Anda di halaman 1dari 26

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN


PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS KECAMATAN KOJA TAHUN 2019

OLEH:
SELVIA FEBRIYANI
NPM. P3.73.24.3.16.038

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN JURUSAN


KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang
masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap ibu
hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu,
setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya (Salmah,
2015). Dukungan suami dalam kehamilan istri dapat sebagai orang yang
memberi asuhan dan sebagai orang yang memberi respon terhadap perasaan
rentan wanita hamil, baik pada aspek biologis maupun psikologis. Dukungan
suami menunjukkan keterlibatan dalam kehamilan pasangannya dan persiapan
untuk terikat dengan anaknya.(1)
Tingginya kejadian angka kematia ibu (AKI) di Indonesia Menurut data
World Health Organization (WHO) 99% kematian maternal. Setiap harinya
sekitar 830 ibu meninggal di dunia karena penyehab kematian yang dapat
dicegah terkait kehamilan dan persalinan.(2) Menurut profil kesehatan ibu dan
anak tahun 2015 menjelaskan bahwa aki merupakan salah satu indicator yang
mempunyai target Sustainable Devolopment Goals (SDG’S) pada tahun 2016-
2030 ke-3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk di segala usia. Target 3.1 SDG’S pada tahun 2030 yaitu mengurangi
rasio kematian ibu global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup.(3)Di Indonesia sendiri AKI pada tahun 2015 yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup, hal ini tentu saja masih jauh dari target SDG’S yang ingin
dicapai. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang,
80% di akibatkan karena komplikasi kehamilan.(4)
Berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia ini begitu kompleks.
berdasarkan hasil analisis Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Pemeriksaan Kehamilan K1 pada perempuan umur 10-54 tahun sebesar 82%, dan
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018) capaian K1 sebesar 86,0%. Sedangkan

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


untuk pemeriksaan K4 pelayanan kesehatan ibu hamil mencapai 74,1 %,
menunjukkan bahwa cakupan K1 dan K4 dindonesia masih belum seperti yang
diharapkan dan belum mencapai target nasional.(5)
Hal tersebut dapat disebabkan oleh hubungan tingkat pengetahuan ibu dan
dukungan keluarga dengan cakupan pelayanan ANC kurang tercapai .Dukungan
sosial dari orang-orang yang berarti bagi individu, seperti: keluarga, pasangan
hidup, teman dekat, saudara, dan tetangga . Dukungan keluarga berperan sangat
penting dalam terwujudnya hal yang positif. Untuk itu diperlukan peningkatan
edukasi bagi suami, sehingga kebutuhan ibu hamil untuk melaksanakan
kunjungan ANC dengan baik dan lengkap dapat tercapai. Dukungan dari seorang
suami dan keluarga sangat mempengaruhi tercapainya cakupan K1 dan K4.(6)
Dengan melakukan Pelayanan antenatal care atau pelayanan yang
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil dengan
tujuan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan/gangguan/penyakit yang
diderita oleh ibu hamil dan Mengurangi secara dini komplikasi kehamilan dan
mengurangi penyulit masa antepartum yaitu Mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan jamani dan rohani ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan selain
itu manfaat Bagi Janin adalah untuk memelihara kesehatan ibu sehingga
mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir rendah.(7)
Dalam hal ini maka dilakukan pemantauan secara rutin pada ibu hamil dan
selalu memberikan konseling akan pentingnya kunjungan Antenatal. Maka dari itu
perlu dilakukan asuhan yang berbasis contuinity of careatau asuhan yang
berkesinambungan. Dimana asuhan yang diberikan adalah meningkatkan
pelayanan kesehatan yang memenuhi standar.Pelayanan ibu hamil diwujudkan
melalui Kunjungan Antenatalyang dianjurkan adalah 4 kali kunjungan yaitu K1
pada usia (16 minggu), K2 dilakukan pada (24-28 minggu), K3 (32 minggu), K4
(36minggu sampai lahir).(6)
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BKKBN (2007) sikap suami dapat ditunjukkan dengan memberikan perhatian dan
kasih sayang kepada istri, mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan
kehamilan ke fasilitas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan, memenuhi

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemi, menentukan tempat bersalin
(fasilitas kesehatan) bersama istri, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini
mungkin bila terjadi hal-hal menyangkut kesehatan selama kehamilan dan
menyiapkan biaya persalinan.(8)
Fungsi utama bidan adalah mengupayakan agar ibu dapat mencapai
kesehatan yang optimal dengan melakukan Antenatal Care untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi permasalahan – permasalahan pada masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Jika ibu mengalami komplikasi pada
masa kehamilan atau pada saat persalinn, masalah yang segera timbul adalah
kematian ibu dan bayi. Kematian ibu atau bayi bisa di karenakan karna
komplikasi, hal tersebut dikarenakan tidak rutinnya dalam pemeriksaan ANC
sehingga tidak terpantaunya perkembangan janin dan tidak mengetahui
komplikasi secara dini sehingga tidak diketahui intervensinya.

Menurut Penelitian Berdasarkan hasil penelitian nasriyah 2016


menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami
dengan frekuensi kunjungan ANC.Menurut Penelitian Lia Mulyanti dkk (2015)
ada hubungan antara dukungan suami pada ibu hamil dengan kunjungan
ANC.(9) Menurut Meirita Dwi Wulandari Ada hubungan signifikan antara
dukungan suami dengan kepatuhan pemeriksaan ANC pada ibu hamil. Studi
pendahuluan pada bulan April 2017 di Puskesmas Kasihan II Bantul didapatkan
jumlah ibu hamil sebanyak 261 orang dari data pemeriksaan bulan Maret sampai
bulan April tahun 2017. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada
10 ibu hamil didapatkan bahwa 4 ibu hamil mengatakan dukungan suami saat
dirumah cukup baik dengan perhatian dan cara suami saat dirumah tidak pernah
menyuruh kerja berat dan lebih perhatian kepada sang ibu dan setiap periksa
kehamilan selalu diantar oleh suaminya. Dan yang tidak diantar suami sebanyak 6
ibu hamil mengatakan dukungan suami saat dirumah sedikit cuek dengan keadaan
kehamilan dikarenakan sibuk kerja dan pulang malam saat ibu sudah terlelap tidur
sehingga suami jarang untuk menanyakan hasil pemeriksaan yang dilaporkan

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


kepada ibu hamil dan alasan tidak diantar karena suami bekerja. Dan didapatkan 4
orang yang melakukan pemeriksaan sebanyak 8 kali yaitu 2 kali pada trimester I ,
3 kali pada trimester II, dan 3 kali pada trimester III. Sedangkan 6 orang
mengatakan melakukan pemeriksaan hanya ketika ada waktu luang saja.
Dukungan suami penting untuk kehamilan istri karena suami adalah orang yang
paling dekat dan terkadang istri dihadapkan pada situasi ketakutan dan
kesendirian, sehingga suami diharapkan untuk selalu memotivasi dan menemani
ibu hamil, selain itu dukungan yang diberikan suami selama istri hamil juga dapat
mengurangi kecemasan serta mengembalikan kepercayaan diri calon ibu dalam
mengalami proses kehamilannya (kusmiyati, 2008). Hal ini sesuai dengan konsep
suami “siaga” yaitu siap, antar, dan jaga bahwa kewaspadaan suami mengenali
tanda bahaya kehamilan dan kesiapan suami mendampingi istri ketempat
pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan memang di harapakan pada
setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan, para suami sering selalu mendampingi
istri sehingga mereka tahu kondisi kehamilan (Rahmawati, 2008). Faktor-faktor
dukungan suami yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, budaya, pengetauhan
tentang kehamilan, pengalaman, status perkawinan, dan status sosial ekonomi.
(Bobak, 2004).oleh sebab itu ,penulis tertarik untuk mengetahui hubungan
kepatuhan suami terhadap pemeriksaan ANC pada ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah: “Adakah hubungan dukungan suami dengan kepatuhan pemeriksaan
Antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas Kec. KOJA Jakarta Utara”.

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan dukungan suami dengan kepatuhan pemeriksaan
Antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas Ke. KOJA Jakarta Utara”

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuin gambaran distribusi frekuensi hubungan dukungan suami
dengan kepatuhan dalam pemeriksaan ANC pada ibu di Puskesmas
Ke. KOJA Jakarta Utara”
2. Diketahui Hubungan dukungan penghargaan suami dengan kepatuhan
pemeriksaan ANC pada ibu hamil di Puskesmas Ke. KOJA Jakarta
Utara tahun 2019
3. Diketahui hubungan dukungan informasi suami dengan tingkat
kepatuhan dalam pemeriksaan ANC pada ibu hamil di di Puskesmas
Ke. KOJA Jakarta Utara tahun 2019
4. Diketahui hubungan dukungan instrumental suami dengan kepatuhan
dalam pemeriksaan ANC pada ibu hamil di Puskesmas Ke. KOJA
Jakarta Utara 2019

1.3.3 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapka dapat memberi manfaat kepada :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada
bidang ilmu kesehatan khusunya kebidanan mengenai hubungan
dukungan suami dengan kepatuhan pemeriksaan ANC pada ibu hamil.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi suami
Sebagai pemberi informasi mengenai pentingnya dukungan suami
terhadap ibu hamil dalam antenatal care untuk mempersiapkan
kesehatan ibu dan anak secara optimal. Khususnya pada suami istri

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


sebagai masukan bermanfaat untuk peningkatan pemberian
dukungan dalam menghadapi kehamilan.
b. Bagi bidan
Sebagai pedoman bidan untuk memotivasi suami agar dapat
memberikan dukungan lebih kepada ibu hamil.
c. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Puskesmas)
Sebagai bahan pertimbangan agar tetap memperhatikan sikap
pelayanan dengan melibatkan suami dalam ANC dan diharapkan
agar petugas kesehatan melakukan penyuluhan mengenai peran
serta suami dalam menjaga kehamilan, kondisi ibu, dan janin.
d. Bagi peneliti
Sebagai bahan masukan bagi proses selanjutnya dan dapat
dijadikan sebagai perbandingan dalam keaslian penelitian.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan
kepatuhan pemeriksaan ANC pada ibu hamil di puskesmas Kec.Koja. Sampel
yang akan diteliti adalah ibu yang sedang hamil di Puskesmas Kec.Koja dengan
menggunakan design penelitian cross sectional dengan pendekatan kuesioner,
waktu yang akan dilakukan pada bulan maret – April tahun 2020. Populasi yang
di ambil dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Koja. Dengan kriteria inklusi dan peneliti mengambil tehnik accidental sampling
yaitu pengambilan sample dengan mengambil responden atau kasus yang tersedia
.

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Suami


Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang
lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan / motivasi atau
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan.
Dukungan suami merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap perhatian dan
kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik fisik maupun psikis. Suami
memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan ibu.
Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi yang baik pada ibu
untuk memeriksakan kehamilannya.(9)

Kuntjoro (2002, dalam Fithriany 2011) mengatakan bahwa pengertian dari


dukungan adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan, yang nyata
atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-
orang yang diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Suami adalah orang
yang paling penting bagi seorang wanita hamil.

Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi
oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi
dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit
resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia
dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap
anaknya.(10)

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


2.1.1 Fungsi Dukungan suami
Dukungan suami merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap
perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik fisik maupun
psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status
kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi
yang baik pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya (9)
Dukungan suami penting untuk kehamilan istri karena terkadang
istri dihadapkan pada situasi ketakutan dan kesendirian, sehingga suami
diharapkan untuk selalu memotivasi dan menemani ibu hamil. Selain itu
dukungan yang diberikan suami selama istri hamil juga dapat mengurangi
kecemasan serta mengembalikan kepercayaan diri calon ibu dalam
mengalami proses kehamilannya. Hal ini sesuai dengan konsep suami
siaga bahwa kewaspadaan suami mengenali tanda bahaya kehamilan dan
kesiapansuami mendampingi istri ke tempat pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan kehamilan memang diharapkan pada setiap kunjungan
pemeriksaan kehamilan, para suami selalu mendampingi istri sehingga
mereka tahu kondisi kehamilan istrinya.(11)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dukungan suami


1. Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan permintaan dari suatu objek tertentu.pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia,yakni penglihatan,pendengaran,penciuman
,rasa dan raba.sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui mata
dan telinga.responden yang di kategorikan memiliki pengetahuan baik
maka akan lebih mampu mengatasi kepatuhan yang dialaminya.
Sedangkan responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan baik
maka akan lebih mampu mengatasi kepatuhan yang di alami.sedangkan

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


responden yang di kategorikan memiliki pengetahuan berat cenderung
mengalami kepatuhan yang taat.artinya responden dengan pengetahuan
baik memiliki kesiapan dalam menghadapi pemeriksaan ANC.

2. Pendidikan
Diharapkan makin tinggi tingkat Pendidikan seseotrang maka
makin banyak pengetahuan yang di miliki dan makin mudah
prosespenerimaan informasi .sehingga kepatuhan dapat di atasi dengan
baik.namun dengan demikian ,ancok dalam jurnal konitatum 2015
menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
pasti berpengaruh rendah pula.karena peningkatan pengetahuan
seseorang tidak untuk diperoleh di Pendidikan formal tetapi bisa juga di
peroleh dari sumber informasi lain.

3. Sikap
Merupakan perasaan atau pandangan seseorang yang diserati
kecenderungan untuk berpindah terhadap suatu objek. Sikap yang
ditunjukan dalam menjalani masalah kepatuhan. Sebagian dari
kehidupan normal setiap perempuan juga berpengaruh dalam mengurang
atau mengatasi kecemasan yang di alaminya.ibu hamil yang memiliki
sifat positif mendorong mereka untuk mempersiapkan persalinan.
Sebaliknya sifat negatif lebih dominan tidak mempersiapkan dirinya
menghadapi persalinan. Sikap akan mudah terbentuk juka yang dialami
seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi,karna
penghayatan akan pengalaman lebih efektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuk arah sikap tertentu.

4. Usia
Merupakan umur seseorang dalam tahun terhitung dari hari lahir
seseorang. Sebagian besar responden berusia antara 25-35 tahun.pada
saat tersebut adalah usia dimana seseorang perempuan akan berada
dalam periode kehamilan.diaman gejala dan keluhan fisik dan psikologis

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


semakin menonjol. Menurut hawari 2013 setiap orang pasti akan
mengalami kecemasan pada suatu saat dalam kehidupan nya.sehingga
kecemasan belom tentu muncul pada saat kehamilan itu sendiri.

5. Pekerjaan
Aktivitas suami dapat mempengaruhi kualitas hidup yang di
miliki.menurut notoadmojo 2012 pekerjaan adalah sesuatu yang
dilakukan untuk mencari nafkah atau pencaharian .dalam pengertian
tersebut terdapat unsur keharusan sehingga ada kemungkinan kepatuhan
tersebut berasal dari pekerjaan itu sendiri dan bukan berasal dari proses
menuju kehamilan.jenis pekerjaan menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang sehingga mempengaruhi beberapa aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan khususnya kehamilan.
Di Indonesia masih sangat kental dengan budaya yang diturunkan
oleh nenek moyang .salah satunya ,anggapan mengenai suami adalah raja
dan istri harus melayani suami.hal tersebut yang seringkali menyebabkan
suami tidak mengetahui dan kurang memperhatikan permasalahan kesehatan
istrinya termasuk periksa ANC karena suami menganggapnya sebagai
kebutuhan istri semata.
A. Pendapatan
Pendapatan menjadi tolak ukur yang paling utama dikalangan
masyarakat dalam mengukur status social seseorang dan sebagai
pemenuh kebutuhan sehari.hariapabila suami berpendapat berlebih,maka
suami akan mendukung dan membiayai apapun hal yang dilakukan demi
kesehatan istri.tatapi sebaliknya ,apabila pendapatan suami hanya
terbatas maka suami akan cenderung mencega h istri untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan seperti konsultasi kehamilan

B. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan erat kaitannya dengan wawasan dan pengetahuan
suami .semakin tinggi Pendidikan suamimaka pengetahuannya tentan
hamil akan membuat suami untuk memberikan dukungan kepada sang

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


istri, sebaliknya,jika Pendidikan suami rendah dan pengetahuan tentang
hamil rendah,suami juga akan cenderung kurang dalam memberikan
dukungan kepada istrinya.(12)

2.1.3 Jenis Dukungan


Menurut Smet dalam penelitian Prambandani (2018) dukungan
social memiliki empat jenis yang berbeda sesuai dengan situasi yang
dibutuhkan.
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan simpati ,kepedulian dan perhatian terhadap
orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa
aman dan rasa mengsihi.dukungan emosional merupakan ekpresi dari
afeksi, kepercayaan perhatian dan perasaan di dengarkan .kesedian
untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak
positif sebagai sarana pelepasan emosi,mengurangi kecemasan,membuat
individu merasa nyaman, tentram ,diperhatikan serta dicintai saat
menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.kesedian untuk
memendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif
sebagai sarana pelepasan emosi ,mengurangi kecemasan ,membuat
individu merasa nyaman tentram, diperhatikan, serta dicintai saat
menghadapi tekanan dalam hidup mereka. Menurut Dumont dan dan
provost dalam kurnia (2017) dukungan emosional menghasilkan
pengeluaran antara lain, mengurangi kecemasan, para penyitas,
membuat individu merasa nyaman, tentram, diperhatikan. Serta dicintai
dan dihadapi saat mengahadpi berbagai tekanan.dukungan emosional
membantu individu agar mengatur emosi dan implus-implus dalam
dirinya dalam menjadi aspek dalam esilensi. Kenyaman dan ketentraman
yang ditimbulkan dari dukungan emosional akan membantu individu
untuk mengatasi berbagai reaksi emosional mereka.
Hal ini didukung aspek penelitian (2017)sebesar 53% sikap
dukungan emosional dengan nilai =0,369 dan P=0,000 Yang berrti

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


maka terdapat hubungan signifikan antara sikap dukungan emosional
dengan tingkat resiliensi paska gempa.selain itu dalam hasil penelitian
septyaningsih (2015) terdapat kontribusi hubungan emosional dan
resielensi dengan terhadap kecemasan menghadapi kemotrapi sebesar
29,1% dan hasil uji T didapat B sebesar -0,795 yang berrti semakin
tinggi dukungan emosional keluarga maka semakin rendah kecemasan
menghadapi kemotrapi yang dialami.

b. Dukungan Penghargaan (Penilaian)


Terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu,
Borongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu,
dan perbandingaan positif individu dengan individu lain .seperti
misalnya perbandingan dengan orang-orang yang kurang mampu atau
lebih buruk keadaanya .hal seperti ini akan menambah penghargaan diri
.melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi
dan mepertegas keyakinanya dengan membandingkan pendapat, sikap,
keyakinan dan prilaku orang lain.demi dukungan ini membantu individu
merasa dirinya berharga,mampu,dan dihargai.
Dukungan penilaian diberikan suami dengan cara menerima
perubahan psikologis dari istri selama kehamilan. Dukungan ini dapat
diberikan suami dengan tetap sabar dalam membantu ibu menghadapi
kehamlan serta saling memberikan ungkapan. Dukungan ini sangat
berguna individu menilai bahwa tuntutan yang ada melebihi kemampuan
yang dimiliki.dukungan penghargaan akan mendorong keyakinan
individu untuk melampaui segala macam kondisi yang sulit serta
membangkitkan optimism akan datangnya kehidupan yang lebih
baik.didukung dengan penelitian hartinah (2018) sebesar 12,3%
dukungan penghargaan berpengaruh terhadap kecemasan mmenghadapi
kehamilan dengan nilai R =-0,488 dan p=0,00 yang berrti ada hubungan
arah negative yang signifikan yaitu semakin tinggi dukungan informasi
maka semakin rendah kecemasan itu dalam menghadapi persalinan.kuria

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


(2017) sebesar 53% dukungan penghargaan yang diberikan yang
berpengaruh terhadap tingkat previliensi dengan nilai r=0,380 dan
p=0,000yang berrti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan
antara sikap terhadap dukungan penghargaandan tingkat resiliensi.

c. Dukungan Informasi
Yang diberikan suami adalah informasi yang dibutukan tentang
hamil dalam refiliensi baik secara langsung yang dijelaskan oleh suami
maupun melalui buku atau majalah yang diberikan suami.mencakup
pemberian pengetahuan,nasihat secara langsung,dalam saran petunjuk
dan umpan balik.peran suami dalam menghidupkan kasih sayang dan
harga diri pada ibu dapat dicurahkan melalui sikap perhatian serta
memberikan dukungan kepada ibu.dukunganninformasi yang tepat
untuk membantu para penyintas dalam mengambil keputusan secara
efektif dan menginterpretasi berbagai rumor yang tersebar.dukungan
informasi juga dapat membantu individu untuk merubah situasi yang
dihadapi dan merubah pemahaman dan pemilihan dari sebuah situasi.
Didukung dengan hasil penelitian hartinah (2018) sebesar 12,3%
dukungan informasi berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi
persalinan dengan nilai r=0,239 dan p=0,033 yang berrti ada hubungan
dalam arah negative yang signifikan yaitu semakin tinggi dukungan
informasi maka semakin rendah kecemasan ibu dalam menghadapi
persalinan.

d. Dukungan instrumental (finansial)


Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang
dibutuhkan ibu hamil misalnya memberikan penyedian sarana atau
bantuan selama hamil.bentuk dukungan instrumental berupa penyedia
jasa atau barang selama masa hamil.
Dengan adanya dukungan ini, menggambarkan tersedianya materi
ataupun pelayanan dari suami yang dapat membantu ibu menyelesaikan
masalahnya. Selanjutnya hal tersebut akan memudahkan ibu untuk dapat

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


memenuhi tanggung jawab dalam menjalankan perannya sehari-hari.hal ini
didukung dengan hasil penelitian hartinah (2018)yang menyatakan sebesar
12,3% dukungan instrumental berpengaruh terhadap kecemasan dalam
menghadapi hamil dengan nilai r=-0,240 dan p=0,033 yang berrti ada
hubunan signifikan dengan arah negative yaitu semakin tinggi dukungan
instrumental,maka semakin rendah kecemasan ibu menghadapi persalinan.

2.1.4 Peran Suami(13)


1. Sebagai Tim Penyemangat
Suami dapat memberikan dukungan moral terhadap istri berupa kata-
kata semangat atau pujian.hal ini dapat diberikan suami agar istri patuh
dalam pemeriksaan ANC.
2. Mendampingi istri
Suami dapat mendampingi istri saat membutuhkan terutama ketika istri
mengalami kemalasan saat melakukan pemeriksaan ANC ,hal tersebut
dapat menurunkan tingkat depresi pada istri.
3. Penyedia keuangan/finansial
Suami bertanggung jawab penuh pada istri ,suami memiliki tanggapan
untuk menyediakan untuk istri dan juga anaknya.
4. Menjaga keharmonisan
Salah satu kunci dalam rumah tangga yaitu menjaga hubungan rumah
tangga yaitu terjalinnya keharmonisan antara suami dan istri,suami
diharapkan memunculkan hal-hal romantisme guna menciptakan
suasana yang menumbuhkan rasa kasih sayang antar pasangan.

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


2.2 Kepatuhan(14)
Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu(misalnya:
minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gayahidup) sesuai anjuran
terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapatdimulai dari tindak mengindahkan
setiap aspek anjuran hingga mematuhirencana.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah sebagai berikut:
1. Motivasi klien untuk sembuh
2. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
3. Persepsi keparahan masalah kesehatan
4. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit
5. Kesulitan memahami dan melakukanperilaku khusus
6. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi
7. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau tidak
membantu
8. Kerumitan , efek samping yang diajukan
9. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadisulit
dilakukan
10. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan penyediaan
layanan kesehatan

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ketidak Patuhan


Sedangkan menurut Neil (2000), Faktor-faktor yangmempengaruhi
ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian:
1. Pemahaman Tentang Instruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Lcydan Spelman (dalam
Neil, 2000) menemukan bahwa lebihdari 60% yang diwawancarai
setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap, penggunaan istilah-istilah media dan memberikan banyak
instruksi yang harus diingat oleh pasien.
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan danpasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
Korsch & Negrete (Dalam Neil, 2000) telah mengamati 800 kunjungan
orang tua dan anak-anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles.
Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk
memastikan apakah ibu-ibu tersebut melaksanakan nasihat-nasihat
yang diberikan dokter, mereka menemukan bahwaada kaitan yang erat
antara kepuasaan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh mereka
mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi
dengan kepuasaan ibu. Jadi konsultasi yang pendek tidak akan menjadi
tidak produktif jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas
interaksi.
3. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangatberpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilaikesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Pratt (dalam Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran yang
dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan
pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga memberi
dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota
keluarga yang sakit.
4. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatuusulan bahwa
model keyakinan kesehatan berguna untukmemperkirakan adanya
ketidakpatuhan. Merekamenggambarkan kegunaan model tersebut
dalam suatu penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk pasien

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal ginjal kronis tahap
akhir yang harus mematuhi programpengobatan yang kompleks,
meliputi diet, pembatasan cairan, pengobatan, dialisa. Pasien-pasien
tersebut diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka dengan
menggunakan suatu model. Hartman dan Becker menemukan bahwa
pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang utama dari model tersebut
sangat berguna sebagai peramal dari kepatuhan terhadap pengobatan.
Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan Dinicola dan Dimatteo (dalam
Neil, 2)

2.3 Antenatal Care


2.3.1 Definisi Antenatal Care
Menurut WHO (2016), Antental Care adalah pengawasan
sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Antenatal care juga merupakan
cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu
hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal.(2)

2.3.2 Tujuan Antenatal Care


Tujuan utama antenatal care adalah menurunkan /mencegah
kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Menurut Depkes
(2007) tujuan antenatal care adalah :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian
neonatal.
8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

2.3.3 Program Kebijakan Antenatal Care


Kebijakan Depertemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat
Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana,
Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri
Essensial. Pendekatan pelayanan opstetrik dan neonatal kepada setiap
ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Prenancy Safer
(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
1. Setiap persalian ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi opstetrik dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat.
3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses
pencengahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Kebijakan
program pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal care sebaiknya minimal 4 (empat) kali
selama kehamilam, dengan ketentuan sebagai berikut :
Minimal satu kali pada trisemester pertama (K1) hingga usia
kehamilan 14 minggu, tujuannya :
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan Persalinan

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


c) Pengenalan Komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Minimal satu kali pada trisemester kedua (K2)14 – 28
Minggu, tujuannya :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
c) Mengulang perencanaan persalinan
Minimal dua kali pada trisemester ketiga (K3 dan K4) 28-36
Minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir, tujuannya :
a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c) Memantapkan rencana persalinan
d) Mengenali tanda-tanda persalinan Pemeriksaan pertama sebaiknya
dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid dan
pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan
tertentu.

2.3.4 Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Care


1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil dihitung dari TM I sampai TM III diperkirakan 12,5 kg
(Prawihardjo, 2014).
2. Ukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya
faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Ibu hamil
dinyatakan memiliki tekanan darah tinggi bila tekanan diastolik ≥
110mmHg pada satu kali pengukuran atau ≥ 90 mmHg pada 2
kali pengukuran setiap 4 jam. (WHO, 2013).

3. Nilai Status Gizi

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


Ibu dapat dikatakan Kekurangan Energy Kronik (KEK), apabila
memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas kurang dari 23,5 cm. Ibu
dikatakan sehat dan memiliki asupan gizi yang baik apabila
ukuran Lingkar Lengan Atas ibu lebih dari 23,5.
(Kemenkes.2015)
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan
disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus
uteri diukur pada kehamilan >12 minggu karena pada usia
kehamilan ini uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk
kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter.
Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi
fundus uteri dari simfisis,maka diperoleh :
- 22 – 28 minggu : 24–25 cm di atas simfisis
- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis
- 30 minggu : 29,5–30 cm di atas simfisis
- 32 minggu : 29,5–30 cm di atas simfisis
- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis
- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis
- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis
- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis
5. Denyut Jantung Janin
Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit atau lebih
dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6. Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
7. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat
yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah
untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring
pertumbuhan janin. Pemberian selama kehamilan minimal
sebanyak 90 tablet (Manuaba, 2010).
8. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan test golongan darah, untuk mempersiapkan
donor bagi ibu hamil bila diperlukan. Pemeriksaan Hb untuk
menentukan apakah ibu anemia. Pemeriksaan protein urine serta
urine reduksi.
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010)
yang bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:
a) Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b) Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c) Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d) Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
9. Tatalaksana Kasus
Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan
saat hamil.
10. Temu wicara / Konseling.( Pantiawati & Suryono, 2010).
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai
perawatan kehamilan, pencegaham kelainan bawaan, persalinan
dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,
ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

2.3 Kehamilan
2.3.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar
atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Prawihardjo, 2014)

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


2.4 Penelitian terkait
UJI HASIL
NO PENULIS JUDUL PENELITIAN
PENELITIAN PENELITIAN
1. Deviana Gambaran Dukungan total sampling Hasil penelitian ini
Harumawati Suami Dalam Antenatal direkomendasikan
(2012) Care Ibu Hamil untuk peneliti
selanjutnya,
diharapkan untuk
melakukan penelitian
dengan desain
penelitian dan metode
penelitian yang lain
seperti metode
observasi dan
wawancara sehingga
mampu
untuk mendapatkan
gambaran lengkap
dengan ruang lingkup
yang luas tentang
Antenatal Care selain
itu perlu untuk
meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi
dukungan suami
dalam antenatal care
ibu hamil
2. Nasriyah.(2016) Faktor Dukungan Suami cross sectional Hasil uji statistik
Dengan Keberhasilan dengan menggunakan
Kunjungan Antenatal Care uji Chi Square
Berdasarkan Frekuensi menunjukkan bahwa
Antenatal Care ada
Di Kabupaten Kudus hubungan yang
signifikan antara
dukungan suami
dengan frekuensi
kunjungan ANC ke
nilai 0,002 (p <0,05).

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


3. Lia Mulyanti*), Hubungan Dukungan crossectional hasil analisis Dari Chi
Mudrikatun**), Suami Pada Ibu Hamil square test diperoleh p
Sawitry (2015) Dengan = 0,007. Oleh karena
Kunjungan Anc Di nilai p < 0,05; maka
Rumah Bersalin Bhakti dapat diambil
Ibi kesimpulan bahwa
ada hubungan antara
dukungan suami pada
ibu hamil dengan
kunjungan ANC.

2.5 Kerangka Teori

Faktor Internal
 Pengetahuan
 Pendidikan
 Usia
 Sikap
 Pekerjaan

Kepatuhan
Faktor Eksternal
Dukungan

Social Support
 Manfaat

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori


Modifikasi dari Hurlock (2009); Santrock (2007), Depkes RI (2016)

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka Konsep ini dibuat sebagai alur piker untuk membuat definisi
operasional. Maka peneliti membuat Kerangka konsep sebagai berikut :

Dukungan suami
1. Dukungan Emosional
Tingkat kepatuhan dalam
2. Dukungan Penghargaan
pemeriksaan ANC
3. Dukungan Informasi
4. Dukungan Instrumen

Daftar Pustaka

1. Narsiyah. FAKTOR DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEBERHASILAN


KUNJUNGAN. 4th Univesity Res Coloquium 2016. 2016;303–10.
2. world health organization. 2018.
3. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2016;
4. Profil Kesehatan RI. Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI Tahun
2016. Profil Kesehat Indones. 2016;100.
5. Riskesdas. HASIL UTAMA RISKESDAS. 2018;
6. Dewi MS. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan
Antenatal Care pada Komunitas Ibu Selum Area Kelurahan Selapajang
Jaya Kota Tangerang. 2014;

Poltekes Kemenkes Jakarta 3


7. mellani. pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan suami
tentang Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota
Surakarta. Hum Care J. 2015;1–5.
8. Martinench A. ‫ر‬hubungan dukungan suami dengan kelengkapan kunjungan
antenatal care pada ibu hamil i. Pontif Univ Catol del Peru. 2014;8(33):44.
9. Dari A, Ibi Rbb, Bersalin R, Ibi B, Bersalin R, Ibi B, Et Al. Hubungan
Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Dengan Kunjungan Anc Di Rumah
Bersalin Bhakti Ibi Jl. Sendangguwo Baru V No 44c Kota Semarang.
Jurnal.Unimus.Ac.Id. 2015;(44):27–33.
10. Deta Pezani2 LNA. Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecemasan Ibu
Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Gamping 1 Sleman
Yogyakarta. 2017;1.
11. goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee A. GAMBARAN
DUKUNGAN SUAMI DALAM ANTENATAL CARE IBU HAMIL. J
Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.
12. Pratiwi D. hubungan bentuk dukungan suami dengan tingkat kecemasan
dalam menghadapi menopouse. 2019.
13. Fitrio Devi Antony. Hubungan peran suami dan pelayanan kesehatan
dengan kunjungan. 2012;
14. Sari shinta maila. hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kepatuhan
pengobatan pada penderita diabetes mellitus. digilib.uinsby.ac.id. 2015;15–
35.

Poltekes Kemenkes Jakarta 3

Anda mungkin juga menyukai