Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang

memerlukan terapi secara berkelanjutan. Dikalangan masyarakat luas,

penyakit ini lebih dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis.

Diabetes mellitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik

yang ditandai dengan kadar glukosa darah dalam tubuh yang

meningkat atau hiperglikemia (Widiasari et al., 2021).

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Etiologi penyakit ini dapat

berasal dari kombinasi faktor genetik dan faktor pengaruh lingkungan

(Widodo, 2017).

Berbagai hasil penelitian, terjadi kecenderungan peningkatan

prevalensi diabetes melitus baik di dunia maupun di Indonesia. World

Health Organization melaporkan bahwa sekitar 422 juta orang di dunia

menderita diabetes melitus dan diprediksi akan meningkat menjadi

642 juta jiwa pada tahun 2040 mendatang (Qifti et al., 2020).

1
2

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF)

pada tahun 2019, sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-70

tahun di dunia menderita diabetes melitus atau setara dengan angka

prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama

pada tahun 2019 (Diabetes Federation international, 2019). Jika

prevalensi diabetes diperingkatkan, negara di wilayah Arab-Afrika

Utara dan Pasifik Barat menempati peringkat pertama dan kedua

dengan prevalensi diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun

sebesar 12,2% dan 11,4%. Peringkat ketiga ditempati oleh wilayah

asia tenggara dimana Indonesia berada dengan prevalensi sebesar

11,3% sebanyak 1.017.290 kasus (Diabetes Federation International,

2019).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar nasional tahun

2021 di NTB, jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak

63.488 jiwa , kasus Diabetes Melitus di Lombok Barat menjadi urutan

ke-3 diantara Kabupaten/kota lainnya di Provinsi NTB dengan

jumlah 9.188 jiwa (Riskesdaskes tim, 2021). Di Lombok Barat pada

tahun 2021, lansia yang berumur ≥60 tahun sebanyak 53.251 dengan

jumlah laki-laki sebanyak 24.849 jiwa dan perempuan sebanyak

28.402 jiwa (Riskesdes Nusa Tenggara Barat, 2018).

Penderita penyakit Diabetes Melitus tertinggi berada pada

UPTD Puskesmas Gunung Sari dengan jumlah 737 jiwa, sedangkan


3

UPTD Puskesmas Meninting menjadi urutan kedua dengan jumlah

679 jiwa, dan pada urutan ketiga di UPTD Puskesmas Lingsar

dengan jumlah 406 jiwa (Riskesdes Lombok Barat, 2021). Di tahun

2022 penderita penyakit Diabetes Melitus di UPTD Puskesmas

Lingsar sebanyak 384 jiwa (Data Puskesmas Lingsar, 2023).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tenaga

kesehatan di Puskesmas Lingsar mengatakan puskesmas memiliki

program Prolanis (Program Penyakit Kronis) yang diadakan satu kali

dalam dua bulan berupa skrining dan edukasi kesehatan serta

melakukan penyuluhan kesehatan ke daerah wilayah kerja

Puskesmas Lingsar.

Kasus diabetes mellitus yang masih saja terjadi, dapat

disebabkan karena pola hidup masyarakat yang dominan tidak sehat,

diantaranya yaitu seseorang yang tidak patuh dalam melaksanakan

diet, yang disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang

kepatuhan diet dan masih bingung seperti apa yang harus dilakukan

untuk mengontrol kadar gula darah, bisa juga mereka malas untuk

mematuhinya karena beranggapan bahwa menjaga pola makan atau

diet sangat rumit untuk dilakukan, sehingga mereka cenderung tidak

mengikuti anjuran diet yang dianjurkan, dan dampak yang terjadi yaitu

gula darah menjadi tidak terkontrol (Faizzah Dinda Noor, 2022).


4

Tingkat pendidikan tidak secara langsung mempengaruhi

timbulnya diabetes mellitus. Namun, diduga mempengaruhi pola

makan melalui pemilihan jenis bahan pangan yang dikonsumsi sehari-

hari. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi

pangan seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi

kebutuhan hidupnya (Hariawan et al., 2019).

Tidak melakukan aktivitas fisik juga merupakan salah satu

faktor risiko diabetes mellitus tipe II. Seseorang yang memiliki aktivitas

fisik yang kurang mempunyai risiko 3,217 kali lebih besar mengalami

diabetes melitus tipe 2 daripada seseorang yang teratur atau cukup

melakukan aktivitas fisik. Penelitian Masi dan Mulyadi (2017)

menyatakan bahwa aktivitas fisik yang kurang, menyebabkan

resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II, oleh karena itu

diabetes melitus tipe II sebenarnya bisa dicegah dengan melalui gaya

hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dan melakukan

aktivitas fisik, hal ini didukung oleh penelitian Leiva et al (2020) jika

aktivitas fisik dan gaya hidup yang menetap berkontribusi terhadap

diabetes mellitus tipe II baik pada seseorang yang yang tidak aktif

secara fisik maupun seseorang dengan gaya hidup yang tidak banyak

bergerak.
5

Solusi untuk mencegah atau mengatasi penyakit diabetes

mellitus, bisa dilakukan dengan pendekatan tanpa obat, yaitu dengan

fokus terapi gizi atau diet makanan dan latihan aktifitas fisik atau

olahraga ringan. Melakukan penatalaksaan diet bagi penderita

diabetes mellitus tipe II, harus tetap diberikan asupan zat gizi yang

seimbang, memperhatikan kadar glukosa darah pada kondisi normal,

serta memenuhi kebutuhan pasien, maka pemberian diet bagi pasien

diabetes mellitus harus diperhatikan jenis makanan yang diberikan,

porsi dan waktunya. Pemerintah juga harus tetap meningkatkan

fasilitas kesehatan dan menghimbau masyarakat untuk menerapkan

gaya hidup sehat dan melakukan upaya yang telah ditetapkan

pemerintah untuk pencegahan penyakit diabetes mellitus tipe II

melalui fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan

mengupayakan program kesehatan untuk mencegah dan

menanggulangi penyakit diabetes mellitus tipe II. Kepatuhan

seseorang dalam mentaati pola makan sangat berperan penting untuk

menstabilkan kadar glukosa, sehingga bisa mengembangkan rutinitas

atau kebiasaan yang dapat membantu seseorang dalam mengikuti

jadwal diet yang sebelumnya sangat sulit untuk dilakukan. Kegiatan

fisik atau olahraga secara teratur juga terbukti mengurangi sejumlah

faktor-faktor risiko aterogenik, membantu mengurangi obesitas dan


6

menurunkan tekanan darah serta memperbaiki kesensitifan insulin

(Faizzah Dinda Noor, 2022).

Dari latar belakang tersebut Puskesmas Lingsar menjadi

urutan ketiga dengan penderita Diabetes Mellitus dan wilayah Batu

Kumbung menjadi peringkat pertama di wilayah kerja Puskesmas

Lingsar dengan dengan jumlah penderita sebanyak 99 jiwa. Masih

banyaknya kasus diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas

Lingsar disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang

kepatuhan diet dan kurangnya aktifitas fisik peneliti tertarik untuk

mengambil penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dengan Kepatuhan Diet Dan Olahraga Pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar 2023”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Dan

Olahraga pada penderita diabetes mellitus tipe II ?“

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Kepatuhan Diet Dan Olahraga pada penderita diabetes mellitus

tipe II.

2. Tujuan Khusus
7

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan penderita diabetes

mellitus tipe II.

b. Mengidentifikasi kepatuhan tentang diet dan olahraga,

penderita diabetes mellitus tipe II.

c. Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Kepatuhan Diet Dan Olahraga pada penderita diabetes

mellitus tipe II.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

referensi dalam upaya peningkatan mutu keperawatan serta

dapat digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan keperawatan

dan dapat diterapkan oleh para penderita diabetes mellitus tipe II.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi responden

Diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang diet dan

olahraga agar dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

b. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan

referensi bagi mahasiswa lainnya.

c. Bagi Peneliti lainnya


8

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta dapat

digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang.

d. Bagi Puskesmas Lingsar

Sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam upaya

meningkatkan kepatuhan diet dan olahraga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan yang

telah di pelajari. Pengetahuan adalah segala yang telah diketahui

dan mampu diingat oleh setiap orang setelah mengalami,

menyaksikan, mengamati atau diajarkan semenjak lahir sampai

menginjak dewasa khususnya setelah diberi pendidikan baik

melalui pendidikan formal maupun non formal dan diharapkan

dapat mengevaluasi suatu materi atau obyek tertentu untuk

melaksanakannya sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari

(Eduan, 2019)

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat (dalam Darsini et al., 2019) yaitu :

1. Tahu (Know)

Sebagai pengingat materi yang sudah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

9
10

diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan kemampuan, yang masuk

dalam kategori ini seperti menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Application)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain untuk memecahkan suatu masalah.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitan satu sama lain. Termasuk dalam kemampuan ini

adalah kemampuan membuat bagan (menggambar),

membedakan, mengelompokkan, memisahkan dan sebagainya.


11

5. Sintesis (Synthesist)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

itu suatu kemampuan untuk dapat menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada

(Notoatmodjo S, 2016).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo S (2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah :

1. Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan seseorang dan ekonomi dikaitkan dengan

pendidikan, dimana ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi


12

sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.Kultur (budaya,

agama).

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan seseorang, karena informasi baru akan disaring

kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang

dianut.

2. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima

hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru

tersebut.

3. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas,

sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman

akan makin banyak.

Sedangkan menurut menurut Elizabeth yang dikutip

Nursalam (2017), adalah :

1. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bekerja, jadi semakin matangnya umurnya


13

12 semakin mudah mengerti dan memahami segala sesuatu

yang dipelajari dan didapatnya.

2. Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap

masuknya proses pengetahuan karena adanya interaksi timbal

balik yang akan direspon sebagai pengetahuan (Putri, 2022)

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu pengetahuan

karena adanya saling menukar informasi antara teman-teman di

lingkungan kerja.

4. Sumber informasi

Sumber informasi adalah suatu pesan yang digunakan

dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak

dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti

surat kabar. Sumber informasi adalah faktor lingkungan yang


14

mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik,

pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua

fungsi dari sumber informasi adalah media massa memenuhi

kebutuhan akan fantasi dan informasi. Informasi yang diperoleh

baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan.

2. Konsep Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indoesia (KBBI), patuh yaitu taat kepada aturan atau perintah

bedisiplin, dan suka menurut perintah. Kepatuhan merupakan tunduk,

taat, patuh pada aturan yang berlaku atau pada ajaran yang berlaku.

Dengan kata lain kepatuhan merupakan melakukan perbuatan atau

keinginan yang diperintahkan oleh lain atau memnuhi permintaan

orang lain dan aturan yang dibuat (Saputro, 2022).

Kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat,

mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran

terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak

mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana

(Faradilla, 2020).

b. Bentuk Perilaku
15

Ada tiga bentuk perilaku dalam kepatuhan yaitu,

konformitas,

penerimaan, dan ketaatan (Saputro, 2022).

1. Konformitas

Konformitas merupakan usaha individu untuk bertingkah

laku sesuai norma sosial dengan cara mengubah tingkah laku dan

sikap karena adanya pengaruh sosial.

2. Penerimaan

Yaitu dimana orang yang disukai atau orang yang

berpengatahuan luas dapat mempengaruhi orang lain dengan

komunikasi persuasive yang dilakukan, sehingga orang lain bisa

dipengaruhi. Hal tersebut dilakukan karena adanya kepercayaan

terhadap norma sosial dalam masyarakat atau kelompok, dan hal

tersebut dapat diterima dengan senang hati.

3. Ketaatan

Ketaatan merupakan bentuk hubungan dengan pihak yang

berwenang dengan perilaku yang taat atau menyerahkan dirinya

secara penuh ke pihak yang memiliki wewenang, hal ini dilakukan


16

bukan karena ada tekanan tetapi karena rasa hormat kepada pihak

berwenang.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Berikut faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

kepatuhan (Saputro, 2022). Yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah proses hasil tahu dari proses

pengindraan pada suatu objek, pengindraan ini meliputi indra

penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perabaan,

dan indra perasa.

2. Motivasi

Motivasi merupakan proses terdorongnya perilaku

seseorang karena adanya keinginan dalam diri seseorang tersebut.

3. Dukungan Keluarga

Pengaruh dukungan keluarga dalam kepatuhan terhadap

suatu aturan merupakan faktor penting karena keluarga merupakan

unit dasar yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku

anggota keluarganya.

Berikut juga ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kepatuhan pada kesehatan menurut Smeltzer (2013), yaitu :


17

1. Faktor demografi, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan

sosial ekonomi

2. Faktor penyakit, adalah keparahan penyakit serta hilangnya

gejala akibat terapi

3. Faktor program pelayanan, yaitu efek samping yang tidak

menyenangkan serta kompleksitas program

4. Faktor psikososial, yaitu pengetahuan atau tingkat intelegensi,

keyakinan agama atau budaya, penerimaan atau penyangkalan

terhadap suatu penyakit, biaya finansial lainnya, dan sikap

terhadap tenaga kesehatan

d. Faktor Yang Dapat Meningkatkan Kepatuhan

Faktor yang pertama yaitu memberikan hukuman,

ancaman, dan ganjaran untuk menekan individu agar dapat

mematuhi perilaku yang diinginkan. Faktor yang kedua yaitu

dengan melakukan imitasi atau peniruan dimana jika melihat orang

patuh maka orang yang melihatnya akan patuh pula, karena

individu cenderung meniru apa saja yang dilakukan oleh orang lain,

efek itulah yang menyebabkan orang patuh (Saputro, 2022).

3. Konsep Diet

a. Pengertian Diet

Diet menurut kamus KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia)

adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan dan sebagainya


18

(biasanya atas petunjuk dokter). Diet adalah cara mengatur jumlah

makan dan minum yang masuk ke dalam tubuh untuk mencapai

berat badan yang ideal. Pengertian diet untuk banyak orang

sangat berbeda-beda, karena semua orang memiliki maksud dan

tujuan yang ingin dicapai ketika melakukan program diet (Alhogbi,

2017).

Diet yaitu pola makan yang sehat dan seimbang dan

merupakan faktor penting yang bertujuan untuk mengontrol kadar

glukosa dalam darah dan berat badan yang seimbang, kebiasaan

diet merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula

dalam darah menjadi normal dan mencegah timbulnya komplikasi.

Menjalankan diet harus tetap diberikan asupan zat gizi yang

seimbang dengan memperhatikan kadar glukosa darah pada

kondisi normal sehingga penatalaksanaan diet harus

memperhatikan jumlah, jenis, dan jadwal (Faizzah Dinda Noor,

2022).

Diet adalah cara mengombinasi makanan dan minuman

yang dikonsumsi setiap hari, yaitu kombinasi antara 60 – 70%

karbohidrat, 10 – 15% protein, dan 20 – 25% lemak. Menurut Bray

dan Champagne (2019), diet memiliki makna dalam kata benda

dan kata kerja. Sebagai kata benda, diet berhubungan dengan

pola asupan makanan umum serta makanan khusus seperti diet


19

pada penderita diabetes. Sedangkan sebagai kata kerja, diet

adalah pembatasan jumlah atau jenis makanan (Faizzah Dinda

Noor, 2022).

b. Aspek-Aspek Diet

DQ-I (Diet Quality Index) merupakan indikator kualitas diet

tingkat individu yang digunakan untuk menilai kualitas diet. Aspek

diet yang dinilai menggunakan DQ-I (Faizzah Dinda Noor, 2022)

meliputi:

1. Keberagaman pangan

Penilaian dalam keberagaman pangan terbagi

menjadi 2 yaitu penilaian keberagaman pangan secara

menyeluruh dan sumber protein untuk menilai apakah

asupan dalam satu hari sudah bervariasi atau belum.

Penilaian keberagaman pangan secara menyeluruh

dilakukan dengan mengelompokkan pangan yang

dikonsumsi dalam satu hari minimal 1 porsi/hari. Kelompok

pangan tersebut adalah kelompok pangan serealia

(makanan pokok), sumber protein dan kacang-kacangan.

2. Kecukupan zat gizi

Penilaian dalam kecukupan zat gizi menggunakan

10 standar rekomendasi harian untuk kelompok sayuran,


20

buah dan serelia serta menggunakan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) untuk asupan serat, protein, zat besi, kalsium

dan vitamin C.

3. Moderasi zat gizi

Asupan total lemak, lemak jenuh, kolestrol dan

natrium penting untuk fungsi tubuh, namun jika berlebihan

akan menimbulkan penyakit kronis. Empty calories food

atau makanan yang dapat memberikan energi tapi memiliki

kandungan nutrisi yang rendah adalah gula diet, minuman

berkarbonasi dan alkohol.

4. Keseimbangan zat gizi

Penatalaksanaan diet diabetes mellitus tipe II selain

memperhatikan asupan karbohidrat juga harus

memperhatikan asupan lemak. Asupan lemak yang tidak

seimbang dapat memicu kegagalan sel dalam memproses

gula akibat peradangan. Jadi, sebisa mungkin batasi

asupan lemak dalam hal diet yang tepat dan empty calory

food seperti lauk pauk yang digoreng dan cemilan yang

digoreng.

c. Jenis-Jenis Diet
21

Menurut Kim dan Lennon dalam (Pranesya & Nawangsih,

2019), pengertian jenis diet sehat dan diet tidak sehat, yaitu :

1. Diet sehat adalah diet yang dapat digambarkan dengan

perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti

mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan

rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik

secara wajar yang dapat membuat seseorang memiliki tubuh

ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi

tubuh. Adapun pola makan sehat yang dianjurkan adalah :

a. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran

b. Makan makanan dengan serat tinggi seperti roti, pasta,

sereal, dan kentang.

c. Mengkonsumsi daging dan ikan tetapi dengan kadar

lemak yang rendah

d. Susu dan produk olahan susu dengan lemak rendah.

2. Diet tidak sehat adalah jenis diet yang dapat membahayakan

kesehatan, biasanya dilakukan dengan cara berpuasa di luar

niat ibadah, binge eating disorder, memuntahkan makanan

yang disengaja, melewatkan waktu makan dengan sengaja,

dan penggunaan obat penurun berat badan atau obat-obatan

diet.
22

d. Macam-Macam Diet

Semakin berkembanganya zaman kini diet semakin

banyak jenisnya dan memiliki kelebihannya masing-masing

ada yang memang diperuntukan bagi yang mengidap penyakit

tertentu adapula yang hanya untuk sekedar mengurangi berat

badan berlebih dan membuat badan menjadi lebih sehat,

berikut adalah program diet yang ada.

Pemilihan program-program diet (Alhogbi, 2017).

1. Diet Nasi Putih

Program diet ini dilakukan dengan cara tidak

memakan nasi putih, karena kadar kalori pada nasi putih

cukup tinggi dan dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes

dan obesitas. Pengganti nasi putih bisa didapat dari

makanan seperti kentang, jagung dan nasi merah karena

semua jenis itu memiliki jumlah kalori yang lebih rendah

dari nasi putih.

Ketika tubuh melakukan program diet ini,

keseluruhan badan akan mengalami proses ketosis,

dimana proses tersebut menjadi pemicu terjadinya

ketoacidosis diabetik, khususnya pada penderita diabetes

tipe 1, jadi bagi penderita diabetes tipe 1 sebaiknya jangan

melakukan program diet tersebut serta bagi orang yang


23

memiliki pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga dari

pagi hingga malam sebaiknya pilihlah program diet yang

lain yang dapat menopang aktifitas harian.

2. Diet General Motorik (GM)

Diet GM (General Motors) metode ini dilakukan

dengan meminum banyak air dan harus menjauhi yang

namanya alkohol. Lalu meminum susu kedelai minimal tiga

gelasserta mangkonsumsi pisang sebanyak delapan buah.

Pada diet ini menghindari yang namanya nasi, gula, dan

garam.

Pada program tersebut diharuskan mengkonsumsi

minimal tiga gelas susu kedelai sehari, untuk orang biasa

mungkin tidak terlalu berpengaruh, tetapi jika dikonsumsi

oleh orang yang mengidap penyakit kelenjar tiroid atau

alergi terhadap kacang kacangan sebaiknya jangan

menggunakan program diet tersebut karena kedelai

mengandung goitrogen yang dapat mengganggu fungsi

tiroid tertekan dan beresiko menyebabkan kanker tiroid.

serta kandungan Omega-6 pada susu kedelai

nonfermentasi lebih banyak dibandingkan Omega-3.

Ketidak seimbangan tersebutlah yang meningkatkan efek

samping susu kedelai, seperti resiko terkena penyakit


24

kanker, diabetes, penyakit jantung, arthritis, asma,

hiperaktif.

Jadi sebaiknya bagi yang memiliki riwayat penyakit

tersebut dan memiliki aktifitas harian yang melakukan

banyak pergerakan sendi sebaiknya menghindari program

diet tersebut, tetapi bagi orang yang memiliki aktifias harian

yang tidak terlalu menggunakan kinerja tubuh seperti yang

hanya pada dalam ruangan dapat melakuka program

tersebut. Bagi yang memiliki kadar gula tinggi, kolesterol

tinggi, serta darah tinggi dapat melakukan program

tersebut karena efek dari omega 6 itu 13 sendiri dapat

menurunkan tekanan gula, kolesterol serta darah berlebih

pada tubuh.

3. Diet Ketogenik

Diet ini sebenarnya dikhususkan bagi penderita

penyakit epilepsi. Diet ini cukup efektif untuk dilakukan

untuk seseorang yang memiliki tubuh kurus yang ingin

memiliki berat tubuh yang ideal karena diet ini diharuskan

mengkonsumsi makanan berlemak, sedikit protein dan

karbohidrat. Pada program keto ini diharuskan untuk tidak

mengkonsumsi makanan bergula dan juga bertepung

seperti buah, sayur, roti, dan pasta. Larangan keras bagi


25

orang yang memiliki tensi darah yang tinggi karena

program diet ini mewajibkan memakan makanan yang

berlemak sehingga dapat memperburuk penyakit hipertensi

yang dideritanya. Jadi sebaiknya menghindari program diet

ini, tetapi sebaliknya bagi yang memiliki berat badan yang

kurus dapat melakukan program ini untuk menambah berat

badan menajadi ideal.

4. Diet Rendah Lemak

Ketika melakukan diet makanan yang harus

dikonsumsi harus mengandung lemak yang rendah. bukan

berarti tidak boleh mengkonsumsi makanan berlemak

sama sekali karena tubuh harus mengonsumsi makanan

berlemak sebagai sumber energi tetapi dalam jumlah yang

tidak banyak serta bukan jenis lemak jenuh seperti

makanan yang digoreng dengan banyak minyak. Bagi yang

memiliki penyakit gangguan reproduksi pada perempuan,

penyakit osteoporosis, bagi pria yang memiliki hormone

testoteron yang rendah dan memiliki riwayat penyakit

jantung sebaiknya menghindari program diet tersebut

karena dapat memperburuk penyakit yang diderita. Tetapi

bagi yang menderita berat badan berlebih dan tidak ada


26

riwayat penyakit dari yang disebutkan diatas, program ini

bisa dilakukan.

5. Diet Obsessive Corbuzier Diet (OCD)

OCD dikenal cepat dalam menurunkan berat badan.

Diet ini memperbolehkan makan apa saja yang disukai,

tetapi dalam jumlah porsi makan yang wajar. Diet ini

menerapakn sistem puasa, yaitu di mana waktu makan

akan meningkat seiring dengan berjalannya diet. Jika

ketika diawal melakukan diet dibolehkan makan dalam

jangka waktu delapan jam lalu dibeberapa hari kemudian

jam makan akan berkurang menjadi enam jam atau bisa

menjadi empat jam saja, ketika di luar jam makan tersebut

hanya bisa mengkonsumsi air mineral saja.

Kekurangan diet ini adalah tidak melakukan yang

namanya sarapan, dimana sarapan adalah asupan tenaga

bagi tubuh untuk beraktifitas dipagi hari, dengan tidak

melakukan sarapan dapat menyebabkan tubuh menjadi

ingin makan lebih banyak dengan porsi yang besar pada

siang harinya. Efek lainnya dari tidak melakukan sarapan

dapat membuat mood menjadi menurun, meningkatkan

risiko penyakit obesitas, lalu keseimbangan sel insulin

serta kadar gula darah di dalam tubuh juga dapat


27

terganggu, sehingga tubuh selalu merasa lapar. Jadi buat

yang memiliki pekerjaan kantor yang padat dari pagi

hingga malam hari sebaiknya menghindari program diet ini

karna dapat menggangu produktifitas harian serta yang

memiliki gangguan pada gula darah sebaiknya

menghindari program diet ini karena dapat mengganggu

keseimbangan kadar gula darah dan sel insulin , tetapi

yang memiliki jadwal harian yang ringan tidak terlalu berat

dapat melakukan program tersebut.

6. Diet Dukan

Diet ini menganjurkan tubuh mengkonsumsi jumlah

protein yang tinggi dan mengurangi konsumsi karbohidrat

serta makanan berlemak. Asupan protein pada tubuh yang

tinggi akan membuat tubuh merasa tidak lapar dalam

waktu yang lama. Ketika melakukan diet ini bisa memilih

tubuh dapat mengkonsumsi semua makanan selama menu

makanan tersebut ada di 100 menu yang telah ditetapkan

dan sesuai. 100 menu tersebut harus terdiri dari 72 sumber

hewani dan 28 sumber nabati.


28

Ketika melakukan diet ini tubuh mengonsumsi

protein secara berlebih. Efek samping yang berpengaruh

pada tubuh, yaitu hilangnya massa otot dan berkurangnya

cairan dalam tubuh dengan jumlah banyak diakibatkan

pengurangan berat badan yang cepat, jika menjalankan

diet ini dengan waktu lama dapat menyebabkan tubuh

mudah lelah, gangguan pencernaan, mulut menjadi bau,

hingga kerusakan organ tubuh pada ginjal dan hati dan

meningkatkan kadar kolesterol yang berakibat pada

penyakit jantung serta stroke, jadi yang memiliki riwayat

penyakit jantung atau memiliki kolesterol tinggi sebaiknya

menghindari program tersebut, dan bagi orang yang

memiliki aktifitas harian yang cukup berat dapat melakukan

program diet tersebut, dikarenakan fungsi protein sebagai

pendorong aktivitas tubuh dan metabolisme.

7. Diet Mayo

Ketika melakukan diet ini dalam 13 hari tubuh akan

berpuasa garam, mau itu makanan yang dimasak dengan

garam atau jenis makanan asin yang lain. Ketika proses ini

tubuh akan kehilangan kadar garam serta cairan dalam

tubuh, yang mengakibatkan berat badan turun dengan

derastis, dikarenakan garam bersifat mengikat cairan dan


29

ketika tubuh tidak mengkonsumsi garam maka cairan

dalam tubuh akan berkurang banyak.

Bagi orang yang memiliki aktifitas harian yang

berada di lapangan atau mungkin yang mengharuskan

tubuh membutuhkan cairan lebih program ini sangat tidak

cocok karena akan berdampak buruk bagi yang

melakukannya, tetapi bagi orang yang bekerja di kantor

atau didalam ruangan program diet ini dapat dilakukan.

8. Diet Atkins

Dalam melakukan diet ini diharuskan mengkonsumsi

makanan rendah karbohidrat atau bahkan tidak sama

sekali mengkonsumsi karbohidrat, tetapi diet ini dianjurkan

utnuk mengonsumsi protein dan juga lemak dengan jumlah

yang banyak. Dengan mengurangi karbohidrat akan

mendorong tubuh untuk membakar lemak sehingga berat

badan akan berkurang dengan pesat, tetapi hal tersebut

dapat menimbulkan berbagai gangguan tubuh seperti

mudah cape, gangguan pencernaan, gangguan tidur, mual,

serta bau mulut. 18 Bagi orang yang memiliki berat badan

dibawah rata-rata atau kurus dapat melakukan program ini

untuk menambah berat badan menajadi ideal, dan bagi

orang yang memiliki aktifitas harian yang cukup berat dapat


30

melakukan program diet tersebut, dikarenakan fungsi

protein sebagai pendorong aktivitas tubuh dan

metabolisme.

9. 8 Week Blood Sugar Diet

Blood Sugar Diet (BSD) adalah program diet

pertama yang telah terbukti dalam uji klinis dapat

meningkatkan bahkan membalikkan, sebagian besar kasus

prediabetes. BSD didasarkan pada diet rendah karbohidrat

gaya mediterania, memperbanyak mengkonsumsi sayuran

hijau maupun berwarna, mengkonsumsi banyak protein

dan juga mengkonsumsi lemak sehat dalam jumlah yang

sedang seperti minyak zaitun dan beberapa produk susu

seperti yoghurt tanpa gula. Karena makanan penuh lemak

dapat membuat tubuh merasa kenyang lebih

Program ini sangat cocok bagi penderita penyakit

diabetes, ditambah lagi bagi yang memiliki tubuh kurus

serta memiliki aktifitas harian yang cukup berat. Diet ini

cukup efektif bagi orang-orang tersebut, namun bila tidak

menderita penyakit diabetes jangan terlalu mengurangi

asupan gulanya, dikarenakan akan membuat tubuh

menjadi mudah lelah dan bagi penderita gula darah rendah

sebaiknya menghindari program diet tersebut.


31

e. Kepatuhan Diet

Kepatuhan diet adalah kesesuaian perilaku yang dilakukan

oleh seseorang berdasarkan rekomendasi diet yang diberikan oleh

tenaga kesehatan. Kepatuhan diet pasien DM sangat berperan

penting untuk menstabilkan kadar glukosa darah, sedangkan

kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk

dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat

membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet. Pasien yang

tidak patuh dalam menjalankan terapi diet menyebabkan kadar

glukosa yang tidak terkendali (Isnaeni et al., 2018).

Kepatuhan diet menjadi komponen yang sangat penting

bagi pengelolaan diabetes melitus. Kepatuhan diet merupakan

tingkat kesediaan pasien melaksanakan diet mengikuti pengaturan

pola makan yang dianjurkan oleh dokter dan petugas kesehatan

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (Ernawati et al., 2020)

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet

Menurut Notoatmodjo (2003) kepatuhan diet penderita

diabetes mellitus dapat dipengaruhi dari factor pengetahuan, sikap,

dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan (dalam

Fauzia et al., 2015).

1. Faktor Pengetahuan
32

faktor pengetahuan mempengaruhi kepatuhan diet

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Meskipun dengan

tingkat pendidikan menengah memungkinkan seseorang

memiliki pengetahuan yang baik karena informasi selain

diperoleh dari pendidikan formal juga bisa diperoleh dari

pendidikan non formal ataupun informasi yang didapat dari

media massa maupun media elektronik

2. Faktor Sikap

Faktor sikap mempengaruhi kepatuhan diet sikap

individu terhadap program pengobatan dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan individu sendiri. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan,maka sikap individu semakin terbuka dengan

penatalaksanaan penyakit yang sedang diderita. Hal ini

menunjukkan kesamaan antara teori dan hasil penelitian, jika

dilihat dari tingkat pendidikan dan usia responden yaitu di usia

yang matang dan tingkat pendidikan menengah mendorong

mereka untuk terbuka dalam menerima informasi

membuat pengetahuan mereka baik sehingga berusaha

menerapkannya, dengan sikap tersebut dapat ditunjukan

dengan mematuhi program pengobatan yang telah


33

ditetapkan oleh tenaga kesehatan karena penderita penyakit

diabetes mellitus diusia dewasa lebih dapat menerima dan

mengerti pemasukan dari tenaga kesehatan misalnya harus

makan sesuai diet yang diberikan oleh dokter.

3. Faktor Dukungan Keluarga

Faktor dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan

diet keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

prefentif dan secara bersama-sama merawat anggota

keluarga yang sakit karena keluarga merupakan unit terkecil

dari masyarakat yang paling dekat hubungannya dengan

penderita. Dengan adanya dukungan keluarga dapat

meningkatkan kepatuhan penderita dalam penatalaksanaan

diet. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan

penderita Diabetes Melitus sehingga memungkinkan mereka

untuk memantau dan mengingatkan setiap saat mengenai

program pengobatann yang harusdilakukan oleh penderita

tersebut.

4. Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan

Faktor dukungan tenaga kesehatan mempengaruhi

kepatuhan diet dukungan tenaga kesehatan sangat diperlukan

untuk meningkatkan kepatuhan, misalnya yang paling

sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan


34

adanya teknik komunikasi. Tenaga kesehatan merupakan

orang pertama yang mengetahuai tentang kondisi

kesehatan pasien sehinggamereka memiliki peran yang besar

untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi kesehatan

dan hal-hal yang harus dilakukan oleh pasien untuk proses

kesembuhannya. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan

kesehatan berupa penyuluhan.

5. Faktor Dominan

Dukungan dari orang sekitar dapat mendidik

masyarakat agar menjalani hidup sehat dan menghindari

cara hidup yang beresiko.Dukungan keluarga khususnya

pada klien DM sangat penting hal ini dikarenakan pemberian

pengobatan dan penatalaksanaan diet dilakukan seumur

hidup, seseorang yang terkena DM ini akan mengalami

kejenuhan atau kebosanan dan mengkonsumsi baik itu

makanan , pengobatan ataupun cara hidup, apabila tidak

ada dukungan dari orang terdekat maka yangterjadi orang

tersebut akan mengalami kondisi stress, apabila stress ini

dibiarkan maka akan memperburuk kondisi individu ini

sehingga penyakit diderita semakin parah.

g. Manfaat Diet
35

Ketika melakukan diet pasti ada dampak positif yang didapat

oleh tubuh dan manfaat yang didapat tubuh ketika melakukan diet

sangatlah banyak. Berikut adalah manfaat diet yang didapat oleh

tubuh (Alhogbi, 2017):

1. Berdiet bisa mengurangi dan menambah berat badan

Karena masih ada yang beranggapan bahwa diet itu

untuk mengurangi berat badan, nyatanya diet juga bisa

dilakukan untuk menambah berat badan agar ideal. Karena

arti sebenarnya diet adalah cara mengatur pola makan

bukan mengurangi porsi makan.

2. Meningkatkan metabolisme tubuh.

3. Memperkuat tulang.

Ketika memakan daging tanpa menyeimbangkannya

dengan mengkonsumsi sayuran dan buah menimbulkan

kadar protein berlebih yang bisa mengganggu fungsi ginjal.

Efek yang terjadi adalah penyerapan kalsium terganggu

sehingga tubuh akan mengambil kalsium dari tulang, tetapi

ketika melakukan diet itu semua tidak akan terjadi karena

asupan makanan ke tubuh kita diatur sesuai kebutuhan

tubuh.
36

4. Memperlancar pencernaan.

Ketika melakukan diet, karbohidrat yang ada di tubuh

akan dicerna secara bertahap dan menyebabkan sumber

glukosa tetap. Itulah mengapa ketika berdiet dapat

memperlancar pencernaan.

5. Menyehatkan kulit

Ketika melakukan diet yang mana lebih banyak

mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran akan

menimbulkan banyaknya vitamin alami yang masuk kedalam

tubuh, itulah yang membuat kulit menjadi sehat.

6. Melindungi gigi

Ketika diet gigi lebih sering mengunyah padi-padian

dan sayuran dari pada mengunyah daging, itulah yang

membuat gigi lebih terlindungi.

7. Dapat mencegah berbagai jenis penyakit

Karena pola makan yang teratur dan susuai dengan

asupan gizi yang baik, melakuakn diet bisa mencegah

berbagai penyakit.
37

4. Konsep Olahraga

a. Pengertian Olahraga

Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah

satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna

untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan

seseorang tersebut setelah melakukan olahraga. Berbicara

tentang olahraga, akan dijumpai banyak hal, mulai dari

kemenangan, kejuaraan, piala, kebanggaan, bahkan sampai

kekecewaan, kegagalan, pertikaian, kerusuhan, dan masih

banyak lagi. Semua hal itu saling berkaitan dan berbaur

menjadi satu berupa

hasrat yang besar terhadap olahraga (Aditia, 2015)

Pada prinsipnya, olahraga merupakan aktivitas yang

sangat bermanfaat bagi diabetisi karena dapat menurunkan

gula darah. Saat berolahraga, tubuh membutuhkan tenaga,

tenaga ini sebagian besar diperoleh dari glukosa (gula) dalam

tubuh. Saat berolahraga, terjadi peningkatan kebutuhan tenaga.

Dengan demikian, terjadi pula peningkatan pemakaian glukosa

sehingga gula darah pun menurun (Dramawan et al., 2016).

b. Jenis Olahraga Yang Mudah Dilakukan


38

Semua jenis olahraga baik untuk kesehatan, melakukannya

dengan teratur serta diiringi dengan pola hidup sehat. Tahap awal bagi

pemula sebaiknya olahraga dilakukan dengan singkat, untuk

memberikan pengenalan dan adaptasi tubuh. Sebaiknya dilakukan

sebanyak 3 kali dalam seminggu. Adapun jenis-jenis olahraga yang

mudah didlakukan yang baik untuk Kesehatan Menurut (Pane, 2015).

1. Jalan Cepat

Jalan cepat adalah berjalan kaki dengan kecepatan di atas

rata-rata kecepatan berjalan pada umumnya yaitu sekitar 7 sampai 9

kilometer per jam. Jalan cepat kerap direkomendasikan oleh para ahli

untuk menjadi alternatif olahraga jogging bagi mereka yang

membutuhkan intensitas olahraga menengah sampai rendah, dengan

detak jantung maksimal 60% sampai 80%. Selain sebagai cara alami

meningkatkan kebugaran tubuh khususnya jantung, juga dapat bekerja

lebih baik untuk orang gemuk atau Overweight. Karena membantu

mengurangi lemak otot di area dekat sendi.

2. Senam

Senam merupakan olahraga murah yang populer di

masyarakat. Saat melakukan olahraga senam hampir seluruh bagian

tubuh bergerak. Pergerakkan terjadi otot-otot besar pada tangan, kaki,

dan pinggul. Pada saat bergerak terjadi peningkatan laju pernafasan

dan denyut jantung yang menyebabkan kadar oksigen di darah


39

meningkat dan pembuluh darah membesar. Perubahan-perubahan

metabolisme ini akan memberikan dampak positif yang bermanfaat

untuk tubuh. Manfaat lainnya adalah senam membantu menjaga berat

badan, meningkatkan stamina,membantu menjaga kesehatan,

membuat hidup lebih senam, dan aktif hingga lanjut usia.

3. Berenang

Berenang memang membuat seluruh anggota tubuh ikut

bergerak, sehingga meningkatkan kekuatan otot dan kekuatan

kardiovaskular. Dengan demikian, tubuh akan menerima asupan yang

maksimum. Adapun manfaat berenang yaitu:

a. Membantu mengencangkan otot perut dada paha dan lengan,

b. Melatih otot agar menjadi lebih kuat,

c. Menjaga tubuh agar terus segar bugar,

d. Mengurangi Gejala Arthritis,

e. Meredakan sakit punggung.

4. Lari Lari

Merupakan olahraga yang mudah untuk dilakukan, karena tidak

memerlukan perlengkapan khusus dan biaya yang mahal. Olahraga ini

bisa dilakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal kita dengan waktu

pagi atau sore hari. Manfaat lari bagi kesehatan adalah :

a. Dapat menurunkan berat badan

b. Daik untuk kesehatan lutut


40

c. Menjadikan jantung sehat

d. Meningkatkan stamina tubuh

e. Mengurangi berbagai resiko penyakit

5. Bersepeda

Aktifitas bersepeda yang dapat dilakukan minimal 1 kali

seminggu, bisa dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Bersepeda mudah dilakukan sekaligus menyenangkan dan

berdampak pada kesehatan jantung dan mengencangkan otot – otot

tubuh. Bersepeda sebaiknya dilakukan minimal 30 menit dengan

tujuan menjadi sehat, langsing dan bugar. Dari jenis-jenis olahraga

yang telah disampaikan di atas, semuanya dapat dilakukan dengan

mudah sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan dari orang yang

akan melakukannya. Yang paling penting adalah tetap menjaga

motivasi berolahraga sekaligus mmbudayakan pola hidup sehat.

c. Manfaat Olahraga Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Olahraga adalah solusi untuk membantu mengatasi

permasalahan diabetes mellitus. Karena dengan olahraga

diabetis dapat memperoleh tubuh yang sehat dan sebuah

sarana hiburan yang dilakukan bersama-sama dengan orang

orang yang mengalami penderitaan yang sama sehingga

diharapkan dapat saling memberi motivasi dan dorongan agar

diabetis tidak merasa sendiri dan terpuruk menjalani


41

kehidupannya dengan diabetes mellitus, (Dramawan et al.,

2016). 6 manfaat dari olahraga, berikut penjelasannya:

1 Mengontrol gula darah, untuk diabetes mellitus tipe 2

olahraga yang teratur dapat menurunkan resistensi insulin

meningkatkan sensitivitas insulin di otot-otot dan jaringan lain

sehingga kadar gula darah mengalami perbaikan.

2 Meningkatkan kadar kolestrol baik HDL, olahraga teratur

dapat menurunkan kadar kolestrol LDL yang dapat

menyumbat arteri koroner sedangkan HLD megumpulkan

kolestrol-kolestrol untuk dikirimnya ke hati selanjutnya di

buang.

3 Menurunkan berat badan, untuk diabetis yang memiliki

kelebihan berat badan dengan berolahraga dapat

memperbaiki resisten insulin, mengontrol gula darah dan

menghindari resiko penyakit jantung koroner.

4 Memperbaiki gejala-gejala musuloskeletal, yang dimaksud

dengan gejala-gelaja tersebut adalah kesemutan, gatal-gatal,

linu diujung jari-jari tangan atau persendian lainnya. Dengan

olahraga diharapkan dapat mengurangi gejala-gejala tersebut

karena semua anggota badan pada saat berolahraga

bergerak.
42

5 Memperbaiki kualitas hidup, selain meningkatkan kesegaran

jasmani karena terkontrolnya sistem kardiovaskuler, respirasi,

gula darah. Olahragapun dapat menjadi solusi

menghilangkan perasaan cemas dan depresi.

6 Mencegah terjadinya diabetes mellitus, bagi mereka yang

mempunyai riwayat keluarga berpenyakit diabetes mellitus,

olahraga sangat dianjurkan untuk mencegah diabetes

mellitus diusia dini.

5. Hubungan Antara Kepatuhan Diet Dan Aktifitas Fisik Pada

Penderita Diabetes Mellitus Type II

Pendekatan tanpa obat pada dasarnya merupakan

penatalaksanaan atau pengelolaan pada penderita Diabetes Mellitus,

pengelolaan tersebut dimulai pengaturan makan (diet) sesuai

kebutuhan kalori,olah raga dengan latihan fisik yang cukup selama

beberapa waktu. Obat diberikan jika kadar gula darah belum/tidak

memenuhi kadar sasaran metabolik yang diharapkan atau dikatakan

kurang efektif, maka pendekatan dengan obat dapat dilakukan obat

yang diberikan adalah obat hipoglikemik oral (OHO) atau dapat

diberikan suntikan insulin sesuai dengan dosis atau indikasi

Penatalaksanaan ini perlu dipatuhi oleh pasien Diabetes Mellitus

(Almaini & Heriyanto, 2019)


43

Dengan aktivitas fisik atau olahraga yang dilakukan oleh

individu

akan mempengaruhi kadar gula darahnya. Penggunaan glukosa oleh

otot akan meningkat ketika seseorang melakukan aktivitas fisik,

karena disebabkan oleh glukosa endogen yang ditingkatkan untuk

menjaga agar kadar gula darah dalam tubuh tetap seimbang. Dalam

keadaan normal, keseimbangan gula darah bisa dicapai oleh berbagai

mekanisme dari sistem saraf, regulasi glukosa dan keadaan hormonal,

aktifitas fisik akan membuat reaksi pada otot dengan menggunakan

glukosa yang sudah disimpan, sehingga glukosa yang tersimpan akan

berkurang, dalam keadaan tersebut akan terjadi reaksi otot dan otot

akan mengambil glukosa darah sehingga glukosa dalam darah

menurun dan dapat meningkatkan kontrol gula darah pada penderita

diabetes mellitus (Nurayati & Adriani, 2017).`

6. Konsep Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit

metabolik ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya (Soelistijo, 2021). Diabetes


44

melitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme

kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar glukosa dalam darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat

insufisiensi fungsi insulin (Sulastri, 2008).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association/ADA (2013)

dalam(Rahmasari & Wahyuni, 2019),klasifikasi diabetes

mellitus ada 4 jenisantara lain :

a) Diabetes mellitus tipe I, hasil kehancuran sel beta pancreas

menyebabkan defisiensi insulin yang absolute.

b) Diabetes mellitus tipe II, terjadinya resistensi insulin yang

disebabkan karena gangguan hasil sekresi insulin yang

progresif.

c) Diabetes mellitus spesifik lain, misalnya gangguan genetik

pada kerja insulin, gangguan genetik pada fungsi sel beta,

dan di picu oleh obat dan bahan kimia (pengobatan HIV/AID

atau setelah transplamasi organ).

d) Diabetes Mellitus gestational, Wanita dengan kadar glukosa

darah sedikit meningkat.

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus


45

Terdapat 2 patofisiologi utama yang mendasari terjadinya

kasus diabetes melitus (Sulastri, 2008).

a) Resistensi insulin

Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel

tubuh mengabaikan atau menolak sinyal dari hormon insulin.

Akibatnya tubuh tidak memberikan respons yang layak

terhadap hormon ini. Resistensi insulin adalah kondisi yang

biasanya terjadi pada orang-orang dengan obesitas. Insulin

tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan

hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk

memproduksi insulin lebih banyak. Ketika sel beta pankreas

tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup

untuk mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka

akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah.

b) Kerusakan sel beta pulau langerhans pankreas

Kerusakan sel β pulau langerhans pankreas pada

diabetes melitus tipe 1 terjadi akibat terbentuknya auto-

antibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui

penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor

genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang

terbentuk akan merusak sel β pankreas di dalam pulau-

pulau langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi


46

limfosit. Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam

jangka pendek tetapi dapat terjadi hingga bertahun-tahun

tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul setelah

setidaknya 80 % sel β pankreas mengalami kerusakan.

Normalnya, kadar gula dalam darah dikontrol oleh

hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Ketika terjadi

penyakit pada pankreas, hormon insulin yang dihasilkannya

bisa terganggu. Ketika makanan yang masuk ke tubuh

dicerna dan masuk ke aliran darah, insulin akan mengikat

glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk

diubah menjadi energi. Namun pada penderita diabetes,

tubuh tidak dapat mengolah glukosa menjadi energi. Kondisi

ini terjadi karena tidak ada insulin untuk membawa glukosa

masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa akan menumpuk

dalam darah.

4. Etiologi

Menurut (Sulastri, 2008), penyebab terjadinya diabetes mellitus

diantaranya :

a) Sekresi insulin oleh pankreas yang kurang

Menurunnya sekresi insulin menyebabkan tidak

efektifnya kecepatan transport glukosa ke jaringan lemak,


47

otot, dan hepar. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah

meningkat.

b) Respon reseptor terhadap insulin yang tidak efektif

Akibat resistensi insulin pada jaringan lemak, otot

dan hati dapat menyebabkan terjadinya penurunan

pengambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa oleh

jaringan tubuh sehingga glukosa darah meningkat.

c) Resistensi insulin yang berat

Resistensi insulin pada penderita diabetes melitus

tipe II dapat memicu glukoneogenesis sehingga produksi

glukosa dalam keadaan basal oleh liver (HGP = hepatic

glucose production) meningkat. Hati memproduksi glukosa

secara berlebihan dan dicurahkan ke dalam darah sehingga

menyebabkan peningkatan glukosa darah.

5. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Faktor resiko diabetes mellitus (Rahmasari & Wahyuni,

2019) antara lain :

a) Obesitas

Obesitas merupakan tanda yang menunjukkan

seseorang tersebut mengalami keadaan pradiabilitas.


48

Pengaturan energi metabolisme pada orang obesitas

mengalami dua cara kerusakan yaitu menimbulkan resistasi

leptin (hormon yang berhubungan dengan gen obesitas

yang mengatur tingkat lemak tubuh dan membakar lemak

menjadi energi) dan meningkatnya resistansi insulin.

b) Factor Genetik

Genetik merupakan penyebab yang paling utama

mengalami diabetes mellitus, seperti jika orang tua

mengalami diabetes, maka hamper semua anak-anak

mereka mengalami diabetes.

c) Usia

Usia adalah faktor umum yang mempengaruhi

individu mengalami diabetes, setelah usia 45 tahun terjadi

peningkatan resiko secara signifikan untuk terkena diabetes

yang biasanya terjadi akhibat kurangnya aktivitas, sehingga

berat badan akan bertambah dan masa otot akan

berkurang.

d) Makanan

Untuk melakukan fungsi-fungsi vital tubuh

membutuhkan diet seimbang untuk menghasilkan energi.

Makan berlebihan dapat menghambat pancreas untuk

menjalankan fungsi sekresi insulin.


49

e) Kurang Aktivitas

Aktivitas yang kurang dapat memicu terjadinya

obesitas dan sensitive nya insulin dalamtubuh yang dapet

mengakibatkan penyakit diabetes mellitus.

6. Komplikasi

Beberapa komplikasi diabetes melitus menurut (Tarwoto, 2012)

yaitu :

1) Komplikasi metabolik akut

a) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi

biasanya terjadi pada NIDDM.

b) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemak dan protein terutama pada IDDM.

c) Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan

atau tidak terkontrol.

2) Komplikasi metabolik kronis

a) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada

organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti :

(1) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina di

mata) sehingga mengakibatkan kebutaan.

(2) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal atau gangguan sensoris pada

organ tubuh.
50

(3) Nefropati diabetika (kelainan atau kerusakan pada

ginjal) dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b) Makroangiopati

(1) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti

miokard infark maupun gangguan fungsi jantung

karena arteriskelosis.

(2) Penyakit vaskuler perifer.

(3) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.

c) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi

luka yang tidak sulit sembuh.

d) Disfungsi erektil diabetika.

7. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan menurut (Tarwoto,

2012) yaitu :

a) Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar

Pasien dianjurkan untuk puasa selama 12 jam sebelum test.

Normalnya 80-120 mg/dl.

b) Pemerikasaan gula darah post prandial


51

Biasanya pengambilan sampel darah dilakukan dua jam

setelah makan kemudian diambil darah venanya. Normal

kurang dari 120 mg/dl.

c) Pemerikasaan toleransi glukosa oral atau oral glukosa

tolerance test (TTGO)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan toleransi

terhadap pemberian glukosa. Pasien tidak makan 12 jam

hanya boleh minum air putih. Normal puncaknya yaitu jam

pertama setelah pemberian 140 mg/dl dan kembali normal 2

atau 3 jam kemudian.

d) Pemeriksaan glukosa urine

Adanya glukosa dalam urine menunjukkan bahwa ambang

ginjal terhadap glukosa terganggu.

e) Pemeriksaan ketone urine

Adanya ketonuria menunjukan adanya ketoasidosis.

f) Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat

meningkat karena ketidakadekuatan kontrol glikemik.

g) Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbA1c),

Test ini mengukur persentasi glukosa yang melekat pada

hemoglobin. HbA1c digunakan untuk mengkaji kontrol

glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi risiko

terjadinya komplikasi.
52

8. Penatalaksanaan

Terdapat lima faktor penting yang harus diperhatikan dalam

mengontrol gula darah menurut (Tarwoto, 2012) yaitu :

a) Asupan makanan atau management diet

Tujuan manajemen nutrisi dan diet adalah

mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang

dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal.

b) Latihan fisik atau exercise

Jenis latihan fisik diantaranya olahraga seperti

latihan aerobik, jalan, lari, bersepeda, dan berenang.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam latihan fisik pasien

DM adalah frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis

latihan.

c) Obat-obatan penurun gula darah

(1) Obat antidiabetik oral atau oral hypoglikemik agent

Jenis obat ini efektif pada diabetes melitus tipe II,

jika managemen nutrisi dan latihan atau aktivitas gagal.

Jenis obat-obatan antidiabetik oral seperti sulfonilurea

(glibenklamid, klorpropamid) dan biguanida (mitformin,

glukophage).

(2) Pemberian hormon insulin


53

Pasien dengan diabetes melitus tipe 1 tidak

mampu memproduksi insulin dalam tubuhnya, sehingga

sangat tergantung pada pemberian insulin.

d) Pendidikan kesehatan

Hal-hal penting yang perlu disampaikan pada pasien yaitu :

1) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, patofisiologi dan test diagnosis.

2) Diet atau management diet pada pasien DM.

3) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.

4) Pencegahan terhadap komplikasi kaki.

5) Pemberian obat-obatan DM dan dan cara injeksi insulin.

6) Cara monitoring dan pengukuran gula darah darah

secara mandiri.

e) Monitoring gula darah

Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan secara

mandiri dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini

penting untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan

stabil.

B. Kerangka Konsep

Penderita
Diabetes Mellitus
Type II
54

Tingkat Pengetahuan Kepatuhan Diet Dan Kadar Gula


Penderita Diabetes Olahraga Darah
Mellitus Type II Terkontrol

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi
pengetahuan : kepatuhan :
1.Sosial Ekonomi 1. Pengetahuan
2. Sikap
2.Pendidikan 3. Dukungan
3.Pengalaman keluarga
4. Dukungan
4.Umur tenaga
kesehatan
5.Pekerjaan
6.Sumber informasi

Keterangan : :
Diteliti
: Tidak diteliti

: Hubungan

Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. 1 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Kepatuhan Diet Dan Olahraga pada penderita diabetes
melitus tipe II.

C. Hipotesis Penelitian
55

Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban

(dugaan) sementara dari masalah suatu penelitian. Hipotesis

hanya disusun pada jenis penelitian inferensial, yakni jenis

penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

menguji. Pengujian suatu hipotesis selalu melalui teknik analisis

statistik inferensial. Sedangkan penelitian deskriptif tidak

memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis (Hipo, 2015)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H1 : Ada hubungan Tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan diet dan olahraga pada penderita diabetes

mellitus tipe II di puskesmas lingsar

2. H0 :Tidak ada hubungan Tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan diet dan olahraga pada penderita diabetes

mellitus tipe II di puskesmas lingsar


BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti adanya hubungan

tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet dan olahraga pada

penderita diabetes mellitus type II

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Batu Kumbung Wilayah

Kerja Puskesmas Lingsar Kabupaten Lombok Barat.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal dimulai dari bulan November sampai

dengan bulan Februari 2024.

b. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Februari sampai

dengan Maret 2024.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian

cross-sectional ditandai dengan adanya koleksi informasi (data) yang

relevan pada suatu titik waktu tertentu. Oleh karena itu, tidak ada

dimensi waktu yang terlibat dalam studi cross-sectional, karena semua

data dikumpulkan dan sebagian besar mengacu pada waktu pada atau

56
57

sekitar waktu pengumpulan data (Acta Obstet Gynecol Scand - 2018 -

Kesmodel - Cross‐sectional Studies What Are They Good for.Pdf,

n.d.).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes

Mellitus tipe II Di Desa Batu Kumbung di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingsar Kabupaten Lombok Barat Sebanyak 99 orang.

2. Sample

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus

tipe II di desa Batu Kumbung Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar.

a. Besar Sample

Adapun besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 yang

diperoleh dengan rumus Lynch.

Keterangan :

𝑁. 𝑧2 . 𝑝(1- 𝑝)
n=
𝑁. 𝑑2+𝑧2 x (1- 𝑝)

N : Banyaknya Populasi

n : Banyaknya Sample

Z : Nilai normal untuk tingkat kepercayaan 95 % = 1,96

d : Sampling eror (0,10)


58

𝑁. 𝑧2 . 𝑝(1- 𝑝)
n=
𝑁. 𝑑2+𝑧2 x (1- 𝑝)
n = 99. ¿ ¿

99 x 3,8416 x 0 , 5 x 0 , 5
n=
99 x 0 , 01+3,8416 x 0 ,5

95,0796
n=
2,9108

n = 32,6 dibulatkan menjadi 33

b. Kriteria Sample

Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi sampel pada penelitian ini

diantaranya:

a) Penderita diabetes melitus tipe II yang bersedia menjadi

responden dan menyetujui informed consent.

b) Mampu berkomunikasi dengan baik.

2) Kriteria Ekslusi

a) Memiliki keterbatasan fisik seperti tidak dapat melihat

dan mendengar.

D. Teknik Pengambilan Sample (Sampling)

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik probability sampling dengan metode simple random sampling.


59

Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

di dalam populasi (Setiawan, 2015). Sampel dalam penelitian ini

sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

E. Variable Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan pada

penderita Diabetes Mellitus Type II

2. Variabel dependen (Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Diet dan

Olahraga pada penderita Diabetes Mellitus Type II

F. Definisi Operasional

Tabel 1.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet


Dan Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus Type II di wilayah
kerja Puskesmas Lingsar.

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Data
1. Variabel Pola pikir 1. Definisi Diabetes Kusioner Ordinal Kriteria :
independen: penderita Mellitus Pengetahu - Baik :
Pengetahua Diabetes 2. Klasifikasi an 76 – 100
n penderita Mellitus Tipe 3. Diabetes Mellitus Diabetes %
diabetes II mengenai 4. Patofisiologi Mellitus - Cukup :
mellitus type kepatuhan Diabetes Mellitus DKQ(Diab 56 – 75
II diet dan 5. Etiologi Diabetes etes %
olahraga Mellitus Knowledg - Kurang
60

e ≤ 55 %
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil
Operasional Data Ukur
61
1. Faktor Resiko questionna
Diabetes Mellitus ire)
2. Komplikasi
Diabetes Mellitus
3. Pemeriksaan
Penunjang
Diabetes Mellitus
4. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus

Variabel Kepatuhan 1. Aspek-aspek Kuisioner Ordinal Tingkat


dependen : Diet adalah Diet DBQ(Dieta Kepatuha
Kepatuhan kesesuaian 2. Faktor-faktor ry n
Diet dan perilaku yang yang Behavior a.Kepatuh
Olahraga dilakukan mempengaruhi Questionn an tinggi :
oleh Kepatuhan Diet aire 54-80
seseorang 3. Kepatuhan Diet b.Kepatuh
berdasarkan 4. Olaharaga pada an sedang
rekomendasi penderita : 26-53
diet yang diabetes mellitus c.Kepatuh
diberikan an
oleh tenaga rendah :
kesehatan. <25
Olahraga
adalah
serangkaian
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil
Operasioanl Data Ukur
gerak raga
yang teratur
dan
terencana
untuk
memelihara
gerak yang
berarti
62

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer di peroleh dari wawancara langsung dengan

responden menggunakan kuesioner.

Data yang dikumpulkan meliputi :

1) Data karakteristik responden : umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan dan riwayat diabetes melllitus.

2) Data tentang tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus

Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar.

3) Data tentang kepatuhan diet dan olahraga pada penderita

Diabetes Mellitus Type II Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini yang merupakan data sekunder adalah

gambaran umum Puskesmas Lingsar.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer

1) Data karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dan riwayat diabetes mellitus diperoleh dengan

teknik wawancara.

2) Data tentang tingkat pengetahuan diperoleh melalui kuesioner

yang diisi oleh responden.


63

3) Data tentang kepatuhan diet dan olahraga diperoleh melalui

kuesioner yang diisi oleh responden.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Data primer

1) Data umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,pendapatan

dan riwayat diabetes mellitus.

a) Berdasarkan keputusan Departemen Kesehatan RI (2009),

data umur dikelompokkan menjadi beberapa yaitu :

Masa dewasa awal : 26 – 35 tahun

Masa dewasa akhir : 36 – 45 tahun

Masa lansia awal : 46 – 55 tahun

Masa lansia akhir : 56 – 65 tahun

Masa manula atas : 65 – ke atas

b) Data jenis kelamin dikelompokkan menjadi 2 yaitu laki-laki

dan perempuan.

c) Data pendidikan dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan

Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu :


64

(1) Pendidikan dasar

(a) Sekolah dasar (SD)

(b) Madrasah ibtidaiyah (MI)

(c) Sekolah menengah pertama (SMP)

(d) Madrasah tsanawiyah (MTs)

(2) Pendidikan menengah

(a) Sekolah menengah atas (SMA)

(b) Madrasah aliyah (MA)

(c) Sekolah menengah kejuruan (SMK)

(d) Madrasah aliyah kejuruan (MAK)

(3) Perguruan tinggi

(a) Akademi

(b) Politeknik

(c) Sekolah tinggi

(d) Institut

(e) Universitas

d) Data pekerjaan dikelompokkan menjadi dua yaitu bekerja

dan tidak bekerja.

e) Data tentang pendapatan

: <Rp. 500.000.00

: <Rp. 1000.000.00
65

: >Rp. 1000.000.00

f) Data tentang riwayat diabetes mellitus

2) Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus

a) Untuk pengetahuan baik : 76-100

b) Untuk pengetahuan cukup : 56-75

c) Untuk pengetahuan kurang : ≤ 55

3) Kuesioner Kepatuhan Diet Dan Olahraga

a) Untuk kepatuhan tinggi : 54-80

b) Untuk Kepatuhan Sedang : 26-53

c) Untuk Kepatuhan Rendah : < 25

4) Pengolahan kuesioner

Dalam penelitian ini, kuesioner DKQ-24 (Diabetes

Knowledge Questionnaire) merupakan kuesioner tentang

pengetahuan mengenai diabetes mellitus. Daftar pertanyaan

DQK-24 terdapat 24 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar

(4,16). Jawaban salah dan tidak tahu (0). Cara pengukuran

kuesioner DQK-24 dengan cara menjumlahkan semua

pertanyaan dari no 1-24 dengan kategori <55 yaitu

pengetahuan kurang 56-75 pengetahuannya cukup, dan 76-

100 pengetahuannya baik.

Dalam penelitian ini, kuesioner Dietary Behavior

Questionnaire (DBQ) untuk mengevaluasi kepatuhan dalam


66

melaksanakan diet pada penderita diabetes mellitus. Dalam

penelitian ini mengambil 20 pertanyaan. Penilaian kuesioner ini

menggunakan empat skala likert skor 1=tidak pernah,

2=kadang-kadang, skor 3=sering, skor 4=rutin. Hasil

interpretasi DBQ dibagi menjadi tiga kategori kepatuhan tinggi

apabila skor 54-80, kepatuhan sedang apabila skor 26-53,

kepatuhan rendah apabila skor <25.

Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan

langkah langkah sebagai berikut :

a. Editing, untuk memeriksa data yang telah dikumpulkan

b. Coding, Memberi kode pada setiap data yang ada dengan

memudahkan dalam analisa data

c. Scoring, Memberi skor pada data yang telah dikumpulkan

d. Tabulating, Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dilakukan perhitungan data secara manual.

e. Cleaning, Data diteliti kembali agar tidak terjadi kesalahan.

2. Analisa Data

a. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

medeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini

adalah variabel tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet dan


67

olahraga serta distribusi dari responden berdasarkan demografi

atau data umum responden.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet dan

olahraga pada penderita diabetes mellitus type II di puskesmas

lingsar. Data yang diperoleh keduanya berbentuk ordinal, maka uji

yang digunakan yaitu ujistatistik kolerasi rank spearmant. Tingkat

kesalahan (α) yang diambil peneliti adalah 0,05. Dasar

pengambilan keputusan berdasarkan hasil nilai, jika p value > α

maka Ha ditolak, dan jika nilai p value < α maka Ha diterima.


68

I. Kerangka Kerja

Populasi

Pengambilan sampel (simple


random sampling)

Sampel

Tingkat Pengetahuan

Kepatuhan diet dan olahraga


penderita diabetes mellitus type II

Pengolahan data

Kesimpulan
69

Gambar 1.2 Kerangka kerja hubungan tingkat pengetahuan dengan


kepatuhan diet dan olahraga pada penderita diabetes
melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Lingsar tahun
2024

J. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan

a. Lembar informed consent

b. Kuisioner

c. Alat tulis (pulpen dan buku)

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Meminta izin kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Mataram.

b. Meminta izin kepada Kepala Badan Pengelola Pendapatan

Daerah Lombok Barat.

c. Meminta izin kepada Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat.

d. Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Lingsar.

e. Peneliti mengajukan Ethical Clearance.

f. Menetapkan pemilihan responden, pada penelitian ini yang

dapat menjadi responden adalah penderita diabetes mellitus

type II di wilayah kerja Puskesmas Lingsar.


70

g. Memilih atau menetapkan responden sesuai dengan total

sampling. Peneliti akan menentukan responden dengan

menggunakan teknik simple random sampling.

h. Peneliti meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi

dalam penelitian kemudian diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan menjadi responden.

i. Setelah responden setuju kemudian peneliti memberikan dua

buah kuesioner kepada responden untuk diisi.

j. Responden kemudian menyerahkan kuesioner yang telah diisi

kepada peneliti.`

k. Setelah semua kuesioner terkumpul, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada responden yang telah bersedia untuk

mengisi kuesioner.
71

DAFTAR PUSTAKA

Acta Obstet Gynecol Scand - 2018 - Kesmodel - Cross ‐sectional studies


what are they good for.pdf. (n.d.).
Aditia, D. A. (2015). Survei Penerapan Nilai-Nilai Positif Olahraga Dalam
Interaksi Sosial Antar Siswa Di Sma Negeri Se-Kabupaten Wonosobo
Tahun 2014/2015. E-Jurnal Physical Education, 4(12), 2251–2259.
Alhogbi, B. G. (2017). Diet & Masyarakat. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 21–25. http://www.elsevier.com/locate/scp
Almaini, A., & Heriyanto, H. (2019). Pengaruh Kepatuhan Diet, Aktivitas Fisik
dan Pengobatan dengan Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Mellitus Suku Rejang. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(1), 55–
66. https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.393
Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review.
Jurnal Keperawatan, 12(1), 97.
Dramawan, A., Cembun, & Fathoni, A. (2016). Olah Raga Pada Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Prima, 10(1), 1618–1625.
Eduan, W. (2019). Influence of study abroad factors on international research
collaboration: evidence from higher education academics in sub-Saharan
Africa. Studies in Higher Education, 44(4), 774–785.
https://doi.org/10.1080/03075079.2017.1401060
Ernawati, D. A., Harini, I. M., & Gumilas, N. S. A. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di Kecamatan Sumbang Banyumas. Journal of Bionursing, 2(1),
63–67. https://doi.org/10.20884/1.bion.2020.2.1.40
Faizzah Dinda Noor. (2022). Hubungan Dietary Habits dan Physical Activity
dengan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
72

Patrang Jember.
Faradilla. (2020). Evaluasi Dan Karakteristik Kepatuhan. 6–27.
Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, B. (2015). Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah
Puskesmas Pakis Surabaya. Jurnal Keperawatan, 4(2).
https://doi.org/10.47560/kep.v4i2.147
Hariawan, H., Fathoni, A., & Purnamawati, D. (2019). Hubungan Gaya Hidup
(Pola Makan dan Aktivitas Fisik) Dengan Kejadian Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Jurnal Keperawatan Terpadu
(Integrated Nursing Journal), 1(1), 1. https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.16
Hipo, S. (2015). Ragam Dan Prosedur Tindakan Penelitian. Ragam Dan
Prosedur Tindakan Penelitian, 49–56.
Isnaeni, F. N., Risti, K. N., Mayawati, H., & Arsy, M. K. (2018). Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan Gizi Dan Kepatuhan Diet Pada Pasien
Diabetes Mellitus (Dm) Rawat Jalan Di Rsud Karanganyar. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal
of Health Promotion, 1(2), 40–45.
https://doi.org/10.31934/mppki.v1i2.116
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar
Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition,
1(2), 80. https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6229
Pane, B. S. (2015). Peranan Olahraga Dalam Meningkatkan Kesehatan.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 21(79), 1–4.
Pranesya, R., & Nawangsih, E. (2019). Hubungan Body Image dengan Diet
Tidak Sehat. Prosiding Psiko5logi, 5(2), 645–650.
Putri, K. (2022). Garam Dan Pemanfaatannya Untuk Menghilangkan Sakit
Gigi Pada Masyarakat Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli Tahun 2022.
Suparyasad, 5(3), 248–253.
Qifti, F., Malini, H., & Yetti, H. (2020). Karakteristik Remaja SMA dengan
Faktor Risiko Diabetes Melitus di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(2), 560. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.950
Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia
(Pare) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes, 9(1), 57–64.
Saputro, M. (2022). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Menjalankan Protokol Kesehatan Covid-19 Pada Keluarga Di Desa
Mendelem Kecamatan. http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/27053
73

Setiawan, D. dan H. P. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan.


Soelistijo, S. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma,
46.
Sulastri. (2008). Perawatan Diabetes Melitus. 282.
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus
Tipe 2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine,
1(2), 114. https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
Widodo, W. (2017). Monitoring of Patient With Diabetes Mellitus. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 3(2), 55.
https://doi.org/10.30742/jikw.v3i2.23

Anda mungkin juga menyukai