Anda di halaman 1dari 4

IMRAD

Efikasi Diri, Kepatuhan, dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
( Self Efficacy, Adherence, and Quality of Life of Ptients With Type 2 Diabetes )

Introduction/Pendahuluan :
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu permasalahan kesehatan terbesar di
dunia dikarenakan setiap tahunnya terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2013 terdapat 382
juta orang yang hidup dengan DM atau 8.3% dari jumlah seluruh penduduk usia dewasa di
dunia, angka ini meningkat sebesar 3% atau 11 juta dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 371
juta kasus DM. Sedangkan di indonesia pada tahun 2013 terdapat 8.5 juta orang yang hidup
dengan DM, angka ini meningkat sebesar 13% atau 1 juta dibandingkan dengan tahun 2012
yaitu 7,5 juta kasus DM.
Keadaan DM yang tidak dikelola dengan baik dalam jangka waktu yang lama
akanberkontribusi terhadap terjadinya komplikasi kronik. Hal ini akan berdampak
terhadapkualitas hidup pasien. Penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi umur harapan
hiduppasien DM dan secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap peningkatan angka
kematian

Pengelolaan DM memerlukan waktu yang lama, sehingga membutuhkan perubahanperilaku.


Tujuan dari perubahan perilaku pasien DM adalah untuk meningkatkan kepatuhanpasien DM.
Salah satu faktor kunci dalam mencapai perubahan perilaku adalah dengan efikasi diri. Efikasi diri
dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku dengan mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir,memotivasi diri, dan bertindak. Efikasi diridapat mempengaruhi komitmen pasien.

Method / metode :

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan menggunakan


pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang
digunakan adalah the Diabetes ManagementSelf-Efficacy (DMSES), the Diabetes
ActivitiesQuestionare (TDAQ), and the Diabetes Qualityof Life (DQOL). Analisis data yang
digunakan menggunakan korelasi pearson, uji t-independen, dan regresi linier ganda.

Discusion/diskusi :

Analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan
kepatuhan. Hubungannya kedua variabel tersebut positif dan sangat kuat. Hal ini menjelaskan bahwa
semakin baik efikasi diri maka semakin baik pula kepatuhan pasien DM tipe 2.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah efikasi diri berdasarkan pada
konsep health promotion models (HPM), efikasi diri pada pasien akan mempengaruhi pasien dalam
berprilaku dan berkomitmen, sehingga dengan efikasi diri tujuan dan perubahan perilaku yang
diinginkan dapat tercapai.

Keyword / kata kunci :

Efikasi diri, kepatuhan, kualitas hidup, diabetes melitus tipe 2


IMRAD

Peran Edukasi Gaya Hidup Terhadap Status Gizi, Status Fungsional, Dan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Lanjut Usia

The Role Of Lifestyle Education Program On Nutritional Status, Functional Status, And Quality Of
Life In Elderly Type 2 Diabetic Patients

Introduction / pendahuluan:

Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat populasi usia lanjut termasuk populasi yang
cukup besar jumlahnya di Kota Malang. Kelompok lanjut usia yang diteliti adalah pasien penderita
DM tipe 2. Pasien DM tipe 2 usia lanjut umumnya telah menderita komplikasi kronik dan
mengalami gangguan baik status fungsional maupun nutrisi. Berdasarkan data International
Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 menyebutkan bahwa lebih dari 30% penderita DM berusia
60-69 tahun. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi DM sebesar 4,2% untuk pasien
yang berusia 65 –74 tahun. Sering dijumpai adanya kelompok lanjut usia dengan karakteristik
yang sama, namun memilikikondisi fisikyang berbeda. Beberapa dari lanjut usia tersebut
masih dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baikdan mandiri. Sebaliknya pada
beberapa individu menggantungkan hidupnya pada orang lainbahkan untuk aktifitas ringan
harian. Pada orang usia lanjut sudah mulai terjadipenurunan fungsi di dalam tubuhnya, termasuk
status gizi, status fungsional, yang akhirnya berdampak pada kualitas hidupnya. Terjadinya
penurunan massa otot secara fisiologis pada lanjut usia sehinggameningkatkan angka risiko
jatuh, penurunan status fungsional, gangguan mobilitas, dan sindroma frailty(sindrom klinis yang
disebabkan oleh akumulasi proses menua). Penatalaksanaan yang tepat dibutuhkan untuk
mencegah ataupun memperlambat penurunan status fungsional serta mempertahankan dan
memperbaiki kualitas hidup mereka yang lanjut usia.Berdasarkan alasan-alasan diatas, aktivitas
fisik dan asupan protein merupakan faktor yang harus diseimbangkan.Latihan fisik tanpa
asupan protein yang cukup akan menyebabkan tubuh menjadilemah, keseimbangan protein yang
negatif serta terjadi degradasi otot. Oleh karena itu, hubungan antara intensitas aktivitas fisik
dan asupan protein pada status fungsional masyarakat usia lanjut perlu untuk dibuktikan
lebih lanjut. Pada penelitian iniingin diketahui peningkatan status gizi, status fungsional, dan
kualitas hidup sebelum dan sesudah pemberian latihan fisik dan saran diet tinggi protein

Method / metode:

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental kohort dengan mengikuti pasien
selama 10 minggu. Penelitian ini telah mendapatkan persertujuan dari Komite Etik RSSA. Sampel
penelitian ini adalah pasien lanjut usia yang berobat ke Poli Endokrin RSUD Dr.Saiful Anwar
Malang dan berusia diatas 55 tahun. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien laki–laki atau
wanita usia ≥ 55 tahun didiagnosis DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi, pasien rawat jalan di
poli endokrin RSUD Dr. Saiful anwar malang.

Result/hasil:

Penelitian ini dilakukan pada 56 orang yang secara acak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu28
orang pada kelompok tanpa perlakuan, dan 28 orang pada kelompok perlakuan. Pada Tabel 1
ditampilkan karakteristik subjekpada kedua kelompok sebelum perlakuan. Hasil uji homogenitas
yang dilakukan untuk kualitas hidup dan usia didapatkan nilai p>0,05, sehingga untuk kedua
variabel tersebut datanya homogen. Uji Mann Whitney U digunakan untuk variabel status gizi, status
fungsional, dan IMT karena sebaran data yang tidak normal p>0,05. Hasil analisis uji independen
tatau uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa setelah perlakuan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0,05) antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan. Perbedaan status
gizi, status fungsional, dan kualitas hidup pada pasien kelompok perlakuan di tampilkan pada.
Hasil analisis uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
status gizi, status fungsional, dan kualitas hidup sebelum dan sesudah dilakukan edukasi gaya hidup
secara intensif.

Discusion/diskusi:

Status gizi adalah keadaan seseorang yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi
dan zat–zat yang diperoleh dari pangan dan makanan dan berhubungan erat dengan asupan
energi, protein, dan aktivitas fisik.4 Asupan protein pada pasien DM (tanpa gangguan ginjal)
berkisar 1–1,5 g/kgBB/hari atau 15–20% dari kalori total. Asupan protein yang cukup pada pasien
DM tipe 2 terbukti meningkatkan responsinsulin terhadap karbohidrattanpa mempengaruhi kadar
glukosa darah

Keyword/kata kunci:

Diet tinggi protein, kualitas hidup, lansia penderita diabetes mellitus tipe 2, status latihan fisik, gizi,
status fungsional

IMRAD

Pengaruh Medication Theraphy Management (MTM) Terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas kota Yogyakarta

The Effect of Medication Theraphy Management (MTM) on Diabetic Patients Knowledge and
Quality of Life in Yogyakarta Public Health Center

Introduction/pendahuluan:

Penyakit kronis yang banyak terjadi saat ini salah satunya adalah diabetes melitus. Diabetes
melitus (DM) merupakan suatu gangguan kronik yang disebabkan karena berkurangnya sekresi atau
sensitifitas insulin secara absolut ataupun relatif. Gangguan ini menyebabkan terjadinya
hiperglikemia, serta perubahan metabolisme lipid dan protein. Berdasarkan data dari WHO,hingga
saat ini terdapat sebanyak 422 juta jiwa pengidap diabetes di dunia dengan angka kematian sebesar
1,6 juta jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia, pada tahun 2016 sebesar 7% dari populasi mengidap
diabetes dengan prosentase kematiansebesar6%. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun
2018 prevalensi penyakit DM provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan kedua
terbesar. Masalah yang sering terjadi pada pasien DM adalah kurangnya pemahaman terkait penyakit
serta pengetahuan tentangpengobatan yang dijalani. Hal tersebut diketahuiakan menjadi hambatan
dalam pelaksanaan terapiyang pada akhirnya akan berdampak pada ketidak optimalan terapi dan
penurunan kualitas hidup. Penelitian Pinto et al., (2014) menemukan bahwa peningkatan
pengetahuanpasien menurunkan kejadian hipoglikemia yang menyebabkan pasien masuk UGD
dan meningkatkan tercapainya target gula darah pasien, yang pada akhirnya
memberikan dampak terjadinya peningkatan kualitas hidup pasien. Permasalahan ini dapat
diatasidengan memberikan edukasi kepada pasien secara kolaboratif dan kontinu dari tenaga
kesehatan.

Method/metode:

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan quasi-experimental one-group


design with pretest-posttest design. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antara
variabel bebas yaitu pelayanan kefarmasian berbasis medication therapy management dengan
variabel terikat yaitu tingkat pengetahuan dan kualitas hidup pasien diabetes melitus di
Puskesmas Kota Yogyakarta pada periode penelitian Maret -April 2020.

Result/hasil:

Bedasarkan pengambilan sampel pasien diabetes yang dilakukan pada bulan Maret hingga April 2020
di Puskesmas Tegalrejo, Jetis, dan Gedongtengen, diperoleh sebanyak 25 pasien diabetes yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada tabel 1 dapat dilihat karakteristik pasien yang diikut
sertakandalam penelitian ini.Jumlah pasien dengan jenis kelamin laki –laki pada penelitian ini
lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 52%. Berdasarkan
Diabetes Care dari American Diabetes Association (ADA) jenis kelamin laki –laki memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami diabetes dibandingkan dengan perempuan . Pasien
dengan usia lanjut 65 –74 tahun memiliki persentase paling tinggi dalam penelitian ini yaitu
44%. Usia memiliki peranan yang penting pada penyakit diabetes, semakin tua usia seseorang
maka akan semakin tinggi risiko peningkatan kadar gula darah dan gangguan toleransi glukosa.
Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, salah satunya pankreas (sel-β) dalam
memproduksi insulin . Profil tingkat pendidikan pasien dari yang terbanyak yaitu SMA 36%,
SMP 32%, Universitas 24%, dan SD 8%. Jumlah pasien yang bekerja sebanyak 56%. Durasi penyakit
diabetes pasien yang paling banyak adalah 1 hingga 10 tahun sebanyak 60% dan yang terendah adalah
>20 tahun sebanyak 8%

Discusion/diskusi:

Pelayanan berbasis Medication Therapy Managementyang dilakukan oleh Apoteker dapat


meningkatkan pengetahuan pasien diabetes secara bermakna (p = 0,000) dan meningkatkan kualitas
hidup pasien diabetes secara bermakna (p = 0,003).

Keyword/kata kunci:

Diabetes Melitus,Medication Therapy Management,Tingkat Pengetahuan,Kualitas Hidup

Anda mungkin juga menyukai