Anda di halaman 1dari 14

Vitamin dan Mineral

 Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh.

 Pengertian Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.

 Asupan vitamin yang kurang : Dapat terjadi sebagai akibat : Asupan makanan yang tidak mencukupi , Gangguan absorbsi
vitamin, Meningkatnya kebutuhan tubuh

 Vitamin larut dalam air : Tiamin (Vit B1) Farmakodinamik : Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan
efek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian IV scr cepat dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer
berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam
metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Pada manusia reaksi toksik setelah
pemberian parenteral biasanya terjadi karena reaksi alergi.
Defisiensi Tiamin : Defisiensi berat menimbulkan beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf dan
kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan
sensorik seperti hiperestesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar.
Kelainan pada SSP dapat berupa depresi, kelelahan, lekas tersinggung, serta turunnya kemampuan konsentrasi dan daya ingat.
Gejala sistem kardiovaskular berupa sesak nafas setelah kerja jasmani, palpitasi, takikardi, gangguan ritme serta pembesaran
jantung, dan perubahan elektrokardiogram.
Pada pencernaan gangguan berupa konstipasi, nafsu makan berkurang, perasaan tertekan dan nyeri di daerah epigastrum.
Beri-beri basah adalah bentuk defisiensi tiamin yang disertai edema. Bengkak ini terjadi karena hipoprotrombinemia dan
gangguan fungsi jantung.
Kebutuhan tiamin : Karena tiamin penting untuk metabolisme energi, terutama karbohidrat, maka tiamin sebanding dengan
asupan kalori. Kebutuhan minimum adalah 0,3 /1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0 mg/hari
untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil. Farmakokinetik : Setelah pemberian parenteral absorbsi berlangsung
cepat dan sempurna. Absorbsi peroral berlangsung pada usus halus dan duodenum maksimal 8-15mg/hari yang dicapai
dengan pemberian oral sebanyak 40 mg.
Efek samping : tiamin tidak menimbulkan toksik jika diberikan peroral dan bila kelebihan tiamin cepat diekskresi melalui urin.
Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada pasien yang sensitif, dan beberapa
diantaranya bersifat fatal.
Sediaan : Tiamin HCl (vit B1, aneurin HCl) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg, larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan
parenteral, dan eliksir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi , tiamin dengan dosis 2-5 mg /hari untuk pencegahan
defisiensi, dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat
akan tetapi respon tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari.
Tindakan pencegahan dilakukan pada pasien dengan gangguan absorbsi, misalnya pada diare kronik, atau pada keadaan
metabolisme yg meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan untuk berbagai neuritis yg disebabkan defisiensi tiamin : 1) neuritis alkoholik yg terjadi
karena sumber kalori hanya alkohol saja, 2) wanita hamil yg kurang gizi, 3) pasien emesis gravidarum
Pada trigeminal neuralgia, neuritis yg menyertai anemia, penyakit infeksi dan pemakaian obat tertentu, pemakaian tiamin
kadang-kadang dapat memberikan perbaikan.
Tiamin juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yg dasarnya defisiensi tiamin.
Riboflavin (Vit B2): Dalam badan riboflavin dirubah menjadi koenzim flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenosin
dinukleotida (FAD), keduanya merupakan bentuk aktif riboflavin berperan sebagai koenzim dalam berbagi proses
metabolisme.
Defisiensi riboflavin ditandai dengan gejala sakit tenggorok dan radang di sudut mulut (stomatitis angularis), keilosis, glositis,
lidah berwarna merah dan licin. Timbul dermatitis seboroik di muka, anggota gerak, dan seluruh badan.
Gejala pada mata adalah fotofobia, lakrimasi, gatal dan panas. Pada pemeriksaan tampak vaskularisasi kornea dan katarak.
Anemia yg menyertai defisiensi riboflavin biasanya bersifat normokrom normositer. Kebutuhan sehari : Kebutuhan tiap
individu akan riboflavin berbanding lurus dengan energi yg digunakan , minimum 0,3 mg/1000 kcal.
Farmakokinetik : Pemberian scr oral dan parenteral akan diabsobsi scr baik dan didistribusi scr merata ke seluruh
jaringan.Asupan yg berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk utuh.
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vit B2 yg sering menyertai pelagra(penyakit kulit) atau defisiensi vit B
kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vit lain. Dosis untuk pengobatan 5-10 mg/hari.
Asam nikotinat (niasin): Asam nikotinat atau niasin dikenal juga sebagai faktor PP(pelagra preventive), karena dapat
mencegah penyakit pelagra pada manusia atau penyakit lidah hitam pada hewan. Sumber alami vit ini adalah hati, ragi dan
daging.
Farmakodinamik : Bentuk amida dari asamnikotinat yaitu niasinamid juga berefek antipelagra. Dalam badan asam niktinat dan
niasinamid diubah menjadi bentuk aktif NAD (nikotinamid adenin dinukleotida) dan NADF (Nikotinamid adenin dinukleotida
fosfat). Keduanya berperan dalam metabolisme sebagi koenzim untuk berbagai protein yg penting dalam respirasi jaringan.
Asam nikotinat merupakan vasodilator yg terutama bekerja pada blushing area yaitu di muka dan leher.
Pada dosis besar asam nikotinat dapat menurunkan kadar kolesterol dan asam lemak bebas dalam darah.
Efek samping umumnya pada dosis besar yg dapat menurunkan toleransi terhadap glukosa sampai terjadi hiperglikemia. Selain
itu terjadi kenaikan kadar asam urat dalam darah, gangguan fungsi hati, gangguan lambung berupa mual sampai muntah serta
peningkatan motilitas usus. Reaksi anafilaktik dilaporkan terjadi pada pemberian secara IV.
Defisiensi niasin : Pelagra adalah penyakit defisiensi niasin dengan kelainan pada kulit, saluran cerna dan SSP. Kulit mengalami
erupsi eritematosa, bengkak dan merah, pada saluran cerna terjadi lidah membengkak, merah, stomatitis,mual,muntah dan
enteritis. Gejala gangguan SSP berupa sakit kepala, imsonia, bingung dan kelainan psikis berupa halusinasi, delusi, dan
demensia dalam keadaan lanjut.
Kebutuhan sehari : kebutuhan minimal asam nikotinat untuk mencegah pelagra rata-rata 4,4 mg/1000 kcal, pada dewasa
asupan minimal 13 mg.
Farmakokinetik : niasin dan niasinamid mudah diabsorbsi melalui semua bagian saluran cerna dan didistribusi ke seluruh
tubuh. Ekskresi melalui urin sebagian dalam bentuk utuh dan sebagian lainnya dalam berntuk berbagai metabolitnya antara
lain asam nikotinurat dan bentuk glisin peptida dari asam nikotinat.
Sediaan : tablet niasin mengandung 25-750 mg. Sediaan untuk injeksi mengandung 50 atau 100 mg niasin /ml. Tablet
niasinamid 50-1000mg, dan larutan injeksi pada umumnya mengandung 100mg/ml. Untuk pengobatan pelagra pada keadaan
akut dianjurkan dosis oral 50 mg diberikan sampai 10 kali sehari, atau 25 mg niasin 2-3 kali sehari scr IV
Piridoksin (Vitamin B6) : Dalam alam vitamin ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu piridoksin berasal dari tumbuh2an,
piridoksal dan piridoksamin yg terutama berasal dari hewan. Ketiga bentuk piridoksin tersebut dalam tubuh diubah menjadi
piridoksal fosfat.
Farmakodinamik : Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yg berperan penting dalam metabolisme berbagai asam
amino.
Defisiensi piridoksin : Dapat menimbulkan : 1) kelainan kulit berupa dermatitis seboroik dan peradangan pada selaput lendir
mulut dan lidah, 2) kelainan SSP berupa perangsangan sampai timbulnya kejang, 3) gangguan sistem eritropoetik berupa
anemia hipokrom mikrositer. Kebutuhan sehari : Kebutuhan manusia akan piridoksin berhubungan dengan konsumsi protein
yaitu kira-kira 2 mg/100 mg protein. Farmakokinetik : piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah diabsorbsi melalui
saluran cerna. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal. Efek samping : dapat
menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg-2 g perhari untuk jangka panjang. Gejala
awal dapat berupa sikap yg tidak stabil dan rasa kebas di kaki , diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala berangsur-angsur
hilang setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin dihentikan. Sediaan : Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-
100mg, sebagai larutan steril 100mg/ml piridoksin Hcl untuk injeksi. Indikasi : mencegah dan mengobati defisiensi vit B6,
vitamin ini juga diberikan bersama vit B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi
vitamin B kompleks. Indikasi lain untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin,
hidralazin, penisilamin yg bekerja sbg antagonis piridoksin dan atau meningkatkan ekskresi melalui urin. Piridoksin dapat
diberikan scr profilaksis sejumlah 300-500% AKG selama terapi dengan antagonis piridoksin. Pemberian pada wanita yg
menggunakan kontrasepsi oral yg mengandung estrogen karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita
tersebut. Dapat memperbaiki gejala keilosis,dermatitis seboroik, glositis dan stomatitis yg tdk memberikan respon thdp
tiamin,riboflavin dan niasin serta dpt mengurangi gejala yg menyertai tegangan prahaid.
Asam pantotenat : Dalam tubuh asam pantotenat membentuk koenzim A yg sangat penting dalam metabolisme, karena
bertindak sebagai katalisator pada reaksi transferase gugus asetil. Farmakodinamik ; defisiensi asam pantotenat diperlihatkan
dg gejala kelelahan, rasa lemah, gangguan saluran cerna, gangguan otot berupa kejang pada ekstremitas dan parestesia.
Kebutuhan sehari : 5-10 mg. Farmakokinetik : pada pemberian oral, pantotenat diabsorbsi dg baikdan didistribusikan ke
seluruh tubuh dg kadar 2-45mikrog/g. Dalam tubuh tidak dimetabolisme , diekskresi dalam bentuk utuh 70% melalui urin,
30% melalui tinja. Sediaan : Tablet Ca-pantotenat 10 dan 30 mg dan larutan steril injeksi 50 mg/ml.
Biotin (vit H) : Gejala yg timbul karena defisiensi biotin yaitu dermatitis, sakit otot, rasa lemah, anoreksia, anemia ringan, dan
perubahan EKG. Dalam tubuh biotin berfungsi sebagai koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi. Jumlah biotin yg diperlukan
sehari berkisar antara 150-300 mikro gram, sumber terutama di kuning telur, hati, dan ragi.
Kolin : Kolin mempunyai fungsi fisiologik dalam tubuh , terutama sebagai prekursor asetilkolin , suatu neurotransmeter.
Dalam metabolisme lemak kolin berkhasiat lipotropik, yaitu dapat menurunkan kadar lemak dalam hati. Defisiensi
kolinditunjukkan kenaikan kadar lemak dalam hati, dan sirosis hepatis,kelainan ginjal degeneratif, kelemahan otot dan
distrofi. Sediaan yg digunakan kolin, kolin bitartrat, kolin dehidrogen sitrat,dan kolin klorida. Indikasi : untuk pencegahan dan
pengobatan skorbut. Efek samping : Vit C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek
iritasi langsung pada mukosa usus yg mengakibatkan peningkatan peristaltik. Dosis besar dapat membentuk batu ginjal,
karena sebagian vit C dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat. Menyebabkan oksalosis yg meluas, aritmia jantung, dan
kerusakan ginjal berat. Sediaan : tablet 50-1500mg , multivitamin, suntikan 100-500mg.

 VITAMIN LARUT LEMAK : Vitamin A : Vitamin A didapat dalam 2 bentuk yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid,
retinol dan derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/karoten dan senyawa sejenis) yang merupakan prekursor vitamin A.
Vitamin A terutama terdapat pada bahan yg berasal dari hewan seperti mentega, telur, hati, dan daging. Karoten banyak
terdapat pada sayuran hijau dan pada buah2an seperti wortel, pepaya, tomat.
Defisiensi vit A dapat diperlihatkan dg gejala yg paling dini dan mudah dikenal yaitu buta senja.Defisiensi lebih berat
menyebabkan gangguanpada mata yg berupa Xeroftalmia, timbulnya bercak Bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan.
Defisiensi vit A dapat menyebabkan perubahan sel epitel dan ini menyebabkan peningkatan insidens infeksi saluran nafas,
terbentuknya batu saluran kemih disekitar sisa2 epitel yg rusak. Kadang2 timbul diare yg mungkin disebabkan oleh
perubahan2 pada epitel ususdan duktus pankreatikus. Hipervitaminosis : tanda dan gejala awal hipervitaminosis antara lain
kulit kering dan gatal, deskuamasi kulit, dermatitis skuamosa, gangguan pertumbuhan rambut, bibir pecah2, nyeri tulang,
hiperostosis, sakit kepala, anoreksia, lelah, iritabilitas, papiledema, hipoprotombinemia, dan perdarahan. Teratogenesitas :
Dilaporkan terjadinya deformitas pada bayi yg ibunya mendapat 25000 IU vit A segera sebelum dan beberapa bulan pertama
kehamilan. Kebutuhan manusia : Kebutuhan vit A yg dianjurkan perhari untuk wanita 500 RE dan untuk pria 600 RE. (Cat :
1RE = 1 mikrogram retinol, 6 mikrogram betakaroten, 3,33 IU aktivitas vitamin dari retinol, atau 10 IU aktivitas vitamin dari
beta karoten.
Farmakokinetik : Vit A diabsorbsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam,
tapi absorbsi dosis besar vit A kurang efisien karena sebagian akan keluar melalui tinja.
Indikasi : Vit A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vit A :buta senja, penyakit kulit (spt akne, psoriasis,
iktiosis), patogenesis maupun pengobatan leukemia premielositik (leukemia akut).
Sediaan : Vit A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10000-50000IU)per kapsul.Suntikan 50.000 IU vit A/ml. 25.000 IU/ml.
Vitamin D : Vit D senyawa yg larut dlm lemak, berguna untuk mencegah dan mengobati rakitis yaitu penyakit yg banyak
terdapat pada anak, terutama di daerah yg kurang mendapat sinar matahari.
Farmakodinamik : Vit D berperan dalam homeostatis kalsium. Meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus,
sehingga menjamin kebutuhan kalsium dan fosfat yg cukup untuk tulang.
Defisiensi vit D : terjadi penurunan kadar kalsium plasma, selanjutnya merangsang sekresi HPT yg berakibat meningkatnya
resopsi tulang. Gejala hipervitaminosis berupa hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada jaringan lunak (misal ginjal, pembuluh
darah, jantung, dan paru), anoreksia, mual, diare, sakit kepala, hipertensi dan hiperkolesterolemia.
Kebutuhan sehari : Bayi memerlukan 400 unit/hari. Jumlah tersebut juga diperkirakan cukup untuk anak, orang dewasa, pada
masa hamil dan laktasi.
Sediaan : dalam minyak ikan yg biasanya mengandung vit A, dalam multivitamin, dalam sediaan yg mengandung kalsium,
sediaan vit D saja.
Indikasi : rakitis, tetani infantil, hipoparatiroidisme, osteoporosis.
Profilaksis : pada gangguan absorbsi vit D seperti diare, steatore, obstruksi biliaris. Tambahan vit D pada masa hamil, laktasi,
org tua agar asupan vit D perhari 400 IU. Bayi yg dilahirkan dari ibu yg defisiensi vit D.
Vitamin E : Vitamin E antara lain didapatkan pada : telur, susu, daging, buah2an, kacang2an, dan sayur2an seperti selada dan
bayam.Vit E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas.
Defisiensi vit E gejalanya anemia hemolitik, degenerasi retina, kelemahan otot, miopatia, ataksia, dan gangguan neurologis.
Bayi prematur kurang akan vit E mengalami anemia hemolitik, lesi kulit dan edema. Kebutuhan sehari :10-30 mg pada org
dewasa.
Farmakokinetik : Vit E diabsorbsi scr baik mll sal cerna, distribusi ke semua jaringan. Ekskresi mll empedu, sisanya mll urin sbg
glukoronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain. Indikasi : sindrom malabsorbsi, steatore, penyakit gangguan absorbsi
lemak.
Vitamin K : Dikenal 2 mcm vit K alamyaitu vit K1 (filokuinon=fitonadion) dan vit K2 (senyawa menakuinon), dan 1 jenis vit K
sintetik. Vit K1 digunakan u pengobatan, terdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah2an. Vit K2 disintesis o
bakteri usus terutama o bakteri gram positif. Vit K sintetik yaitu vit K3 (menadion) merupakan derivat naftokuinon, dengan
aktivitas yg mendekati vit K alam. Derivat yg larut dlm air menadion natrium difosfat dalam tubuh diubah menjadi menadion.
Farmakodinamik : Pada pasien defisiensi Vit K vit ini berguna u meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah
yaitu protrombin, faktor VII (prokonvertin), faktor IX (faktor Crismast), dan faktor X (faktor stuart) yg berlangsung di hati.
Kebutuhan manusia : Sangat kecil, pada org dewasa sehat sdh terpenuhi dr makanan dan hasil sintesis o bakteri usus (50% dr
kebutuhan sehari). Defisiensi vit K : perdarahan spontan spt ekimosis, epistaksis, hematuria, perdarahan saluran cerna,
perdarahan intra kranial, perdarahan pascabedah, dan kadang2 hemoptisis. Intoksikasi : Pemberian filokuinon scr IV yg terlalu
cepat dapat menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, dan sianosis, sakit pada dada, dan kadang2 dpt
menyebabkan kematian.Menadion iritatif pd kulit, dan sal nafas.
Farmakokinetik : absorbsi tergantung pd kelarutan> Vit K alam dan sintetik diabsorbsi dg mudah setelah penyuntikan IM.
Sediaan : tablet fitonadion (vit K1) 5mg, suntikan 2 atau 10 mg/ml. Tablet menadion 2,5 dan 10 mg. Lar menadion 2,10,dan 25
mg/ml. Tablet menadion natrium bisulfit 5 mg, lar menadion na bisulfit 5 dan 10 mg/ml.
Indikasi : mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vit K.

 MINERAL : Kalsium : Kalsium mrp mineral yg plg banyak didapatkan didalam tubuh. Untuk absorbsinya diperlukan vit D.
Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi, dan wanita pascamenopause. Untuk pasien alkoholik
diperlukan 1,2 g/hari juga pada sindrom malabsorbsi dan pasien yg mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau antasid
yg mengandung aluminium
Fosfor : Mineral ini terlibat dalam penggunaan vit B kompleks di dalam tubuh. Fosfor terdapat pada semua jaringan tubuh
dan di dalam tulang dan gigi, didptkan dlm jumlah yg sama spt kalsium.
Defisiensi pada alkoholik, penggunaan antasid yg tdk dpt diabsorbsi,muntah berkepanjangan, penyakit hati,
hiperparatiroidisme.
Magnesium : Hipomagnesia meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi neuromuskular. Pada keadaan defisiensi berat
mengakibatkan tetani dan konvulsi. Hipermagnesia menyebabkan vasodilatasi perifer dan hilangnya reflek tendon. Kegagalan
pernafasan dan henti jantung dapat terjadi setelah dosis sangat besar.
Kalium : Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intra sel) dan natrium (kation utama dalam cairan ekstra sel)
mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan keseimbangan, dan volume cairan tubuh. Penyebab hipokalemia adalah
pada terapi diuretik tiazid, diare yg berkepanjangan, hiperaldosteronisme, terapi kortikosteroid dan laksan jangka panjang.
Akibat hipokalemia yg berbahaya yaitu aritmia jantung dan gangguan neuromuskuler. Manifestasi hiperkalemia berupa
kelemahan dan parestesia.
Natrium : Penting utk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan tubuh. Pembatasan natrium pada pasien
gagal jantung kongestif, sirosis hati, dan hipertensi. Hipernatrium terjadi pada diare dan muntah yg lama, gangguan
ginjal,fibrosiskistik, insufisiensi kortex adrenal, penggunaan diuretik tiazid. Keringat yg berlebihan dapat mengakibatkan
kehilangan natrium yg banyak perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl.
Klorida : Merupakan anion yg plg penting dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Hipokloremik terjadi setelah
muntah yg lama dan penggunaan diuretik berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dpt menyertai kehilangan natrium
berlebihan.
Sulfur : Beberapa asam amino, tiamin, dan biotin mengandung sulfur. Meskipun sulfur essensial untuk manusia fungsinya
yang tepat selain sebagai komponen tersebut di atas tidak diketahui. Demikian pula sampai saat ini belum diketahui
kebutuhannya perhari.

 UNSUR HARA Fluor : Terdapat pada gigi dan bermanfaat untuk menurunkan insiden karies dentis terutama pada anak.
Floursidasi air dan penggunaan pasta gigi mengandung fluor maka prevalensi karies dentis menurun 30-60%. Toksisitas
menahun menyebabkan osteomalasia, dan osteosklerosis.
Seng : Seng merupakan kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme asamnukleat dan sintesa protein.
Mineral ini diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi dan maturasi alat kelamin, nafsu makan dan ketajaman rasa, serta
penyembuhan luka. Seng didistribusi ke seluruh tubuh dan kadar tertinggi pada koroid mata, spermatozoa, rambut, kuku,
tulang dan prostat. Ekskresi terutama melalui feses sejumlah kuramg lebih 2/3 dari asupan Zn, sekitar 2% diekskresi mll urin.
Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula
Defisiensi Zn pada ibu hamil mungkin dapat menimbulkan efek teratogenik, karena malformasi dan ganggguan tingkah laku
terjadi pada janin. Pemberian makanan parenteral jangka panjang perlu ditambah dg Zn. Disfungsi kelamin dan impoten
terjadi pada pasien penyakit ginjal kadang2 sebagian dapat diatasi dg pemberian Zn.
Dosis : dengan dosis 1mg/kg/hari untuk mengobati defisiensi hampir tidak memberikan efek samping. Kadar Zn yg tinggi dapat
menghambat migrasi neurotrofil dan mengakibatkan akumulasi. Asupan Zn berlebih menyebabkan defisiensi Cu besi, karena
dapat mempengaruhi absorbsi dan penggunaaanya serta dapat menyebabkan muntah, sakit kepala, menggigil, demam,
malaise, dan nyeri abdomen.
Selenium : Merupakan unsur enzimdefisiensi selenium menunjukan adanya kardiomiopati . Selenium 0,05-0,2mg/hari
nampaknya aman untuk orang dewasa. Penggunaanya untuk memperpanjang hidup atau pencegahan kanker dan penyakit
jantung iskemik. Selenium dosis besar bersifat toksik dan dapat menyebabkan lepasnya kuku, lemah, mual, dan muntah.
Yodium : Yodium merupakan bagian hormon tiroid : tetrayodotironin (tiroksin) dan triyodotironin. Defisiensi mengakibatkan
terjadinya hiperplasia dan hipertrofi kelenjar tiroid (goiter endemik). Garam meja beryodium merupakan sumber yodium yang
murah dan efisien. Selain itu banyak terdapat pada makanan laut. Kebutuhan : 100-300 mikrogram/hari sampai dg 1 mg/hari.
Intoksikasi akut terlihat pada kelenjar tiroid, kelenjar saliva, mata, dan dapat menyebabkan edema, demam, konjungtifitis.
Intoksikasi kronik lebih sering terjadi . Yodium 6 mg/hari dapat menghambat aktivitas tiroid dan mengakibatkan
hipotiroidisme. Gejala yg timbul antara lain reaksi hipersensitivitas misal ruam kulit, dan dermatosis,edema muka dan mata,
sakit kepala, batuk dan iritasi lambung
Kromium :. Defisiensi pernah dilaporkan pada pasien yg hanya mendapatkan makanan secara parenteral selama 5 bulan-3
tahun. Pasien tersebut mengalami neuropati perifer dan atau ensefalopati yang membaik dengan –pemberian kromium 150
mikrogram/hari. Gejala defisiensi yg lain seperti diabetes dengan gangguan penggunaan glukosa . Akan tetapi pada orang
normal tambahan kromium tidak menimbulkan hipoglikemik.
Mangan : Terdapat pada mitokondria sel, terutama pada kelenjar hipofisis, hati, pankreas, ginjal, dan tulang. Mempengaruhi
sintesamukopolisakarida, menstimuli sintesa kolesterol hati dan asam lemak dan merupakan kofaktor enzim arginase dan
alkali fosfatase di hati.Kebutuhan : 2-5 mg, sumber jenis makanan. Intoksikasi pada daerah tambang akibat inhalasi mangan.
Gejala : parkinsosn, rigiditas, distonia.
Molibden : Merupakan konstituen penting dari banyak enzim. Diabsorbsi baik terdapat pada tulang, hati, ginjal. Kebutuhan
0,15-0,5 mg/hari diperkirakan cukup dan aman untuk orang dewasa dan nampaknya dapat dipenuhi oleh makanan sehari-hari.
Intoksikasi : asupan 10-15mg/hari dengan gejala pirai. Kelebihan ringan disertai keluarnya Cu secara bermakna mll urin.
OBAT ANTIPIRETIKA
Anlagesik antipiretik : Obat analgesik antipiretik merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga
digunakan tanpa resep dokter. Efek antipiretik obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.
Kebanyakan obat mirip aspirin terutama yang baru lebih dimanfaatkan sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan
muskuloskeletal (sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh), seperti artritis reumatoid, osteoartritis, dan
spondilitis ankilosa. Akan tetapi hanya meringankan nyeri secara simptomatik tidak menghentikannya, memperbaiki atau
mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.
Efek samping : Kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam misalnya di
lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping yang sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang
kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Efek samping yang lain yaitu gangguan fungsi
trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.
Pada pasien hipovolumeia, sirosis hati yang disertai asites (sebuah kondisi di mana cairan yang mengandung sel-sel kanker
terkumpul dalam perut).dan pasien gagal jantung, aliran darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomeruli akan berkurang, bahkan
dapat terjadi gagal ginjal akut. Pada beberapa orang dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas terhadap aspirin dan obat
mirip aspirin, berupa rinitis vasomotor, edema angianeurotik, urtikaria luas, asma bronkhial, hipotensi sampai keadaan
persyok dan syok.
SALISILAT, SALISILAMID & DIFLUNISAL
Salisilat : Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi
yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai
obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus
hidroksil, misalnya asetosal. Farmakodinamik :
salisilat khususnya asetosal merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan anti inflamasi.
Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Efek salisilat pada pernafasan merangsang pernafasan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Efek urikosurik sangat ditentukan oleh besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari)
menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Tetapi pada dosis lebih besar dari 5 g
sehari terjadi peningkatan ekskresi asam urat melalui urin sehingga kadar asam urat dalam darah menurun. Salisilat bersifat
hepatotoksik dan ini berkaitan dengan dosis, bukan akibat reaksi imun. Gejala yang sering terlihat hanya kenaikan SGOT dan
SGPT, beberapa pasien dilaporkan hepatomegali, anoreksia (gangguan makan), mual dan ikterus (kondisi di mana tubuh
memiliki terlalu banyak bilirubin sehingga kulit dan putih mata menjadi kuning). Bila terjadi ikterus pemberian aspirin harus
dihentikan karena dapat terjadi nekrosis hati yang fatal. Salisilat dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien dengan
hipovolemia (penurunan jumlah darah dalam tubuh)atau gagal jantung.
Farmakokinetik : Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi
sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Asam salisilat diabsorbsi
cepat dari kulit sehat, terutama bila dipakai sebagai obat gosok atau salep.
Indikasi : Antipiretik. Dosis salisilat untuk dewasa 325 mg – 650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 15-20
mg/kg BB, diberikan tiap 4-6 jamdengan dosis total tidak melebihi 3,6 gram per hari. Analgesik : salisilat bermanfaat untuk
mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. Dosis sama seperti
penggunaan untuk anti piretik. Intoksikasi : Sering terjadi penggunasalahan (misuse), atau penyalahgunaan (abuse) obat bebas
ini. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Terapi
intoksikasi mencakup bilas lambung dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit. Bilas lambung dilakukan untuk mengeluarkan
semua obat yang ditelan.
Sediaan : Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrium salisilat merupakan sediaan yang paling banyak digunakan tablet 100mg
untuk anak dan 500 mg untuk dewasa. Metil salisilat hanya digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep, linimen, dan
dimaksudkan sebagai counter iritant bagi kulit. Asam salisilat berbentuk bubuk , digunakan sebagai keratolitik (digunakan
untuk mengobati gangguan kulit seperti kutil dan ketombe) dengan dosis tergantung penyakit yang akan diobati.
Sediaan : parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/ml. Selain
itu parasetamol terdapat sebagai kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis parasetamol untuk dewasa 300
mg – 1 g per kali, dengan maksimum 4 g per hari. Untuk anak 6-12 th : 150 -300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari. Untuk
anak 1-6 th : 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1 th : 60 mg/kali pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.
PIRAZOLON DAN DERIVAT Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenilbutazon, oksifen butazon, antipirin, dan aminopirin.
Indikasi : saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesik-antipiretik karena efek antiinflamasinya lemah. Sedangkan
antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan lagi karena lebih toksik dari pada dipiron.
Dosis untuk dipiron tiga kali 0,3 -1 g sehari. Dipiron dalam bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang mengandung 500
mg/ml. Efek samping dan intoksikasi : semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik, dan
trombositopenia. Di Indonesia frekwensi pemakaian dipiron cukup tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada pemakaian
obat ini, tetapi belum ada data angka kejadiannya. Dipiron juga dapat menimbulkan hemolisis, edema, tremor, mual, muntah,
perdarahan lambung dan anuria.
Aminopirin tidak lagi diizinkan beredar di Ind sejak th 1977 atas dasar kemungkinan membentuk nitrosamin yang bersifat
karsinogenik.

 Catatan : Pada wanita hamil, aspirin dapat mempengaruhi keseimbangan dalam badan (homeostasis) ibu maupun janin. Dosis
tinggi dapat menyebabkan cacat kelahiran, kelambatan pertumbuhan janin dalam rahim, dan kelahiran mati.
Secara umum, parasetamol merupakan analgetika pilihan untuk ibu hamil. Parasetamol juga merupakan pilihan yang baik
untuk ibu menyusui.

OBAT ANTI KONVULSI

 Pengertian : Antiepilepsi atau antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic
seizure). Epilepsi merupakan nama untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan
dengan episode singkat (disebut bangkitan atau recurrent seizure) dan gejala utama berupa penurunan kesadaran sampai
hilang.
GEJALA : Karena epilepsi disebabkan oleh tidak normalnya aktivitas sel otak, kejang-kejang dapat berdampak pada proses
koordinasi otak. Kejang-kejang dapat menghasilkan : Kebingungan yang temporer, Gerakan menghentak yang tidak terkontrol
pada tangan dan kaki, Hilang kesadaran secara total
Penyebab : Pengaruh genetik. Beberapa tipe epilepsi menurun pada keluarga, membuatnya seperti ada keterkaitan dengan
genetik., Trauma pada kepala. Kecelakaan mobil atau cedera lain dapat menyebabkan epilepsi., Penyakit medis. Stroke atau
serangan jantung yang menghasilkan kerusakan pada otak dapat juga menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab yang
paling utama pada kejadian epilepsi terhadap orang yang berusia lebih dari 65 tahun, Demensia. Menyebabkan epilepsi pada
orang tua, Cedera sebelum melahirkan. Janin rentan terhadap kerusakan otak karena infeksi pada ibu, kurangnya nutrisi atau
kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan otak pada anak. 20 % kejang-kejang pada anak berhubungan
dengan kelumpuhan otak atau tidak normalnya neurological., Perkembangan penyakit. Epilepsi dapat berhubungan dengan
perkembangan penyakit lain, seperti autis dan down syndrome.
Faktor risiko : Faktor yang mungkin dapat meningkatkan risiko epilepsi adalah :
Usia. Epilepsi biasanya terjadi pada masa awal usia anak-anak dan setelah usia 65 tahun, tapi kondisi yang sama dapat terjadi
pada usia berapapun, Jenis kelamin. Lelaki lebih berisiko terkena epilepsi daripada wanita, Catatan keluarga. Jika memiliki
catatan epilepsi dalam keluarga, mungkin memiliki peningkatan risiko mengalami kejang-kejang., Cedera kepala. Cedera ini
bertanggung jawab pada banyak kasus epilepsi. Stroke dan penyakit vaskular lain. Ini dapat menyebabkan kerusakan otak
yang memicu epilepsi. Infeksi pada otak. Infeksi seperti meningitis, menyebabkan peradangan pada otak atau tulang belakang
dan menyebabkan peningkatan risiko terkena epilepsi. Kejang-kejang berkepanjangan pada saat anak-anak. Demam tinggi
pada saat anak-anak dalam waktu yang lama terkadang dikaitkan dengan kejang-kejang untuk waktu yang lama dan epilepsi
pada saat nanti.
 Epilepsi dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Bangkitan umum primer (epilepsi umum) terdiri dari :
a. Bangkitan tonik-klonik (epilepsi grandmal)
b. Bangkitan lena (epilepsi petit mal atau absences)
c. Bangkitan lena yang tidak khas (atypical absences) , spasme infantil
Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi parsial atau fokal)
2. Bangkitan parsial sederhana
a. Berasal dari lobus motor frontal : (tonik, klonik, tonik-klonik, Jacsonian’s)
b. Berasal dari somatosensoris (visual, auditorik, olfaktorius, gustatorius, vertiginosa) Autonom.
Psikis murni.
c. Bangkitan parsial kompleks, misalnya epilepsi psikomotor (epilepsi lobustemporalis)
d. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum.
3. Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I atau II).
a. Kejang demam pada neonatus : Yaitu kejang pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun tanpa disertai kelainan
neurologis, bersifat umum dan singkat(<15 menit), terjadi bersamaan dengan demam, hanya terjadi 1 X dalam waktu
24 jam. Anak-anak dengan infeksi SSP atau kejang tanpa demam sebelumnya tidak dapat disebut menderita kejang
demam.
b. Status epileptikus : Yaitu suatu bangkitan yang terjadi berulang-ulang . Pasien belumsadar pada episode yang
pertama, serangan berikutnya sudah mulai lagi.Merupakan suatu kegawatdaruratan. Dapat disebabkan oleh
penghentian terapi yang mendadak, terapi yang tidak memadai, penyakit-penyakit dalam otak (encefalitis, tumor
dalam otak, kelainan cerebrovaskular), keracunan alkohol.
 Obat antiepilepsi : Obat-obat antiepilepsi tersebut digolongkan dalam 7 golongan kimiawi, yaitu hidantoin, barbiturat,
oksazolidin-dion, suksimid, karbamazepin, benzodiazepin dan asam Valproat.
1. Golongan hidantoin : Ada 3 senyawa antikonvulsi : fenitoin (difenil hidantoin), mefenitoin, dan etotoin dengan fenitoin
sebagai prototipe, Fosfenitoin yaitu jenis fenitoin yg mudah larut dan dipakai untuk penggunaan parenteral, Fenitoin
adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsi, kecuali bangkitan lena.
Farmakodinamik : fenitoin berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP. Dosis toksik menyebabkan
eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigiditas deserebrasi . Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan pada penghambatan
penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain di otak..
Farmakokinetik : absorbsi fenitoin yang diberikan secara peroral dan IM berlangsung lambat, 10% dari dosis oral diekskresi
bersama tinja dalam bentuk utuh. Fenitoin terikat kuat pada jaringan saraf sehingga kerjanya bertahan lebih lama, tapi
mula kerja lambat.
Interaksi obat : Kadar fenitoin dalam plasma akan meninggi bila diberikan bersama kloramfenikol, disulfiram, INH,
simetidin, dikumarol, dan beberapa sulfonamid tertentu, karena obat tersebut menghambat biotransformasi fenitoin.
Teopilin menurunkan kadar fenitoin bila diberikan bersamaan, diduga karena meningkatkan biotransformasi fenitoin, juga
mengurangi absorbsinya. Intoksikasi dan efeksamping : ringan mempengaruhi SSP, saluran cerna, gusi dan kulit. Lebih
berat hati, sumsum tulang. Indikasi : untuk bangkitan tonik klonik, dan bangkitan parsial atau fokal. Neuralgia trigeminal,
dan aritmia jantung, kelainan ekstrapiramidal iatrogenik. Sediaan : Kapsul 100 mg, tablet kunyah 50 mg, suntik 100 mg/2
ml, sirup 125 mg/5 ml, sirup anak 30 mg/5ml, lepas lambat 200mg,300mg, suntik 75mg/ml.
2. Golongan Barbiturat : Disamping sebagai hipnotik sedatif, efektif sebagai obat antikonvulsi.
Fenobarbital : Fenobarbital merupakan obat pilihan utama untuk terapi kejang dan kejang demam pada anak. Dosis
dewasa : 2x120-250 mg sehari. Dosis anak : 30-100 mg/hari. Efek samping : sedasi, psikosis akut dan agitasi.
Primidon : Primidon lebih efektif daripada fenobarbital, terutama untuk terapi kejang parsial dan kejang umum tonik-
klonik. Efek samping : berupa kantuk, ataksia (mengalami kegagalan kontrol otot pada tangan dan kaki), pusing, sakit
kepala, dan mual. Anoreksia (kekurangan nafsu makan), impotensi, aktivasi psikotik pada pasien epilepsi psikomotor.
3. Golongan Oksazolidindion
Trimetadion : Merupakan obat antiepilepsi tipe absence, namun setelah etosuksimid dipakai secara luas pada tahun 1960 ,
trimetadion jarang dipakai.
4. Golongan Suksimid : Yang termasuk golongan ini yaitu : etosuksimid, metsuksimid, dan fensuksimid.Etosuksimid paling
efektif bila dibandingkan dengan metsuksimid, dan fensuksimid. Etosuksimid diabsorbsi lengkap melalui saluran cerna Pada
pemberian oral diperlukan waktu 1-7 jam untuk mencapai kadar puncak. Efek samping : mual, sakit kepala, kantuk dan
ruam kulit. Etosuksimid obat yg paling selektif untuk bangkitan lena.
5. Karbamazepin : Efektif untuk bangkitan kompleks dan tonik-klonik. Efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu
kewaspadaan dan perasaaan. Efek samping : Vertigo, pusing, ataksia (kegagalan koordinasi otot), diplopia, dan penglihatan
kabur. Mual, muntah, diskrasia darah yg berat (anemia aplastika, agranulositosis), dermatitis. Gejala intoksikasi : stupor
atau koma, pasien iritabel, kejang, depresi napas, retensi air. Dosis anak : dibawah 6 tahun 100mg/hari, 6-12 tahun
2x100mg/hari, Dewasa 800-1200mg/hari.
6. Golongan Benzodiazepin
Diazepam : Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat ini juga
bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal. Diazepam efektif pada bangkitan
lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yg terjadi dalam 1 detik. Efek samping : obstruksi (penyempitan)saluran
nafas oleh lidah akibat relaksasi otot, hipotensi, henti jantung, kantuk.
Klonazepam : Efektif untuk terapi tambahan semua tipe kejang, kecuali kejang tonik-klonik. Efek samping : kantuk,
ataksia, dan gangguan kepribadian. Dosis awal 1,5 mg sehari, dibagi untuk 3 kali pemberian. Jika diperlukan dosis dinaikkan
0,5-1 mg setiap 3 hari. Dosis anak sd 10 tahun atau BB 30 kg, adalah 0,01-0,03 mg/kgBBsehari, diberikan terbagi.
7. Golongan Asam Valproat Mekanisme kerja asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama aminobutirat
(GABA) di otak. Indikasi pemberian obat ini adalah epilepsi lena, mioklonik dan tonik-klonik. Efek samping yang terjadi
adalah gangguan saluran cerna, berupa mual dan muntah, gangguan susunan saraf pusat (ngantuk, ataksia/kegagalan
koordinasi otot, tremor), gangguan fungsi hati, ruam kulit dan alopesia (kerontokan rambut).
 Prinsip pengobatan epilepsi adalah :
(1) melakukan pengobatan kausal (penyebab) misalnya pembedahan pada tumor serebri,
(2) menghindari faktor pencetus suatu bangkitan, misalnya alkohol, emosi dan kelelahan fisik maupun mental,
(3) penggunaan antikonvulsi.
 Kriteria obat epilepsi yang baik adalah
(1) dapat menekan bangkitan,
(2) memiliki batas keamanan yang lebar,
(3) satu jenis obat yang dapat menekan semua jenis bangkitan dan bekerja langsung pada fokus bangkitan,
(4) diberikan peroral dan masa kerja panjang, tidak menimbulkan gejala putus obat,
(5) harganya murah.
 Pemilihan Obat Antikonvulsi :

Obat Antihipertensi

1. Berdasarkan etiologinya : Hipertensi esensial


Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik (dari penyebab yang tidak diketahui ) adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus adalah hipertensi esensial. Penyebabnya meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaksi pembuluh darah
terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin(kondisi di mana sensitivitas insulin menurun), dll. Faktor lingkungan antara lain
diet, kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas, dll.
2. Hipertensi sekunder. Meliputi 5-10 % kasus hipertensi. Termasuk kelompok ini hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi
renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, efedrin, fenil
propanolamin, fenilefrin, amfetamin, kokain, siklosporin, eritopoetin) menyebabkan hipertensi.

Tujuan dan Strategi pengobatan hipertensi : Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas (angka
kematian) dan morbiditas (angka kesakitan) kardiovaskular. Target tekanan darah bila tanpa kelainan penyerta adalah
<140/90mmHg. Sedangkan pada pasien dengan DM atau kelainan ginjal, tekanan harus diturunkan di bawah 130/80 mmHg.
Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup berupa diet rendah garam, berhenti merokok,
mengurangi konsumsi alkohol, aktifitas fisik yang teratur, dan penurunan berat badan bagi pasien dengan BB lebih.
Obat-obat antihipertensi : Dikenal 5 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi,
yaitu : 1. Diuretik 2.
Penyekat reseptor beta adrenergik (Beta bloker) 3. Penghambat angiotensin-converting enzim (ACE-inhibitor), 4. Penghambat
reseptor angiotensin (Angiotensin-reseptor bloker, ARB) 5. Antagonis kalsium. Selain itu juga 3 kelompok obat yang
dianggap lini kedua yaitu : 1. Penghambat saraf adrenergik 2. Agonis alfa-2 sentral 3. Vasodilator.
1. Diuretik : Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Akibatnya menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut beberapa diuretik juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensi. Efek proteksi kardiovaskular diuretik belum terkalahkan
oleh obat lain sehingga diuretik dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang.

2. Penghambat Adrenergik : Penghambat Adrenoseptor beta ( Beta Bloker)


Mekanisme antihipertensi : (1) penurunan frekwensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung , (2) hambatan sekresi renin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi angitensin II, (3) efek
sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron
adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin. Penggunaan : Beta-bloker digunakan sebagai obat tahap pertama
pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Dari berbagai Beta-bloker,
atenolol merupakan obat sering dipilih. Obat ini bersifat kardioselektif dan penetrasi ke SSP minimal, sehingga kurang
menimbulkan efek samping sentral dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan akan meningkatkan kepatuhan
pasien. Efek samping : bronkospasme pada pasien dengan riwayat asma bronkhial atau
penyakit paru obstruktif kronik, sehingga pemakaian beta-bloker termasuk yang kardio selektif merupakan kontra indikasi
untuk keadaan ini (Asebutolol, Atenolol,Bisoprolol, Metoprolol) Gangguan sirkulasi perifer lebih jarang terjadi dengan beta-
bloker kardio selektif atau yang memiliki efek vaso dilatasi seperti labetalol dan karvediol. Efek sentral berupa depresi, mimpi
buruk, halusinasi, pada penggunaan propanolol dan oksprenolol. Gangguan fungsi seksual sering terjadi akibat pemakaian
beta-bloker, terutama yang tidak selektif. Pemakaian beta-bloker pada pasien DM yang mendapat insulin atau obat
hipoglikemik oral, sebaiknya dihindari. Sebab beta-bloker dapat menutupi gejala hipoglikemik.

Penghambat Adrenoseptor-Alfa (Alfa-Bloker) Mekanisme antihipertensi : hambatan reseptor alfa-1 menyebabkan vasodilatasi
di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Efek samping : hipotensi ortostatik, dehidrasi, sakit kepala,
palpitasi, edema perifer, hidung tersumbat, mual,dll.

3.Penghambat Angitensin –Converting Enzyme (ACE-inhibitor)


Kaptopril : Mekanisme kerja :menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan aldosteron.
Vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron mengurangi beban jantung. Efek samping :
Hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, gangguan pengecapan, edema angioneuritik, gagal ginjal akut, efek teratogenik.
Farmakokinetika : Pemberian bersama makanan akan mengurangi absorbsi 30%, oleh karena itu harus diberikan sebelum
makan. Kontraindikasi : wanita hamil, ibu menyusui karena diekskresi mll ASI dan berakibat buruk terhadap fungsi ginjal
bayi.
4. Antagonis Reseptor Angitensin II (Angitensin reseptor Blocker, ARB)
Losartan : Mekanisme kerja :bekerja selektif pada reseptor AT1akan menghambat semua efek Ang II, seperti vasokonstriksi,
sekresi aldosteron,stimulasi jantung. Farmakokinetika :diabsorbsi baik melalui saluran cerna, absorbsi tidak dipengaruhioleh
adanya makanan dalam lambung. Obat ini cukup diberikan 1 atau 2 x sehari. Sebagian basar obat diekskresi mll feses sehingga
tidak diperlukan penyesuaian dosis pada gangguan fungsi ginjal termasuk pasien hemodialisis dan pada usia lanjut. Efek
samping : hiperkalemia, fetotoksik sehingga harus dihentikan bila ternyata pasien sedang hamil. Kontra indikasi : kehamilan
trimester 2 dan 3, wanita menyusui.

5. Antagonis Kalsium
Di pembuluh darah antagonis kalsium menimbulkan relaksasi arteriol, sehingga menurunkan tekanan darah.
Efek samping : hipotensi, iskemik miokard atau serebral. Sakit kepala, muka merah, edema, konstipasi.

• Lini ke 2:
1. Adrenolitik sentral
Metildopa : Mekanisme kerja : dilatasi vena , penurunan beban hulu dan penurunan frekwensi jantung dapat menyebabkan
curah jantung menurun. Penggunaan : merupakan antihipertensi tahap kedua. Obat ini terbukti efektif bila dikombinasikan
dengan diuretik. Dosis efektif minimal adalah 2 x 125 mg perhari dan dosis maksimal 3 g perhari. Farmakokinetika : Absorbsi
melalui saluran cerna bervariasi dan tidak lengkap. Kadar puncak tercapai setelah 6-8 jam mll oral. Ekskresi melalui urin. Efek
samping : sedasi, hipotensi postural (tekanan darah turun karena jantung tidak memompa cukup darah sehinggaterjadi
kekurangan oksigen di otak), pusing, mulut kering, sakit kepala, depresi, gangguan tidur, impotensi, penglihatan kabur dan
hidung tersumbat. Interaksi :pemberian bersama preparat besi mengurangi absorbsi 70%.
Klonidin : Mekanisme kerja : efek hipotensi terjadi karena penurunan resistensi perifer dan curah jantung. Farmakokinetika :
Absorbsi oral berlangsung cepat. Bisa diberikan transdermal.Diekskresi dalam bentuk utuh mll urin. Penggunaan :Sebagai obat
ke 2 atau ke 3 bila penurunan TD dengan diuretik belum optimal. Dosis : 0,075 mg 2 x sehari dan dapat ditingkatkan sampai
0,6 mg/hari. Efek samping : sedasi, pusing, mulut kering, mual, impotensi, mimpi buruk, insomnia, cemas, depresi
2. Penghambat saraf adrenergik Reserpin
: Mekanisme kerja : penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Penggunaan :Dosis harian dapat dimulai dengan 0,05 mg
sekali sehari bersama diuretik dan jangan melebihi 0,25 mg/hari. Reserpin mempunyai mula kerja yg lambat dan masa kerja
yang panjang. Efek samping : letargi( mimpi buruk), depresi mental, kongesti nasal, hiperasiditas lambung, muntah, gangguan
fungsi seksual. Guanetidin dan Guanadrel : Mekanisme kerja :menurunkan curah jantung, dan
resistensi perifer, venodilator yg kuat. Efek samping : diare, kegagalan ejakulasi. Dosis lazim berkisar antara 10-50mg sekali
sehari. Penghambat ganglion
Trimetafan : Kerjanya cepat dan singkat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada : (1) hipertensi darurat ,(2) untuk
menghasilkan hipotensi yg terkendali selama operasi besar. Obat ini diberikan scr IV dg dosis 0,3-5mg/menit. Efek hipotensi
terjadi dalam 3-5 menit dan menghilang 15 menit setelah penghentian tetesan infus. Efek samping : ileus paralitik, paralisis
kandung kemih, mulut kering, penglihatan kabur, dan hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang berlebihan ketika
seseorang sedang berdiri, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dan pingsan).
3. Vasodilator : Hidralazin : Mekanisme kerja :Lebih selektif bekerja pada
arteriol, jarang menimbulkan hipotensi ortostatik. Penggunaan :Obat ini biasanya digunakan sebagai obat ke dua atau ke tiga
setelah diuretik dan beta-bloker. Dosis : pemberian oral 25-100mg dua kali sehari. Pada eklampsia diberikan per IM atau IV
dosis 20-40mg. Dosis maksimal 200mg/hari. Farmakokinetika : Hidralazin diabsorbsi secara baik melalui saluran cerna. Pada
asetilator lambat dicapai kadar plasma yg lebih tinggi, dengan efek hipotensi berlebihan dan efek samping yg lebih sering. Efek
samping : sakit kepala, mual, flushing (sensasi kehangatan disertai dengan eritema sementara), hipotensi, takikardi (denyut
jantung cpt), palpitasi (denyut jt tdk menentu), angina pektoris, hepatotoksis, kolangitis akut. Minoksidil : Mekanisme kerja :
Obat ini menurunkan tekanan sistol dan diastol yang sebanding dengan tingginya tekanan darah awal. Farmakokinetika :
Absorbsi baik pada pemberian peroral, waktu paruh 3-4 jam, efek terapi bertahan sampai 24 jam atau lebih. Ekskresi melalui
urin 20% dalam bentuk tidak berubah.Penggunaan : Minoksidil efektif untuk hipertensi akselerasi atau maligna dan pada
pasien dengan penyakit ginjal lanjut karena obat ini meningkatkan aliran darah ke ginjal. Efek samping : retensi cairan dan
garam, hiperglikemi, sakit kepala, mual, rasa lelah, nyeri tekan di dada. Diazoksid : Mekanisme
kerja : mirip dengan minoksidil yaitu menurunkan tekanan sistol dan diastol yang sebanding dengan tingginya tekanan darah
awal. Penggunaan :Diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensi darurat (tek darah tinggi disertai kerusakan organ),
hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensi berat padaglomeriulonepritis akut dan kronik. Efek samping :
hiperglikemi, menyebabkan relaksasi uterus sehingga dapat mengganggu proses kelahiran bila digunakan pada eklampsia.
Kontra indikasi :pasien PJK krn dpt menyebabkan iskemi miokard dan serebral.
Natrium nitroprusid : Mekanisme kerja : mengaktifkan pada otot polos pembuluh darah, terjadi penurunan kalsium intra sel
dengan efek akhir vasodilatasi arteriol dan venula.
Penggunaan : Nitroprusid merupakan obat yg kerjanya paling cepat dan efektif untuk mengatasi hipertensi darurat,
kebanyakan yg memerlukan terapi parenteral, termasuk yg disebabkan oleh infark miokard akut dan gagal jantung kiri. Dosis
0,5-10 ug/kg/menit dosis rata2 3ug/kg/menit menurunkan tekanan darah 30-40%. Efek samping : methemoglobinemia,
asidosis.

OBAT ANEMIA

 Anemia adalah jumlah sel darah merah yang rendah. Sel darah merah, juga disebut eritrosit, dibentuk di sumsum tulang,
dengan tugas untuk membawa oksigen dari paru ke jaringan.
Pembentukan sel darah merah baru tergantung pada hormon alami yang disebut eritropoitin (EPO, yang dibentuk dan
dikeluarkan dari ginjal). Orang yang menderita anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam darahnya dan hal ini dapat
mengakibatkan rasa lelah, kesulitan bernapas, peningkatan denyut jantung dan pucat. Apabila
Hb kita menurun di bawah batas tertentu, tubuh kita mencoba mengatasinya dengan meningkatkan denyut jantung kita.
Ketika jantung kita berdetak lebih cepat, hal ini memungkinkan lebih banyak darah dan oksigen yang dialirkan ke seluruh
tubuh. Dengan kegiatan yang meningkat, tubuh kita membutuhkan lebih banyak oksigen sehingga mengakibatkan kelelahan,
kelemahan, jantung berdebar, sesak napas, dan gejala lain Pengobatan sering memicu anemia. Beberapa obat penyebab anemia
termasuk isoniazid, rifampisin, dapson, sulfonamid, nitrofurantoin, dilantin, fenobarbital, alkohol, penisilin, kotrimoksasol,
gansiklovir, dan amfoterisin. Sering kali, menghentikan obat yang mengganggu dapat memulihkan anemia. Tetapi, apabila
obat tersebut diperlukan untuk masalah lain, harus ditemukan cara lain untuk menghadapi anemia tersebut.
Kekurangan vitamin seperti vitamin B12, asam folat, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, vitamin E dan kekurangan zat besi
adalah beberapa unsur penyebab anemia. Sebagian besar jenis anemia ini dapat diperbaiki dengan memakai suplemen.
Neuropati periferal dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan gejalanya dapat dipulihkan dengan memberi tambahan
vitamin B12. Infeksi HIV dapat memicu kasus anemia yang parah.
Penyebab utama lain yang dapat memicu anemia dan kelelahan adalah kekurangan zat besi yang dikenal sebagai mikrositosis
(MCV di bawah 98). Zat besi adalah mineral yang memungkinkan oksigen diedarkan dalam sel darah merah. Banyak
perempuan kekurangan zat besi. Pola makan yang buruk, dan haid yang parah dapat menyebabkan kekurangan zat besi setiap
bulan. Haid yang sering atau berat dapat lazim terjadi pada perempuan yang terinfeksi HIV. Hal ini mengakibatkan kehilangan
darah dalam jumlah besar dan anemia.
Penyebab anemia yang terakhir adalah infeksi pada sumsum tulang. Sebagai akibatnya, sumsum tulang memperlambat
produksi sel baru dan melemah, atau tidak dapat lagi memproduksi sel yang dibutuhkan untuk membawa oksigen ke seluruh
organ.
Beberapa infeksi yang dapat mengakibatkan kegagalan sumsum tulang adalah infeksi mikobakteri, infeksi jamur (kriptokokal,
histoplasmosis) atau limfoma. Ini adalah infeksi yang biasa terjadi pada pasien AIDS lanjut. Biasanya infeksi ini dapat diobati
secara berhasil, tetapi mungkin membutuhkan terapi rumatan untuk tetap menekan infeksi.
Transfusi : Segala usaha harus dilakukan untuk mencari penyebab dasar anemia. Transfusi harus dipertimbangkan apabila
hemoglobin turun sampai di bawah 8 mg/dL atau pasien bergejala (selalu lemah atau sesak napas), dan tidak ada
kontraindikasi lainnya. Upaya harus dilakukan untuk mencegah transfusi darah karena banyak efek samping dan biaya.
Pengobatan anemia dimulai dengan diagnosis penyebab dasarnya, apakah itu sebuah infeksi, kekurangan vitamin, kehilangan
darah akibat haid berat, pola makan yang buruk atau hipotiroidisme. Apabila semua hasil tes adalah negatif dan kemungkinan
kecil terjadinya infeksi, penyebab dasarnya mungkin adalah bukti adanya penyakit kronis terkait dengan HIV.
Anemia terkait HIV telah menunjukkan tanggapan terhadap penggantian EPO. Pemberian EPO (obat anemia) adalah yang
terbaik untuk mendorong pembentukan sel darah merah pada perempuan dengan cadangan zat besi yang cukup dan tingkat
albumin normal walau dalam kondisi EPO rendah (di bawah 500 mU/ml). Obat ini diberikan secara suntikan di bawah kulit
dilakukan tiga kali seminggu.

 Anti anemia defisiensi:


Besi (Fe) dan garam-garamnya : diperlukan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisien Fe akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokromik
mikrositik. Farmakokinetik : Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenom dan jejenum proksimal,
makin ke distal absorpsi makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorbsi dalam bentuk Fero. Makanan yang mengandung Fe
dalam kadar tinggi adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang2an, dan buah2an kering tertentu. Mengandung besi
dalam jumlah sedang yaitu daging, ikan, unggas, sayur hijau, biji2an. Jumlah rendah susu atau produknya, sayuran kurang
hijau. Indikasi : Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi Fe. Efek samping : mual, nyeri
lambung, konstipasi, diare, dan kolik. Feses berwarna hitam. Pemberian Fe secara IM menimbulkan reaksi lokal, rasa sakit,
warna coklat,peradangan lokal.

 Penggunaan sediaan secara IM dan IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin, misalnya pasien bersifat intoleran
terhadap sediaan oral, atau pemberian oral tidak menimbulkan respon terapeutik.
Preparat suntikan : Iron-dekstran (imferon), Iron-sucrose dan Iron sodium gluconate.
Vitamin B12: Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan satu-satunya kelompok senyawa alam yang mengandung unsur Co
dengan struktur yang mirip derifat porfirin alam lain. Vitamin B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme
intrasel, untuk sintesa DNA yang normal, sehingga defisiensi vit ini menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit
yang memberikan gambaran sebagai anemia megaloblastik. Defisiensi vit B12 juga menyebabkan kelainan neorulogik.
Kekurangan vit B12 dapat disebabkan oleh kurangnya asupan, terganggunya absorbsi, terganggunya utilisasi, meningkatnya
kebutuhan, destruksi yang berkelebihan atau ekskresi yang meningkat. Defisiensi kobalamin ditandai dengan gangguan
hematopoesis, gangguan neurologik, kerusakan sel epitel, terutama epitel saluran cerna, dan debilitas umum. Sumber Vit B12
alami adalah mikroorganisme. Bakteri dalam kolon manusia juga membentuk vit B12, tetapi ini tidak berguna untuk
memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan sebab absorbsi vit B12 terutama berlangsung dalam ileum. Selain itu vit B12
dalam kolon ternyata terikat pada protein. Farmakokinetik : Vit B12 diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SC.
Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Absorbsi peroral lambat di ileum, kadar puncak
8-12 jam stlh pemberian 3 mikrogram. Vit B12 tersedia dalam bentuk tablet dan larutan untuk suntikan. Terapi scr oral biasanya
lebih mahal dibanding suntikan , sediaan antianemi terdiri dari campuran Fe, vit B12, asam folat, cobal, Cu, ekstrak hati, dan
sebagainya selain lebih mahal juga mengaburkan etiologi anemia yang sebenarnya. Maka cara pemberian terbaik yaitu scr IM
atau SC yang disuntikan dalam. Dikenal 3 jenis suntikan vit B12 yaitu : lar sianocobalamin yang berkekuatan 10-1000
mikrogr/ml, lar ekstrak hati dalam air, suntikan depot vit B12.
Asam folat : Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam
glutamat.Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau segar. Folat
mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan. Kebutuhan tubuh akan folat rata2 50 mikrogr/hr dipengaruhi oleh
kecepatan metabolisme . Jadi peningkatan metabolisme akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik dan tumor ganas akan
meningkatkan kebutuhan folat. Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari : 1) gangguan di usus kecil, 2) alkoholisme
yang menyebabkan asupan makanan buruk, 3) efek toksik alkohol pada sel hepar, 4) anemia hemolitik yang menyebabkan laju
malih eritrosit tinggi. Farmakokinetik : pemberian scr oral absorbsi folat baik, terutama 1/3 proksimal usus halus. Ekskresi
berlangsung melalui ginjal, sebagian besar dalam bentuk metabolit.Indikasi : pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat,
kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat apabila tidak atau kurang
mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Umumnya folat diberikan peroral, tapi bila keadaan tidak memungkinkan
diberikan IM atau SC. Sediaan dalam bentuk tablet 0,4; 0,8; dan 1 mg asam pteroilglutamat dan dalam larutan injeksi asam
folat 5 mg/ml. Asam folat juga dalam berbagai sed multivitamin.
Obat lain : Riboflavin (vit B2) dalam bentuk flafin mononukleotida (FMN) dan flafin adenin dinukleotida (FAD) berfungsi
sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-protein dalam pernafasan sel. Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari peroral
atau IM.
Piridoksin (Vit B6) berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan
anemia mikrositik hipokromik.
Kobal berfungsi meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberapa pasien dengan anemia refrakter,
seperti yang terdapat pada pasien talasemia, infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti belum diketahui.
Tembaga (Cu), Kedua unsur Fe dan Cu terdapat pada sitokrom oksidase, maka adahub antara metabolisme Cu dan Fe. Pada
anemia dengan defisiensi Cu diperlukan kedua unsur Cu dan Fe karena pada hewan dengan defisiensi Cu absorbsi Fe akan
berkurang.
Eritropoietin : Suatu glikoprotein merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal
dalam sel peritubuler dan tubula proksimalis. Eritropoietin berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel
induk sel darah merah, menstimuli proliferasi dan deferensiasi eritroid. Farmakokinetik : setelah pemberian IV masa paruh
eritropoietin pada pasien gagal ginjal kronik sekitar 4-13 jam. Eritropoietin tidak dikeluarkan melalui dialisis. Indikasi :
Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal kronik. Efek samping bertambah beratnya
hipertensi yang dapat terjadi pada 20-30% pasien dan paling sering akibat peningkatan hematokrit yang terlalu cepat.

OBAT ANESTESI

• Tipe anestesi Beberapa tipe anestesi adalah: Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau
saraf yang berhubungan dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan
tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka
setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.

• Anestesiologis dengan empat rangkaian kegiatan Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter
spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi
perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.

• Empat rangkaian kegiatan dokter anestesi adalah:


Mempertahankan jalan napas dan memberi napas bantu
Membantu kompresi jantung bila berhenti
Membantu peredaran darah
Mempertahankan kerja otak pasien.
• Penggunaan obat-obatan dalam anestesi Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup,
ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic
drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi.

• Pemilihan teknik anestesi Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan kesepakatan dan
pengetahuan yang dalam baik antara pasien dan faktor-faktor pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien,
pembiusan regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total.Blokade neuraksial bisa mengurangi resiko thrombosis vena,
emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernafasan, infark miokardial dan kegagalan ginjal.

• Jenis anestesi umum : Pada penggunaan klinik dikelompokkan : secara inhalasi dan intra vena. Secara inhalasi : eter, halotan,
enfluran, isofluran, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen, fluroksen.

• Anestesi inhalasi sempurna adalah yang : Masa induksi dan masa pemulihan singkat dan nyaman. Peralihan stadium
anetesinya terjadi cepat. Relaksasi otot sempurna. Berlangsung cukup aman Tidak menimbulkan efek toksis atau efek samping
berat dalam dosis anestesi yang lazim.

• Anestesi intra vena : Obat ini meliputi kelompok barbiturat (tiopental, tiomilal, metoheksital), propofol, etomidat, ketamin,
droperidol, benzodiazepin (midazolam, diazepam, lorazepam), dan beberapa anestesi IV yang lebih berefek analgesik misalnya
fentanil, sulfentanil, alfentanil, remifentanil, meperidin dan morfin.

• Stadium anestesi : Stadium I (analgesia) : stadium analgesia dimulai sejak saat pemberian anestesi sampai hilangnya
kesadaran. Pada stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi masih tetap sadar dan dapat mengikuti
perintah. Dapat dilakukan pembedahan ringan seperti mencabut gigi dan biopsi kelenjar.
Stadium II (eksitasi) : stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernafasan yang teratur yang
merupakan dimulainya stadium pembedahan. Pasien tampak mengalami delirium (tindakan liar, tidak beraturan) dan eksitasi
dengan gerakan2 di luar kehendak. Pernafasan tidak teratur kadang apnea(kekurangan atau penangguhan napas) dan
hiperpnea, tonus otot rangka meninggi, pasien meronta2 kadang muntah. Ini terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi.
Pada stadium ini dapat terjadi kematian, maka stadium ini harus diusahakan cepat dilalui.
Stadium III (pembedahan), dimulai dengan timbulnya kembali pernafasan yang teratur sampai pernafasan spontan hilang.
Dalam stadium pembedahan ini dibedakan dari perubahan gerakan bola mata, reflek bulu mata dan konjungtiva, tonus otot
dan lebar pupil menggambarkan semakin dalamnya pembiusan.
Stadium III (pembedahan) dibagi 4 tingkatan : Tingkat 1 : pernafasan teratur, spontan, dan seimbang antara pernafasan dada
dan perut, gerakan bola mata terjadi di luar kehendak, miosis (cahaya refleks, pupil
refleks), sedangkan tonus otot rangka masih ada. Tingkat 2 : pernafasan teratur tapi frekwensi nya lebih kecil, bola mata tidak
bergerak, pupil mata melebar, otot rangka mulai melemas, dan reflek laring menghilang sehingga pada saat ini bisa dilakukan
intubasi. Tingkat 3 : pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot interkostal (antara tulang rusuk)
mulai lumpuh, relaksasi otot rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal. Tingkat 4 : pernafasan perut
sempurna karena otot interkostal lumpuh total, tekanan darah mulai turun, pupil sangat lebar dan reflek cahaya hilang.
Stadium IV : Dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibandingkan stadium III tingkat 4, tekanan darah tidak dapat
diukur karena pembuluh darah kolaps, dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini dapat disusul kematian, kelumpuhan
nafas disini tidak dapat diatasi dengan pernafasan buatan, bila tidak didukung oleh alat bantu nafas dan sirkulasi.

• Medikasi praanestesi : Tujuan untuk mengurangi rasa cemas menjelang pembedahan, memperlancar induksi, mengurangi
kegawatan akibat anestesi. Mengurangi hipersalivasi, bradikardi (lambat detak jantung tidak normal ) dan muntah yang timbul
sesudah maupun selama anestesia. Ada 5 golongan obat yang diberikan sebagai medikasi praanestesi yaitu analgesik narkotik,
sedatif barbiturat, benzodiazepin, antikolinergik, dan neuroleptik.
Analgesik narkotik : Morfin : 8-10 mg secara IV. Opioid lain sesuai kekuatannya :Sulfentanil (1000 kali) > remifentanil (300
kali) > fentanil (100 kali) >alfentanil (15 kali) > morfin (1 kali) > meperidin (0,1 kali). Dosis meperidin 50-100 mg IM/SC/IV.
Meperidin 12,5-50 mg IV. Lama kerja : remifentanil (10 menit), sulfentanil (15 menit), alfentanil (20 menit), fentanil (30 menit).
Barbiturat Pentobarbital, sekobarbital secara oral dan IM dosis 100-150 mg. Jarang menimbulkan mual dan muntah , sedikit
menghambat pernafasan dan sirkulasi dibanding morfin.
Sedatif nonbarbiturat : Etinamat, Glutetimid, dan kloralhidrat hanya digunakan bila pasien alergi terhadap barbiturat.
Benzodiazepin : Umumnya diberikan peroral karena absorbsi baik. Benzodiazepin yang tidak larut dalam air (diazepam dan
lorazepam) tidak diberikan secara IV dapat menimbulkan iritasi vena, tetapi dapat diberikan IM dengan pelarut propilen
glikol Midazolam yang larut dalam air dapat diberikan IV.
Neuroleptik : Kelompok ini dapat digunakan untuk mengurangi mual dan muntah (misal droperidol) Kualitas sedasi lebih
baik daripada morfin Golongan fenotiazin seperti klorpromazin dan prometazin juga dapat mengurangi efek muntah, tapi
penggunaan dibatasi karena efek hipotensi intra operatif.
Antimuskarinik : Atropin 0,4-0,6 mg IM mencegah hipersekresi kelenjar ludah 10-15 menit setelah penyuntikan. Efek ini
berlangsung 90 menit. Pemberian atropin 1,5-2,0 mg IV untuk mencegah perubahan kardiovaskuler yaitu hipotensi dan
bradikardi (frekwensi nadi rendah < 60 kali/menit). Skopolamin jarang digunakan karena obat ini menunda sadarnya pasien
dan memperpanjang sedasi pascabedah. Memperlambat denyut jantung.
Anestesi inhalasi : Nitrogen monoksida (N2O), mempunyai efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen
seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk mendapatkan efek analgesik maksimum 35%. N2O diekskresi dalam bentuk
utuh melalui paru2 dan sebagian kecil melalui kulit.
Siklopropan , mrp anastesi yang kuat, berbentuk gas, berbau spesifik, tidak berwarna, disimpan dalam bentuk cairan
bertekanan tinggi. Diekskresi melalui paru, hanya 0,5% dimetabolisme dalam tubuh dan diekskresi dalam bentuk CO2 dan air.
Eter, merupakan cairan tidak berwarna yang mudah menguap, berbau tidak enak, mengiritasi saluran nafas, mudah terbakar
dan mudah meledak. Merupakan anestesi yang sangat kuat. Diekskresi melalui paru, sebagian kecil juga diekskresi melalui
urin, air susu, dan keringat.
Halotan, merupakan anestesi golongan hidrokarbon yang berhalogen. Berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak
mudah terbakar dan tidak mudah meledak. Ekskresi halotan melalui paru, 20% dimetabolisme dalam tubuh kemudian
dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoroasetat, trifluoroetanol, dan bromida.
Enfluran, anastesie eter yang berhalogen, tidak mudah terbakar. Diekskresi dalam bentuk utuh melalui paru, 2-10%
dimetabolisme dalam hati menjadi ion F- tidak membahayakan ginjal. Efek samping menggigil, hipotermia, gelisah, delirium
(tindakan tidak beraturan), mual,muntah.
Anestesi intravena : Lebih banyak digunakan baik sebagai adjuvan (suatu zat yang ditambahkan ke formulasi obat yang
meningkatkan efek dari bahan aktif) bagi anestetik inhalasi maupun sebagai anestetik tunggal karena tidak diperlukan
peralatan yang rumit dalam penggunaannya.

• Kokain : Kokain didapat dari daun Erythroksilon coca. Efek yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila
dikenakan secara lokal. Kokain diabsorbsi hampir diseluruh tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral tidak efektif
karena hidrolisis di dalam usus. Detoksikasi dalam hati, ekskresi sebagian kecil melalui urin. Menimbulkan keracunan, untuk
mengatasinya dengan pemberian diazepam atau barbiturat secara IV.
Prokain : Digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, spinal, epidural dan kaudal. Potensi rendah dan efek pendek . Dalam
tubuh hidrolisis menjadi PABA yang menghambat kerja sulfonamid.
Lidokain : Anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Lidokain dapat
menimbulkan kantuk . Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa epineprin. Efek samping ngantuk, pusing, parestesia
(kesemutan atau menggelitik atau gatal
atau terbakar), kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan.
Bupivakain : Struktur mirip lidokain. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang lebih populer
digunakan dalam memperpanjang analgesia dalam persalinan dan masa pasca pembedahan. Larutan bupivakain hidroklorid
0,25% untuk anestesi infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebral. Tanpa epineprin dosis maksimum 2 mg/kg BB.
Dibukain : Merupakan anestesi lokal yg kuat, paling toksik, masa kerja panjang. Sebagai preparat suntik dibukain sdh tdk
digunakan lagi, kecuali untuk anestesi spinal. Penggunaan masih populer di beberapa negara diluar amerika.
Mepivakain HCl : Mirip sepertilidokain digunakan pada anestesi infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesi spinal. Lebih
toksik terhadap neonatus dan tidak digunakan pada anestetik obstetrik. Lama kerja lebih lama 20% dibanding lidokain, tidak
efektif sebagai anestesi topikal.
Tetrakain : Derivat asam para amino benzoat. Pada pemberian IV zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik jika dibanding
prokain.Untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan tetrakain 0,5%, untuk hidung dan tenggorokan larutan 2%.
Pada anestesi spinal dosis total 10-20 mg.

Anda mungkin juga menyukai