeriksaan gula darah perlu
setiap daerahnya, di Indonesia sendiri dilakukan untuk mendiagnosa diabetes.11 Di
seseorang diklasifikasikan sebagai obesitas Indonesia, jumlah penduduk berusia lebih dari
apabila lingkar perutnya lebih besar dari 90 15 tahun yang mengalami diabetes pada tahun
sentimeter pada laki-laki dan lebih besar dari 2013 diperkirakan sebanyak 12.191.564 jiwa,
80 sentimeter pada perempuan.3 yang mana diperkirakan terdapat 8.485.329
Obesitas merupakan salah satu jiwa yang belum terdiagnosis.7
permasalahan yang menjadi sorotan di dunia, Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
termasuk juga di Indonesia.2 Di Indonesia, tahun 2007 dan 2013 di Indonesia. Persentase
prevalensi obesitas terus meningkat yakni diabetes melitus pada penduduk berusia 15
obesitas pada umur 18 tahun keatas dari 10,5; tahun keatas, yakni dari 1,1% pada tahun 2007
14,8; dan 21,8 secara berurutan pada tahun menjadi 2,1% pada tahun 2013.3 Terdapat
2007, 2013, 2018 (IMT lebih dari sama beberapa faktor risiko dari terjadinya diabetes
dengan 25,0), obesitas sentral pada umur 15 yaitu genetik, riwayat keluarga diabetes,
tahun ke atas juga mengalami peningkatan dari kelebihan berat badan dan obesitas, diet yang
18,8; 26,6; 31,0 secara berurutan pada tahun tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta
2007, 2013, 2018 (lingkar perut laki-laki >90 merokok. Kelebihan dari lemak tubuh, yang
cm; lingkar perut perempuan >80 cm).4 diakibatkan dari diet dan aktivitas fisik,
Obesitas dapat meningkatkan risiko merupakan factor risiko paling tinggi terhadap
dari morbiditas dan mortalitas seseorang. kejadian diabetes melitus tipe 2.10
Peningkatan lemak visceral berkaitan dengan Mengingat tingginya prevalensi
terjadinya metabolik yang abnormal, seperti obesitas dan diabetes melitus yang terus
penurunan toleransi glukosa dan penurunan meningkat, disertai dengan adanya kaitan
sensitivitas insulin, yang mana merupakan antara obesitas, khususnya obesitas sentral
faktor risiko dari terjadinya diabetes.5 dengan diabetes melitus. Penting untuk
Diketahui bahwa lingkar perut merupakan diketahui sejak awal terjadinya peningkatan
suatu prediktor yang lebih baik dibandingkan kadar gula darah pada remaja akhir, sebagai
IMT terhadap kejadian dari diabetes melitus awal mula terjadinya resistensi insulin. Maka
tipe 2.6 peneliti ingin mengetahui mengenai
Diabetes melitus merupakan suatu “Hubungan Lingkar Perut Terhadap Kadar
kelainan metabolic dengan berbagai etiologi. Gula Darah Menggunakan Tes Tolerensi
Ini ditandai dengan adanya hiperglikemia, Glukosa Oral Pada Remaja Akhir”
yang dapat diakibatkan karena pakreas tidak
mampu memproduksi insulin yang cukup atau BAHAN DAN METODE
insulin yang diproduksi tidak dapat digunakan
oleh tubuh secara efektif.7 Hiperglikemia dapat Penelitian ini merupakan penelitian
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana cross-sectional analitik di mana variabel
kadar gula darah melebihi batas normal. terikat dan variabel bebas diamati hanya satu
Apabila keadaan ini terjadi terus menerus,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 15
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3

kali. Penelitian berlokasi di Fakultas responden terbanyak di 20 tahun dengan 20


Kedokteran Universitas Udayana, yang diawali responden (28,6%). Sedangkan jumlah dan
sejak bulan September 2019 hingga bulan persentase terkecil yaitu pada usia 17 dan 22
Oktober 2019. Pada penelitian ini menggunakan tahun dengan masing-masing 5 responden
data primer yang didapat dari hasil pengecekan (7,1%).
gula darah dan lingkar perut dari responden.
Yang menjadi target populasinya adalah Tabel 2. Karakteristik Umur Responden
seluruh penduduk usia remaja akhir dengan Karakteristik Jumlah Persentase
kondisi klinis yang sehat, sedangkan populasi Responden (n) (%)
terjangkau yaitu mahasiswa pre-klinik yang Umur
sehat di Program Studi Sarjana Kedokteran 17 Tahun 5 7,1
dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran 18 Tahun 6 8,6
Universitas Udayana berusia antara 17-25 19 Tahun 19 27,1
tahun. Cara pengambilan sampel 20 Tahun 20 28,6
menggunakan teknik consecutive sampling. 21 Tahun 15 21,4
Pemilihan sampel dari populasi berdasarkan 22 Tahun 5 7,1
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi Jumlah 70 100
yaitu bersedia mengikuti penelitian dan
menandatangani informed consent. Kriteria Berdasarkan table 3 didapatkan
eksklusi yaitu responden penelitian dalam jumlah dan persentase responden dengan
kondisi sakit, Mengkonsumsi obat yang riwayat keluarga diabetes melitus, yaitu 30
mempengaruhi kadar glukosa darah responden (42,9%). Sedangkan jumlah dan
(metformin, glibenclamid), sedang menjalani persentase responden tanpa riwayat keluarga
program diet tertentu, terdapat penyakit yang dengan diabetes melitus, yaitu 40 responden
dapat mempengaruhi lingkar perut (tumor, (57,1%).
hepatomegali).
Analisa data dilakukan dengan program Tabel 3. Karakteristik Riwayat Keluarga DM
SPSS. Setelah data selesai dikumpulkan data Responden
diolah dan digambarkan dalam bentuk tabel. Karakteristik Jumlah Persentase
Penelitian ini sudah memiliki izin oleh Responden (n) (%)
Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Riwayat
Universitas Udayana yang bernomor surat Keluarga DM
2352/UN14.2.2.VII.14/LP/2019. Ya 30 42,9
Tidak 40 57,1
HASIL Jumlah 70 100

Hasil penelitian pada tabel 1 Berdasarkan tabel 4, rerata gula darah


menunjukan bahwa terdapat 39 responden puasa dari 70 responden pada penelitian ini
denga jenis kelamin laki-laki (55,7%) dan adalah 86,97 dengan standar deviasi 8,45.
sebanyak 31 responden dengan jenis kelamin Nilai minimum gula darah puasa yaitu 74 dan
perempuan (44,3%). nilai maksimum gula darah puasa yaitu 112.
Nilai median dari hasil gula darah puasa
Tabel 1. Karakteristik Jenis Kelamin responden pada penelitian ini yaitu 87.
Responden
Karakteristik Jumlah Persentase Tabel 4. Gula Darah Puasa Responden
Responden (n) (%)
Jenis Kelamin Variabel Rerata Nilai Nilai Median
Laki-laki 39 55,7 Numerik ± SD Mini- Maksi- (IR)
Perempuan 31 44,3 mum mum
Jumlah 70 100 Gula 86,97 74 112 87
Darah ± 8,45
Berdasarkan tabel 2 didapatkan Puasa
didapatkan jumlah dan persentase umur

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 16
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3

Berdasarkan Tabel 5, rerata gula darah 2 jam nilai signifikansi (p value) sebesar 0,000
pasca pembebanan glukosa dari 70 responden sehingga nilai tersebut berada dibawah nilai α
pada penelitian ini adalah 115,71 dengan (0,05). Hal ini menunjukan bahwa data yang
standar deviasi 37,02. Nilai minimum gula didapat memiliki hasil yang signifikan.
darah 2 jam pasca pembebanan glukosa yaitu Adapula didapatkan nilai koefisien korelasi R
66 dan nilai maksimum gula darah 2 jam pasca sebesar 0,440. Hal ini juga mengindikasikan
pembebanan glukosa yaitu 358. Nilai median bahwa lingkar perut dan gula darah puasa
dari hasil gula darah puasa responden pada memiliki korelasi sedang.
penelitian ini yaitu 111.
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rank
Tabel 5. Gula Darah 2 Jam Pasca Pembebanan terhadap Lingkar Perut dengan Gula
Glukosa Responden Darah Puasa

Variabel Rerata Nilai Nilai Median Variabel Signifikansi Koefisien


Numerik ± SD Mini- Maksi- Korelasi R
mum mum Lingkar Perut 0,000 0,440
Gula dengan Gula
Darah 2 Darah Puasa
Jam 115,71
Pada table 8, berdasarkan hasil uji
Pasca ± 66 358 111
korelasi Spearman’s Rank terhadap variabel
Pembe- 37,02
lingkar perut dan gula darah 2 jam pasca
banan
pembebanan glukosa, didapatkan nilai
Glukosa
signifikansi (p value) sebesar 0,030 sehingga
Berdasarkan Tabel 6, rerata lingkar nilai tersebut berada dibawah nilai α (0,05).
perut dari 39 responden laki-laki pada Hal ini menunjukan bahwa data yang didapat
penelitian ini adalah 90,13 dengan standar memiliki hasil yang signifikan. Adapula
deviasi 15,38. Pada responden laki-laki nilai didapatkan nilai koefisien korelasi R sebesar
minimum lingkar perut yaitu 66 dan nilai 0,259. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkar
maksimum lingkar perut yaitu 127, dengan perut dan gula darah 2 jam pasca pembebanan
nilai median yaitu 84,5. Rerata lingkar perut glukosa memiliki korelasi lemah.
dari 31 responden perempuan pada penelitian Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rank
ini adalah 82,23 dengan standar deviasi terhadap Lingkar Perut dengan Gula
12,711. Pada responden laki-laki nilai Darah 2 Jam Pasca Pembebanan
minimum lingkar perut yaitu 63 dan nilai Glukosa
maksimum lingkar perut yaitu 111, dengan
nilai median yaitu 79. Variabel Signifikansi Koefisien
Korelasi R
Tabel 6. Lingkar Perut Responden Lingkar Perut 0,000 0,440
Variabel Rerata Nilai Nilai Median dengan Gula
Numerik ± SD Mini- Maksi- Darah Puasa
mum mum
Lingkar 90.13 66 127 90 DISKUSI
Perut ±
Laki- 15,38 Hasil akhir dari penelitian ini
Laki berdasarkan analisis bivariat menggunakan
Lingkar 82.23 63 111 79 korelasi Spearman’s Rank, didapatkan
Perut ± interpretasi bahwa lingkar perut dan gula darah
Perem- 12,711 puasa memiliki hubungan yang bermakna (p
puan value yaitu 0,000) dengan korelasi sedang
(koefisien korelasi r yaitu 0,440). Didapatkan
Pada table 7, berdasarkan hasil uji juga interpretasi bahwa lingkar perut dan gula
korelasi Spearman’s Rank terhadap variabel darah 2 jam pasca pembebanan glukosa
lingkar perut dan gula darah puasa, didapatkan memiliki hubungan yang bermakna (p value

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 17
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3

yaitu 0,030) dengan korelasi lemah (koefisien insulin, sehingga menyebabkan terjadinya
korelasi r yaitu 0,259). Berdasarkan kedua keadaan resistensi insulin. Oleh karena itu, sel
hasil yang didapatkan dapat disimpulkan otot memerlukan lebih banyak insulin untuk
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis ambilan glukosa darah ke dalam otot16. Pada
alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian studi yang dilakukan oleh Rahmadinia15,
dapat dikatakan bahwa ditemukan hubungan dengan judul hubungan lingkar perut dan rasio
lingkar perut terhadap kadar gula darah lingkar perut panggul dengan kadar gula darah
menggunakan tes toleransi glukosa oral pada puasa pada anggota TNI Kodim 0735
remaja akhir. Surakarta, dimana didapatkan sampel
Pada individu obesitas diketahui sebanyak 73 orang responden. Hasil dari studi
mengalami penurunan fungsi sel-β pada ini yaitu pada uji korelasi lingkar perut dan
pankreas. Sel-β memiliki peranan penting gula darah puasa didapatkan nilai p = 0,000
dalam meregulasi pengeluaran insulin. dan r = 0,525 yang menunjukan bahwa
Penurunan fungsi sel-β dikarenakan obesitas terdapat hubungan bermakna antara lingkar
dapat mengakibatkan suatu inflamasi pada perut dengan gula darah puasa dan korelasi
pankreas, dimana inflamasi ini menyebabkan sedang. Pada uji chi-square dengan
proliferasi dari makrofag pada pankreas mengkategorikan obesitas sentral dan non
tersebut. Makrofag tersebut akan berinteraksi obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
dengan sel-β, yang mana diketahui bahwa (laki-laki ≥90 cm dan perempuan ≥80 cm
kontak secara langsung antara makrofag dan dikategorikan obesitas sentral, dan diluar itu
sel-β tersebut mengakibatkan kerusakan pada dikategorikan non obesitas sentral). Kadar gula
sel-β.12 Terjadinya kerusakan pada sel-β ini darah puasa dikategorikan menjadi gula darah
dapat mengakibatkan toleransi glukosa puasa normal (<90 mg/dL) dan naik (≥90 mg/dL).
yang abnormal dapat terjadi.13 Hasil pada uji chi-square antara lingkar perut
Pada studi yang dilakukan oleh Nenni dan gula darah puasa yaitu nilai p = 0,038,
dan Santi14 mengenai hubungan IMT (indeks menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
masa tubuh), lingkar perut, dan RLPP (rasio bermakna antara lingkar perut dan gula darah
lingkar pinggang panggul) terhadap kadar gula puasa, dan OR = 3,167, berarti orang dengan
darah, menunjukkan IMT berhubungan dengan obesitas sentral memiliki kemungkinan gula
kadar gula darah (p=0,007; r=0,345), lingkar darah puasa yang meningkat 3 kali
perut berhubungan dengan kadar gula darah dibandingkan orang yang tidak obesitas.
(p=0,001; r=0,424), dan RLPP berhubungan Sensitivitas dari insulin akan
dengan kadar gula darah (p=0,002; r=0,392). terpengaruh pada individu obesitas. Pada
Hal ini menunjukkan adanya hubungan pada individu yang memiliki obesitas, terdapat
antropometrik terhadap kadar gula darah, peningkatan sekresi dari substansi Non-
khususnya lingkar perut memiliki hubungan esterified Fatty Acid (NEFA) yang dapat
paling kuat dengan kadar gula darah dibanding menyebabkan terjadinya suatu resistensi
variabel lainnya. insulin.13 Berdasarkan studi yang dilakukan
Meningkatnya lingkar perut dapat oleh Sun17, mengenai distribusi dari adiposit
berdampak terhadap peningkatan gula darah dan hubungannya dengan diabetes dan
karena terjadi glukogenesis yang dapat resistensi insulin. Studi ini menggunakan
menghambat kerja insulin. Lemak pada desain penelitian cross-sectional, dengan salah
abdomen memiliki produk metabolik berupa satu metode pengukuran distribusi adiposity
asam lemak yang dilepaskan ke vena porta menggunakan lingkar perut. Pada analisis
hepatika. Asam lemak bebas yang beredar menggunakan korelasi Pearson’s antara
berlebihan ke hati akan menyebabkan oksidasi lingkar perut dan kadar gula darah 2 jam pasca
dan menghasilkan Acetyl CoA. Acetyl CoA pembebanan glukosa didapatkan nilai
ini akan mengaktifkan enzim piruvat p<0,0001 dengan nilai r=0,20 sehingga
karboksilase di hati, yang mengubah asam menunjukkan dimana lingkar perut memiliki
piruvat menjadi glukosa di dalam hati, proses hubungan bermakna dengan kadar gula 2 jam
ini disebut glukoneogenesis15. Selain itu, pasca pembebanan glukosa dengan kekuatan
meningkatnya kadar asam lemak bebas yang korelasi yaitu berkorelasi lemah.17
beredar di hati dapat menyebabkan
berkurangnya senstivitas dari sel otot terhadap

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 18
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH, Anak
Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan Surudarma2, Desak Made
Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, I Nyoman Wande3

SIMPULAN 5. Shetty P, Kumanyika S, Tin-Choi Ko G,


Lear S, Sørensen T, Zimment P, dkk.
Rerata lingkar perut pada laki-laki Waist circumference and waist-hip ratio:
dan perempuan dapat dikategorikan obesitas report of WHO expert consultation,
sentral. Rerata kadar gula darah puasa dapat Geneva, 8-11 December 2008. 2011. h.12.
dikategorikan sebagai gula darah puasa normal 6. Huang LH, Liao YL, Hsu CH. Waist
dan rerata kadar gula darah 2 jam post prandial circumference is a betterPIpredictor than
dapat dikategorikan sebagai gula darah 2 jam body mass index of insulin resistance in
pasca pembebanan glukosa normal. Hasil type 2 diabetes. Obesity research &
analisis bivariat menunjukkan adanya suatu clinical practice.2012;6(4):314-320
hubungan antara lingkar perut terhadap kadar 7. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan
gula darah pada remaja akhir. Analisis Diabetes. 2014. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/downl
SARAN oad/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf pada 18 Mei 2017
Disarankan agar dilakukan penelitian 8. Yuliyadi A. Pengaruh berbagai dosis
lebih lanjut untuk lebih menganalisis ekstrakPIdaun dan buah pare (Momordica
mengenai factor risiko lainnya yang dapat charantia) terhadap penurunan kadar
menyebabkan perubahan kadar gula darah glukosa darah pada tikus putih jantan
pada remaja akhir. Disarankan bagi (Rattus norvegicus) hiperglikemia
masyarakat, khususnya remaja akhir untuk [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah;
selalu menjaga postur tubuhnya agar tidak 2014.
mengalami obesitas sentral yang salah satunya 9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
dapat dilakukan dengan melakukan pola hidup Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
sehat, agar dapat terhindar dari diabetes Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
melitus 2015.
10. World Health Organization. Global report
on diabetes: executive summary. 2016.
11. Arif M, Ernalia Y, Rosdiana D. Hubungan
DAFTAR PUSTAKA Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula
Darah Puasa Pada Pegawai Sekretariat
1. Purnell JQ. Definitions, Classification, Daerah Provinsi Riau. Jurnal Online
and Epidemiology of Obesity in: Endotext Mahasiswa Fakultas Kedokteran
[Internet]. South Dartmouth (MA): Universitas Riau. 2014:1(2):1-10
MDText.com, Inc. 2000. Diakses di: 12. Ying W, Lee YS, Dong Y, Seidman JS,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK Yang M, Isaac R, McNelis J. Expansion
279167/?report=reader pada 21 November of Islet-Resident Macrophages Leads to
2019. Inflammation Affecting β Cell
2. WHO (World Health Organization) Proliferation and Function in
Obesity and overweight [Internet]. 2018 Obesity. Cell metabolism.
Diakses di: https://www.who.int/news- 2019;29(2):457-474.
room/fact-sheets/detail/obesity-and- 13. Al-Goblan AS, Al-Alfi MA, Khan MZ.
overweight pada 27 Desember 2018. Mechanism linking diabetes mellitus and
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset obesity. Diabetes, metabolic syndrome
Kesehatan Dasar. 2013. Diunduh dari and obesity: targets and therapy.
http://www.depkes.go.id/resources/downl 2014(7):587-591.
oad/general/Hasil%20Riskesdas%202013. 14. Septyaningrum N, Martini S. Lingkar
pdf pada 17 Mei 2017 perut mempunyai hubungan paling kuat
4. Kementerian Kesehatan RI. Hasil Utama dengan kadar gula darah. Jurnal Berkala
Riskesdas 2018. 2018. Diunduh dari: Epidemiologi, 2014;2(1):48-58.
https://www.depkes.go.id/resources/downl 15. Rahmadinia L. Hubungan Lingkar Perut
oad/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf dan Rasio Lingkar Perut Panggul dengan
pada 17 Mei 2017 Kadar Gula Darah Puasa Pada Anggota
TNI Kodim 0735 Surakarta [Skripsi].

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 19
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03
Anak Agung Ngurah Krisnanta Adnyana1, I Wayan
Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede
Sutadarma2, I Nyoman Wande3

Universitas Muhammadiyah Surakarta;


2018.
16. Wajchenberg BL. Subcutaneous and
visceral--adipose tissue: their--relation to
the metabolic syndrome. Endocrine
reviews. 2000;21(6):697-738.
17. Sun K, Lin D, Feng Q, Li F, Qi Y, Feng
W, et al. Assessment of adiposity
distribution and its association with
diabetes and insulin resistance: a
population-based study. Diabetology &
Metabolic Syndrome. 2019;11(1):51-60

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 20
doi:10.24843.MU.2020.V9.i12.P03

Anda mungkin juga menyukai