Anda di halaman 1dari 4

NAMA : JESICA CARINE POLUAN

NIM : G70118028

KELAS :B

TUGAS FARMASI KLINIK DASAR

1. Carilah obat-obat off label yang sering digunakan pada pasien anak-anak dan pediatric!
Jawab:
Menurut Lestari, dkk (2019), Obat off label pada pasien pediatric yaitu :

Obat Penggunaan Resmi


Pseudoefedrin HCl Penggunaan pseudoefedrin tidak dilisensikan pada
anak usia dibawah 6 tahun
Triprolidin HCl Penggunaan Triprolidin HCl tidak dilisensikan untuk
anak kurang dari 6 tahun
Setirizin HCl Penggunaan Setirizin HCl tidak mendapatkan lisensi
untuk anak kurang dari 1 tahun
Bromfeniramin Maleat Penggunaan Bromfeniramin Maleat tidak boleh
dilisensikan untuk anak kurang dari 6 tahun
Diazepam Penggunaan diazepam rectal (Stesolid®) tidak
diberikan izin untuk anak kurang dari 1 tahun
Bromfeniramin Maleat Batasan penggunaan untuk anak kurang dari 6 tahun

Triamsinolon Asetonid Triamsinolon tidak mendapatkan lisensi untuk


digunakan kepada anak dibawah 6 tahun
Salbutamol Sulfat Penggunaan salbutamol dalam sediaan syrup dan tablet
tidak mendapatkan lisensi untuk digunakan pada anak
kurang dari 2 tahun

2. Seorang ibu tampak cemas, ibu R, datang dgn putrinya yg berusia 3 thn yg sedang sakit.
Putrinya menderita infeksi diare setelah makan di restoran siap saji 2 hari yg lalu.
Napasnya menjadi tersengal-sengal & ibunya khawatir dgn keadaan itu. Saat ibu R
membawa putrinya kedokter 2 hr yg lalu, dia menerima resep sirup kodein 5mg setiap 4
jam untuk mengatasi diare. Putri ibu R jg menggunakan sirup salbutamol 1mg, 4x sehari
untuk mengatasi asma ringannya.
Apa permasalahan yg berkaitan dgn pemberian obat pd putri ibu R?
Kenapa napas anak menjadi tersengal2 dan sarankan tindakan untuk mengatasinya?
Jawab:
 Permasalahan dan Penyebabnya : Dimana seorang dokter memberikan kodein
sebagai obat diare. Menurut Santi, dkk (2017) menyatakan bahwa kodein bekerja
dengan mengurangi mortalitas atau gerakan usus dengan zat parasimpatolik. Pada
kasus 1 ini pasien memiliki riwayat penyakit asma ringan sehingga dalam pemberian
kodein ini membuat napas pasien menjadi tersengal-sengal. Menurut Lubis &
Ramadhania (2018) Menyatakan dalam jurnalnya bahwa European Medicines
Agency (EMA) memutuskan untuk melarang penggunaan kodeine untuk pasien
pediatrik yang berusia dibawah 12 tahun. Pelarangan penggunaan kodein ini
disebabkan karena metabolit aktif kodein dapat menyebabkan nafas menjadi lambat
dan sulit. Sehingga kodein tidak boleh diberikan pada anak-anak yang mengalami
gangguan pernafasan. Obat codein memiliki berupa efek samping lain yaitu depresi
pernapasan atau gangguan pernapasan yang berbahaya bagi anak-anak. Dimana pada
anak-anak yang berumur <12 tahun tampaknya lebih sering atau rentan terhadap efek
depresan pernapasan kodein. Selain itu, obat kodein ini dikontraindikasikan untuk
anak-anak yang <12 tahun yang mengalami gangguan saluran pernapasan, asma
bronkial akut atau berat berada di lingkungan yang tidak terpantau (Medscape,
2020).
 Tindakan: Menurut IDAI (2012), sebaiknya diberikan Zinc sulfat selama 10 hari
berturut-turut. Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa
diare selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan
mortalitas pasien. Zinc termasuk mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari
segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu
makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dosis zinc untuk anak-anak: Anak di
bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari. Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg
(1 tablet) per hari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak
telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang,
ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau
dilarutkan dalam air matang atau oralit. Sedangkan untuk mengatasi asma ringannya
tetap diberikan sirup salbutamol 1mg, 4x sehari.

3. Seorang bayi laki2 berusia 11 bulan dirawat di RS dgn ISK dan suhu tubuhnya mencapai
37,8˚C. Beratnya 9,6 kg & sebelumnya pernah menderita ISK 2 kali. Bayi tsb
mendapatkan resep sirup parasetamol 120 mg tiap 3 jam bila diperlukan dan trimetoprim
unt pemakaian selama 7 hari untuk mengatasi ISK. Dosis sirup trimetoprim 50 mg/5 ml
yg diresepkan adalah 2 kali sehari masing2 2 ml.
Apa permasalahan yg berkaitan dgn pengobatan pd bayi tersebut
Jawab:
 Permasalahan : Pada kasus ini pemberian untuk terapi ISK (Infeksi saluran kemih)
yaitu obat Trimetoprim dengan dosis 50 mg/5 mL diminum 2x sehari masing-
masing 2 mL. Menurut MIMS Indonesia (2021) yaitu untuk indikasi ISK atau Infeksi
Saluran Kemih pada usia 4 bulan - 2 tahun membutuhkan regimen terapi 25 mg/hari
di malam hari. Berdasarkan perbandingan dari literature, dosis yang diberikan oleh
dokter dapat menyebabkan overdose dalam pemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, W. Setyaningrum, N. Mulyaningsih, R. (2019). PENGGUNAAN OBAT OFF LABEL
PADA ANAK DI RUMAH SAKIT SWASTA “X” YOGYAKARTA. Prosiding Seminar
Nasional Mewujudkan Masyarakat Madani dan Lestari seri 9. ISBN: 978-602-6215-79-6.

Lubis, N. Ramadhania, Z. (2018). EFEK SAMPING PENGGUNAAN KODEIN PADA


PEDIATRIK. Jurnal Farmaka Vol 16 No 2.

Medscape (2021) Aplikasi online obat Medscape. Diakses pada tanggal 12 Februari 2021 pada
pukul 13.30.

MIMS (2021) Aplikasi online obat MIMS Indoensia. Diakses pada tanggal 12 Februari 2021
pada pukul 14.00.

Santi, I. Herman, H. Aninditia, D. (2017). STUDI PENGGUNAAN OBAT DIARE PADA ANAK
PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ANDI DJEMMA MASAMBA KABUPATEN LUWU
UTARA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014. Journal of As-Syifaa Vol 09 No 02.
ISSN : 2085-4714.

Anda mungkin juga menyukai