Orang yang memiliki hubungan dekat dengan orang yang memiliki TB aktif.
Orang dengan hasil uji kulit tuberkulin positif.
Penderita HIV.
Penderita fibrosis paru.
Isoniazid dikenal sangat efektif dalam mengobati TB. Namun terkadang, obat ini
dapat mengakibatkan rusaknya saraf perifer (neuropati perifer) yang menimbulkan
gejala seperti kesemutan. Untuk mencegah hal itu, dokter biasanya akan
meresepkan suplemen piridoksin (vitamin B6) pada penderita yang berisiko tinggi
mengalami efek samping tersebut.
Merek dagang: Isoniazid, Pulna Forte, Erabutol Plus, Pro TB, Metham, TB Vit 6,
Inha, Pyravit, Rifanh, Rimcure Paed, Suprazid, Kapexodin, Rifastar, Bacbutinh,
Meditam-6, Inadoxin Forte, Pehadoxin Forte, INH CIBA, Rimstar 4-FDC, Inoxin,
Rimactazid 450/300
Tentang Isoniazid
Golongan Antituberkulosis
Peringatan:
Dosis Isoniazid
Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan obat
sebelum mengonsumsi isoniazid.
Isoniazid sebaiknya dikonsumsi ketika perut dalam keadaan kosong, yaitu 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Jika isoniazid dikonsumsi secara harian, usahakan untuk selalu mengonsumsi
isoniazid pada jam yang sama setiap harinya. Jika isoniazid dikonsumsi secara
mingguan, usahakan untuk mengonsumsi isoniazid pada hari yang sama.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi isoniazid, disarankan untuk segera
melakukannya begitu ingat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak
terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Mengobati tuberkulosis tidak cukup dengan 1 jenis obat. Anda akan diberikan
beberapa kombinasi obat yang bisa tersedia secara terpisah atau sudah tercampur
dalam 1 tablet. Dokter juga mungkin akan memberikan tambahan vitamin B6 selama
menggunakan isoniazid. Hal ini dilakukan untuk mencegah efek samping gangguan
saraf perifer.
Simpanlah isoniazid pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk
menghindari paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Rifampicin
Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
beberapa infeksi akibat bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
Sejumlah infeksi yang dapat ditangani oleh rifampicin, di antaranya adalah tuberkulosis
(TBC) dan kusta. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah meningitis
akibat bakteri N. meningitidis dan infeksi bakteri H. influenza tipe B (Hib).
Tentang Rifampicin
Peringatan:
Hati-hati bagi penderita gangguan hati dan ginjal, serta porfiria dan kecanduan alkohol.
Waspadai penggunaan obat ini bersama dengan obat antivirus ritonavir dan darunavir
karena dapat meningkatkan risiko gangguan hati atau menurunkan efektivitas antivirus.
Hindari penggunaan rifampicin bersama vaksinasi yang berasal dari bakteri yang
dilemahkan, seperti vaksin tifus.
Rifampicin dapat merubah urine, tinja, air liur, dahak, dan keringat menjadi berwarna
oranye atau coklat kemerahan. Efek ini akan hilang bila penderita menghentikan
konsumsi.
Rifampicin dapat mempengaruhi efektivitas pil KB, disarankan untuk menggunakan
kontrasepsi jenis lain.
Terus konsumsi dan kontrol kembali kepada dokter sampai diperbolehkan untuk
menghentikan obat, walaupun keluhan sudah menghilang. Menghentikan pengobatan
tanpa sesuai anjuran dapat membuat bakteri terus tumbuh dan mengakibatkan infeksi
kembali.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi rifampicin, segera temui
dokter.
Dosis Rifampicin
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan rifampicin untuk beberapa kondisi:
Kondisi Dosis
Sedangkan efek samping overdosis yang harus diwaspadai dan diperiksakan ke dokter
apabila terjadi adalah:
Pyrazinamide
Peringatan:
Dosis Pyrazinamide
Bagi yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg, dosis yang digunakan
adalah 2 gram, sebanyak 3 kali dalam seminggu.Bagi yang memiliki berat
Dewasa
badan 50 kg atau lebih, dosis yang digunakan adalah 2,5 gram, sebanyak 3
kali dalam seminggu.
Bagi yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg, dosis yang digunakan
Dewasa adalah 1,5 gram, sekali sehari.Bagi yang memiliki berat badan 50 kg atau
lebih, dosis maksimal yang digunakan adalah 2 gram, sekali sehari.
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan pyrazinamide
sebelum mulai mengonsumsinya. Simpan pyrazinamide di dalam kemasan yang tersegel
dengan baik pada tempat yang sejuk, kering, dan tidak terkena paparan sinar matahari
langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk mengonsumsi pyrazinamide pada jam yang sama setiap harinya, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Pastikan Anda tetap mengonsumsi pyrazinamide hingga batas waktu yang ditentukan
oleh dokter, meski kondisi Anda sudah lebih baik. Hal ini untuk mencegah kambuhnya
infeksi tuberkulosis.
Pastikan untuk tetap rutin menemui dokter selama menjalani pengobatan dengan
pyrazinamide agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda.
Interaksi Obat
Berikut ini adalah beberapa interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi
pyrazinamide bersama dengan obat-obatan lain:
Demam
Muntah
Ruam kulit
Kehilangan nafsu makan
Warna mata atau kulit menjadi kuning
Urine berwarna gelap
Nyeri dan bengkak pada sendi
Luka memar atau perdarahan yang tidak biasa
Kesulitan buang air kecil.
TBC (Tuberkulosis)
Referensi
Info Terkait
Kesehatan
Kesehatan
Waspadai TBC Kelenjar yang Ditandai dengan Benjolan di Leher
Kesehatan
Selanjutnya
Diskusi Terkait
Saya terkena TB dan sedang melakukan pengobatan dari dokter yaitu minum obat TB 3 tablet 1
hari di waktu ainuh. Apakah saya...
2 Balasan
Selamat pagi dok, Sya mau bertanya dok Sya Mengalami Tbc, Dan skrang saya lg pengobatan yg
6 Bulan dan sudh masuk fase...
1 Balasan