Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN POLA AKTIVITAS FISIK DALAM


PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS DI DESA MEDINI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian

Dosen Pengampu : Ns, Hirza Aininnur, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :

Nama : Dwi Wardatul Hayati

NIM : 2019012171

Kelas : PSIK 6A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN 2022

Jl. Lingkar Timur Jl. Raya Pati-Kudus No.Km. 5, Jepang, Kecamatan Mejobo,
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59381
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat,
baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak
perhatian adalah Diabetes Mellitus (DM). Di Indonesia DM menjadi ancaman serius
bagi pembangunan kesehatan akibat komplikasi yang ditimbulkannya seperti
kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gengrene) sehingga harus diamputasi, penyakit
jantung, dan stroke. Global status report on NCD World Health Organization (WHO)
melaporkan 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit
tidak menular (PTM). Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke-6 PTM sebagai
penyebab kematian. Sekitar 1 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal
sebelum usia 70 tahun (Chatarina, Elisabeth, 2020).
Diabetes melitus atau yang biasa dikenal masyarakat umum dengan sebutan
kencing manis merupakan suatu kondisi klinis yang menggambarkan gangguan fungsi
pankreas dalam menghasilkan insulin bagi tubuh yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa dan disertai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
penduduk di Indonesia dan dunia bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang
penting (Nurmujaahida, dkk. 2022).
Pada tahun 2018 diabetes mellitus menempati urutan kedua dengan kasus
terbanyak di Jawa Tengah setelah penyakit Hipertensi dengan presentase 18,3%
(Profil Dinkes Jateng, 2018). Menurut data dari Dinkes Jateng pada tahun 2019
estimasi jumlah penderita diabetes mellitus di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
652.822 orang (Dinkes Jateng, 2019).
Berdasarkan data Seksi P2PTM dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan
Kabupaten Kudus melalui penyelenggraan Posbindu oleh Puskesmas Undaan tahun
2019 Prevalensi diabetes melitus sebesar 936 jiwa dengan persentase SPM diabetes
melitus sebesar 29,8% (Ni’mah, Wachidah. 2020)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian
Diabetes mellitus yakni berkaitan dengan Perubahan gaya hidup seperti pola makan.
Pengaturan jumlah, dan jenis makanan tidak dapat diabaikan. Prinsip pengaturan
makan pada penderita Diabetes mellitus harus memperhatikan jumlah kalori dan zat
gizi yang dibutuhkan, jenis bahan makanan serta keteraturan jadwal makan.
Pengaturan pola makan merupakan dasar utama pengendalian diabetes melitus dan
yang paling penting adalah memperhatikan kandungan glukosa yang terdapat pada
makanan tersebut. Anjuran makan pada penderita diabetes melitus sama dengan
anjuran makan pada orang dalam kondisi sehat pada umumnya yaitu mengkonsumsi
makanan dengan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing.
Tujuan mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat mencapai
dan mempertahankan berat badan ideal (Nurmujaahida, dkk. 2022).
Faktor lain yang mempengaruhi kejadian diabetes mellitus adalah aktivitas
fisik. Aktivitas fisik yang kurang juga menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes
melitus, karena olahraga atau aktifitas fisik berfungsi membuat tubuh lebih sensitif
terhadap aksi insulin (Febrianto, dkk. 2021). Pada hasil penelitian lain memberikan
hasil bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus memiliki aktivitas fisik rendah.
Aktivitas fisik rendah memiliki resiko diabetes tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan aktivitas fisik tinggi. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa orang dengan
aktivitas fisik sehari-harinya berat memiliki risiko lebih rendah untuk menderita
diabetes melitus dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya
rendah (Trisnawati & Setyorogo, 2013). Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur
memiliki peran penting dalam pencegahan secara primer dan pengobatan non-
farmakologi dikarenakan physical activity dapat menjaga atau mengontrol tinggi
badan, berat badan, lipid dalam tubuh, peningkatan kualitas tidur, penurunan
kecemasan, dan glukosa darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas yang mendukung rumusan
dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Hubungan Pola Makan dan Pola Aktivitas Fisik
dalam Pengendalian Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Desa
Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menganalisis hubungan Pola
makan dan Pola Aktivitas Fisik terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden di Desa Medini Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus.
2. Mengetahui kejadian diabetes melitus yang ada di Desa Medini
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
3. Menganalisa hubungan pola makan dan aktivitas fisik dalam pengendalian
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di Desa Medini
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti memberikan pengetahuan tentang hubungan pola makan dan dan
aktivitas fisik dalam pengendalian kadar gula darah pada penderita DM serta
memberikan pengalaman dan pengetahuan ilmiah bagi penulis dalam suatu
penelitian.
2. Bagi penderita Diabetes Mellitus dan masyarakat memberikan informasi dan
menambah pengetahuan tentang pola makan dan aktivitas fisik terhadap
penurunan kadar glukosa darah.
3. Bagi petugas kesehatan sebagai bahan bacaan dan dapat dipakai sebagai sumber
informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus


2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes mellitus dikenal juga dengan penyakit kencing
manis atau kencing gula. Lebih kurang dua ribu tahun yang lalu, dua ahli
Kesehatan Yunani, yaitu Celcus dan Aretus, memberikan sebutan diabetes
pada oran yang menderita banyak minum dan banyak kencing. Oleh karena
itu, sampai saat ini penderita “banyak minum” dan “banyak kencing’’tersebut,
dalam dunia kedokteran, dikenal dengan istilah Diabetes Mellitus(DM). DM
tergolong penyakit tidak menular yang penderitanya tidak dapat secara
otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh
yang sehat kelenjar pankreas melepas hormon insulin yang bertugas
mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok
energi (Koes, 2014).
Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika
pancreas tidak menhasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.Insulin adalah hormon
yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah, adalah
efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu
menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan
pembuluh darah (WHO,2012).
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl.Kadar gula darah biasanya kurang
dari 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Peningkatan kadar gula darah
setelah makan atau minum merangsang pancreas untuk menghasilkan insulin
sehingga mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun perlahan. Pada saat melakukan
aktivitas (Irianto, 2014).

2.1.2 Faktor Resiko


1. Keturunan
Riwayat/keturunan bahwa seseorang akan lebih berisiko terkena
penyakit diabetes millitus apabila seseorang tersebut memiliki garis
keturunan dari ibu dan akan cenderung akan terkena penyakit diabetes
lebih mudah lagi bila memiliki riwayat garis keturunan diabetes dari
ayah+ibu. Hal tersebut kemungkinan karena adanya gabungan gen
pembawa sifat diabetes millitus dari ayah dan ibu sehingga usia
terdiagnosis diabetes millitus menjadi lebih cepat. Seseorang yang
memiliki salah satu atau lebih anggota keluarga baik orang tua, saudara,
atau anak yang menderita diabetes, memiliki kemungkinan 2 sampai 6 kali
lebih besar untuk menderita diabetes dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes.
Berdasarkan penelitian (Nur Isnaini, 2018) bahwa ada hubungan antara
riwayat keluarga dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe
2, dimana orang yang memiliki riwayat diabetes mellitus pada keluarga
berpeluang 10,938 kali lebih besar menderita Diabetes Mellitus daripada
orang yang tidak mempunyai riwayat keturunan Diabetes Mellitus
2. Usia
Salah satu faktor risiko DM adalah pertambahan usia. Beberapa penelitian
menyebutkan sebagian besar penderita DM berusia 45 tahun ke atas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Abidah Nur, 2016)
menunjukkan bahwa adanya pergeseran umur timbulnya penyakit DM.
DM dapat terjadi pada umur yang lebih muda, yaitu 46 tahun ke bawah
Individu berumur 20-59 tahun berisiko terjadinya DM.
3. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat
sehingga kadar gula dalam darah berkurang. Pada orang yang jarang
berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi
ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula.Aktivitas fisik yang
dilakukan bila ingin mendapatkan hasil yang baik harus memenuhi syarat
yaitu minimal 3 sampai 4 kali dalam seminggu serta dalam kurun waktu
minimal 30 menit dalam sekali beraktivitas. Tidak harus aktivitas yang
berat cukup dengan berjalan kaki di pagi hari sambil menikmati
pemandangan selama 30 menit atau lebih sudah termasuk dalam kriteria
aktivitas fisik yang baik. Aktivitas fisik ini harus dilakukan secara rutin
agar kadar gula darah juga tetap dalam batas normal.
4. Obesitas
Proporsi kejadian diabetes mellitus pada obesitas lebih besar dibanding
dengan tidak obesitas. Indeks massa tubuh digunakan untuk melihat status
gizi gemuk atau tidak gemuk bahkan obesitas maupun tidak obesitas.
Sampel dengan status gizi obesitas beresiko terkena diabetes mellitus 2,93
kali lebih besar dibandingkan dengan status gizi normal.
5. Pola makan
Pola makan yang baik harus dipahami oleh para penderita diabetes millitus
dalam pengaturan pola makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan
jadwal bagi penderita diabetes millitus yang biasanya adalah 6 kali makan
per hari yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan
selingan. Pola makan yang baik sebaiknya tetap dilakukan oleh pasien
penderita diabetes mellitus, hal ini berguna untuk mengontrol kesehatan
pasien, namun pengontrolan pola makan bukanlah factor yang sangat
mempengaruhi meningkatnya gula darah, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Sry et al., 2020) bahwa pola makan tidak berpengaruh
terhadap kadar gula darah karena ditemukan masih ada pasien yang pola
makan baik masih mengalami kenaikan kadar gula dan pola makan tidak
baik tidak mengalami kenaikan kadar gula.

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus


American Diabetes Assosiation/World Health Organization
mengklasifikasikan 3 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin/ DMTI)
Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), dengan jumlah penderita sekitar 5%-10% dari
seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada
usia dibawah 25 tahun). DM tipe I ditandai dengan terjadinya kerusakan
sel β pancreas yang disebabkan oleh proses autoimmun, akibatnya terjadi
insulin dari luar (eksogen) untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
batas normal (Suiraoka Ip, 2017).
Hingga saat ini, diabetes type 1 masih termasuk dalam kategori
penyakit yang tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau
olahraga. Pada fase awal kemunculan penyakit ini, kebanyakan penderita
diabetes type 1 ini memiliki kesehatan dan berat badan yang cukup baik,
dan respon tubuh terhadap insulin juga masih normal. Penyebab utama
kehilangan sel beta pankreas pada penderita diabetes type 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi dalam tubuh
(Suiraoka, 2017).
Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 sedapat mungkin
harus mendekati normal yaitu 80-120 mg/dl.Angka di atas 200 mg/dl
sering disertai dengan rasa tidak nyaman dan terlalu sering buang air kecil
sehingga menyebabkan dehidrasi (Suiraoka, 2017).
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Diabetes mellitus tidak bergantung
insulin/DMTTI)
Diabetes Mellitus Tipe 2 juga disebut dengan Non Insulin Dependent
Diabetes Milletus (NIDDM) atau Adult Onset Diabetes. Jumlah penderita
DM tipe 2 merupakan kelompok yang terbesar, hampir mencapai90-95%
dari seluruh kasus DM (Suiraoka, 2017).
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit diabetes yang
disebabkan oleh terjadinya resisten tubuh terhadap efek insulin yang
diproduksi oleh sel beta pancreas. Keadaan ini akan menyebabkan kadar
gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Kegemukan dan riwayat
keluarga menderita kencing manis diduga merupakan factor risiko
terjadinya penyakit ini. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel
beta yang terdapat dalaam pancreas. Pada keadaan normal, kadar insulin
dalam darah akan berfluktuasi tergantung kadar gula dalam darah. Kadar
insulin akan meningkat sesaat setelah makan dan akan menurun begitu
ketika tidak memakan sesuatu. Fungsi utama insulin adalah
mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh
guna dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Bila kadar glukosa yang
ada melebihi kebutuhan maka kelebihan itu akan disimpan dalam hati.
Simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan, misalnya saat tubuh
kita kelaparan.
Saat seseorang menderita menderita diabetes mellitus tipe 2 maka ada
dua kemungkinan yang terjadi.Yaitu, sel beta yang terdapat dalam
pancreas produksi insulinnya tidak mencukupi atau produksinya cukup
tetapi tubuh resisten terhadap insulin. Kedua keadaan ini akan
menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan meningkat.
c. Diabetes Mellitus Gestational (DMG)
Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus, tetapi
memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan
telah menderita diabetes gestasional.Diabetes tipe ini merupakan gangguan
toleransi glukosa berbagai derajat yang ditemukan pertama kali saat
hamil.Pada umumnya DMG menunjukkan adanya gangguan toleransi
glukosa yang relative ringan sehingga jarang memerlukan pertolongan
dokter. Kebanyakan wanita penderita DMG memiliki homeostatis glukosa
relative normal selama penuh pertama kehamilan (sekitar usia 5 bulan) dan
juga bisa mengalami defisiensi insulin relative pada paruh kedua, tetapi
kadar gula darah biasanya kembali normal setelah melahirkan (Suiraoka,
2017).

2.1.4 Gejala-gejala Diabetes Melitus


Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila ia
menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan
trias” ini adalah banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsi), dan
penurunan berat badan. Selain ketiga gejala utama tersebut, ada beberapa
gejala lain yang juga sering muncul pada penderita diabetes, diantaranya
banyak makan (polifagia) air seni dikerumuni semut karena gula keluar
bersama uruine (glukosauria). Selain gejala-gejala di atas terdapat juga gejala
lain yang dirasakan, seperti :
1. Mudah lelah dan mengantuk
2. Luka yang sulit sembuh
3. Kesemutan pada kaki atau tungkai (Khasanah, 2012).

2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus


Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila :
1. Kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl.
2. Kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl.
3. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl.
2.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus
Tingginya kadar glukosa darah secara terus-menerus atau berkepanjangan
dapat menyebabkan komplikasi diabetes sebagai berikut:
1. Hipertensi dan Penyakit jantung
Kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat menempel pada dinding
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal.Kadar gula darah
yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kadar lemak dalam darah
meningkat. Hal ini akan mempercepat terjadinya penyempitan pembuluh
darah. Akibatnya tekanan darah meningkat dan terjadilah hipertensi.
2. Mata
Katarak adalah penyakit atau kerusakan pada mata yang menyebabkan
lensa mata berselaput dan rabun.Kaitannya dengan penyakit diabetes
mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari penyakit ini.
3. Gagal Ginjal
Terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen dan tidak
dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk menyaring
darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah yang
tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah. Jika keadaan
ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan gagal ginjal. (Khasanah,
2012)

2.1.7 Pencegahan Diabetes Melitus


Tindakaan terhadap pencegahan diabetes mellitus yaitu:
1. Menurunkan berat badan.
2. Hindari makanan berlemak, makanan instan dan yang digoreng.
3. Kurangi makan makanan yang manis
4. Minum banyak air putih
5. Berolahraga secara teratur
6. Hindari merokok

2.2 Aktivitas Fisik


2.2.1 Definisi
Aktivitas adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
membutuhkan pengeluaran energi. Aktiviats fisik berbeda dengan Latihan.
Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terstruktur, direncanakan,
dan berulang yang bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh (WHO,2018)
Aktivitas fisik di kelompokkan berdasarkan metabolik Equivalent of Task
(MET). Menurut MET aktivitas fisik ialah pmakaian energi untuk duduk
tenang yang memerlukan pasokan oksigen sebanyak 3,5ml/kgBB/menit untuk
orang dewasa.

2.2.2 Pengukuran Aktivitas Fisik


Pengukuran aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Laporan individual
Laporan individu merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk
mengukur aktivitas fisik dalam penlitian. Kelebihan cara ini adalah tidak
memerlukan biaya yang besar dan mudah dilakukan oleh peneliti maupun
responden. Sedangkan untuk kekurangannya ialah sulit untuk memastikan
durasi frekuensi dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Kuisioner
yang digunakan biasanya ialah international physical activity
questionnaire(IPAQ) dan Global physical activity questionnaire (GPAQ)
2. Pengukuran obyektif
Pengukuran obyektif dilakukan dengan menggunakan accelometer,
pedometer, observasi langsung atau dengan observasi denyut jantung. Cara
ini biasanya digunakan untuk menggukur aktivitas fisik dalam penelitian
kohort berskala besar, penlitian eksperimental atau penelitian randomized
Cara perhitungan aktivitas fisik
1. METs menit minggu berjalan ringan = 3,3 x durasi berjalan/ hari
(menit) x frekuensi berjalan/ minggu (hari)
2. METs menit minggu aktivitas fisik sedang = 4 x durasi aktivitas
sedang/ hari (menit) x frekuensi aktivitas sedang/ minggu (hari)
3. METs menit minggu aktivitas fisik berat = 8 x frekuensi aktivitas
berat/ minggu (hari) Total METs menit/minggu aktivitas berjalan +
METs menit / minggu aktivitas berat.

2.2.3 Jenis Aktivitas Fisik


Menurut kemenkes RI aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Aktivitas fisik harian
Aktivitas fisik harian ialah aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan sehari-
hari seperti mencuci baju, menyapu, mengepel, jalan kaki dll. Kalori yang
terbakar dalam aktivitas ini sebesar 50-200 kcal/kegiatan Latihan fisik
Latihan fisik ialah aktivitas terstruktur dan terencana seperti jogging, jalan
kaki, aerobik, bersepeda push up dll.
2. Olahraga
Olahaga ialah aktivitas fisik yang terstruktur dan terencana dengan
mengikuti aturan-aturan yang berlaku dengan tujuan tidak hanya untuk
membuat tubuh jadi lebih bugar namun juga untuk mendapatkan prestasi.
Yang termasuk dalam olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, basket,
berenang, dan sebagainya.

2.3 Pola Makan


Prinsip pengaturan makan pada penderita DM hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan
sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Perkeni, 2015) Menurut (Kemenkes RI,
2019) Diet DM dilakukan sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis dan Jadwal Makan)
melalui pola diet:
1. Jumlah
Sesuaikan jumlah asupan makanan dengan berat badan yang sesuai, yaitu berat
badan yang nyaman bagi penderita diabetes.
2. Jenis
a. Jenis makanan utama yang dikonsumsi dapat disesuaikan dengan konsep T-
plate, yang terdiri dari kelompok sayuran (mentimun, labu siam, tomat, wortel,
bayam, dll), karbohidrat (nasi, kentang, jagung, ubi jalar, singkong, dll) dan
protein (ikan, telur, tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah, dll). Olahan
sayuran, karbohidrat, dan protein tidak menggunakan gula, garam, dan lemak
yang berlebihan
b. Jenis Selingan (di antara waktu makan) diutamakan memilih kelompok buah-
buahan dengan kandungan gula yang relatif aman, yaitu pepaya, salad, melon,
jeruk, ubi, apel, dll. Hindari buah musiman dan diawetkan.
3. Jadwal
Jadwal makan meliputi 3x makanan utama dan 2-3x makanan ringan, mengikuti
prinsip porsi kecil.

2.4 Kadar Gula Darah


2.4.1 Definisi
Kadar gula darah ialah terjadinya peningkatan glukosa setelah makan
dan mengalami penurunan di waktu pagi hari dan ketika bangun tidur. Kadar
gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah antara lain,
bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, meningkatnya stress dan
faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta berolahraga (Yunan
Jiwintarum, 2019)
2.4.2 Macam-macam Pemeriksaan Gula Darah
Menurut depkes (2008) ada beberapa macam pemeriksaan gula darah
antara lain :
1. Pemeriksaan gula darah sewaktu, pemeriksaan darah dilakukan sewaktu
artinya pemeriksaan yang dilakukan kapanpun tanpa memandang terakhir
kali makan dengan kadar gula darah sewaktu >200mg/dl
2. Pemeriksaan gula darah puasa, pemeriksaan ini diartikan penderita
dianjurkan untuk puasa 8-12 jam sebelum tes
3. Glukosa 2 jam post prandial, pemeriksaan ini dilakukan apabila seorang
pasien di curigai DM. pasien dianjurkan untuk makan makanan yang
mengandung karbohidrat sebelum puasa dan mengehentikan merokok
serta olahraga.
4. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral, Pemeriksan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada pemeriksaan
glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl.
5. Pemeriksaan Hba1c
Hba1c ialah reaksi antara glukosa dengan hemoglobin yang tersimpan
selama kurang lebih 120 hari sesuai dengan umur eritrosit dan tersimpan di
dalam sel darah merah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencegah
komplikasi akibat perubahan kadar gula darah yang berubah secara
mendadak.

2.5 Kerangka Teori

Keturunan Usia Aktivitas fisik Obesitas Pola makan

Klasifikasi DM

(Diabetes Melitus) 1. Tipe 1


2. Tipe 2
3. Tipe gastrointestinal

Gejala-gejala

1. Polyuria Pencegahan
2. Polydipsia
3. Polifagia 1. Edukasi
4. Mudah lelah dan mengantuk 2. Pengobatan medis
5. Luka yang sulit sembuh 3. Aktivitas fisik
6. Kesemutan pada kaki atau tungkai 4. Pemeriksaan gula
darah mandiri
5. Menurunkan berat
badan.
Diagnosis DM 6. Hindari makanan
1. Kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl. berlemak, makanan
2. Kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. instan dan yang
3. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan digoreng.
>200 mg/dl. 7. Kurangi makan
makanan yang manis
8. Minum banyak air
putih
Komplikasi

1. Gangguan mata atau penglihatan


2. Penyakit kardiovaskuler
3. Gangguan ginjal
2.6 Kuesioner Penelitian
2.6.1 Identitas Responden

Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Status

2.6.2 Pola Makan


A. Pengetahuan
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang
telah disediakan dengan memberi tanda centang ()

No Pernyataan Setuju Tidak


Setuju
1. Diabetes melitus adalah penyakit dimana terjadi
peningkatan kadar gula darah diluar batas normal
2. Kemungkinan timbulnya DM dipengaruhi oleh
riwayat keluarga atau keturunan
3. Riwayat keluarga, kegemukan, pola makan yang
salah dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor
pencetus timbulnya DM
4. DM dapat terjadi jika saya tidak bisa mengatur
pola makan
5. Pola makan yang baik dapat dijadikan salah satu
tindakan pencegahan terhadap timbulnya
penyakit DM
6. Pengaturan jumlah makanan, jenis makanan dan
jadwal makan yang baik dapat mengurangi
resiko timbulnya penyakit DM
7. Mengonsumsi minuman atau makanan yang
manis secara berlebihan tidak meningkatkan
kadar gula darah di dalam tubuh
8. Asupan makanan yang dikonsumsi tidak harus
disesuaikan dengan kebutuhan energi yang
diperlukan oleh tubuh kita
9. Tanpa harus memperhatikan waktu makan,
makan makanan yang bergizi tetaplah
merupakan pola makan yang sehat
10. Waktu makan yang baik dalam sehari adalah 3
kali yakni pagi, siang, dan malam
B. Sikap
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang
telah disediakan dengan memberi tanda centang ()
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya lebih memilih untuk melampiaskan
kekesalan lewat makan atau ngemil daripada
olahraga
2. Saya merasa mengatur pola makan sehat
tidak penting untuk dilakukan
3. Saya cenderung makan saat saya lapar tanpa
harus melakukan pengaturan jadwal makan
secara teratur
4. Saya lebih suka mengkonsumsi air putih
dibanding mengkonsumsi minuman dengan
pemanis buatan
5. Saya lebih suka makan besar hanya dengan
nasi dan lauk tanpa menggunakan sayur
6. Saya merasa makan besar 3 kali sehari
sudah cukup

2.6.3 Pola Aktivitas Fisik


A. Pengetahuan

No Pernyataan S TS
1. Kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi salah satu
faktor penyebab naiknya kadar gula darah pada
penderita DM
2. Pasien yang menderita DM tidak perlu melakukan
aktivitas fisik secara rutin karena telah diberikan obat
antidiabetes
3. Melakukan kegiatan ringan dalam keseharian seperti
jalan-jalan di taman, berkebun, dan membersihkan
rumah dikatakan sebagai aktivitas fisik

B. Sikap

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa aktivitas fisik tidak
berhubungan dengan naiknya kadar gula
darah
2. Saya lebih memilih berdiam diri dirumah
daripada harus beraktivitas fisik
Saya merasa aktivitas fisik tidaklah begitu
penting atau berpengaruh pada gula darah
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pola Makan

Tepat jenis

Tepat jadwal

Tepat jumlah
Kadar gula darah
penderita DM

Aktivitas fisik

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : ada hubungan
1. Ada hubungan pola makan terhadap pengendalian kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus
2. Ada hubungan pola aktivitas fisik terhadap pengendalian kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode
survey bertujuan untuk melihat gambaran pola makan, aktifitas fisik, dan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian: Desa Medini Kec. Undaan Kab. Kudus
Waktu : Maret-Mei 2022

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien yang
menderita DM di Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus

3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian
ini sampelnya adalah pasien yang menderita DM di Desa Medini
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
1. Besar sampel
Keterangan:
n = besar sampel yang dikehendaki
N = besar populasi
d = tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)
(Nursalam, 2016)

n= N
1+ N (d)²

n=
2. Kriteria sampel
Sampel pada penelitian ini pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
dan eksklusi. Adapun penelitian inklusi dan eksklusi sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang
akan diteliti (Nursalam, 2016) yaitu:
- Responden yang menderita diabetes melitus di Desa Medini
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
b. Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam,
2016), yaitu:
- Responden yang umurnya < 50 tahun

3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada. Cara pengambilan sampling ada dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling (Nursalam, 2016).
Dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria, pasien yang menderita DM.

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel penelitian
Variabel adalah konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan
sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu
penelitian (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini dibedakan antara
variabel independen dan dependen.
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Pada
penelitian ini variabel independennya adalah pola makan dan
Aktivitas fisik.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus.

Anda mungkin juga menyukai