Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332617907

Efektivitas Edukasi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Terhadap Pengetahuan


dan Kontrol Glikemik Rawat Jalan di RS Anwar Medika

Article  in  Jurnal Pharmascience · March 2019


DOI: 10.20527/jps.v6i1.6069

CITATIONS READS

0 90

3 authors, including:

Khurin In Wahyuni Yosi Wibowo


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA Universitas Surabaya
10 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    25 PUBLICATIONS   94 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Validation methods of analysis for pharmaceuticals preparations (including herbal drugs). View project

Interprofessional Collaboration Practices View project

All content following this page was uploaded by Khurin In Wahyuni on 29 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1
Jurnal Pharmascience, Vol. 06 , No.01, Februari 2019, hal: 1 - 9
ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience
Research Article

Efektivitas Edukasi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2


Terhadap Pengetahuan dan Kontrol Glikemik
Rawat Jalan di RS Anwar Medika
*Khurin In Wahyuni, Antonius Adji Prayitno, Yosi Irawati Wibowo

Magister Farmasi Universitas Surabaya


Email : khurinain87@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin , kerja insulin
atau kedua-duanya. Semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan pada dekade
terakhir di bidang DM maka edukasi dianggap sebagai cara yang terpenting dalam
perawatan pasien DM. Edukasi merupakan salah satu pilar pengelolaan DM yang
bertujuan memberikan pengetahuan mengenai penyakit, pencegahan, penyulit dan
penatalaksanaan diabetes kepada pasien dan keluarga. Farmasis merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang turut memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
pengetahuan pasien terhadap pengobatan salah satunya melalui pemberian edukasi.
Penelitian ini menggunakan One – Group Pre test-Post test Design. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi dari perbedaan nilai pengetahuan dan
glikemik kontrol sebelum dan sesudah pemberian edukasi pada pasien rawat jalan RS
Anwar Medika dari Januari-Maret 2018 dengan sampel 117 pasien Pengukuran
peningkatan skor pengetahuan diukur dengan kuesioner pengetahuan, glikemik kontrol
diukur dengan penurunan nilai GDA. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon signed rank menunjukkan terdapat perbedaan nilai
pengetahuan dan glikemik kontrol dengan signifikansi sebesar 0.000 (p<0,005) sehingga
dalam hal ini edukasi dapat berperan penting dalam peningktan pengetahuan dan
glikemik kontrol

Kata kunci: Diabetes Mellitus, Edukasi, Pengetahuan, Glikemik kontrol, Pasien Rawat
Jalan

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristics of


hyperglycemia that occur due to abnormal insulin secretion, insulin action or both. The
more dvanced technology and science in the last decade in the field of DM, education is
considered as the most important way in the care of DM patients. Education is one of the
pillars of DM management which aims to provide knowledge about

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


2

disease,prevention,complication and management of diabetes to patients and families.


Pharmacist is one of the health workers who has responsibility in increasing the patient’s
knowledge of treatment, one of which is through the provision of education. This research
uses One – Group Pre Test Post Test Design. This study aims to determine the effectiveness
of education from differences in the value of knowledge and glycemic control before and
after giving education to outpatients in Anwar Medika Hospital from January to March
2018 with a sample of 117 patients. With a decrease in GDA value. Quantitative analysis
carried out using the Wilcoxon signed rank test showed there were differences in the value
of knowledge and glycemic control with a significance of 0.000 (p < 0.005) so that in this
case education could play an important role in increasing knowledge and glycemic control.

Keywords: Diabetes Mellitus, Education, Knowledge, Glycemic control, Outpatient

I. PENDAHULUAN penderita dengan diagnosis 3.6% dari total


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penduduk Jawa Timur (BPPK, 2013).
suatu kelompok penyakit metabolik Pengetahuan tentang diabetes mellitus
dengan karakteristik hiperglikemia yang sangat penting untuk pasien. Pengetahuan
terjadi karena kelainan sekresi insulin, juga mempengaruhi kepatuhan
kerja insulin atau kedua-duanya. jumlah penggunaan obat dalam penerapan
penderita diabetes terbanyak, yaitu: sekitar manajemen Diabetes Mellitus dalam
setengah kasus diabetes di dunia. Jumlah mengontrol kadar gula darah dan
penderita diabetes terus meningkat dalam mencegah komplikasi kronik (Yuwindry
beberapa dekade terakhir. Hal tersebut dan Wiedyaningsih, 2012). Rendahnya
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara pengetahuan pasien maupun keluarga yang
lain: pertumbuhan populasi, peningkatan mendampingi dapat berdampak terhadap
usia tua dan peningkatan prevalensi keterlaksanaan pengelolaan diabetes
diabetes di berbagai usia (WHO, 2016). mellitus. Beberapa pasien yang ada di RS
WHO memprediksi akan terjadi Anwar Medika yang telah diwawancarai
peningkatan penderita diabetes sebesar 2-3 mengemukakan bahwa ketidakpatuhan
kali di Indonesia, yaitu: 8,4 juta penderita pengobatan didasari karena ketakutan akan
pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada pengobatan terus menerus dapat
tahun 2030.2 Hasil Riset Kesehatan Dasar mempengaruhi organ lain, banyaknya obat
(Riskesdas) menunjukkan jumlah pasien yang didapatkan juga membuat pasien lupa
dengan diabetes meningkat hingga 2 kali mengkonsumsi obat, ketidakpahaman
lipat pada tahun 2007 (1,1%) hingga 2013 pasien terhadap terapi yang sedang
(2,1%) dan pravelensi diabetes mellitus di dijalaninya akan meningkatkan
Jawa Timur khususnya Sidoarjo yaitu ketidakpatuhan pasien dalam

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


3

mengkonsumsi obatnya, faktor gaya hidup reliabilitas pada 20 pasien diabetes


yang jelek terutama merokok juga masih mellitus rawat jalan RS Anwar Medika.
banyak di temukan. Dari alasan tersebut Instrument kontrol glikemik menggunakan
penulis melakukan penelitian terkait studi alat pengecekan gula darah digital
efektivitas edukasi terhadap pasien Pengambilan sample dengan cara
diabetes mellitus tipe 2 di rawat jalan RS metode consecutive sampling, Pada
Anwar Medika dengan cara memberikan metode ini setiap pasien yang memenuhi
pemahaman secara personal terkait kriteria penelitian dimasukkan dalam
penggunaan obat maupun terapi non penelitian sampai kurun waktu tertentu,
farmakologi dengan cara pendekatan sehingga jumlah pasien yang diperlukan
dengan pasien sehingga pasien diharapkan terpenuhi. Jumlah sampel pada penelitian
merasa nyaman untuk berkonsultasi ini adalah 117, Kriteria Inklusi yaitu
dengan farmasis dan manajemen RS pasien diabetes mellitus tipe 2 periode
Anwar Medika berkenan Januari sampai Februari 2018 dengan batas
mempertimbangkan perlunya farmasis umur 18-60 tahun, mampu berkomunikasi,
dalam pemberian edukasi dalam dengan atau tanpa penyakit penyerta dan
mendukung tercapainya tujuan terapi. bersedia menjadi responden. Kriteria
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Eksklusi adalah pasien diabetes mellitus
apakah terdapat perbedaan nilai tipe 1, pediatric maupun geriatric serta
pengetahuan dan kontrol glikemik sebelum tidak dapat berkomunikasi. Kriteria Drop
dan sesudah edukasi. Out adalah pasien yang tidak dapat di
hubungi kembali dan yang meninggal
II. METODE B. Cara Kerja
Penelitian ini menggunakan One – Pasien pada pertemuaan pertama
Group Pre test-Post test Design. Variabel diberikan informed concern serta pre test
confounding pada penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan dan DQOL,
usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, pertemuan kedua pasien mendapatkan
lama DM, komplikasi. Penelitian edukasi awal selama 15-20 menit serta di
dilakukan di Rumah Sakit Umum Anwar cek GDS awal, pertemuan ketiga, ke
Medika, Krian, Sidoarjo empat dan kelima pasien di berikan
A. Instrumen penelitian edukasi lanjutan dan pada pertemuan ke
Instrumen penelitian Instrumen enam diberikan post test kuesioner
penelitian pengetahuan menggunakan pengetahuan dan DQOL serta GDS akhir
kuesioner yang di ukur validitas dan

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


4

C. Analisis Data variabel pendidikan rendah yaitu SD


Data diproses menggunakan sampai SMP menduduki jumlah terbanyak
program SPSS, skala data merupakan yaitu 73 responden dengan prosentasi
skala rasio di uji dengan pair t test bila 62.4%. untuk distribusi lama menderita
normal dan Wilcoxon signe rank bila tidak DM dihasilkan responden paling banyak
normal. dengan jumlah 74 dengan persentase 63%
pada rentang lama menderita 1-7 tahun,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN paling sedikit responden pada lama
A. Demografi menderita DM dalam rentang 15-21 tahun
Penelitian ini merupakan penelitian dengan persentase 6%. Pada variabel ada
yang bertujuan untuk mengetahui tidaknya komplikasi didapatkan jumlah
efektivitas edukasi yang dilihat dengan responden paling banyak tidak memiliki
perbedaan hasil pengetahuan dan glikemik komplikasi dengan jumlah 73 dan
kontrol antara sebelum dan sesudah prosentasi 62.4% sedangkan responden
edukasi. Analisis penelitian dilakukan yang mengalami komplikasi sebanyak 44
dengan dua pendekatan, yaitu analisis dengan persentase 37.6%.
deskriptif dan analisis Wilcoxon sign rank Tabel I. .Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Lama
Pekerjaan dan Ada Tidaknya Komplikasi
karena pada penelitian ini hasil tidak
terdistribusi normal. Variabel Jumlah %
1. Umur 31-40 6 5,1
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa 41-50 30 25,6
penderita DM terbanyak pada umur 51-60 81 69,2

rentang 51 – 60 tahun yaitu sejumlah 81 2. Jenis Kelamin Pria 50 42,7


Wanita 67 57,3
responden dengan persentasi 69.2 %, 3. Pekerjaan pensiunan 5 4,3
Ibu rumah 56 47,9
untuk rentang umur 31-40 tahun hanya tangga
wiraswasta 19 16,2
berjumlah 6 responden dengan persentase PNS 5 4,3
swasta 18 15,4
5.1 %. Pada variabel jenis kelamin pasien Lain-lain 14 12,0
4. Pendidikan Rendah (SD- 73 62,4
SMP)
DM tertinggi yaitu wanita dengan jumlah Sedang(SMA- 25 21,4
DIII)
responden 67 dengan persentase 57.3% Tinggi (S1-S2) 19 16,2
5. Lama <1tahun 15 12,8
Responden dengan pekerjaan sebagai ibu Menderita DM 1-7tahun 74 63,2
8-14tahun 21 17,9
rumah tangga memiliki jumlah terbesar 15-21tahun 7 6,0
6. Ada tidaknya Tidak-ada 73 62,4
yaitu 56 dengan persentase 47.9% komplikasi DM Ada 44 37,6

sedangkan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil


Hasil penelitian menunjukkan 69,2 %
(PNS) berjumlah 4 dengan persentase
responden pada rentang usia 51-60 tahun.
4.3% menduduki urutan terakhir, pada

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


5

Hal tersebut sejalan dengan penelitian besar, timbunan lemak yang berlebihan di
Allorerung (2016) yang menunjukkan dalam tubuh dapat mengakibatkan
penderita DM tipe 2 sebagian besar pada resistensi insulin yang berpengaruh
rentang usia 50-59 tahun (Allorerung et terhadap kadar gula darah penderita
al., 2012), selain itu penelitian Otero et diabetes mellitus. Sindroma siklus bulanan
al.(2007) juga menunjukkan 51,9% (premenstrual syndrome) dan pasca
penderita DM tipe 2 pada rentang usia 45- menopause yang membuat distribusi
64 tahun dengan rata-rata usia 58 tahun. lemak tubuh lebih mudah terakumulasi
Berdasarkan teori penderita DM Tipe 2 sedangkan pada wanita hamil terjadi
berusia di atas 45 tahun mencapai 90-95% peningkatan hormon progesterone
dari keseluruhan populasi penderita sehingga meningkatkan kerja tubuh untuk
diabetes, hal ini disebabkan pengaruh merangsang sel-sel berkembang,
lingkungan cukup besar dalam selanjutnya tubuh akan memberikan sinyal
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lapar dan menyebabkan sistem
lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah metabolisme tubuh tidak dapat menerima
serat, serta kurang aktivitas (Bina et al., asupan kalori sehingga terjadi peningkatan
2005). Selain itu berdasarkan penelitian gula darah (Irawan, 2010).
yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) Responden yang memiliki aktivitas
menunjukkan terjadi penurunan yang sedikit cenderung berisiko besar terkena
signifikan (p = 0,000) fungsi tubuh dalam DM, hasil penelitian menunjukkan sebesar
memetabolisme glukosa pada usia ≥45 47,9% responden adalah ibu rumah tangga.
tahun. DM merupakan penyakit yang Hal ini didukung oleh penelitian yang
sering muncul akibat kegagalan dilakukan pada 13 negara Eropa oleh
metabolisme seiring semakin Balkau et al (2008), penelitian tersebut
bertambahnya usia, sehingga semakin menyatakan bahwa aktivitas fisik dalam
tinggi usia seseorang, semakin rentan kehidupan sehari-hari merupakan faktor
terkena DM. utama yang menentukan sensitivitas
Pada penelitian ini jenis kelamin insulin, sehingga semakin sedikit aktivitas
wanita paling banyak menderita DM tipe 2 yang dilakukan maka semakin berkurang
yaitu sebanyak 67 responden, Jika dilihat sensitivitas insulin, akibatnya akan
dari faktor risiko, wanita lebih rentan berisiko memicu terjadinya DM Tipe 2.
terhadap penyakit DM Tipe 2 karena Penelitian di RS Anwar Medika
secara fisik wanita lebih memiliki peluang menghasilkan responden paling banyak
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih berpendidikan rendah yaitu SD-SMP

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


6

sebesar 62,4%, pendidikan yang rendah perbedaan yang signifikan (p value <
akan menyebabkan kurangnya pemahaman 0,005) nilai rata-rata pengetahuan sebelum
terhadap faktor risiko terjadinya penyakit dan setelah pemberian edukasi, dimana
DM Tipe 2, Hal ini sejalan dengan terjadi peningkatan nilai rata rata
penelitian Dedi Irawan (2010) yang pengetahuan setelah pemberian edukasi
menyatakan bahwa tingkat pendidikan sebesar 15,846 menjadi 24,931. Pada
memiliki pengaruh terhadap kejadian Tabel II Hasil penelitian juga
penyakit DM Tipe 2. Semakin tinggi menunjukkan sebanyak 115 dari 117
tingkat pendidikan seseorang maka responden mengalami peningkatan nilai
semakin baik pula pengetahuan seseorang pengetahuan setelah pemberian edukasi
dalam mencegah terjadinya penyakit dan 2 responden memiliki nilai yang sama
termasuk DM Tipe 2 (Irawan, 2010).. sebelum dan setelah pemberian edukasi.
Responden paling banyak menderita Tabel III menunjukkan persentase kategori
DM selama 1-7 tahun sejumlah 63,2 %, hasil rentang rendah, sedang dan tinggi,
lama menderita DM merupakan durasi dengan mencari nilai mean serta standart
seberapa lama responden menderita deviasi (SD) terlebih dahulu.
penyakit DM Tipe 2 dimulai sejak awal Tabel II. Hasil rata-rata pengetahuan total sebelum dan sesudah
edukasi
penegakan diagnosis. Pada penelitian ini
Variabel Mean SD P value
responden yang tidak memiliki komplikasi Pre test pengetahuan 15,846 3,223
total 0,001
Post test pengetahuan 24,931 2,525
sebesar 62,4%, tidak terjadinya komplikasi total

dikarenakan responden belum lama


Tabel III. Hasil Kategori Kenaikan Pengetahuan Responden
menderita DM Tipe 2, penelitian ini Kategori Jumlah (%)
Rendah 21 16,9
sejalan dengan penelitian Utami, Karim Sedang 82 66,1
Tinggi 14 11,3
dan Agrina (2014) yang menunjukan
63,3% responden diabetes mellitus dalam
Peningkatan pengetahuan rata-rata
penelitianya tidak ada komplikasi (Utami
pasien terbanyak pada kategori sedang
et al., 2014).
(6,034-12,136) yaitu sejumlah 66,1%.
B. Efektivitas edukasi terhadap
Edukasi dapat meningkatkan pengetahuan
pengetahuan
karena responden mendapatkan informasi
Analisis statistika untuk melihat
yang jelas, pemberian edukasi yang
efektivitas edukasi terhadap pengetahuan
berulang dapat membantu responden
dengan melihat p value dari hasil sebelum
dalam mengingat informasi yang telah
dan sesudah pemberian edukasi, pada
diberikan. Peningkatan pengetahuan
penelitian ini menunjukkan terdapat

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


7

pasien diharapkan menghasilkan outcome Hasil penelitian menunjukkan


klinik yang diinginkan, hal tersebut sejalan terdapat penurunan nilai rata-rata gula
dengan penelitian yang dilakukan oleh darah acak yang signifkan (p=0,001) dari
Samira Herenda (2007) dimana pemberian 257,80 mg/dl menjadi 191,61 mg/dl
edukasi dengan pendidikan intensive setelah pemberian edukasi pada responden.
selama 6 bulan kepada pasien DM Terdapat 9 responden yang mengalami
menunjukkan 58 dari 91 responden kenaikan tetapi masih < 200 mg/dl.
memiliki pengetahuan yang baik tentang Menurut PERKENI edukasi dapat
DM tipe 2 medapatkan skor tinggi mendukung keberhasilan perilaku
terhadap perbaikan penyakit DM Tipe 2, sehingga membantu mengontrol gula
skor pengetahuan sebelum edukasi 8,4 darah secara individual. Perubahan
menjadi 12,6 dari nilai maksimal 14 perilaku inilah yang akan menentukan
(Herenda et al., 2014) sikap responden terkait dengan kontrol
C. Efektivitas edukasi terhadap glikemik gula darah (Soelistijo et al., 2015). Pada
kontrol hasil penelitian ini masih belum memenuhi
Pada pengukuran gula darah, peneliti standart GDA dari ADA (2018) yang
mendapatkan gula darah acak dari rekam menyebutkan bahwa kadar gula darah acak
medik pasien, gula darah acak awal harus < 180 mg/dl (AASMCS, 2018).
tertinggi yaitu 440 mg/dl sedangkan pada Penurunan gula darah pada penelitian ini
gula darah acak terakhir tertinggi yaitu didukung oleh penelitian Septiar (2014)
370 mg/dl. Terdapat hasil penurunan rata- yang melihat pengaruh konseling farmasis
rata gula darah acak sebelum diberi terhadap kadar glukosa darah pasien DM
edukasi dengan setelah diberi edukasi tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan
untuk GDA awal yaitu didapatkan rata- konseling hasil menunjukkan terdapat
rata 257,80 mg/dl sedangkan rata-rata penurunan rata-rata gula darah acak dari
GDA terakhir 191,61 mg/dl, hasil p < 0,05 229,32 mg/dL menjadi 207,48 mg/dL
(p = 0,001, α = 0,05) menunjukkan ada dengan signifikansi (p=0,001) (Septiar,
perbedaan signifikan. 2014)
Tabel IV. Hasil Penurunan Rata-Rata Kontrol Glikemik IV. KESIMPULAN
Variab Mean SD Minimu Maximu P Simpulan dari penelitian ini edukasi
el m m Valu
e dapat meningkatkan pengetahuan, control
GDA 257,8 92,8 108,00 440,00
Awal 0 5 0,00
GDA 191,6 64,1 103,67 370,00 1
dan glikemik pada penderita DM tipe 2 di
Akhir 1 3
RS Anwar Medika. Berdasarkan hasil
penelitian ini, saran yang dapat diberikan

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


8

antara lain: Berdasarkan penelitian diatas 2013. 2013:1-384.


Bina D, Komunitas F, Klinik Dan, Et Al.
maka saran peneliti sebagai berikut: Bagi
Pharmaceutical Care Untuk
Kefarmasian perlu dilakukan pelatihan Penyakit Diabetes Mellitus.
Departemen Kesehatan Republik
apoteker maupun Asisten Apoteker (AA)
Indonesia; 2005.
terkait pemberian edukasi terkait dengan Dedy Irawan. Prevalensi Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
pengetahuan penyakit, obat DM,
Di Daerah Urban Indonesia
manajemen diri serta mengevaluasi (Analisa Data Sekunder Riskesdas
2007). 2010.
pengetahuan pasien sebelum dan sesudah
Issa Ba, Baiyewu O. Quality Of Life Of
diberi edukasi, perlu dibuat media untuk Patients With Diabetes Mellitus In
A Nigerian Teaching Hospital.
membantu Apoteker maupun AA dalam
Hong Kong J Psychiatry.
memberikan edukasi. Bagi Rumah Sakit 2006;16(1):27-33.
Http://Search.Ebscohost.Com/Login
perlu disediakan ruangan khusus untuk
.Aspx?Direct=True&Db=Psyh&An
melaksanakan kegiatan edukasi bagi =2007-06592-005&Site=Ehost-
Live%5cnhttp://Issababa2002@Yah
pasien maupun keluarga dengan fasilitas
oo.Com.
audio visual serta media edukasi lainnya Iwan Yuwindry , Chairun Wiedyaningsih
GPW. PENGARUH
dan perlu disediakan layanan cek HBA1C
PENGETAHUAN TERHADAP
maupun Gula Darah Puasa untuk pasien Kualitas Hidup Dengan Kepatuhan
Penggunaan Obat Sebagai Variabel
rawat jalan sehingga pasien dapat
Antara Pada Pasien Dm. 2012:249-
mengontrol gula darah lebih baik lagi dan 254.
Meidikayanti W, Umbul C. Hubungan
Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
Dukungan Keluarga Dengan
edukasi dengan kontrol gula darah puasa Kualitas Hidup Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu. J
maupun HBA1C.
Berk Epidemiol.
2017;5(August):240-252.
Doi:10.20473/Jbe.V5i2.2017.240-
DAFTAR PUSTAKA
252.
Otero Lm, Zanetti Ml, El En, Et Al.
Allorerung D, Sekeon S, Joseph W. Sociodemographic And Clinical
Hubungan Antara Umur, Jenis Characteristics Of A Diabetic
Kelamin, Tingkat Pendidikan Population 1 At A Primary Level
Dengan Kejadian Dm Tipe 2 Di Health Care Center. 2007;15:768-
Puskemas Ranotana Weru Kota 773.
Manado Tahun 2016. J Kesehat Samira Herenda1*, Husref Tahirović2 Dp 1.
Masy. 2016;2(1):1-8. Impact Of Education On Disease
Association Ad. Standards Of Medical Knowledge And Glycaemic Control
Care In Diabetes — 2018. Among Type 2 Diabetic Patients In
2018;41(January). Family Practice. 7(3):261-265.
Badan Penelitian dan Pengembangan Septiar1 He. Pengaruh Konseling Farmasis
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Terhadap Kualitas Hidup Dan
(RISKESDAS) 2013. Lap Nas Kadar Gula Darah Pada Pasien

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience


9

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wicaksono Rp. Faktor-Faktor Yang


Puskesmas Gedong Tengen Periode Berhubungan Dengan Kejadian
Maret-Mei 2014. Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi.
Soebagijo Adi Soelistijo.Dkk. Pengelolaan 2011;2.
Dan Pencegahan Diabetes Melitus Http://Eprints.Undip.Ac.Id/37123/1/
Tipe 2 Di Indonesia 2015. Radio_P.W.Pdf.
Pb.Perkeni; 2015. World Health Organization. Global Report
Utami Dt, Karim D, Agrina. Fakftor- on Diabetes. In: WHO. Vol 978. ;
Faktor Yang Mempengaruhi 2016:88.
Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Dengn Ulkus Diabetikum.
Jom Psik. 2014;1(2):1-7.

Volume 06, Nomor 01 (2019) Jurnal Pharmascience

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai