Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN

PREDIABETES PADA REMAJA OBESITAS DI SMA TALUK KUANTAN

YESSI ALZA*, ROZIANA*, FITRIANI*


*Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Riau

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan hubungan antara asupan
makan dengan kejadian prediabetes pada remaja obesitas di SMA Taluk Kuantan.
Desain penelitian menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan
cross sectional. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April sampai Oktober
2016. Sampel penelitian berjumlah 35 orang dengan teknik accidental sampling
kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian adalah
rerata kadar gula darah puasa (GDP) 78,09 ml/dl. Rerata asupan Energi untuk
laki-laki 62,15%, protein 77,87%, lemak 62,85%, karbohidrat 42,96%, PUFA
215,6% dan fiber 16,68%. Rerata asupan energi untuk perempuan 62,05%, protein
207,15%, lemak 72,535%, Karbohidrat 34,25%, PUFA 145,4% dan Fiber
13,915%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara zat gizi energi, protein,
lemak, karbohidrat, PUFA dan serat dengan kadar gula darah dengan r 0,064,
-0,025, 0,067, 0,006, 0,110, dan -0,092. Simpulan pada penelitian ini adalah tidak
terdapat hubungan yang signifikat antara asupan makan (Energi, protein, lemak,
karbohidrat, PUFA dan serat) dengan kadar gula darah.

Kata kunci : GDP, Remaja, Obesitas, Asupan makan.

PENDAHULUAN ekonomi tinggi, tetapi juga sering


Obesitas atau kegemukan terdapat pada sosio-ekonomi
terjadi pada saat badan menjadi menengah hingga menengah ke
gemuk (obese) yang disebabkan bawah (Sartika, 2011). Dahulu status
penumpukan adipose (adipocytes: sosial dan ekonomi juga dikaitkan
jaringan lemak khusus yang dengan obesitas. Individu yang
disimpan tubuh) secara berlebihan. berasal dari keluarga sosial ekonomi
Jadi obesitas adalah keadaan dimana rendah biasanya mengalami
seseorang memiliki berat badan yang malnutrisi. Sebaliknya, individu dari
lebih berat dibandingkan berat keluarga dengan status sosial
idealnya yang disebabkan terjadinya ekonomi lebih tinggi biasanya
penumpukan lemak di tubuhnya menderita obesitas. Kini diketahui
(Salam 2010).Obesitas adalah suatu bahwa sejak tiga dekade terakhir,
penyakit serius yang dapat hubungan antara status sosial
mengakibatkan masalah emosional ekonomi dengan obesitas melemah
dan sosial. Seseorang disebut karenaprevalensi obesitas meningkat
obesitas apabila kelebihan berat pada setiap kelompok status sosial
badan mencapai lebih dari 20% berat ekonomi (Estiningtyas, 2010).
badan normal (Kusumah, 2007). Dilihat dari faktor-faktor
Penyebab obesitas dinilai yang menyebabkan obesitas, salah
sebagai multikausal dan sangat satunya adalah pola makan atau jenis
multi-dimensional karena tidak makanan yang dikonsumsi dan jenis
hanyaterjadi pada golongan sosio- kegiatan yang dilakukan (Utomo,

75
76 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, November 2016, hlm 75-81

2012). Anak-anak zaman sekarang Menurut European Society


lebih banyak makan makanan instan, for Cardiology (ESC) dan European
makanan cepat saji, minuman yang Association for the Study of Diabetes
mengandung tinggi gula serta (EASD) pada tahun 2007,
makanan cemilan yang sudah prediabetes berhubungan dengan
diproses yang tinggi kalori dan beberapa kondisi yaitu usia tua,
lemak namun rendah vitamin lainnya obesitas, obesitas sentral, kurangnya
dibandingkan makanan sehat dan aktivitas fisik, kurangnya konsumsi
segar seperti sayur dan buah-buahan. buah-buahan dan konsumsi sayuran,
Pola makan yang menyebabkan riwayat keluarga dan hipertensi
obesitas adalah makan tidak pada (Soewondo & Pramono, 2011).
saat lapar dan makan sambil Prediabetes merupakan
menonton TV atau mengerjakan pencetus awal terjadinya Diabetes
sesuatu seperti pekerjaan rumah atau Melitus Tipe 2 (DMT2) yang
membaca (Kharisma, 2009) ditandai dengan kadar glukosa darah
Dampak dari obesitas adalah puasa 100-125 mg/dl atau kadar
terjadinya peningkatan prevalensi glukosa darah 2 jam post prandial
komorbiditas, seperti peningkatan 140-199 mg/dl. Dalam jangka waktu
tekanan darah, aterosklerosis, 3-5 tahun,25% prediabetes dapat
hipertrofi ventrikel kiri, sumbatan berkembang menjadi DM Tipe 2,
jalan napas saat tidur (obstructive 50% tetap dalam kondisi prediabetes,
sleep apnea), asma, sindrom dan 25% kembali pada kondisi
polikistik ovarium, diabetes melitus glukosa darah normal(K & Dkk
tipe-2, perlemakan hati, abnormalitas 2012). Prediabetes merupakan
kadar lipid darah (dislipidemia), dan masalah kesehatan global yang
sindrom metabolik (Benson L, dkk sangat penting pada saat ini.
2007 dalam IDAI,2014) Prevalensi prediabetes pada
Diabetes melitus merupakan kenyataannya bahkan lebih tinggi
salah satu penyakit degeneratif yang dari prevalensi diabetes. Orang
disebabkan oleh obesitas. Sekitar dengan prediabetes akan menjadi
80%-90% penderita diabetes melitus diabetes dalam beberapa bulan atau
tipe 2 memiliki status gizi obesitas, tahun jika tidak ditangani dengan
dimana obesitas itu sendiri dapat cara yang tepat dan memadai
secara langsung menyebabkan (Soewondo & Pramono, 2011).
resistensi insulin (SR & Dkk 2006). Prediabetes bisa dicegah dengan cara
Resistensi insulin merupakan kondisi mengurangi berat badan sebanyak 5
dimana tubuh memproduksi insulin hingga 7 persen dengan cara
tetapi sel-sel tubuh resisten terhadap mengubah pola makan dan
insulin. Kebanyakan orang dengan meningkatkan aktivitas fisik
resistensi insulin memiliki kadar (NIDDK, 2014).
insulin dan glukosa yang tinggi Prevalensi nasional remaja
dalam sirkulasi darah. Glukosa yang usia 13-15 tahun yang mengalami
berlebih terkumpul pada pembuluh kegemukan sebesar 10,8 persen,
darah, sehingga terjadilah kondisi terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5
prediabetes yang ditandai dengan persen sangat gemuk (obesitas).
glukosa darah puasa terganggu Kemudian prevalensi remaja usia 16-
(GDPT) atau toleransi glukosa 18 yang mengalami kegemukan
terganggu (TGT) (NIDDK, 2014). sebanyak 7,3 persen, yang terdiri dari
5,7 persen gemuk dan 1,6 persen RUMUSAN MASALAH
obesitas. Terjadi peningkatan Berdasarkan label diatas
prevalensi kegemukan dari 1,4 apakah ada hubungan antara asupan
persen pada tahun 2007 menjadi 7,3 makan dengan kejadian prediabetes
persen pada tahun 2013 (RI 2013). pada remaja obesitas di SMA Kota
Kabupaten Kuantan Singingi Teluk Kuantan?
(Kuansing) merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Riau dengan TUJUAN PENELITIAN
prevalensi obesitas pada remaja usia Mengetahui hubungan antara
13 – 15 tahun sebesar 2,5 persen asupan makan dengan kejadian
yang berarti mempunyai prevalensi prediabetes pada remaja obesitas.
yang sama dengan prevalensi
nasional dan lebih tinggi dari METODE PENELITIAN
prevalensi provnsi Riau yaitu sebesar Penelitian ini menggunakan
1,7 persen. Pada kelompok usia 16- metode deskriptif-analitik dengan
18 tahun, prevalensi obeitas di desain CrossSectional, dimana data
kabupaten ini sebesar 2,1% melebihi antara variabel independen dan
prevalensi nasional dan juga dependen akan dikumpulkan dalam
prevalensi di Provinsi Riau yang waktu yang bersamaan. Variabel
hanyasebesar 0,7% (RI 2013). independet yaitu asupan makan dan
Kabupaten Kuantan Singingi variabel dependen yaitu prediabetes
(Kuansing) dengan pusat kota berada remaja obesitas.
di Kuantan Tengah atau Teluk Lokasi dalam penelitian ini
Kuantan.Kota Teluk Kuantan sendiri dilakukan di SMA di Kota Teluk
sudah memiliki sarana kesehatan dan Kuantan pada bulan April sampai
pendidikan yang sangat baik. Untuk dengan Oktober 2016. Populasi
sarana kesehatan terdapat puskesmas penelitian ini adalah remaja yang
dan rumah sakit, baik rumah sakit status gizi obesitas dengan
pemerintah maupun swasta. Semua pengambilan sampel secara accidental
sarana kesehatan tersebut sudah sampling berjumlah 36 orang dengan
dimanfaatkan oleh masyarakat kadar gula darah yang sangat extrime
setempat. Berdasarkan informasi sebanyak 1 sampel, maka total sampel
yang diperoleh diketahui penyakit berubah menjadi 35 orang.
Diabetes Mellitus menduduki urutan
ke-4 dari 10 penyakit terbesar di HASIL
RSUD Taluk Kuantan. Untuk sarana Gambaran Umum Lokasi
pendidikan di kabupaten ini sudah Penelitian
terdapat pendidikan hingga sekolah Kabupaten Kuantan Singingi
menegah atas yang terdiri dari (Kuansing) adalah salah satu
sekolah menengah umum (SMAN) kabupaten di Provinsi Riau. Setelah
dan sekolah menengah kejuruan. dilakukan pemekaran wilayah,
Berdasarkan survey pendahuluan Kuantan Singingi ber-ibu kota di
yang telah dilakukan di 3 sekolah Taluk Kuantan atau di Kuantan
menengah atas di Taluk Kuantan, Tengah. Potensi di daerah ini adalah
dari 855 siswa kelas 1 dan 2, terdapat di bidang pertanian, perikanan,
36 atau orang siswa dengan status perkebunan, kehutanan, dan
gizi obesitas. pertambangan. Sedangkan sarana
sosial terdiri dari sarana pendidikan,
78 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, November 2016, hlm 75-81

sarana ibadah, sarana kesehatan, dan Univariat


sarana perbelanjaan. a. Karakteristik Sampel
Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Teluk Kuantan merupakan Tabel 1.
salah satu sarana pendidikan di kota Karakteristik Sampel
Teluk Kuantan. SMAN 1 Teluk
Kuantan berdiri pada tahun 1974 Variabel n %
dengan nama SMA Taluk Kuantan Jenis kelamin
Laki-laki 22 62,86
dengan total murid 1.207 orang.
Perempuan 13 37,14
Sarana pendidikan sekolah Riwayat Obesitas
menengah atas lainnya adalah Ada 20 57,14
SMKN 1 Teluk Kuantan yang berdiri Tidak ada 15 42,86
pada tahun 1969. Sekolah ini Riwayat DM
merupakan sekolah menengah Ada 6 17,14
Tidak ada 29 82,6
kejuruan tertua, terbesar dan
terlengkap di Teluk Kuantan dengan
b. Rerata Kadar Gula Darah
jumlah siswa 578 orang. Sedangkan
Puasa
SMKN 3 Teluk Kuantan yang berada
di Jalan Rusdi S.Abrus, Sinambek, Tabel 2.
Kec.Kuantan Tengah, Kab.Kuantan Kadar Gula Darah Puasa
Singingi dikenal juga dengan SMK
Pertanian karena banyak Rata-rata ±
mempelajari tentang pertanian dan Variabel n
Simpangan baku
banyak mempelajari tentang Kadar Gula 35 78,09 ± 12,251
pertanian dan banyak gurunya yang Puasa mg/dl
mempunyai gelar sarjana pertanian.
SMK 3 Teluk Kuantan mempunyai c. Rerata Asupan Makanan
murid berjumlah 250 orang.
Populasi siswa pada saat Tabel 3.
penelitian di SMAN 1 Taluk Asupan Makanan Laki-laki
Kuantan berjumlah 871 orang, siswa
SMKN 1 Taluk Kuantan berjumlah Umur % Terhadap
Variabel Rata-rata
(Tahun) Kebutuhan
605 orang, dan siswa di SMKN 3 Energi (kkal) 13-15 1509,075 62,5
Taluk Kuantan berjumlah 263 orang. 16-18 1547,01 61,8
Berkurangnya populasi dari jumlah Protein (g) 13-15 46,35 78,75
siswa yang terdaftar di masing- 16-18 46,16 77
masing sekolah dikarenakan adanya Lemak (g) 13-15 55,875 57,5
16-18 68,28 68,2
praktek lapangan/magang bagi Karbohidrat (g) 13-15 202,35 45,75
sebagian siswa sehingga tidak berada 16-18 184,11 40,17
di sekolah pada saat penelitian dan PUFA 13-15 14,9 149
mengurangi jumlah populasi. 16-18 28,2 282,2
Serat 13-15 5,2 17,25
16-18 4,84 16,11

Tabel 4. Asupan Makanan


Perempuan
membutuhkan zat gizi seperti
Umur Rata-
% energi dan protein dari pada
Variabel Terhadap perempuan. Jenis kelamin
(Tahun) rata
Kebutuhan
merupakan faktor internal
Energi (kkal) 13-15 875,84 43,6
16-18 1601,23 80,5 seseorang yang akan berpengaruh
Protein (g) 13-15 36,56 79,4 terhadap komposisi tubuh dan
16-18 62,3 134,87 distribusi lemak subkutan antara
Lemak (g) 13-15 38,44 47,2 anak laki-laki dan perempuan
16-18 78,872 97,87
berbeda. Anak perempuan lebih
Karbohidrat(g 13-15 96,48 26
) 16-18 157,575 42,5 banyak menyimpan lemak,
PUFA (mg) 13-15 5,98 59,8 sedangkan anak laki-laki lebih
16-18 23,1 231 banyak massa otot dan
Serat(mg) 13-15 2,78 9,2 tulang(Akhmad, E 2011).
16-18 5,612 18,63 Responden yang memiliki
riwayat obesitas sebanyak 20
Bivariat orang dan memiliki riwayat DM
a. Hubungan antara Kadar Gula sebanyak 6.
Darah dengan Asupan b. Kadar Gula Darah Puasa
Makanan Berdasarkan tabel 2, rata-
rata kadar gula darah responden
Tabel 5. Analisis Hubungan adalah 78,09, dan kadar gula
Antara Kadar Gula Darah dengan darah ini masih dikategorikan
Asupan Makan normal. Hasil ini juga didukung
dengan penelitian Putri RA & W,
Koefisien
Gula darah Puasa
Korelasi
P 2013 yang mendapatkan kadar
gula normal pada
Asupan Energi 0,064 0,715
mahasiswaunversitas lampung
Asupan Protein -0,025 0,886 pada tahun 2013.
Asupan Lemak 0,067 0,702 c. Asupan Makan
Berdasarkan tabel 3,
Asupan Karbohidrat 0,006 0,974
persentase asupan makan
Asupan PUFA 0,110 0,528 responden laki-laki dari energi
sebesar 62,15%, protein 77,875%,
Asupan Serat -0,092 0,599
lemak 62,85%, karbohidrat 42,96
%, PUFA 215,6%, dan Serat
PEMBAHASAN 16,68% jika dibandingkan
Analisa Univariat dengan kebutuhan.
Berdasarkan Tabel 4,
a. Jenis Kelamin, Riwayat persentase asupan makan
Obesitas dan Riwayat DM responden perempuan dari energi
Berdasarkan Tabel 1, sebesar 62,05%, protein
didapatkan responden dengan 107,135%, lemak 72,535%,
jenis kelamin laki-laki sebanyak karbohidrat 34,25%, PUFA
22 orang dan perempuan 145,4%, Serat 13,915% jika
sebanyak 13 orang. Jenis kelamin dibandingkan dengan kebutuhan.
menentukan besar kecilnya
kebutuhan gizi seseorang. Laki- Analisa Bivariat
laki biasanya lebih banyak
80 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, November 2016, hlm 75-81

Korelasi Antara Kadar Gula Perlunya edukasi pola makan


Darah dengan Asupan Makan gizi seimbang pada remaja sebagai
Berdasarkan uji korelasi upaya pencegahan terjadinya
spearman tidak terdapat hubungan penyakit prediabetas.
yang signifikat antara kadar gula
darah puasa dengan asupan energi, DAFTAR PUSTAKA
protein, lemak, kabohidrat, PUFA
dan seratdengan koefisien korelasi Akhmad, E, Y., 2011. Diet
sangat lemah dengan koefisien Sehat untuk Anak, Yogyakarta:
korelasi (0,064, 0,067, 0,006 dan Kanisius.
0,110). Hal ini disebabkan karena Estiningtyas, 2010. faktor
nilai rerata asupan makanan cukup Resiko Obesitas pada Remaja.
tinggi yaitu laki-laki dari energi Universitas Diponegoro.
sebesar 62,15%, lemak 62,85%, K, S. & Dkk, 2012. Evidence
karbohidrat 42,96 %, PUFA 215,6% Map of Systematic Reviews to
dan perempuan dari energi sebesar Inform Interventioms in Prediabetes.
62,05%, lemak 72,535%, karbohidrat Canadian Journal of Diabetes,
34,25%, PUFA 145,4%. pp.281–291.
Dalam penelitian ini tidak Kharisma, P., 2009.
terdapat hubungan yang signifikan Hubungan Pengetahuan Tentang
antara asupan makan (protein dan Pola Makan dengan Kejadian Berat
serat) dengan kadar gula darah BAdan Berlebih Pada Usia Remaja
dengan koefisien korelasi -0,025 dan (Kelas 3) di SMA Assalam Surakarta.
hubungan antara protein dan serat Universitas Muhammadiyah
dengan kadar gula darah -0,092. Hal Surakarta.
ini berarti semakin tinggi kadar Kusumah, 2007. Diet Ala
asupan protein dan lemak maka Rasulullah, Jakarta: Quantum Media.
semakin rendah kadar gula darah. Putri RA, T.A. & W, B.,
Penelitian ini sejalan dengan teori 2013. The Correlation Between
yang disampaikan bahwa asupan Obesity and Prediabetes Among The
serat dan protein yang tinggi dapat Student of Lampung University
memperlambat kecepatan 2013. ISSN 2337-3776.
penyerapan glukosa sederhana dan RI, K., 2013. Riset Kesehatan
dapat mencegah peningkatan kadar Dasar (RISKESDAS), Badan
glukosa setelah makan ( Mark, Dawn Penelitian dan Pengembangan
B biokimia dasar pendekatan klinis ). Departemen Kesehatan RI 2013.
Salam, A., 2010. Faktor
KESIMPULAN Resiko KEjadian Obesitas Pada
Kesimpulan dari penelitian Remaja. Jurnal MKMI, 6(3), pp.185–
ini didapat rerata kadar gula darah 190.
sebesar 78,09 ± 12,251 mg/dl dalam Sartika, R.A.D., 2011. Faktor
batas normal. Berdasarkan uji Risiko Obesitas pada Anak 5-15
korelasi spearman terdapat hubungan Tahun di Indonesia. Makara,
yang signifikan. Tidak ada korelasi kesehatan, 15(1), pp.37–43.
antara asupan makan dengan Soewondo, P. & Pramono,
kejadian prediabetes pada remaja L.A., 2011. Prevalence ,
obesitas di Taluk Kuantan. characteristics , and predictors of
SARAN pre-diabetes in Indonesia.
Prevalence, Characteristic, and
Predictors of Pre-Diabetes in
Indonesia, 20(4), pp.283–294.
SR, R. & Dkk, 2006.
Nutrition and Diabetes Mellitus H. E
& F. E, eds., United State of
America: Thomson Wadsworth 791-
4.
Utomo, G.., 2012. Pengaruh
Latihan Senam Arobik Terhadap
Penurunan Berat Badan, Persen
Lemak Tubuh dan Kadar Kolesterol
pada Remaja Putri Penderita
Obesitas di Sanggar Senam Studio
88 Salatiga. UNNES.

Anda mungkin juga menyukai