Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Menara Medika JMM 2022

https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

PENERAPAN THAI-DIABETES MANAGEMENT SELF-EFFICACY


SCALE (T-DMSES): EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

Rima Novia Putri1, Debie Dahlia2, Dikha Ayu Kurnia3, Yunisar Gultom4
1
Program Studi D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
Jl. Arif Rahman Hakim No.01, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau 29124
2,3
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Ilmu Keperawatan, UI
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro, Kota Depok, Jawa Barat 16424
4
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta
Jl. Pangeran Diponegoro No.71, RW.5, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10430

e-mail : rimaenpe87@gmail.com

Artikel Diterima : 6 September 2022, Direvisi : 12 September 2022, Diterbitkan : 27 September 2022

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang membutuhkan perawatan seumur hidup.
Manajemen aktif dari pasien merupakan salah satu kunci keberhasilan perawatan diabetes melitus tipe
2 (DM tipe 2). Self efikasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen DM tipe 2.
Thai-Diabetes Management Self-Efficacy Scale (T-DMSES) merupakan salah satu alat ukur self
efikasi. Tujuan: Studi ini merupakan penerapan EBN dengan sampel 10 pasien DM tipe 2 dengan
kriteria inklusi pasien DM tipe 2, di ruang poliklinik endokrin, berusia > 20 tahun, didiagnosis DM
tipe 2 ≥ 3 tahun, mampu membaca dan mengerti bahasa indonesia, mengisi inform consent. Hasil:
penerapan EBN menunjukkan rata-rata skor self efikasi subjek 70,5, skor paling rendah 30 dan paling
tinggi 85, sedangkan rata-rata kadar HbA1c subjek 7,59%, paling rendah 5,7% dan paling tinggi
10,6%. Skor self efikasi dan kadar HbA1C subjek menunjukkan pola yang bervariasi. Subjek dengan
skor self efikasi rendah, 2 orang memiliki HbA1c tak terkendali, sedangkan 1 orang memiliki HbA1c
terkendali. Subjek dengan skor self efikasi tinggi, 4 subjek memiliki HbA1C tak terkendali, sedangkan
3 subjek memiliki HbA1C terkendali. Kadar HbA1C dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
kadar hemoglobin, perubahan hormon, dan perubahan jenis terapi. Kesimpulan: T-DMSES ini dapat
diterapkan sebagai salah satu alat pengkajian dalam asuhan keperawatan.

Kata Kunci: DM tipe 2, manajemen diabetes melitus, self efikasi, T-DMSES,

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that requires lifelong treatment. Active self
management is the keys to successful treatment of type 2 DM. Self-efficacy is one of the factors that
influence the management of type 2 DM. Thai-Diabetes Management Self-Efficacy Scale (T-DMSES)
is self-efficacy measurement tool. Objective: This study was the application of EBN to 10 patients
with the inclusion criteria were type 2 DM patients, in an endocrine polyclinic, aged > 20 years,
diagnosed with type 2 DM ≥ 3 years, able to read and understand bahasa indonesia, fill out informed
consent. Result: The results showed that the average self-efficacy score of the subject was 70.5, the
lowest score was 30 and the highest was 85, while the average HbA1c level was 7.59%, the lowest
was 5.7% and the highest was 10.6%. Self-efficacy scores and HbA1C levels showed varying patterns.
Subjects with low self-efficacy scores, 2 people had uncontrolled HbA1c, while 1 person had
controlled HbA1c. Subjects with high self-efficacy scores, 4 subjects had uncontrolled HbA1C, while
3 subjects had controlled HbA1C. HbA1C are influenced by many factors like hemoglobin, hormonal
changes, and changes in type of therapy. Conclusion: T-DMSES can be applied as an assessment tool
in nursing care.

Keywords: type 2 DM, diabetes mellitus management, self-efficacy, T-DMSES

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 128


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

PENDAHULUAN melitus (Al-Khawaldeh, Al-Hasan, dan


Diabetes melitus tipe 2 merupakan Froelicher, 2012). Self efikasi merupakan
penyakit kronis dengan karakteristik penilaian seseorang terhadap kemampuan
hiperglikemia yang disebabkan oleh dirinya sendiri untuk dapat melakukan
kelainan kerja dan sekresi insulin yang perilaku sehat dalam situasi yang berbeda.
dapat membahayakan organ dan sistem Pasien DM berpendapat bahwa aktivitas
organ bila tidak ditangani dengan baik. manajemen DM merupakan hal yang sulit
Pasien DM bertanggung jawab dalam (Noroozi dan Tahmasebi, 2014).
melakukan manajemen DM yang baik, Pengkajian self efikasi manajemen
agar tercapai kontrol glikemik (Al abboud, diabetes melitus dapat membantu perawat
Ahmad, Bidin, Ismail, 2016). Kontrol dalam merencanakan, mengembangkan
glikemik yang optimal yaitu tercapainya intervensi dan program edukasi yang dapat
nilai HbA1c <7%, sehingga komplikasi meningkatkan manajemen diabetes melitus
dapat dicegah (Perkeni, 2019). dan kontrol glikemik pasien (Al-
Komplikasi dapat dicegah dengan Khawaldeh, Al-Hasan, dan Froelicher,
manajemen DM yang baik (Al abboud, 2012). Self efikasi yang rendah merupakan
Ahmad, Bidin, Ismail, 2016). Diabetes salah satu etiologi dalam masalah
melitus merupakan penyakit kronik yang keperawatan yaitu perilaku kesehatan
membutuhkan manajemen seumur hidup. cenderung beresiko dimana batasan
Manajemen DM terikat dengan perilaku karakteristiknya adalah kegagalan dalam
kehidupan sehari-hari pasien meliputi melakukan tindakan mencegah masalah
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi kesehatan dan kegagalan dalam mencapai
obat yang diberikan, mengatur diet yang kontrol yang optimal (Herdman dan
dikonsumsi, monitor kadar gula darah, Kamitsuru, 2018).
terlibat dalam aktivitas fisik, dan Hasil observasi penulis selama praktek
perawatan kaki (Sangruangake, residensi di RSCM menemukan dari 5
Jirapornkul, Hurst, 2017). Perubahan kasus kelolaan dengan diabetes melitus
perilaku dan komitmen perawatan pasien yang penulis rawat di poliklinik endokrin
sangat diperlukan (Dehghan dkk, 2017). RSCM, 3 diantaranya memiliki kontrol
Self efikasi merupakan faktor penting glikemik yang belum optimal dibuktikan
dalam terwujudnya suatu perilaku, dimana oleh kadar HbA1c > dari 7%. Dari hasil
suatu sistematik review menunjukkan pengkajian, diketahui bahwa kelima pasien
bahwa self efikasi memiliki pengaruh tersebut merupakan pasien DM yang sudah
positif terhadap perubahan perilaku lama didiagnosis DM dan sudah diberikan
manajemen diabetes melitus (Noroozi dan edukasi oleh tim edukator terkait
Tahmasebi, 2014). Self efikasi adalah manajemen diabetes melitus. Penulis juga
keyakinan individu akan kemampuannya menemukan belum ada alat ukur self
untuk berhasil melakukan suatu tindakan/ efikasi dalam dokumentasi asuhan
perilaku tertentu (Sangruangake, keperawatan atau pun dokumentasi
Jirapornkul, Hurst, 2017). Menurut teori program edukasi pasien.
self efikasi, seseorang akan melakukan Thai- Diabetes Management Self-Efficacy
suatu tindakan apabila mereka yakin Scale (T-DMSES) merupakan versi
mampu melakukan tindakan tersebut dan DMSES yang diuji dalam penelitian
akan menghindari suatu tindakan bila Sangruangake, Jirapornkul, Hurst (2017)
mereka yakin akan gagal dalam dan merupakan artikel penelitian yang
melakukannya (Dehghan dkk, 2017). valid diantara artikel penelitian yang
Self efikasi manajemen diabetes melitus penulis temukan setelah melalui proses
adalah keyakinan diri pasien terhadap telaah kritis (appraisal) oleh peneliti.
kemampuannya untuk dapat melakukan Tujuan dari penulisan EBN ini adalah
berbagai perilaku manajemen diabetes mengetahui bagaimana penerapan evidence

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 129


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

based nursing (EBN) berupa TDMSES orang pasien dengan kriteria inklusi:
sebagai screening self efikasi manajemen pasien diabetes melitus tipe 2, ruang rawat
DM pada pasien DM tipe 2 di RSUPN poliklinik endokrin, berusia ≥ 20 tahun,
Cipto Mangunkusomo Jakarta. sudah didiagnosis DM tipe 2 ≥ 3 tahun,
mampu membaca dan mengerti bahasa
ANALISA PICOT DAN METODE Indonesia, setuju ikut berpartisipasi dengan
IMPLEMENTASI EBN menandatangani inform consent. Tidak ada
Tabel 1. Analisa PICOT kriteria eksklusi dalam EBN ini.
Populasi Pasien DM tipe 2 Prosedur implementasi diawali dengan
Issues of T-DMSES melakukan terjemahan dan back translate
interest alat ukur TDMSES berbahasa inggris yang
Compare - ada dalam artikel penelitian. Penulis tidak
Outcome Skor Self efikasi mendapatkan balasan atas permohonan
manajemen Diabetes TDMSES versi bahasa thailand yang
Time - digunakan dalam penelitian. Penggunaan
TDMSES versi bahasa inggris ini atas
pertimbangan bahwa tidak ada perubahan
Penerapan EBN ini diawali dengan analisa
makna dengan TDMSES versi asli. Hasil
PICOT Tabel 1 dan rumusan pertanyaan
terjemahan TDMSES ke bahasa indonesia
klinis apakah thai-diabetes management
diuji coba pada 5 pasien DM tipe 2 untuk
self-efficacy scale (T-DMSES) dapat
melihat kualitas terjemahan. Hasil uji coba
mengukur self efikasi manajemen diabetes
terdapat beberapa pernyataan yang tidak
pasien diabetes melitus tipe 2? Pencarian
dimengerti dan dipahami oleh pasien,
artikel penelitian dilakukan dengan
sehingga penulis menghapus dan
menggunakan search engine jurnal science
mengganti beberapa kata tersebut. Setelah
direct, ebscohost, wiley, dan ncbi dengan
itu, TDMSES yang sudah melalui uji coba
kata kunci self efficacy, diabetes mellitus,
diterapkan sebagai bagian pengkajian pada
validity, reliability. Hasil pencarian
pasien DM tipe 2 di poliklinik endokrin.
ditemukan 4 artikel yang relevan dengan
Metode pengumpulan data berupa
tujuan EBN, 2 artikel diantaranya
wawancara terpimpin oleh penulis
dieliminasi karena terbit sudah lebih dari
langsung pada pasien dengan
10 tahun yang lalu yaitu tahun 1999 dan
menggunakan kuesioner TDMSES dan
2005. Telaah kritis (critical appraisal)
format pengkajian keperawatan. Penulis
dilakukan pada 2 artikel lainnya dan
juga mengumpulkan data berupa riwayat
didapatkan hasil 1 diantaranya tidak valid
DM, komplikasi dan manajemen DM yang
dan terbit 10 tahun yang lalu yaitu tahun
dilakukan oleh pasien melalui anamnesa,
2010. Hasil akhirnya didapatkan 1 artikel
klarifikasi hasil pemeriksaan HbA1C dari
utama dengan judul “Psychometric
medical record pasien.
Properties of Diabetes Management Self-
Efficacy in Thai Type 2 Diabetes Mellitus Analisa data dilakukan dengan cara
Patients: A Multicenter Study” ditulis oleh deskriptif (distribusi frekuensi dan
Monthida Sangruangake, Chananya rerata/mean), serta analisis menggunakan
Jirapornkul, and Cameron Hurst. Artikel grafik hubungan antara nilai HbA1C dan
ini dipublikasikan pada jurnal Hindawi, jumlah komorbiditas dengan skor efikasi
International Journal of Endocrinology, untuk melihat nilai sensitivitas dan
Volume 2017, Article ID 2503156, 9 spesifitas (akurasi) TDMSES dalam EBN
pages pada tahun 2017. ini. Penulis melakukan intervensi edukasi
dan diskusi pada pasien dengan hasil skor
EBN ini dilakukan di Poliklinik endokrin
self efikasi rendah.
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
pada tanggal 28 juli sampai 3 Agustus
2020. Subjek dalam EBN ini berjumlah 10

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 130


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

HASIL Tabel 4. Distribusi Subjek Berdasarkan


Tabel 2. Distribusi Subjek Berdasarkan HbA1C (n=10)
Jenis Kelamin, Pendidikan, Merokok, Variabel Mean Min-Maks
Obat Diabetes Melitus, Indeks Masa HbA1C 7,59 5,7-10,6
Tubuh (n=10)
Variabel Frekuensi % Tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai
Jenis Kelamin HbA1C subjek 7.59, nilai HbA1C paling
Laki-Laki 4 40 rendah 5,7 dan nilai HbA1C paling tinggi
Perempuan 6 60 10,6.
Pendidikan
SMA 5 50 Grafik 1. Grafik Gambaran Hubungan
Perguruan Tinggi 5 50 Nilai HbA1C dan Skor Self Efikasi (n=10)
Merokok 100 82 85
Ya 4 40 62 73 69 77 74 78 75
30
Tidak 6 60 0 8,2 7,6 10 6,8 7,4 10,6 5,7 5,7 6,7 7,2
Obat DM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Oral 7 70
HbA1C Self Efikasi
Insulin 1 10
Oral + Insulin 2 20 Grafik 1 menunjukkan nilai HbA1C dan
IMT skor self efikasi subjek dimana didapatkan
Normal 5 50 hasil beragam. Terdapat subjek dengan
Gemuk 2 20 skor self efikasi rendah memiliki HbA1C
Obesitas 3 30 tak terkendali (>7) yaitu subjek nomor 3
dan 5. Hasil berbeda ditemukan pada
Tabel 2 menunjukkan subjek laki-laki subjek nomor 7 dimana self efikasi subjek
lebih banyak dari perempuan yaitu sebesar rendah, tetapi HbA1C terkendali (<7). Hal
60% (6 orang), pendidikan terakhir subjek serupa ditemukan pada subjek dengan self
tersebar rata yaitu pada tingkat SMA dan efikasi tinggi, dimana subjek nomor 1, 2,
perguruan tinggi masing-masing sebesar 6, 10 memiliki self efikasi tinggi, tetapi
50% (5 orang), subjek tidak merokok lebih kadar HbA1c tak terkendali (>7).
banyak dari pada subjek merokok yaitu Sedangkan pada subjek nomor 4, 8, 9
sebesar 60% (6 orang), subjek yang memiliki self efikasi tinggi dan kadar
mengkonsumsi obat antihiperglikemia oral HbA1c terkendali (<7). Hal ini
lebih banyak dari pada subjek yang menunjukkan bahwa kadar HbA1c dapat
menggunakan insulin yaitu sebesar 70% (7 dipengaruhi oleh hal lain selain self
orang), indeks masa tubuh subjek sebagian efikasi. Kadar hemoglobin yang rendah
besar adalah normal yaitu sebesar 50% (4 seperti pada subjek nomor 7, faktor stres
orang). dan perubahan terapi atau perawatan DM
juga dapat mempengaruhi kadar HbA1C.
Tabel 3. Distribusi Subjek Berdasarkan
Self Efikasi (n=10) Tabel 5 Tabulasi Silang Akurasi T-
Variabel Mean Min-Maks DMSES dan HbA1C (n=10)
Self efikasi 70,5 30-85 Skor Nilai Nilai Total
Self HbA1C HbA1C
Tabel 3 menunjukkan rata-rata skor self Efikasi > 7 ≤7
efikasi 70,5, skor self efikasi paling rendah Rendah 2 1 3
30, dan skor self efikasi paling tinggi 85. Tinggi 4 3 7
Total 6 4 10

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 131


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

Tabel 5 menunjukkan jumlah true positive 3/9 x 100% = 33,33%. Hasil perhitungan
adalah 2 orang, true negative 3 orang, false spesifisitas yaitu 1/1 x 100% = 100%.
positive 1 orang, dan false negative 4 Hasil perhitungan positive predictive value
orang. Hasil perhitungan sensitivitas yaitu (PPV) 3/3 x 100% = 100%. Hasil
2/6x 100% = 33,33%. Hasil perhitungan perhitungan negative predictive value
spesifisitas yaitu ¾ x 100% = 75%. Hasil (NPV) 1/7 x 100% = 14,28 %.
perhitungan positive predictive value
(PPV) 2/3 x 100% = 66,67%. Hasil Tabel 7 Perubahan Skor Self Efikasi Pada
perhitungan negative predictive value Subjek Yang Di Edukasi (n=3)
(NPV) 3/7 x 100% = 42,86%.
Subjek HbA1c Skor Self Skor Self
Grafik 2. Grafik Gambaran Hubungan Nomor Efikasi Efikasi
Jumlah Komorbiditas dan Skor Self Sebelum Sesudah
Efikasi (n=10) 3 10 62 63
5 7,4 69 69
100
82 85
7 5,7 30 30
62 73 69 77 74 78 75
30
0 2 2 8 2 6 1 4 2 2 3 Tabel 7 menunjukkan tidak ada perubahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pada skor self efikasi sebelum dan sesudah
Self Efikasi Jumlah Komorbiditas intervensi intervensi berupa edukasi,
diskusi dan motivasi terkait self efikasi.
Intervensi dilakukan pada subjek dengan
Grafik 2 menunjukkan semua subjek skor self efikasi rendah <70,5
memiliki komorbid, dimana paling sedikit
satu dan paling banyak delapan. Satu PEMBAHASAN
subjek memiliki satu komorbid (hamil) dan Hasil pengukuran self efikasi subjek EBN
hasil pengukuran self efikasi termasuk ini ditemukan rata-rata skor self efikasi
kategori tinggi yaitu subjek nomor 6. Tiga subjek adalah 70,5, skor paling rendah 30
subjek memiliki komorbid lebih sama dan paling tinggi 85. Sebagian besar
dengan dua dan hasil pengukuran self subjek memiliki skor self efikasi lebih
efikasi termasuk kategori rendah yaitu tinggi dari rata-rata 70,5. Pada artikel
subjek nomor 3, 5, dan 7. Enam subjek utama EBN ini, sebagian besar subjek
memiliki komorbid lebih sama dengan yaitu 84% memiliki nilai skor self efikasi
dua, tetapi hasil pengukuran self efikasi lebih tinggi dari standar deviasi rata-rata
termasuk kategori tinggi yaitu subjek (Sangruangake, Jirapornkul, Hurst, 2017).
nomor 1, 2, 4, 8, 9, 10. Kuesioner T-DMSES ini merupakan
kuesioner untuk mengukur self efikasi
Tabel 6 Tabulasi Silang Akurasi T- manajemen DM pada pasien DM tipe 2,
DMSES dan Komorbid (n=10) dimana skor total maksimal kuesioner ini
Self Komorbid Komorb T adalah 100, sedangkan skor total minimal
Efikasi >1 id = 1 ot adalah 20.
al Hasil EBN ini menemukan bahwa terdapat
Rendah 3 0 3 subjek dengan self efikasi tinggi tetapi
Tinggi 6 1 7 sebagian memiliki kadar HbA1C
Total 9 1 10 terkendali dan sebagian lain memiliki
kadar HbA1C tidak terkendali. Begitu juga
Tabel 6 menunjukkan jumlah true positive dengan subjek dengan self efikasi rendah,
adalah 3 orang, true negative 1 orang, false dimana 2 orang memiliki HbA1C tak
positive 0 orang, dan false negative 6 terkendali dan satu orang memiliki HbA1C
orang. Hasil perhitungan sensitivitas yaitu terkendali. Hal ini tidak sesuai dengan

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 132


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

penelitian Al-Khawaldeh, Al-Hasan, dan from home) di masa pandemik covid 19.
Froelicher (2012) menemukan bahwa Olahraga rutin yang dilakukan subjek di
sebagian besar responden dengan diabetes kelompok atau persatuan DM dihentikan
tak terkontrol memiliki self efikasi yang selama pandemik, sehingga subjek juga
rendah dan perilaku manajemen DM berhenti melakukan olahraga. Perubahan
mandiri yang suboptimal. Penelitian Al- perilaku cenderung mengkonsumsi
Khawaldeh, Al-Hasan, dan Froelicher makanan (cemilan) dilakukan oleh subjek
(2012) menunjukan bahwa subjek dengan selama work from home. Pelanggaran atas
self efikasi tinggi seharusnya memiliki kebiasaan makan yang subjek terapkan
HbA1c terkendali, sedangkan subjek sebelum work from home dan perubahan
dengan self efikasi rendah seharusnya aktivitas fisik berkontribusi terhadap nilai
memiliki HbA1c tak terkendali. HbA1c pasien yang meningkat. Subjek
Perhitungan nilai sensitivitas, spesifisitas, juga mengatakan tidak mendapatkan obat
PPV dan NPV T-DMSES jika antihiperglikemia sebelum pandemik covid
dihubungkan dengan nilai HbA1C pada 19 karena sebelum pandemik kadar
EBN ini didapatkan hasil yaitu 33,33%; HbA1C subjek terkendali (<7).
75%; 66,67%; 42,86%. Penulis juga Subjek nomor 2 dan 10 memiliki self
mencoba perhitungan sensitivitas, efikasi tinggi tetapi HbA1C tak terkendali.
spesifisitas, PPV dan NPV jika Hal ini karena manajemen DM berupa diet
dihubungkan dengan jumlah komorbid DM, olahraga, konsumsi obat tidak
pada EBN ini dan didapatkan hasil dilakukan subjek dengan teratur. Selain itu,
33,33%; 100%; 100%; 14,28 %. Hasil ini ada perubahan jenis obat antihiperglikemia
sangat berbeda dengan hasil penelitian oral yang dikonsumsi oleh subjek no 2
pada artikel utama Sangruangake, dalam waktu 3 bulan terakhir. Sedangkan
Jirapornkul, Hurst (2017) yang subjek nomor 6 mengkonsumsi obat
menemukan bahwa terdapat hubungan dengan teratur, tetapi tidak melakukan
antara self efikasi dengan kadar HbA1C olahraga dan pengaturan diet karena subjek
yang tampak dari nilai sensitivitas, sedang hamil trimester pertama. Hal ini
spesifisitas, PPV dan NPV yang cukup menunjukkan subjek dengan skor self
tinggi yaitu 81%, 84%, 82% dan 83%. efikasi tinggi ini tidak melakukan
Hasil pengkajian lebih dalam pada subjek manajemen DM mandiri dengan optimal
dengan self efikasi rendah, tetapi memiliki pada semua pilar manajemen DM,
HbA1c terkendali yaitu subjek nomor 7, sehingga subjek memiliki kadar HbA1C
ditemukan bahwa subjek memiliki nilai tak terkendali. Selain itu, kadar HbA1c
hemoglobin yang juga rendah yaitu 10,6 juga dipengaruhi oleh banyak hal seperti
mg/dl. HbA1C merupakan komponen kadar hemoglobin, perubahan hormon
minor dari hemoglobin yang berikatan kuat seperti pada masa kehamilan atau tubuh
dengan glukosa. Hal ini memberi mengalami stres, baik stres fisik atau pun
penjelasan bahwa subjek nomor 7 stres psikologis. Stres fisik dapat berupa
memiliki self efikasi yang rendah, tetapi komplikasi atau komorbid yang sedang
kadar HbA1C terkendali yaitu 5,7 karena dialami. Perubahan pada jenis dan jumlah
subjek mengalami anemia dimana obat juga dapat mempengaruhi kadar
komponen hemoglobin yang dimiliki HbA1c pasien, meski pasien tetap rutin
subjek juga rendah untuk berikatan dengan dan teratur meminum obat-obatan. Perkeni
glukosa. (2019) juga mengatakan kategori
Subjek nomor 1 memiliki self efikasi keterkendalian HbA1c pada setiap pasien
tinggi, tetapi kadar HbA1c tak terkendali. dapat berbeda-beda tergantung penilaian
Menurut subjek hal ini disebabkan karena dan pertimbangan yang ada pada pasien,
adanya perubahan perilaku dan aktivitas meski secara umum perkeni mengatakan
selama subjek bekerja di rumah (work HbA1c terkendali bila <7%.

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 133


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

Pengkajian lebih lanjut juga ditemukan tingkat pelayanan kesehatan baik rawat
bahwa skor self efikasi semakin rendah jalan, rawat inap dan komunitas. Hasil
pada subjek dengan komorbiditas yang pengukuran self efikasi dengan T-DMSES
semakin banyak. Hal ini sesuai dengan ini dapat memberikan gambaran terkait
penelitian pada artikel utama manajemen DM mandiri pasien, perjalanan
Sangruangake, Jirapornkul, Hurst (2017), penyakit (komplikasi DM), dan
dimana komplikasi berhubungan secara keterkendalian DM pasien (Al-Khawaldeh,
negatif dengan self efikasi. Semakin tinggi Al-Hasan, dan Froelicher, 2012).
self efikasi maka semakin sedikit Kuesioner T-DMSES pada EBN ini tidak
komplikasi DM yang terjadi. Hal ini dapat mengukur self efikasi pasien DM
karena self efikasi dapat menjadi tolak tipe 2 dengan akurat karna tidak dapat
ukur bagaimana manajemen DM pasien. mengukur pasien yang benar-benar
Intervensi dilakukan pada subjek dengan memiliki self efikasi rendah, tetapi
self efikasi rendah berupa edukasi terkait kuesioner ini cukup mampu mengukur
pilar manajemen DM yang tidak optimal pasien yang benar-benar memiliki self
dan diskusi penyebab manajemen DM efikasi tinggi. Selama penerapan EBN
tersebut tidak terlaksana. Hasil evaluasi screening self efikasi dengan pendekatan
intervensi didapatkan bahwa sebagian proses keperawatan ini, penulis memiliki
besar subjek sudah paham dan mengerti hambatan yaitu waktu subjek sempit dan
dengan manajemen DM, akan tetapi terikat dengan tahapan pelayanan di
terdapat berbagai penyebab kenapa poliklinik rawat jalan yang sedang subjek
manajemen tersebut tidak terlaksana jalani. Terdapat beberapa pasien yang
seperti tidak suka dengan efek samping penulis temui, tidak bersedia terlibat dalam
yang dirasakan ketika minum obat, atau program EBN ini. Dua orang subjek dalam
obat yang di konsumsi terlalu banyak, EBN ini selama proses penerapan EBN
ingin menikmati hidup dan tidak ingin diinterupsi oleh tahapan pelayanan di
memiliki pantangan makanan, tidak ada poliklinik (masuk ruangan pemeriksaan
waktu, lelah dan malas untuk berolahraga. dokter) dan melanjutkan kembali proses
Pada subjek dengan self efikasi yang penerapan EBN setelah selesai menjalani
rendah, intervensi yang dilakukan adalah pemeriksaan dengan dokter. Skor self
diskusi, edukasi dan motivasi untuk efikasi yang didapatkan dengan banyak
meningkatkan self efikasi. Hasil evaluasi interupsi dan waktu yang sempit dapat saja
pada subjek ditemukan tidak terdapat mempengaruhi kesesuaian dan keakuratan
perubahan skor self efikasi saat pengkajian jawaban subjek saat penulis melakukan
dan saat evaluasi. Hal ini karena self wawancara terpimpin dari kuesioner T-
efikasi membutuhkan proses dan waktu DMSES ini. Oleh karena itu, tersedianya
untuk mengalami perubahan sesuai dengan waktu yang luas dapat memberikan hasil
penelitian Al-Khawaldeh, Al-Hasan, dan pengukuran self efikasi TDMSES yang
Froelicher (2012). Penelitian tersebut juga lebih baik, maka penerapan EBN ini sangat
menjelaskan perlu program peningkatan cocok dilakukan di ruang rawat inap,
self efikasi yang sistematis dan teratur meski tetap dapat dilakukan di ruang rawat
untuk dapat merubah self efikasi pasien jalan.
DM (Hailu,Moen, dan Hjortdahl,2019).
Penerapan pengukuran self efikasi dengan KESIMPULAN DAN SARAN
T-DMSES ini sebagai bagian dalam Kesimpulan
asuhan keperawatan dapat memberikan Wawancara terpimpin menggunakan
informasi yang penting dalam kuesioner T-DMSES ini dapat mengukur
meningkatkan manajemen mandiri pasien self efikasi pasien DM tipe 2. Penerapan
DM. Pengkajian self efikasi dapat pengukuran self efikasi dengan kuesioner
dilakukan pada pasien DM di semua T-DMSES dapat dilakukan di ruang rawat

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 134


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

jalan Rumah Sakit sebagai bagian dari efficacy and diabetes management
pengkajian dalam asuhan keperawatan. self-efficacy of diabetic patients
referred to diabetes clinic of Aq Qala,
North of Iran. Journal of diabetes and
Saran metabolic disorders, 16,
Penulis merekomendasikan penerapan 8.https://doi.org/10.1186/s40200-016-
TDMSES ini dilakukan di ruang rawat 0285-z
inap Rumah Sakit karena di ruang rawat Hailu, F. B., Moen, A., & Hjortdahl, P.
inap tersedia waktu untuk pengkajian dan (2019). Diabetes Self-Management
diskusi dengan pasien yang lebih luas, Education (DSME) - Effect on
sebab waktu pasien tidak terbatas oleh Knowledge, Self-Care Behavior, and
ritme dan alur pengobatan pasien seperti di Self-Efficacy Among Type 2 Diabetes
ruang rawat jalan yang singkat. Patients in Ethiopia: A Controlled
Clinical Trial. Diabetes, metabolic
Daftar Pustaka syndrome and obesity : targets and
Al Abboud, S. A., Ahmad, S., Bidin, M. therapy, 12, 2489–2499.
B., & Ismail, N. E. (2016). Validation https://doi.org/10.2147/DMSO.S2231
of Malaysian Versions of Perceived 23Hailu, Moen, Hjortdahl, 2019;
Diabetes Self-Management Scale Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018).
(PDSMS), Medication Understanding Nursing Diagnoses Definitions and
and Use Self-Efficacy Scale (MUSE) Classification 2018–2020 (11th ed.).
and 8-Morisky Medication Adherence Thieme Publishers.
Scale (MMAS-8) Using Partial Credit Noroozi, A., & Tahmasebi, R. (2014). The
Rasch Model. Journal of clinical and diabetes management self-efficacy
diagnostic research : JCDR, 10(11), scale: Translation and psychometric
LC01–LC05. evaluation of the Iranian
https://doi.org/10.7860/JCDR/2016/1 version. Nursing Practice
5079.8845 Today, 1(1), 9-16. Retrieved from
Al-Khawaldeh, O. A., Al-Hassan, M. A., https://npt.tums.ac.ir/index.php/npt/ar
& Froelicher, E. S. (2012). Self- ticle/view/3
efficacy, self-management, and PerkumpulanEndokrinologi
glycemic control in adults with type 2 Indonesia.(2019). Pedoman
diabetes mellitus. Journal of diabetes pengelolaandan pencegahan
and its complications, 26(1), 10– diabetes melitus tipe 2 dewasa di
16.https://doi.org/10.1016/j.jdiacomp. Indonesia 2019. Jakarta : PB
2011.11.002 PERKENI
Amer, F. A., Mohamed, M. S., Elbur, A. I., Sangruangake, M., Jirapornkul, C., &
Abdelaziz, S. I., & Elrayah, Z. A. Hurst, C. (2017). Psychometric
(2018). Influence of self-efficacy Properties of Diabetes Management
management on adherence to self-care Self-Efficacy in Thai Type 2
activities and treatment outcome Diabetes Mellitus Patients: A
among diabetes mellitus type Multicenter Study. International
2. Pharmacy practice, 16(4), 1274. journal of endocrinology, 2017,
https://doi.org/10.18549/PharmPract.2 2503156.https://doi.org/10.1155/20
018.04.1274 17/2503156
Dehghan, H., Charkazi, A., Kouchaki, G. Sturt, J., Hearnshaw, H., & Wakelin, M.
M., Zadeh, B. P., Dehghan, B. A., (2010). Validity and reliability of
Matlabi, M., Mansourian, M., the DMSES UK: A measure of
Qorbani, M., Safari, O., Pashaei, T., self-efficacy for type 2 diabetes
& Mehr, B. R. (2017). General self- self-management. Primary Health

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 135


Jurnal Menara Medika JMM 2022
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862

Care Research &


Development, 11(4), 374-381.
doi:10.1017/S1463423610000101
University of Oxford. (2010). Critical
appraisal tool : Diagnostic accuracy
studies. Centre For Evidence Based
Medicine.
https://www.cebm.ox.ac.uk/resourc
es/ebm-tools/critical-appraisal-
tools

Jurnal Menara Medika Vol 5 No 1 September 2022 | 136

Anda mungkin juga menyukai