Anda di halaman 1dari 88

KELOMPOK 3

ANNISA ARISHANTI
BONITA
DELVIA MARCELINA
ELSINDI
EKA NUR HIDAYATI
NI MADE NOVITA DEWI
VITHA VANDINA OKTAVIANI
WULAN WIDYANINGSIH
Vitamin
Larut Air

Vitamin B Vitamin
kompleks C
Vitamin B Kompleks

 Mencakup sejumlah vitamin dengan rumus kimia dan


efek biologik yang sangat berbeda yang digolongkan
bersama karena dapat diperoleh dari sumber yang
sama, antara lain hati dan ragi.

Vitamin Larut Air


TIAMIN

 Definisi
Tiamin (vitamin B1) adalah vitamin larut air, yang
digunakan untuk mengobati kasus defisiensi vitamin B1,
salah satunya penyakit beri-beri. Dan merupakan
kompleks molekul organik yang mengandung satu inti
tiazol dan pirimidin
 Bentuk Sediaan
Sediaan oral biasanya tersedia berupa tablet 10 mg, 50 mg,
dan 100 mg. sedangkan sediaan injeksi tersedia dengan
kadar 100 mg / ml.
 Indikasi
1. Untuk mengobati penyakit akibat defisiensi vitamin B1
seperti beri-beri, sindrom Wernicke-Korsakoff, dan
neuropati optik.
2. Sebagai tambahan dalam pengobatan penyakit
jantung akibat kekurangan thiamine.
3. Digunakan juga sebagai suplemen untuk wanita hamil,
terutama jika wanita hamil tersebut sering muntah
parah.
 KONTRA INDIKASI
Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif
 EFEK SAMPING
Obat ini relatif bisa ditoleransi oleh sebagian besar orang.
Namun beberapa orang mungkin mengalami beberapa
efek samping.
Efek samping thiamine adalah sebagai berikut :
1. Reaksi alergi seperti : pruritus, urtikaria, berkeringat, mual,
gelisah, edema angioneurotic, sianosis, edema paru.
2. Perdarahan pada saluran pencernaan juga bisa terjadi.
 Dosis
Tiamin diberikan dengan dosis berikut :
1. Dosis lazim dewasa untuk beri-beri
3 x sehari 10 – 20 mg. Obat diberikan secara intramuskular
sampai 2 minggu. Selanjutnya, bisa diberikan suplemen
multivitamin yang mengandung vitamin B1 5-10 mg/ hari,
selama 1 bulan. Konsumsi makanan seimbang akan
membantu kesembuhan.
2. Dosis lazim dewasa untuk tujuan suplementasi
1 x sehari 50 – 100 mg.
3. Dosis lazim dewasa untuk Wernicke Encephalopathy
awal : 100 mg intravena. Selanjutnya 50 – 100 mg / hari
secara intramuskular atau intravena.
4. Neuritis pada kehamilan
Apabila mual dan muntah yang parah menghalangi terapi oral,
berikan 5-10 mg IM per hari.
5. Dosis untuk beri-beri pada Anak-anak:
10-25 mg IM atau infus per hari (apabila dalam keadaan kritis), atau
10-50 mg oral setiap hari selama 2 minggu, lalu 5-10 mg oral per hari
selama satu bulan. Apabila gejala muncul kembali: berikan 25 mg
infus dengan hati-hati.
6. Dosis untuk defisiensi tiamin pada anak-anak:
Apabila diberikan dextrose: untuk pasien dengan status thiamin
marginal, berikan 100 mg pada beberapa liter pertama dari caran
infus untuk mencegah terjadinya gagal jantung.
7. Dosis untuk suplemen vitamin/mineral pada anak-anak:
Bayi: 0.3-0.5 mg oral sekali sehari; Anak-anak 0.5-1 mg oral sekali
sehari.
Mekanisme Kerja
 Farmakodinamik
Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan
efek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian IV secara
cepat dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer
berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan rekanan darah
yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam
metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak
mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada hewan coba
adalah 125-350 mg/kgBB secara IV dan kira-kira 40 kalinya untuk
pemberian parenteral biasanya terjadi karena reaksi alergi
 Farmakokinaetik
Setelah pemberian parenteral absorbsi berlangsung cepat dan
sempurna. Absorbsi per oral berlangsung dalam usus halus dan
duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian
oral sebanyak 40 mg
Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di
jaringan tubuh. Jika asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini
akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin atau pirimidin
Riboflavin

 Definisi
Riboflavin atau vitamin B2 adalah suatu zat yang diperlukan tubuh
untuk membantu mengurai karbohidrat, lemak, dan protein dari
makanan yang kita konsumsi menjadi energi. Selain itu, riboflavin
juga membantu proses penyerapan oksigen di dalam tubuh.
 Bentuk sediaan
Kapsul, oral: 50 mg; 400 mg
Tablet, oral: 25 mg; 50 mg; 100 mg.
 Indikasi
Pengunaannya yang utama adalah untuk pencegahan
dan terapi defisiensi vitamin B2
 Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap riboflavin, nefrolitiasis.
 Dosis
1. Dosis untuk dewasa
 Untuk mengobati rendahnya kadar riboflavin (defisiensi
riboflavin) pada orang dewasa: 5-30 mg riboflavin (vitamin
B2) sehari dalam dosis-dosis terpisah.
 Untuk mencegah sakit kepala sebelah pada orang dewasa:
400 mg riboflavin (vitamin B2) per hari. Mungkin akan
memakan waktu tiga bulan untuk mencapai hasil yang
optimal
 Untuk mencegah katarak: konsumsi 2.6 mg riboflavin
(vitamin B2) telah digunakan. Kombinasi dari 3 mg riboflavin
(vitamin B2) plus 40 mg Niacin per hari juga telah digunakan
2. Dosis untuk anak
Penggunaan Riboflavin (vitamin B2) harian yang disarankan
adalah:
 Bayi 0-6 bulan, 0.3 mg
 Bayi 7-12 bulan, 0.4 mg
 anak-anak 1-3 tahun, 0.5 mg
 anak-anak 4-8 tahun, 0.6 mg
 anak-anak 9-13 tahun 0.9 mg
 pria di atas usia 14 tahun, 1.3 mg
 wanita 14-18 tahun, 1 mg
 wanita di atas usia 18 tahun, 1.1 mg
 ibu hamil, 1.4 mg
 ibu menyusui, 1.6 mg.
 Efek samping
Riboflavin hampir tidak pernah menyebabkan efek
samping. Efek samping mungkin saja terjadi apabila
kita mengonsumsi suplemen riboflavin dalam dosis
yang besar, yaitu warna urine yang menjadi lebih
kuning dari biasanya.
Mekanisme Kerja

 Farmakodinamik
Pemberian riboflavin tidak memberikan efek farmakodinamik yang
jelas
 Farmakokinetik
Pemberian akan diabsorbsi dengan baik dan didistribusikan merata
ke seluruh jaringan. Asupan yang berlebihan akan dikeluarkan
melalui urin dalam bentuk utuh. Dalam tinja ditemukan riboflavin
yang disintesis oleh kuman di saluran cerna, tetapi tidak ada bukti
nyata yang menjelaskan bahwa zat tersebut dapat diabsorbsi
melalui mukosa usus
Asam Nikotinat

 Definisi
Asam nikotinat atau niasin dikenal juga sebagai faktor PP
(pellagra preventive), karena dapat mencegah penyakit pelagira
pada manusia
 Bentuk sediaan
Tablet, kapsul dan obat suntik
 Indikasi
Peladira, Kolesterol LDL meningkat, trigliseridemia, dan
kolesterol HDL rendah, tidak dapat mentoleransi
statin (dislipidemia)
 Kontraindikasi
pendarahan arteri, tukak peptik aktif, kehamilan dan
menyusui, diabetes mellitus, pirai, penyakit hati, otot skelet,
angina tidak stabil, infark miokardial akut, jaundice.
 Dosis
A. Dosis untuk dewasa
1. Dosis untuk hyperlipoproteinemia jenis IV (VLDL tinggi) pada orang dewasa
a) Dosis awal: 100 mg oral 3 kali sehari, saat atau sesudah makan.
b) Dosis pemeliharaan: 1 sampai 2 g oral 3 kali sehari, saat atau sesudah makan.
2. Dosis untuk extended-release (Niaspan):
Dosis awal: 500 mg oral sekali sehari saat waktu tidur setelah camilan rendah lemak. Dosis
maksimal yang dianjurkan adalah 2 g/hari.
3. Dosis untuk extended-release (Slo-niasin):
Dosis awal: 250-750 mg oral sekali sehari, pagi atau malam.
4. Dosis untuk hyperlipoproteinemia Tipe V (kilomikron tinggi+ VLDL) pada orang dewasa
a) Dosis awal: 100 mg oral 3 kali sehari, saat atau sesudah makan.
b) Dosis pemeliharaan: 1 – 2 g secara oral 3 kali sehari, saat atau sesudah makan.
5. Dosis untuk Pellagra pada orang dewasa
50 – 100 mg oral 3 sampai 4 kali sehari.
6. Dosis untuk Defisiensi niasin pada orang dewasa
10 – 20 mg oral sekali sehari. niasin juga dapat diberikan secara parenteral sebagai komponen
aditif multivitamin injeksi yang terkandung dalam produk nutrisi parenteral.
B. Dosis untuk anak
1. Dosis untuk Pellagra pada anak-anak
50 – 100 mg per oral 3 kali sehari.
2. Dosis rekomendasi sesuai Angka Kebutuhan Gizi (AKG):
 1 – 5 bulan: 2 mg oral setiap hari.
 6 – 11 bulan: 3 mg oral setiap hari.
 1 – 3 tahun: 6 mg oral setiap hari.
 4 – 8 tahun: 8 mg oral setiap hari.
 9 – 13 tahun: 12 mg oral setiap hari.
Remaja laki-laki:
 14 – 18 tahun: 16 mg oral setiap hari.
Remaja perempuan:
 14 – 18 tahun: 14 mg oral setiap hari.
 Efek samping
1. Diare
2. Sakit kepala
3. Sakit perut
4. Kulit menjadi berwarna merah
5. Hipotensi ortostatik atau berkurangnya tekanan darah
secara drastis saat berdiri
Mekanisme Kerja

 Farmakodinamik
Dalam tubuh, asam nikotinat dan niasinamid diubah
menjadi bentuk aktif NAD (nikotin adenin dinukleotida)
dan NADF (nikotinamid adenin dinukleotida fosfat).
Keduanya berperan dalam metabolisme sebagai koenzim
untuk berbagai protein penting dalam respirasi jaringan
 Famakokinetik
Niasin dan niasinamid mudah diabsorbsi melalui
semua bagian saluran cerna dan didistribusi ke
seluruh tubuh. Ekskresinya melalui urin sebagian kecil
dalam bentuk utuh dan sebagian lainnya dalam
bentuk berbagai metabolitnya antara lain asam
nikotinurat dan bentuk glisin peptida dari asam
nikotinat
Piridoksin

 Definisi
Vitamin B6 atau bisa disebut juga piridoksin adalah nutrisi yang
sangat penting bagi fungsi darah, kulit, dan sistem saraf pusat.
Suplemen vitamin B6 berguna untuk mengatasi defisiensi vitamin B6,
beberapa jenis anemia, mencegah efek samping obat
seperti cycloserine
 Bentuk sediaan
Tablet 10 mg, 25 mg
Kaplet 10 mg
Ampul 50 mg/ml x 1 ml , 100 mg/ml x 1 ml
 Indikasi:
1. Defisiensi vitamin B6
2. Gangguan metabolik
3. drug-induced neurotoxicity dan intoksikasi akut
4. Mushroom toxicity
5. sideroblastic anemia .
6. Piridoksin juga diberikan bersama isoniazid (antituberkulosis)
atau hidralazin guna mencegah neuritis perifer.
7. Pemberian piridoksin pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi yang mengandung estrogen dibenarkan, karena
adanya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut.
 Kontraindikasi
Pasien dengan sejarah sensitivitas pada vitamin, hipersensitivitas
terhadap piridoksin atau komponen lain dalam formulasi.
 Dosis
A. Dosis untuk dewasa
1. Untuk Indikasi defisiensi piridoksin :
Dewasa : dosis awalnya 2,5 - 10 mg perhari. Setelah gejala
klinisnya terkoreksi, sediaan multivitamin mengandung vitamin
B6 2-5 mg perhari harus diberikan selama beberapa minggu
2. Untuk terapi drug-induced deficiency anemia atau neuritis,
dosis awal 100-200 mg perhari selama 3 minggu diikuti dosis
profilaksis oral 25-100 mg perhari.
B. Dosis untuk anak
Rekomendasi kecukupan asupan vitamin oleh National
Academy of Sciences (NAS):
 Bayi sehat < 6 bulan: 0.01 mg/kg tiap hari
 Bayi sehat 6-12 bulan: 0.03 mg/kg tiap hari
Recommended Dietary Allowance:
 1-3 tahun: 0.9 mg tiap hari
 4-6 tahun: 1,3 mg tiap hari
 7-10 tahun: 1,6 mg tiap hari
 Efek samping
1. Sistem saraf pusat : sakit kepala, kejang (mengikuti
pemberian dosis IV yang sangat besar), sensory neuropathy
2. Endokrin & metabolik : penurunan sekresi serum asam folat
Gastrointestinal
3. Mual Hepatik : Peningkatan AST Neuromuskular & skeletal
Mekanisme Kerja
 Farmakodinamik
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak
menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Piridoksin fosfat
dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting
dalam metabolisme berbagai asam amino, diantaranya
dekarboksilasi, transmisi, dan rasemisasi tritofan, asam-asam
amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida
 Farmakokinetik
Piridoksin, piridoksasi dan piridoksamin mudah diabsorbsi
melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga
bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui
urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal
Asam Pantotenat

Dalam tubuh, asam pantotenat membentuk koenzim A


yang sangat penting dalam metabolisme, karena
bertindak sebagai katalisator pada reaksi-reaksi transferasi
gugus asetil.

Kebutuhan manusia akan asam pentotenat sehari adalah


5-10 mg
Farmakodinamik

Dengan memberikan diet yang mengandung antagonis


asam pantotenat yaitu omega-metil asam pentotenat.

Sindroma yang terjadi berupa kelelahan, rasa lemah,


gangguan saluran cerna, gangguan otot.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral, diabsorpsi dengan baik.
Dalam tubuh tidak di metabolisme, dan dieksresi dalam
bentuk utuh 70% melalui urin dan 30% melalui tinja.

Sediaan
Ca-pantotenat bentuk tablet 10 atau 30 mg dan dalam
larutan steril untuk injeksi kadar 50 mg/mL
BIOTIN

 Dikenal sebagai vitamin H


 Defisiensi timbul jika diberikan antimetabolit biotin, misalnya biotin
sulfon, destobiotin, atau avidin. Gejala yang timbul antara lain
dermatitis, sakit otot.
 Jumlah biotin yang diperlukan sehari berkisar antara 150-300 mg.
KOLIN

 Berfungsi sebagai prekursor asetilkolin, suatu neurotransmiter,


lipotropik, donor metil dalam pembentukan asam amino essensial
 Kebutuhan kolin dalam makanan rata-rata terdapat 500-900 mg.
 Aman penggunaan oral
 Sediaan kolin berupa kolin, kolin bitartrat, kolin dehidrogen sitrat, dan
kolin klorida
INOSITOL

 Zat aktif inositol adalah mio-inositol


 Pemberian inositol tidak memberikan efek farmakodinamik
yang nyata
 Gejala defisiensi inositol pada hewan yaitu gangguan
pertumbuhan, alopesia, dan gangguan laktasi
ASAM ASKORBAT (VIT C)

 Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada


keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan
 Meningkatkan imunitas
 Jika kelebihan vitamin C maka akan menyebabkan
keguguran janin, Jika kekurangan maka akan
menyebabkan keracunan kehamilan, KPD
Farmakodinamik

 Berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan


amidasi serta meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan
dalam pembentukan hormon oksitosin dan diuretika
 Pada jaringan, fungsi utama vit.C adalah dalam sintesis kolagen,
proteoglikan zat organik matriks antarsel
Farmakokinetik

 Mudah diabsorpsi melalui saluran cerna


 Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar daripada
dalam plasma dan eritrosit
Indikasi
 Pencegahan dan pengobatan skorbut

Sediaan
 Preparat dalam bentuk tablet maupun bentuk larutan
mengandung 50-1500 mg
 Sediaan suntik mengandung 100-500 mg
Dosis yang dianjurkan minimal 150 mg
Efek Samping
 Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat
menyebabkan diare
 Dosis besar juga dapat meningkatkan bahaya
terbentuknya batu ginjal, ketergantungan (penggunaan
kronik)
 Vitamin C meningkatkan absorpsi besi, sehingga dalam
dosis besar dapat berbahaya pada pasien
hemokromatosis, talasemia dan anemia sidero-blastik
Vitamin Larut Lemak
 Diabsorpsi dengan cara yang kompleks dan sejalan dengan
absorpsi lemak.
 Mempengaruhi permeabilitas/transpor pada membran sel
dan sebagai oksidator atau reduktor, koenzim atau inhibitor
enzim.

Kontraindikasi
 yang menyebabkan gangguan absorpsi lemak
1. Asam empedu
mengakibatkan defisiensi satu atau
2. Ikterus
mungkin semua vitamin golongan
3. Enteritis ini
Vitamin Vitamin
D E

Vitamin Vitamin
A Vitamin K
Larut
Lemak
Vitamin A
 Nama lainnya adalah retinol sangat berpengaruh terhadap kesehatan mata dan
berperan dalam proses penyembuhan luka. Dalam kegiatan pertumbuhan dan
perkembangan jaringan ephitelial vitamin A mempertahankan kesehatan dan struktur kulit,
rambut, dan gigi.
 Farmakodinamik
 untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap.
 Retinol (vitamin A1) memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur sel
epitel, karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel.
 Vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi dan perkembangan
embrio.
 Defisiensi
 Terjadi bila :
 kesanggupan tubuh untuk menyimpan vitamin A terganggu (sirosis hati)
 terdapat defisiensi protein (transport)
 absorpsi di usus terganggu
 asupan vitamin A yang kurang.
 Gejala yang paling dini berupa buta senja. . Defisiensi lebih berat menyebabkan gangguan pada
mata yang berupa xeroftalmia, timbulnya bercak Bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan.
Hipervitaminosis A

 terjadi akibat penggunaan vitamin A lebih dari 700-3000


IU/kg/hari untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun.
 kerusakan hati pada anak dapat timbul karena penggunaan
vitamin A dengan dosis yang sesuai AKG untuk orang dewasa
selama beberapa tahun dan dengan dosis 5 kali AKG selama
7-10 tahun pada orang dewasa.
 Kebutuhan manusia
 wanita 500 RE dan pria 600 RE.
 Dosis karoten yang diperlukan kurang lebih 2 kali dosis vitamin A.
 Farmakokinetik
 diabsorpsi sempurna melalui saluran cerna dan kadar puncak dalam
plasma setelah 4 jam
 Absorpsi berkurang bila diet kurang mengandung protein, atau pada
penyakit infeksi tertentu, dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis
hati atau obstruksi biliaris.
 disimpan di dalam hati sebagai palmitat, dalam jumlah kecil ditemukan
juga di ginjal, adrenal, paru, lemak
 intraperitoneal dan retina.
 Indikasi
 untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
 tetapi retinol sejumlah 20.000 IU/hari selama 1 atau 2 bulan pada bayi
atau anak sehat dengan makanan yang baik dapat menimbulkan gejala
keracunan.
 Gejala defisiensi vitamin A pada anak diberikan secara suntikan
sebanyak 100.000 unit untuk satu kali pemberian dan dilanjutkan dengan
pemberian oral. Tambahan suntikan 20.000 unit tiap minggu dapat
dianjurkan.
 Pemberian vitamin E bersama dengan vitamin A dapat meningkatkan
efektivitas vitamin A dan mencegah atau mengurangi kemungkinan
terjadinya hipervitaminosis A.
 Vitamin A juga digunakan untuk pengobatan penyakit kulit tertentu
seperti akne, psoriasis, dan iktiosis.
Posologi
 tersedia secara oral, suntikan dan topikal.
 Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-
 50.000 IU) per kapsul.
 Pada defisiensi berat, dosis pemberian IM pada orang dewasa dan anak berusia lebih dari 8 tahun: 50.000-
 100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti dengan 50.000 IU/hari untuk 2 minggu. Pada anak 1-8 tahun diberikan dosis 5.000-
15.000 IU/hari untuk 10 hari dan bayi 5.000-
 10.000 IU/hari untuk 10 hari.
 Dosis oral pada orang dewasa dan anak lebih dari 8 tahun ialah 100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti dengan
 50.000 IU/hari selama 2 minggu, dilanjutkan dengan 10.000-20.000 IU/hari untuk 2 bulan.

Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :


 Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk balita
 Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
 Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul.
 Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk diminum
Cara pemberian kapsul Vit A dosis tinggi pada ibu nifas :
 Diberikan segera setelah melahirkan dengan cara meminum langsung 1 (satu) kapsul
 Kemudian minum 1(satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
Menyebrangi
Usus sel-sel vili
Sistem limfe ke
dalam aliran Hati
halus dinding usus
halus
darah

Cara kerja
a. Dalam usus halus vitamin A bereaksi dengan
asam lemak dan membentuk ester dan dengan
bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili
dinding usus halus untuk kemudian diangkut
melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju
hati. Hati merupakan tempat penyimpanan
terbesar vitamin A dalam tubuh.
b. Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari
hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh
Retinol Binding-Protein (RBP) yang disintesis oleh
hati.
Vitamin D

 Dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila


tubuh cukup mendapat matahari konsumsi makanan tidak
dibutuhkan. Karena dapat disintesis dalam tubuh.
 Farmakodinamik
 Pengatur homeostatik kalsium plasma.
 Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat melalui usus halus.
 Pengaturan kadar kalsium plasma dipengaruhi juga oleh
hormon paratiroid (HPT) dan kalsitonin.
 Defisiensi
 Terjadi penurunan kadar kalsium plasma, selanjutnya merangsang
sekresi HPT yang berakibat meningkatnya reabsorpsi tulang.
 Pada bayi dan anak mengakibatkan gangguan pertumbuhan
tulang (penyakit rakitis).
 Berkurangnya kalsifikasi menyebabkan deformitas tulang seperti
kifosis, skoliosis, tulang tasbeh pada dada, kraniotabes pada anak
usia dibawah 1 tahun dan genu varus atau genu valgus pada anak
yang sudah dapat berjalan.
 Hipervitaminosis D
 Gejalanya berupa hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik
pada jaringan lunak (ginjal, pembuluh darah, jantung
dan paru), anoreksia, mual, diare, sakit kepala,
hipertensi dan hiperkolesterolemia.
 Kebutuhan sehari
 400 unit/hari.
 Farmakokinetik
 Absorpsi melalui saluran cerna cukup baik. Vitamin D3
diabsorpsi lebih cepat dan sempurna. Gangguan
fungsi hati, kandung empedu dan
 saluran cerna seperti steatore akan mengganggu
absorpsi vitamin D.
 Disimpan dalam bentuk inert di dalam tubuh, untuk
menjadi bentuk aktif harus dimetabolisme lebih dahulu
melalui serangkaian proses hidroksilasi di ginjal dan
hati.
 Ekskresi
melalui empedu dan dalam jumlah kecil
ditemukan dalam urine.
 Sediaan dan indikasi
 Tersedia dalam beberapa macam bentuk sediaan
 Selain untuk pencegahan dan pengobatan rakitis, vitamin D antara lain digunakan
untuk osteomalasia, hipoparatiroidisme dan tetani infantil, dan untuk keadaan lain
dengan alasan penggunaan yang belum atau tidak diketahui misalnya pada
psoriasis, artritis, dan hay fever.
 Pada rakitis, dosis 1.000 unit/hari akan mengembalikan kadar kalsium dan fosfat
plasma menjadi normal setelah
 ±10 hari, sedangkan hasil pemeriksaan radiologik akan menunjukkan penyembuhan
dalam waktu 3 minggu.
 Hipoparatiroidisme diperlukan 50.000-250.000 unit (dosis penunjang).
 Tambahan vitamin D diperlukan pada masa hamil, laktasi dan pada orang tua agar
asupan vitamin D per hari 400 IU.
 Pada bayi prematur atau bayi yang mendapat ASI dalam jumlah yang tidak cukup
diperlukan dosis pencegahan 400 IU/hari.
 Bayi yang kemungkinan besar mengalami rakitis (sindrom malabsorpsi, lahir dari ibu
yang mengalami defisiensi vitamin D) memerlukan sampai 30.000 IU/hari.
 Cara kerja
Diabsorpsi dalam usus halus bersama lipid dengan bantuan
cairan empedu. Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut
oleh D-plasma Binding Protein (DBP) ke tempat-tempat
penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain.

absorpsi di Hati, kulit, otak,

usus halus DBP tulang, dan


jaringan lain
Vitamin E
 Sebagai antioksidan intraseluler yang kuat melindungi limfosit dan monosit dari
radikal bebas pada DNA, oleh karena itu vitamin ini membantu dalam
memperlambat penuaan.
 Terdapat pada telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-kacangan dan
sayur-sayuran, misalnya selada dan bayam.
 Farmakodinamik
 Sebagai antioksidan, mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah
terbentuknya hasil oksidasi yang toksik (hasil peroksidasi asam lemak tidak jenuh).
 Defisiensi biasanya lebih sering disebabkan oleh gangguan absorpsi, misalnya
steatore, obstruksi biliaris dan penyakit pankreas.
 Bayi prematur dengan makanan yang kaya asam lemak tidak jenuh ganda dan
kurang vitamin E akan mengalami lesi kulit, anemia hemolitik dan udem.
 Kebutuhan sehari
 Asupan 10-30 mg cukup untuk mempertahankan kadar
normal di dalam darah.
 Farmakokinetik
 Diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah terutama
terikat dengan beta-lipoprotein dan didistribusi ke semua
jaringan.
 Kebanyakan diekskresi secara lambat ke dalam empedu,
sedangkan sisanya diekskresi melalui urine sebagai
glukuronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain.
 Sediaan dan indikasi
 Terdapat dalam bentuk d atau campuran d dan I isomer
dari tokoferol, a-tokoferol asetat, a-tokoferol suksinat.
 Sediaan oral (tablet dan kapsul) mengandung 30-
 IU. Suntikan (larutan) mengandung 100 atau 200 IU/ml.
 Indikasi pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat dari
kadar serum yang rendah dan atau peningkatan
fragilitas eritrosit terhadap hidrogen peroksida (pada bayi
prematur dengan berat badan yang rendah, pada
penderita-penderita dengan sindrom malabsorpsi dan
steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak).
 Cara kerja
Diabsorpsi dibagian atas usus halus. Transportasi dari mukosa
usus halus ke dalam sistem limfe dilakukan oleh kilo micron
untuk dibawa ke hati. Tokoferol (vitamin D) menumpuk
dibagian-bagian sel dimana produksi radikal bebas paling
banyak terbentuk, yaitu di mitokondria dan retikulum
endoplasma.

absorpsi
dibagian Sistem
Hati
atas usus limfe
halus
Vitamin K
 Dihubungkan dengan proses pembekuan darah untuk menghentikan
perdarahan pada waktu terjadi luka. Proses tersebut merupakan salah satu
pertahanan tubuh menghadapi inveksi, dengan membentuk thrombin yang
akan menutup luka dengan pembekuan darah.
 Vitamin K alam:
 vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) Digunakan untuk pengobatan
 Terdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan.
 vitamin K2 (senyawa menakuinon)
 Disintesis oleh bakteri usus terutama oleh bakteri gram-positif.
 Vitamin K sintesis. Vitamin K2
 Farmakodinamik
 Berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa
faktor pembekuan darah yaitu protrombin, faktor VII
(prokonvertin), farktor IX (faktor Christmas) dan
faktor X (faktor Stuart) yang berlangsung di hati.
 Kebutuhan manusia
 Sintesis
vitamin K oleh bakteri usus sekitar 50% dari
kebutuhan vitamin K per hari.
 Defisiensi
 Menyebabkan hipoprotrombinemia dan menurunnya kadar
beberapa faktor pembekuan darah
 Defisiensi vitamin K terjadi karena:
 Gangguan absorbsi vitamin K
 Berkurangnya bakteri yang mensintesis
 Pemakaian antikoagulan
 Farmakokinetik
 Absorpsi melalui usus sangat tergantung dari kelarutannya.
 Absorpsi filokuinon dan menakuinon berlangsung baik bila ada
garam-garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya
yang larut air dapat diabsorpsi walaupun tidak ada empedu.
 Sediaan dan indikasi
 Tablet fitonadion 5 mg. Emulsi fitonadion mengandung 2 atau 10 mg/ml(parenteral)
 Tablet menadion 2,5 dan 10 mg. Larutan menadion dalam minyak yang mengandung
2, 10, dan 25 mg/ml (IM)
 Tablet menadion natrium bisulfit 5 mg. Larutan menadion natrium bisulfit mengandung
5 dan 10 mg/ml (parenteral)
 Tablet menadiol natrium difosfat 5 mg. Larutan menadiol natrium difosfat yang
mengandung 5 dan 10 mg/ml (parenteral)
Berguna untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
 Pada bayi baru lahir hiprotrombinemia terjadi karena belum adanya bakteri yang
mensintesis vitamin K dan tidak adanya depot vitamin K. Filokuinon merupakan obat
terpilih untuk tindakan pencegahan tersebut dan diberikan sejumlah 0,5-1 mg IM atau
IV segera setelah bayi dilahirkan.
 Dilakukan juga pada bayi prematur atau bayi aterm yang dilahirkan dengan bantuan
forseps atau ekstraksi vakum, dan diberikan dengan dosis 2,5 mg untuk 3 hari berturut-
turut.
 Untuk pengobatan perdarahan pada bayi dapat diberikan 1 mg IM atau IV dan bila
perlu dapat diulangi setelah 8 jam.
 Cara kerja
Dapat disintesis oleh tubuh, tetapi suplai vitamin K bagi tubuh
berasal dari bahan makan dan dari sintesa oleh mikroflora usus
yang menghasilkan menaquinone. Untuk penyerapan vitamin K
diperlukan garam empedu dan lemak di dalam hidangan.
Garam empedu dalam lemak dicerna membentuk misel
(misell) yang berfungsi sebagai transport carrier bagi vitamin K
tersebut.
Mineral
 Definisi
Mineral adalah zat yang dibutuhkan manusia guna mendukung
proses tumbuh serta berkembang oleh tubuh dalam jumlah yang
sedikit atau kecil. Mineral mempunyai komposisi unsur murni dan juga
garam sederhana yang sangat kompleks dengan beberapa jenis
bentuk hingga ribuan bentuk.
Kalsium

 Definisi
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan di
dalam tubuh. Untuk absorbsinya diperlukan vitamin D.
Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan,
selama faktasi dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang
mendapat susu buatan memerlukan tambahan kalsium
 Bentuk sediaan
Tablet, kapsul, oral: 500 mg 750 mg 900 mg
 Indikasi
Banyak peneliti yang menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari
untuk pasien alkoholik, sindrom malabsorbsi dan pasien-pasien
yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau antasid
yang mengandung aluminium
 Kontraindikasi
penyakit jantung, diabetes, epilepsi
 Dosis
1. Dosis Dewasa Biasa untuk Antasid
0,5-1,5 g secara oral 1 jam setelah makan dan sebelum tidur.
2. Dosis Dewasa Biasa untuk pencegahan Hypocalcemia, Deplesi
Kalsium, Osteoporosis
1-2 g secara oral setiap hari.
Dosis kalsium dapat berbeda untuk setiap pasien. Dosis yang dipakai
tergantung pada usia, kesehatan, dan beberapa kondisi lain.
3. Pada orang dewasa, umumnya dosis 1000-1200 mg sehari cukup
untuk mencegah dan mengobati defisiensi kalsium. Sedangkan pada
anak-anak, biasanya dokter akan menyesuaikan dosis kalsium dengan
umur mereka. Jangan mengonsumsi kalsium lebih dari 1500 mg per
hari.
 Efek samping
Kalsium dapat memiliki beberapa efek samping termasuk
sembelit, anoreksia, mual, muntah, perut kembung,
diare, rebound hyperacidity, eruktasi
Mekanisme Kerja
Yang mengatur kadar kalsium dalam darah adalah hormon paratiroid,
tirokalsitonin dari kelenjar tiroid dan vitamin D. Hormon paratiroid dan vitamin
D meningkatkan kalsium darah dengan cara sebagai berikut :
1. Vitamin D merangsang absorpsi kalsium oleh saluran cerna
2. Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
tulang ke dalam darah.
3. Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorpsi kalsium di dalam
ginjal.
Ion kalsium secara aktif diabsorbsi ke dalam darah terutama dari duodenum
dan jumlah absorbsi ion kalsium dikontrol sangat tepat untuk memenuhi
kebutuhan harian tubuh akan kalsium. Faktor penting yang mengontrol
absorbsi kalsium adalah PTH (Paratiroid Hormone) yang disekresikan oleh
kelenjar paratiroid dan vitamin D.
Fosfor
 Definisi
Fosfor terdapat pada semua jaringan tubuh dan di dalam tulang dan
gigi didapatkan dalam jumlah yang hampir sama dengan kalsium.
Fosfor sangat penting sebagai bufer cairan tubuh. Lemak, protein,
karbohidrat dan berbagai enzim yang berperan dalam tranfer energi
mengandung mineral ini
 Bentuk sediaan
Obat cair, tablet, bubuk
 Indikasi
alkoholisme, penggunaan antasid yang tidak dapat diabsorbsi
untuk jangka lama, muntah berkepanjangan, pasien penyakit
hati atau hiperparatiroidisme
 Kontraindikasi
1. sakit ginjal
2. batu ginjal
3. achlorhydria (asam lambung)
4. Sakit jantung
5. sakit pankreas
6. sarcoidosis (sejenis sakit paru-paru)
7. sindrom malabsorps
 Dosis
1. Dosis untuk dewasa
 Dosis umum untuk dewasa dengan Hypocalcemia
1 – 2 tablet oral satu kali/hari
 Dosis umum untuk dewasa dengan Osteomalacia
1 – 2 tablet oral satu kali/hari
 Dosis umum untuk dewasa dengan Osteoporosis
1 – 2 tablet oral satu kali/hari
 Dosis umum untuk dewasa dengan
Pseudohypoparathyroidism
1 – 2 tablet oral satu kali/hari
 Dosis umum untuk dewasa dengan Hypoparathyroidism
1 – 2 tablet oral satu kali/hari
2. Dosis untuk umum
 1 sampai 3 tahun: 460 miligram per hari
 4-8 tahun: 500 miligram per hari
 9-18 tahun: 1.250 miligram per hari
 19+ tahun: 700 miligram per hari
 Wanita hamil dan menyusui: 700 miligram per hari
 Efek samping
1. mual atau muntah
2. kehiangan nafsu makan
3. sembelit
4. mulut kering atau cepat haus
5. sering buang air kecil
Mekanisme Kerja
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH)
yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormon kalsitonin.
Kedua hormon tersebut berinteraksi dengan vitamin D untuk
mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh
ginjal, serta jumlah yang dibebaskan dan disimpan di dalam tulang.
PTH menurunkan reabsorpsi fosfor oleh ginjal. Kalsitonin
meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal. Konsumsi fosfor yang relatif
tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh perbandingan P : Ca
yang tinggi dalam serum akan merangsang pembentukan PTH yang
mendorong pengeluaran fosfor dari tubuh.
FOSFOR

 Pembentukan rangka dan gigi janin serta kenaikan


metabolisme kalsium ibu
 Kebutuhan fosfor 150 mg perhari
 Kelebihan: kerusakan tulang
Kekurangan : bayi lahir prematur
 Fosfor dapat ditemukan pada susu, keju, sereal, ikan, telur
dan berbagai roti
Cara Kerja Fosfor

Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin


fosfatase di dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi
secara aktif dan difusi pasif. Absorpsi aktif dibantu oleh
bentuk aktif vitamin D. Sebagian besar fosfor di dalam
darah terutama terdapat sebagai fosfat anorganik atau
fosfolipida
MAGNESIUM

 Mengaktivasi banyak sistem enzim dan merupakan kofaktor


yang penting pada fosforilasi oksidatif, pengaturan suhu tubuh,
kontraktilitas otot dan kepekaan saraf
 Kebutuhan tergantung pada jumlah protein, kalsium, dan fosfor
yang dimakan
 Hipomagnesemia meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi
neuromuskular
Dosis dan Efek Samping Magnesium
 Bagi orang dewasa Mengkonsumsi Suplemen magnesium
cukup dengan dosis sampai 350 mg/ hari. Seseorang
dengan kondisi tertentu, seperti sedang hamil, sedang sakit
atau setelah melakukan tindakan pengobatan, sebaiknya
mengkonsultasikan dengan dokter tentang dosis yang pas
dan aman.
 Efek samping yang akan terjadi secara umum adalah diare
dan kram perut, sakit perut, mual, dan muntah.
KALIUM

 Kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel)


mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan
keseimbangan dan volume cairan tubuh
 Hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang
makanannya tidak mengandung protein
 Hiperkalemia sering disebabkan gangguan eksresi
kalium oleh ginjal
Kebutuhan Asupan Harian Kalium
 1 sampai 3 tahun: 3 gram per hari
 4-8 tahun: 3,8 gram per hari
 9-13 tahun: 4,5 gram per hari
 14+ tahun: 4,7 gram per hari
 Wanita sedang hamil: 4,7 gram per hari
 Wanita menyusui: 5,1 gram per hari
NATRIUM

 Kadar natrium (kation utama dalam cairan ekstrasel)


 Kelebihan: hipertensi
Kekurangan : penurunan daya tahan tubuh
 Natrium dapat ditemukan pada makanan yang
mengandung garam tinggi dan makanan hewani
 Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari total
mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256
gram senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan
100 gram unsur natrium. Kadar natrium normal pada
serum 310-340 mg/dL.
 Kita memerlukan minimum 200-500 miligram natrium setiap
hari untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap
normal, yaitu 0,9 persen dari volume darah di dalam
tubuh.
Cara Kerja Natrium

 Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif, lalu dibawa


oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring kemudian
dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah.
 Eksresi natrium dilakukan oleh ginjal, untuk mempertahankan
homeostatis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh.
Klorida

• Klorida merupakan anion yang paling penting dalam


mempertahankan keseimbangan elektrolit.
• Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah
muntah yang lama atau penggunaan diuretik berlebihan.
• Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai
kehilangan berlebihan natrium.
Sulfur

 Beberapa asam amino, tiamin, dan biotin mengandung


sulfur. Meskipun sulfur esensial untuk manusia fungsinya
yang tepat selain sebagai komponen tersebut di atas
tidak diketahui. Demikian pun sampai saat ini belum
diketahui kebutuhannya perhari.
DAFTAR PUSTAKA

 https://farmakologi.files.wordpress.com/2008/09/vit-min.pdf
 Farmakologi dan terapi edisi 5. universitas Indonesia. 2012.
 www.alodokter.com diakses pada tanggal 30 September 2017
pada pukul 12.14
 Pionas.pon.go.id diakses pada tanggal 30 Septermber 2017 pada
pukul 12.14

Anda mungkin juga menyukai