ANTIARITMIA
terjadi pada usia 65-85 tahun dan 84% terjadi pada usia di atas 85 tahun.
Obat-obatan antiaritmia dibagi dalam 4 kelas oleh Singh dan Vaughan menjadi:
konduksi.
konduksi.
memperlambat konduksi.
di nodus AV.
5. Lainnya
Kelas IA
i) Kuinidin
Farmakokinetik
Kuinidin sulfat mencapai kadar puncak setelah 60-90 menit pemberian per
oral, sementara kuinidin glukonat mencapai kadar puncak 3-4 jam setelah
pemberian per oral. Keduanya memiliki waktu paruh sekitar 6 jam. Hampir 90
kerja kuinidin.
Dosis
Kuinidin diberikan per oral dalam rentang dosis 200-300 mg, 3-4 kali sehari.
paroksismal.
Efek Samping
blokade AV derajat tinggi, aritmia ventrikel dan asistol. Selain itu, bizzare
pointes, takikardia paradoksal dan hipotensi dapat pula terjadi pada pasien
tinitus, tuli, penglihatan kabur, keluhan saluran cerna, sakit kepala, diplopia,
ii) Prokainamid
Farmakokinetik
Kadar puncak prokainamid dapat tercapai setelah 45-70 menit pemberian per
pasca infark miokard akut, abrobsi prokainamid secara oral tidak maksimal.
Distribusi prokainamid juga dapat memburuk pada keadaan gagal jantung atau
pun syok. Sementara obat ini akan meningkat kadarnya bila diberikan pada
Dosis
Prokainamid tersedia dalam bentuk kapsul 250-500 mg atau tablet lepas lambat
intramuskular atau pun intravena dapat diberikan sediaan 100 atau 500 mg/mL.
Pada aritmia akut atau tidak stabil, disarankan pemberian secara intravena 100
mg selama 2-4 menit, tiap 5 menit, sampai aritmia terkontrol, efek samping
terlihat atau pada pemberian dosis total sebesar 1000 mg sudah dilakukan
Efek Samping
Sementara efek samping lain berupa gejala saluran cerna, pusing, psikosis,
iii) Disopiramid
Farmakokinetik
Disopiramid mencapai kadar puncak dalam 1-2 jam setelah pemberian secara
oral. Kira-kira 70% obat ini berikatan dengan protein plasma. Sebagian kecil
disopiramid dapat dalam bentuk utuh atau pun metabolit melalui ginjal, pada
Dosis
Efek Samping
darah sementara, efek ini akan terlihat lebih nyata daripada obat kelas IA
Kelas IB
i) Lidokain
Farmakokinetik
bentuk metabolit. Pada pasien payah jantung atau syok, kadar lidokain dalam
Dosis
mg/kgBB. Dapat diberikan kembali 5 menit kemudian dengan dosis yang tidak
lebih dari 200-300 mg/jam. Pasien dengan gagal jantung harus diberikan dosis
secara intravena yang lebih kecil. Sementara secara intramuskular, obat ini
dapat bertahan selama 90 menit dengan dosis 4-5 mg/kgBB. Lidokain hanya
infark miokard akut, bedah jantung terbuka atau pun obat-obatan digitalis.
Efek Samping
Efek samping kardiovaskuler dari lidokain sangat minimal, yang lebih terlihat
henti nafas.
ii) Fenitoin
Farmakokinetik
jumlahnya.
Dosis
Dapat diberikan melalui oral atau pun intravena intermiten. Pemberian per oral
mg/kgBB pada hari kedua dan dosis pemeliharaan 4,5-6 mg/kgBB. Sementara
ventrikel yang menetap pada pasien penyakit jantung koroner dan takiaritmia
Efek Samping
iii) Tokainid
Farmakokinetik
Pada pemberian per oral, tokainid mencapai kadar puncak dalam 1-2 jam
dengan waktu paruh 11-15 jam. Tokainid diekskresikan ke urin melalui ginjal
dalam bentuk utuh atau pun metabolit. Tokainid akan lebih lama di dalam
Sediaan per oral tokainid adalah tablet 400 mg dan 600 mg yang dapat
diberikan tiap 8 jam. Dosis maksimal dari obat ini adalah 2.400 mg/hari,
sementara pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati hanya 1.200
Efek Samping
Efek samping yang menonjol dari penggunaan tokainid adalah pusing, tremor,
iv) Meksiletin
Farmakokinetik
90%. Obat ini dieliminasi melalui metabolisme hati dan juga ditemui dalam
Dosis
Diberikan per oral melalui kapsul 150 mg, 200 mg atau 250 mg dengan dosis
awal dan dosis maksimal sekali minum 400 mg. Obat ini dapat diberikan tiap 8
jam. Perlu penurunan dosis pada pasien dengan gangguan hati. Meksiletin
Efek Samping
tokainid.
Kelas IC
i) Flekainid
Farmakokinetik
Mencapai kadar puncak setelah 3 jam pasca pemberian per oral dengan waktu
dalam bentuk utuh atau pun metabolit. Pada pasien gagal ginjal, kadar flekainid
Dosis
Flekainid diberikan per oral dengan sediaan tablet 50 mg, 100 mg, dan 150 mg
Efek Samping
Efek kardiovaskular yang ditimbuklkan dapat berupa efek pro aritmia pada
kondisi aritmia ventrikel maligna dan dapat menimbulkan henti jantung sampai
kematian mendadak jika diberikan pada pasien yang pernah mengalami infark
keadaan gagal jantung. Efek lain yang ditimbulkannya antara lain disfungsi
ii) Enkainid
Farmakokinetik
Dapat mencapai kadar puncak setelah 30-90 menit pasca pemberian per oral
dengan waktu paruh 2-3 jam. Enkainid mengalami metabolisme lintas pertama
cukup banyak di hati oleh sitokrom P450 dan diekskresikan melalui ginjal.
Pada pasien dengan defisiensi sitokrom P450 akan menjadikan waktu paruh
Dosis
Diberikan per oral dengan sediaan kapsul 25 mg, 35 mg dan 50 mg. Dosis
Efek Samping
i) Propranolol
Farmakokinetik
ekstensif di hati. Pemberian propranolol pada pasien gagal jantung kiri akan
Dosis
Propranolol dapat diadministrasikan secara intravena atau pun per oral. Dosis
propranolol secara intravena adalah 1-3 mg, sedangkan per oral dapat diberikan
mulai dari rentang 30 mg sampai 320 mg untuk 3-4 kali/hari. Obat ini
Efek Samping
Efek samping yang muncul pada obat-obatan kelas II adalah efek samping
ii) Asebutolol
Farmakokinetik
Sekitar 50% asebutolol berikatan dengan protein plasma. Obat ini memiliki
Asebutolol diberikan secara oral dengan dosis awal 200 mg dan dapat
Efek Samping
propranolol.
iii) Esmolol
Farmakokinetik
Dosis
pasca bedah.
Efek Samping
propranolol.
Kelas III
i) Bretilium
Farmakokinetik
Waktu paruh bretilium sekitar 9 jam. Bretilium hampir semuanya dieliminasi
melalui ginjal dan tidak dimetabolisme. Pada pasien gagal ginjal, akan terjadi
Dosis
diberikan per infus 5-10 mg/kgBB selama 10-30 menit. Dapat diberikan lagi
pada 1-2 jam kemudian bila aritmia belum teratasi dan tiap 6 jam untuk dosis
Efek Samping
Efek samping kardiovaskular dari bretilium adalah hipotensi dan efek lainnya
ii) Amiodaron
Farmakokinetik
Bioavailabilitas amiodaron sekitar 30%. Pada pemberian per oral, obat ini
mencapai kadar puncak 5-6 jam dengan waktu paruh 25-60 hari. Obat ini
atau penghambat kanal Ca2+ dapat berakibat bradikardia, henti sinus dan AV
blok.
Dosis
Sediaan amiodaron berupa tablet 200 mg, dengan dosis pemberian awal 600-
ini diindikasikan untuk fibrilasi atrium berulang dan takikardia ventrikel tak
stabil.
Efek Samping
iii) Sotalol
Farmakokinetik
Bioavailabilitas obat ini mencapai 100%. Kadar maksimum tercapai dalam 2-3
jam dengan waktu paruh 10-11 jam. Sotalol dieliminasikan ke urin melalui
Dosis
Sotalol diberikan 2 kali dengan dosis 80-320 mg untuk aritmia ventrikel. Obat
Efek Samping
Efek samping kardiovaskular lebih menonjol pada penggunaan obat ini berupa
Kelas IV
i) Verapamil
Farmakokinetik
dalam 1-2 jam setelah pemberian oral atau 1-5 menit setelah injeksi intravena.
diekskresikan ke urin dan feses. Obat ini akan terakumulasi pada pasien dengan
gangguan hati.
Dosis
dan per oral dengan dosis 240-480 mg/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian.
Efek Samping
ii) Diltiazem
Farmakokinetik
Dosis
Sediaan per oral diltiazem dalam bentuk tablet atau pun kapsul 120-420 mg.
Diltiazem dapat diberikan secara intravena dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Obat
flutter atrium.
Efek Samping
vasodilatasi dan ekstrasistol. Efek lainnya berupa edema, sakit kepala, pusing,
Kelas V
i) Digitalis
aliran kalium yang diperantarai asetilkolin di atrium. Secara tak langsung akan
sinus dan nodus AV, yang menghasilkan pemendekan lama aksi potensial,
berupa penurunan aliran ion kalsium yang akan memperpanjang masa refrakter
iii) Magnesium
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh atau
berikut:
Patofisiologi Gagal Jantung
Terjadi kelainan disfungsi sistolik atau diastolik pada keadaan gagal jantung.
ventrikel kiri meningkat secara persisten pada fase diastolik yang akan
pulmonalis. Hal ini akan membuat peningkatan tekanan hidrostatik dari kapiler
pulmonal.
Pengobatan Gagal Jantung
C. OBAT HIPOLIPIDEMIK
Obat hipolipidemik digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma dan untuk
i) Asam Fibrat
Farmakokinetik
Sekitar 95% asam fibrat terikat pada protein plasma. Obat golongan asam fibrat
mencapai kadar puncak dalam 1-4 jam dengan waktu paruh yang bervariasi
1,1-20 jam. Golongan asam fibrat diekskresikan dalam urin dan tinja.
Dosis
Klofibrat memiliki sediaan kapsul 500 mg dan diberikan dalam 2-4 kali
Bezafibrat diberikan 1-3 kali dengan tiap kalinya 200 mg sehari. Gemfibrozil
pemberian asam fibrat adalah gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan
menyusui.
Efek Samping
Efek samping kardiovaskular yang menonjol berupa gangguan irama jantung
dan efek lain berupa gangguan saluran cerna, ruam kulit, alopesia, impotensi,
ii) Resin
Farmakokinetik
obat-obatan tersebut.
Dosis
kali/hari.
Efek Samping
vitamin.
iii) Statin
Farmakokinetik
Sebagian besar statin berikatan dengan protein plasma. Waktu paruh statin
berkisar 1-3 jam. Statin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dan
diekskresikan ke cairan empedu melalui hati dan sebagian melalui ginjal. Bila
diadministrasikan bersamaan dengan ketokonazol, metronidazol,
golongan ini.
Dosis
Efek Samping
saluran cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindrom lupus.
Farmakokinetik
Asam nikotinat memiliki waktu paruh 20-45 menit. Obat ini diekskresikan
Dosis
Obat ini diberikan per oral 2-6 g/hari yang dibagi dalam 3 dosis. Asam
Efek Samping
Efek samping non-kardiovaskular lebih dominan pada pemakaian obat ini
seperti gatal, kemerahan pada kulit, gangguan fungsi hati, gangguan saluran
A. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Selain mekanisme
tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga
menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di
ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah.
a. Golongan Tiazid
Hidroklorotiazid
Indapamide
Klortalidon
Mekanisme kerja : menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di
tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+, Air dan Cl- meningkat.
Hidroklorotiazid (HCT) merupakan prototipe golongan tiazid dan
dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang
dalam kombinasi dengan berbagai antihipertensi lain. Indapamid
memiliki kelebihan karena efektif pada pasien gangguan fungsi ginjal,
bersifat netral pada metabolisme lemak dan efektif meregresi
hipertrofi ventrikel.
Masa kerja : klortalidon memiliki waktu paruh 40-60 jam,
hidroklorotiazid 10-12 jam dan indapamid 15-16 jam.
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal
Efek samping :
- pada dosis tinggi dapat menyebabkan hipokalemia dan dapat
berbahaya pada pasien yang mendapat digitalis.
- hiponatremi dan hipomagnesemia
- menghambat ekskresi asam urat dari ginjal, dan pd pasien
hiperurisemia dapat mencetuskan serangan gout akut
- hiperlipidemia (peningkatan kolesterol, LDL dan trigliserida)
- pada penderita DM menyebabkan hiperglikemi karena mengurangi
sekresi insulin
Titrasi dosis tiazid harus dilakukan degan interval waktu tidak kurang
dari 4 minggu
Tiazid efektif untuk pasien hipertensi dengan kadar renin yang rendah,
misalnya orang tua. Efek antihipertensi terlihat pada dosis 12,5
mg/hari. Bila digunakan monoterapi dosis tidak boleh dari 25 mg/hari
b. Diuretik Kuat (Loop)
Furosemid
Torasemid
Bumetanid
Mekanisme kerja : diuretik kuat bekerja di ansa Henle asenden bagian
epitel tebal dengan cara menghambat ko transport Na+ , K+ , Cl- dan
menghambat resorpsi air dan elektrolit.
Farmakodinamik : waktu paruh diuretik kuat umumnya pendek
sehingga diperlukan pemberian 2 atau 3 kali sehari
Indikasi : pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin
serum >2,5 mg/dL) atau gagal jantung
Efek samping :
- menimbulkan hiperkalsiura
- menurunkan kalsium darah
c. Diuretik Hemat Kalium (Potassium-Sparring)
Amilorid, triamteren dan spironolakton merupakan diuretik lemah,
penggunaan dikombinasikan dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemi.
• Indikasi :
- Pada pasien dengan hiperaldosteronisme primer (sindrom conn) terutama
spironolakton
- Hiperurisemia
- Hipokalemia dengan intoleransi glukosa
• Kontra indikasi :
- penggunaan harus dihindarkan bila kreatinin serum lebih dari 2,5 mg/dL
- gagal ginjal
• Efek samping :
- menimbulkan hiperkalemia pada pasien gagal ginjal atau bila
dikombinasi dengan penghambat ACE, ARB, B-blocker, AINS atau
dengan suplemen kalium
- penggunaan harus dihindarkan bila kreatinin serum lebih dari 2,5 mg/dL
- spironolakton menyebabkan ginekomastia, mastodinia, gangguan
menstruasi dan penurunan libido pada pria
• Interaksi:
- pemberian kortikosteroid,agonis β-2, da amfoterisin B memperkuat efek
hipokalemia diuretik
- diuretik + kuinidin aritmia ventrikel polimorfik
- AINS mengurangi efek hipertensi diuretik karena menghambat sintesis
prostaglandin di ginjal
- AINS penghambat ACE dan β-blocker dapat meningkatkan risiko
hiperkalemia bila diberikan bersama diuretik hemat kalium.
B. Adrenoreseptor antagonis
1. β Bloker
Obat – obat yang termasuk β Bloker diantaranya propranolol yaitu
generasi pertama atau non selektif karena memblokade adrenoseptor-
β1 dijantung maupun adrenoseptor- β2 organ lain.
Farmakodinamik : Obat – obat teresebut berfungsi dalam menurunkan
frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga terjadi
penurunan curah jantung, menurunkan produksi angiotensin II dan
mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas
baroreseptor, dan perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan
menurunkan resistensi perifer. Efek anti hipertensi mulai terihat dalam
24 jam hingga 1 minggu.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien
dengan penyakit jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard
akut), pasien dengan takiaritmia seperti atrial fibrilasi dan gagal
jantung stabil, pada pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik, dan
pada pasien yang memerlukan antidepresan trisiklik atau antipsikotik
Farmakokinetik : semua β Bloker dapat diberikan per oral dan
diabsorbsi dengan baik melalui saluran cerna. Labetalol, metoprolol
dan esmolol tersedia dalam bentukparenteral. Metabolisme obat ini di
hati
Efek samping : bronkospasme, bradikardia, blokade AV, hambatan
nodus SA dan menurunkan kakuatan kontraksi miokard
Kontraindikasi : pada keadaan bradikardia, blokade AV derajat 2 dan
3, sick sinus syndrome dan gagal jantung yang belum stabil.
β Bloker generasi baru seperti bisoprolol, metroprolol, Labelatol,
karvedilol.
β Bloker generasi ketiga yaitu cardiverol, bucindolol,
labetalol,bevantolol dan nipradilol efek anti hipertensi yang lebih kuat
dan memperbaiki fungsi ventrikel pada pasien gagal jantung
Pemberian β bloker secara oral memiliki biovaibilitas dan arbsorbsi
yang bagus.
2. Penghambat Adrenoreseptor Alfa (α-Bloker)
Farmakodinamik : hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di
arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer.
Venodilatasi menyebabkan aliran balik vena berkurang yang
selanjutnya menurunkan curah jantung. Venodilatasi α hipotensi
ortostatik α refleks takikardia dan peningkatan aktivitas renin plasma
α1blocker dibagi 2 menjadi short acting yaitu prazosin dan long
acting yaitu doxazosin, trimazosin,alfuzosin dan terazosin.
Indikasi :
- hipertensi dengan dislipidemia/diabetes melitus
- hipertrofi prostat
Efek samping : hipotensi ortostatik sering terjadi pada pemberian
dosis awal atau pada peningkatan dosis (fenomena dosis pertama).
Gejala, pusing sampai sinkop. Sakit kepala, palpitasi, edema perifer,
hidung tersumbat, mual dan lain-lain dapat ditemukan dalam beberapa
kasus.
3. Adrenolitik Sentral
1. Metildopa
Mekanisme kerja : dalam ssp menggantikan kedudukan dopa dalam
sintesis katekolamin dengan hasil akhir α-metilnorepinefrin. Stimulasi
reseptor α-2 di sentral mengurangi sinyal simpatis ke perifer.
Metildopa mengurangi sintesis nor adrenalin sehingga aktivitas saraf
simpatis berkurang.
Indikasi : obat antihipertensi tahap kedua, efektif bila dikombinasikan
dengan diuretik. Dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi pada
kehamilan.
Farmakokinetik : absorpsi melalui saluran cerna bervariasi dan tidak
lengkap. Bioavailabilitas oral rata-rata 20-50% diekskresi melalui urim
dalam konjugasi dengan sulfat dan 25% dalam bentuk utuh. Pada
insufisiensi ginjal terjadi akumulasi obat dan metabolitnya. Waktu
paruh obat sekitar 2 jam, tapi efek puncak tercapai setelah 6-8 jam
pemberian oral atau i.v., dan efektifitas berlangsung sampai 24 jam.
Perlambatan efek ini nampaknya berkaitan dengan proses transport ke
ssp, konversinya menjadi metabolit aktif dan eliminasi yang lambat
dari jaringan otak.
Efek samping : yang paling sering sedasi, hipotensi postural, pusing,
mulut kering dan sakit kepala. Depresi, gangguan tidur, impotensi,
kecemasan, penglihatan kabur, dan hidung tersumbat. Jarang –jarang
terjadi anemia, hemolitik autoimun, trombositopenia, leukopenia,
demam obat (drug fever) dan sindrom seperti lupus (lupus-like
syndrome), parkinson. Pemberhentian mendadak dapat menimbulkan
peningkatan TD mendadak (fenomena rebound).
2. Klonidin
Farmakodinamik : Bekerja pada reseptor α-2 di susunan saraf pusat
dengan efek penurunan simpathetic outflow sehingga menurunkan
resistensi perifer dan curah jantung.
Farmakokinetik : absorpsi oral berlangsung cepat dan lengkap dengan
bioavailabilitas mencapai 95%. Farmakokinetiknya bersifat non linier
dengan waktu paru 6 jam sampai 13 jam. Kira-kira 50% klonidin
dieleminasi dalam bentuk utuh melalui urin. Kadar plasma meningkat
pada gangguan fungsi ginjal atau pada usia lanjut.
Indikasi : sebagai obat ke-2 atau ke-3 bila penurunan diuretik belum
optimal. Untuk beberapa hipertensi darurat. Untuk diagnosik
feokromositoma.
Efek samping :
- Mulut kering dan sedasi setelah beberapa minggu pengobatan.
Kira-kira 10% pasien menghentikan pengobatan karena
menetapnya gejala sedasi, pusing, mulut kering, mual atau
impotensi. Gejala ortosatatik kadang-kadang terjadi terutama bila
ada deplesi cairan. Efek central berupa mimpi buruk, insomnia,
cemas dan depresi.
- Reaksi putus obat sering terjadi pada penghentian mendadak.
Ditandai dengan rasa gugup, tremor, sakit kepala, nyeri abdomen,
takikardia, berkeringat, akibat aktivasi simpatis yang berlebihan.
C. Vasodilator
1. Hidralazin
Mekanisme kerja : bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol.
Sedangkan otot polos vena hampir tidak dipengaruhi. Vasodilatasi yang
kuat berupa peningkatan kekuatan dan frekuensi denyut jantung,
peningkatan renin dan noreprinefrin plasma.
Indikasi : untuk hipertensi darurat seperti pada glomerulonefritis akut dan
eklampsia
Farmakokinetik : diabsorpsi baik melalui saluran cerna, tapi
bioavailabilitasnya relatif rendah karena adanya metabolisme lintas
pertama yang besar. Pada asetilator lambat dicapai kadar plasma yang
lebih tinggi, dengan efek hipotensi berlebihan dan efek samping yang
lebih sering.
Kontraindikasi : hipertensi dengan pjk dan tidak dianjurkan pada pasien
diatas 40 tahun.
Efek samping : sakit kepala, mual, flushing, hipotensi, takikardia,
palpitasi angina pektoris, dan edema. Iskemik miokard dapat terjadi pada
pasien pjk. Pemberhentian obat dapat terjadi setelah terapi lama (6 bulan
lebih) berupa demam, artralgia, splenomegali, sel e positif di darah
perifer. Efek samping lain neuritis perifer, diskrasia darah,
hepatotoksisitas dan kolangitis akut
2. Monoksidil
Mekanisme kerja : bekerja dengan membuka kanal kalium sensitif ATP
(ATP-dependent potassium channel) dengan akibat terjadinya refluks
kalium dan hiperporalisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot
polos pembuluh darah dan vasodilatasi. Efeknya lebih kuat pada arteriol
daripada vena. Obat ini menurunkan tekanan sistol dan diastol yang
sebanding dengan tingginya tekanan darah awal. Efek hipotensifnya
minimal pada subjek yang normotensif.
Farmakokinetik : diserap baik pad pemberian oral. Bioavailabilitas
mencapai 90% dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1 jam. Obat ini
merupakan prodrug yang harus mengalami penambahan gugus sulfat
sebelum aktif sebagai vasolidator. Kadar plasma tidak berkolerasi
langsung dengan efek terapi. Waktu paruh 3-4 jam, tapi efek terapi
bertahan sampai 24 jam atau lebih. Metabolisme terjadi di hati dengan
cara konjugasi dengan glukuronida. Ekskersi melalui urin, 20% terutama
tidak berubah.
Indikasi : hipertensi berat akselerasi atau maligna dan pada pasien dengan
gagal ginjal lanjut.
Efek samping : retensi cairan dan garam, efek samping kardiovaskular
karena refleks simpatis dan hipertrikosis. Selain itu terjadi gangguan
toleransi glukosa dengan tendensi hiperglikemi; sakit kepala, mual,
erupsi obat, rasa leleh dan rasa nyeri tekan di dada.
3. Diasokzid
Obat ini merupakan derivat benzotiadiazid dengan struktur mirip
tiazid, tapi tidak memiliki efek diuresis. Mekanisme kerja,
farmakodinamik dan efek samping diasokzid mirip dengan minoksidil.
Indikasi : diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensi
darurat. Hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensi berat
pada glomerulonefritis akut dan kronik.
Efek samping : retensi cairan dan hiperglikemi. Relaksasi uterus
sehingga dapat menggangu proses kelahiran bila digunakan pada
eklampsia. Jangka panjang juga dapat terjadi hipertrikosis.
D. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE-inhibitor) dan
Penghambat reseptor angiotensin (angiotensin-reseptor blocker, ARB)
1. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme (Ace-Inhibitor)
Mekanisme : ACE-Inhibitor menghambat perubahan AI menjadi AII
sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Menghambat degradasi bradikinin sehingga kadar bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-
Inhinitor. Vasodilatasi seacara langsung akan menurunkan tekanan
darah, dan bekurangnya aldosteron akan menyebabkan sekresi air
dan natrium dan retensi kalium.
Farmakokinetik : kaptopril. Diabsorpsi dengan baik pada pemberian
oral dengan bioavailabilitas 70-75%. Pemberian bersama makanan
akan mengurangi absorpsi sekitar 30%, maka dari itu obat ini harus
diberikan 1 jam sebelum makan. Sebagian besar ACE-Inhibitor
mengalami metabolisme di hati, kecuali lisinopril yang tidak
dimetabolisme, eliminasi umunya melalui ginjal, kecuali fosinopril
yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier.
Indikasi : efektif untuk hipertens ringan, sedang maupun berat.
Hipertensi dengan gagal jantung kongestif, pasca infak miokard,
penyakit ginjal dan hipertensi dengan diabetes, disiplidemia dan
obesitas.
Efek samping : hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, skin rush,
edema angioneurotik, gagal ginjal akut, proteinuria dan efek
teratogenik.
Kontraindikasi : wanita hamil karena bersifat teratogenik. Ibu
menyusui karena diekskresikan melalui ASI sehingga berakibat
buruk pada fungsi ginjal bayi. Stenosis arteri renalis bilateral atau
unilateral.
Dosis
Kaptopril: 12,5-50 mg dua atau tiga kali sehari
Enalapril: 5-20 mg sekali atau dua kali sehari
Lisinopril: 5-20 mg sekali sehari
2. Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin receptor blocker, ARB)
Reseptor Angiotensin II dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terutama otot polos pembuluh darah
dan di otot jantung. Selain itu terdapat juga di otak, ginjal dan kelenjar
adrenal. Reseptor AT1 memperantai semua efek fisiologis AngII terutama
yang berperan dengan homeostasis kardiovaskular. Reseptor AT2 terdapat
dimedula adrenal dan mungkin juga di SSP, tapi sampai sekarang
fungsinya belum jelas.
Mekanisme kerja : losartan merupakan prototipe obat golongan ARB
yang selektif pada reseptor AT1. Obat ini menghambat semua efek
AngII, seperti: vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf
simpatis, efek sentral AngII (sekresi vasoperin, rangsangan haus),
stimulasi jantung, efek renal dan efek jangka panjang berupa hipertrofi
otot polos pembuluh darah dan miokard.
Farmakokinetik: losartan diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna
dengan bioavailabilitas sekitar 33%. Absorpsinya tidak dipengaruhi
oleh adanya makanan di lambung. Waktu paruh eliminasi (t1/2α) ± 1-2
jam, tapi obat ini cuku diberikan satu atau dua kali sehari, karena kira-
kira 15% losartan dalam tubuh diubah menjadi metabolit (5-carboxylic
acid) dengan potensi 10 sampai 40 kali losartan dan masa paruh yang
jauh lebih panjang (t1/2β: 6-9 jam). Losartan dan metabolitnya tidak
dapat menembus sawar darah otak. Sebagian besar diekskresi melalui
feses.
Indikasi : hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik
Kontraindikasi: kehamilan pada trimester 2 dan 3, wanita menyusui
dan stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis pada satu-satunya
ginjal yang masih berfungsi.
Efek samping: hipotensi, hiperkalemia, fetotoksik
E. Antagonis kalsium
Farmakodinamik : Angiotensin kalsium ini berfungsi dalam menghambat
influx kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard.
Menimbulkan relaksasi arteriol.Indikasi penggunaan adalah hipertensi
dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut.
Farmakokinetik : Kadar puncak tercapai dengan cepat. Hal ini
menyebabkan TD turun dengan cepat, dan ini dapat mencetuskan iskemia
miokard atau serebral. Waktu paruh umumnya pendek/sedang sehingga
harus diberikan 2 atau 3 kali sehari. Amlodipin memiliki waktu paruh
yang panjang sehingga cukup diberikan sehari sekali. Kadarnya pada jam
ke 24 masih 2/3 dari kadar puncak.
Semua antagonis kalsium di metabolisme di hati. Penggunaannya
pada pasien sirosis hati dan usia lanjut harus dilakukan dengan sangat hati-
hati.Antagonis kalsium sangat sedikit sekali yang diekskresi dalam bentuk
utuh lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis pada hangguan
fungsi ginjal.
Tiga golongan CCB yaitu : dihidropiridin, fenilalkilamin, dan
bensotiazepin.
Termasuk dihidropiridin seperti nifedipin, amlodipin, felodipin,
nicardipin,lercadinipin.
Nifedipin memiliki duration of action pendek. Amlodipin bersifat long
acting, menurunkan tekanan darah perlahan-lahan. Efek samping nya
udem pretibial. Nicardipin dapat diberikan pada hipertensi emergency.
Dosis :
Nifedipin: 10-60 mg dua kali sehari
Verapamil: 80-480 mg sekali atau dua kali sehari dalam dosis
terbagi. Biasnaya diberikan pada pasien kontraindikasi Beta
blocker.
Diltiazem: 60-180 mg dua kali sehari dalam dosis terbagi. Obat ini
golongan CCB non dihidropiridin yang menyebabkan dilatasi vasa
aferen dan eferen glumerolus, sehingga efek lebih baik melindungi
pasien diabetik nefropati yang diukur dari proteinuria.
E. Obat Antiangina
Angina adalah gejala yang dialami bila aliran darah koroner
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi miokardium. Obat-obat
yang dapat meningkatkan suplai darah atau oksigen ke miokard seperti
nitrat, antiplatelet, atau obat-obat yang mampu menurunkan kebutuhan
darah atau oksigen ke miokard seperti B-Blocker dan Calsium channel
E.Obat Antiangina
Angina adalah gejala yang dialami bila aliran darah koroner
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi miokardium. Obat-obat
yang dapat meningkatkan suplai darah atau oksigen ke miokard seperti
nitrat, antiplatelet, atau obat-obat yang mampu menurunkan kebutuhan
darah atau oksigen ke miokard seperti B-Blocker dan Calsium channel
blocker (kalsium antagonis) dimasukkan ke dalam obat angina.
A. Nitrat Organik
Mekanisme Kerja
Nitrat organik merupakan pro drug yaitu menjadi aktif setelah
dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO).
Biotransformasi nitrat organik yang berlangsung intraseluler
dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstrasel dan reduced tiol
(glutation) intrasel. NO akan membentuk kompleks nitrosoheme
dengan guanilat siklase dan menstimulasi enzim ini sehingga kadar
cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan menyebabkan defosforilasi
miosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek vasodilatasi pertama
ini bersifat non-endothelium-dependent.
Mekanisme kedua nitrat organik adalah sifat endothelium-
dependent, dimana akibat pemberian obat ini akan dilepaskan
prostasiklin (PGI2) dari endothelium yang bersifat vasodilator. Pada
keeadaan dimana endothelium mengalami kerusakan seperti
aterosklerosis dan iskemia, efek inni hilang. Atas dasar kedua hal ini,
nitrat organik dapat menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek
antiagregasi trombosit.
Farmakokinetik
Nitrat organik diabsorpsi dengan baik lewat kulit, mukosa
sublingual dan oral. Metabolisme obat dilakukan oleh nitrat reduktase
dalam hati yang mengubah nitrat organik larut lemak menjadi
metabolitnya yang larut air yang tidak aktif atau memiliki efek
vasodilatasi lemah. Efek lintas pertama dalam hati ini menyebabkan
bioavailabilitas nitrat organik oral sangat kecil (nitrogliserin dan
isosorbid dinitrat <20%). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kadar
obat dalam darah secara cepat, serangan akut angina diatasi dengan
preparat sublingual. Pada pemberian sublingual, kadar puncak plasma
nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3 menit. Metabolit
dinitrat nya yang mempunyai efek vasodilatasi 10x kurang kuat,
mempunyai waktu paruh kira-kira 40 menit. Pemberian preparat
inhalasi diabsoprsi lebih cepat dan seperti preparat sublingual
menghindari efek metabolisme lintas pertama di hati.
Farmakodinamik
Efek Kardiovaskular: nitrat organik menurunkan kebutuhan
dan meningkatkan suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus
vaskular. Nitrat organik menimbulkan vasodilatasi semua sistem
vaskular. Pada dosis rendah nitrat menimbulkan venodilatasi sehingga
terjadi pengumpulan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus.
Venous pooling ini meyebabkan berkurangnya alir balik darah ke
dalam jantung, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan
(preload) menurun. Dengan cara ini, maka kebutuhan oksigen miokard
akan menurun.
Tekanan vaskular paru menurun dan ukuran jantung mengecil.
Karena kapasitas vena meningkat, maka dapat terjadi hipotensi
ortostatik, dan sinkop. Dilatasi arteriol temporal dan meningeal
menimbulkan kemerahan di muka (flushing) dan sakit kepala
berdenyut. Pada dosis yang lebih tinggi, selain vena, nitrat organik
jugan menimbulkan dilatasi arteriol perifer sehingga tekanan darah
sistolik dan diastolik menurun (afterload). Nitrat organik menyebabkan
dilatasi pembuluh darah koroner yang besar di daerah epikardial maka
redistribusi aliran darah pada daerah iskemik mejadi lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan cara ini, nitrat oksigen
menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung melalui venodilatasi,
menurunnya volume ventrikel dan curah jantung sehingga beban hulu
(preload) dan beban hilir (afterload) berkurang. Suplai oksigen
meningkat karena perbaikan aliran darah miokard ke daerah iskemik
dan karena berkurangnya beban hulu sehingga perfusi subendokard
membaik.
Efek lain: Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi otot polos
bronkus, saluran empedu, saluran cerna dan saluran kemih. Tetapi
karena efeknya hanya selintas, maka tidak bermakna secara klinis.
Peningkatan cGMP oleh nitrat organik dapat menurunkan agregasi
trombosit tetapi jumlah studi prospektif tidak menunjukkan manfaat
dalam meningkatkan survival pasien dengan infark jantung akut.
Indikasi: Angina pektoris stabil dan tak stabil, infark miokard akut.
Kontraindikasi : hipotensi
Dosis
Sediaan Dosis Interval Lama Kerja
1. nitrat kerja singkat
a) amilnitrit inhalasi 0.18-0.3 ml Inhalasi 3-5 menit
b) preparat sublingual
sesuai
Nitrogliserin 0.15-0.6 mg keperluan 10-30 menit
isosorbid dinitrat 2.5-5 mg sesuai 10-60 menit
keperluan
sesuai
eritril tetranitrat 5-10 mg keperluan
2. nitrat kerja lama
a) preparat oral
isosorbid dinitrat biasa 10-60 mg 4-6 jam 4-6 jam
isosorbid dinitrat lepas lambat 20-80 mg 12-24 jam
isosorbid mononitrat biasa 20 mg 12 jam 6-10 jam
isosorbid mononitrat lepas lambat 30-240 mg 24 jam
nitrogliserin lepas lambat 6.5-13 mg 6-8 jam 6-8 jam
eritritol tetranitrat 10 mg
pentaeritritol tetranitrat 10-20 mg 4-6 jam
b) preparat salep
nitrogliserin 2% 4-8 jam 4-6 jam
c) preparat transdermal nitrogliserin
lepas lambat (disc/path) 10-25 mg 24 jam 8-10 jam
d) preparat lepas lambat, bukal
nitrogliserin 1-2 mg 4 jam 3-6 jam
5-10
e) intravena nitrogliserin mcg/menit
Efek Samping
Umumnya berhubungan dengan efek vasodilatasinya. Pada
awal terapi sering ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi
arteri serebral. Dapat pula terjadi hipotensi postural. Bila hipotensi
berat terjadi bersama refleks takikardi, hal ini dapat memperburuk
angina. Nirtat organik terutama pentaeritrol tetranitrat dapat
menimbulkan rash.
B. Penghambat Adrenoreseptor Beta (β-Bloker)
Mekanisme Kerja
β-bloker menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung dengan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan
kontraktilitas. Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi
denyut jantung sehingga perfusi koroner mambaik saat diastol. Efek
yang kurang menguntungkan β-bloker ialah peningkatan volume
diastolik akhir yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Farmakokinetik, Farmakodinamik dan Dosis
Kelaruta Kardioselek Aktivita
Obat Eliminasi Dosis
n -tivitas s
dalam Simpato
(reseptor) Antiangina
lemak mimetik
Intrinsik
200-600 mg 2x
Asebutolol Rendah Hati + +
sehari
Atenolol Rendah Ginjal + - 50-100 mg
10-2- mg 1x
Bisoprolol
sehari
100-600
Labetalol Rendah Hati - -
mg/hari
Metoprolo 50-100 mg 3x
Sedang Hati + -
l sehari
Nadolol Rendah Ginjal - - 40-80 mg/hari
Penbutolol Tinggi Hati - + 20mg/hari
ginjal&hat 5-20 mg 3x
Pindolol Sedang - +
i sehari
60 mg 4x
Propanolol Tinggi Hati - -
sehari
Indikasi
- Pengobatan serangan angina tidak stabil
- Infark jantung
- Angina stabil kronik
Kontraindikasi
- Hipotensi
- Bradikardia simptomatik
- Blok AV derajat 2-3
- Gagal janntung kongestif
- Eksaserbasi seranngan asma
- Diabetes melitus dengan episode hipoglikemi
Efek Samping
- Terhadap sistem saraf otonom: menurunkan konduksi dan kontraksi
jantung sehingga dapat terjadi bradikardia dan blok AV.
- β-bloker dapat memperburuk penyakir Raynaud.
- β-bloker dapat mencetuskan bronkospasme peda pasien dengan
penyakit paru.
- β-bloker dapat menurunkan kadar HDL dan meningkatkan trigliserida.
C. Penghambat Kanal Ca++
Mekanisme Kerja dan Farmakodinamik
Pada otot jantung dan otot polos vaskular, Ca++ terutama
berperan dalam peristiwa kontraksi. Meningkatnya Ca++ dalam sitosol
akan meningkatkan kontraksi. Pada otot rangka relatif tidak
memerlukan Ca++ ekstrasel karena sistem sarkoplasmik retikulum
yang telah berkembang baik. Penghambat kanal Ca++ menghambat
masuknya Ca++ ke dalam sel, sehingga terjadi relaksasi otot polos
vaskular, menurunnya kontraksi otot jantung dan menurunnya
kecepatan nodua SA serta konduksi AV. Semua penghambat kanal
Ca++ menyebabkan relaksasi otot polos arterial, tetapi efek hambatan
ini kurang terhadap pembuluh darah vena, sehingga kurang
mempengaruhu beban preload. Penghambat kanal Ca++ meningkatkan
suplai oksigen otot jantung dengan cara: dilatasi koroner dan
penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang mengakibatkan
perfusi endokard membaik.
Farmakokinetik
Walaupun absorpsi per oral hampir sempurna, tetapi
bioavailabilitasnya berkurang karena metabolisme lintas pertama
dalam hati. Efek obat tampak setelah 30-60 menit pemberian, kecuali
pada derivat yang mempunyai waktu paruh panjang. Pemberian
berulang meningkatkan bioavailabilitas obat karena enzim
metabolisme di hati menjadi jenuh.
Indikasi
- Angina varian
- Angina stabil kronik
- Angina tidak stabil
- Aritmia
- Hipertensi
- Kardiomiopati hipertrofik
- Penyakit Raynaud
Kontraindikasi
Aritmia karena konduksi antegrad seperti sindrom Wolff-Parkinson-
White atau fibrilasi atrium.
Dosis
Obat dosis (mg) frekuensi/hari
Nifedipin 10 mg 3-4x
nifedipin (long
acting) 30-60 1x
Amlodipin 2.5-10 1x
Felodipin 2.5-20 1x
Isradipin 2.5-10 2x
Nicardipin 20-30 mg 1x
nicardipin SR 60-120mg 2x
Verapamil 80-320 mg 2-3x
Diltiazem 90-180 3x
diltiazem SR 120-540 1x
verapamil SR 240-480 1-2x
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan salah satu nya adalah vasodilatasi
berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing, sakit kepala, hipotensi,
reflex takikardia, flushing, mual, muntah, edema perifer, batuk, edema
paru, dll. Verapamil lebih sering menimbulkan konstipasi dan hiperplasia
gingiva. Kadang terjadi rash, somnolen dan kenaikan enzim hati.
F. Anti koagulan, antitrombotik dan trombolitik
1. Antikoagulan
Penggunaan utama anti koagulan adalah untuk mencegah pembentukan
trombus dengan jalan menghambat pembentukan fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Anti koagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok: 1.
Heparin; 2. Anti koagulan oral; 3. Anti koagulan mengikat ion kalsium,
salah satu faktor pembekuan darah.
a. Heparin
Heparin endogen merupakan suatu mukopolisakarida yang
mengandung sulfat. Zat ini disintesis dalam sel mast dan banyak
terdapat di paru. Heparin dibutuhkan untuk menyimpan histamin dan
protease tertentu dalam granul sel mast. Bila dilepaskan dari sel mast
heparin dengan cepat dihancurkan oleh makrofag.
Farmakodinamik:
Mekanisme kerja: efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya
dengan AT-III. AT-III berfungsi menghambat protease faktor
pembekuan termasuk faktor IIa (trombin), Xa dan IXa, dengan cara
membentuk ikatan baru dengan antitrombin. Hanya sekitar 1/3 molekul
heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III. Heparin berat molekul
tinggi (5000-30.000) memiliki afinitas kuat dengan antitrombin dan
menghambat dengan nyata pembekuan darah. Terhadap lemak darah,
heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah ke
dalam depot lemak, karena heparin membebaskan enzim-enzim yang
menghidrolisis lemak, salah satunya adalah lipase-lipoprotein ke dalam
sirkulasi serta menstabilkan aktivitasnya.
Efek lain: heparin dapat menekan kecepatan sekresi aldosteron,
menghambat penyembuhan luka, menekan imunitas seluler.
Farmakokinetik:
Heparin tidak bisa diarbsorbsikan secara oral, karena itu diberikan SK
atau IV. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya
tergantung dari dosis yang digunakan, suntikan IV 100, 400 atau 800
unit/kgBB memperlihatkan masa paruh masing masing 1, 2 ½ dan 5
jam. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli paru dan
memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit gagal ginjal berat.
Heparin ridak dapat melewati plasenta dan tidak terdapat dalam air susu
ibu.
Indikasi: pencegahan dan pengobata trombosis vena karena kerjanya
cepat. Heparin juga digunakan untuk pengelolaan awal pasien angina
tidak stabil atau infark miokard akut, selama dan sesudah angioplasti
koroner atau pemasangan stent.
Kontraindikasi: hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat,
endokarditis bakterialis sub aku, perdarahan intrakranial, hipertensi
berat, syok.
Dosis: pada trombosis vena dalam secara injeksi IV dosis muatan 5000
unit diikuti dengan infus 12-25 unit/kgBB/jam atau secara injeksi SK
15.000 unit setiap 12 jam. Pada infark miokard untuk mencegah
reoklusi setelah trombosis, heparin digunakan dengan regimen yang
bervariasi. Untuk pencegahan trombosis mural heparin dianggap efektif
bila diberikan lewat injeksi SK 12.500 unit setiap 12 jam selama 10
hari.
b. Antikoagulan oral
Golongan ini dikenal dengan derivat 4-hidroksikumarin dan derivat
indan-1,3-dion. Perbedaan utama pada kedua derivat terletak pada
dosis, mula kerja, masa kerja, dan efek sampingnya, sedangkan
mekanisme kerjanya sama.
Mekanisme kerja:
Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K adalah
kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah
II,VII,IX, X yaitu dalam mengubah residu asam glutamat menjadi
residu asam gama-karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K
mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral
mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivitas faktor faktor
pembekuan darah tidak terjadi.
Farmakokinetik:
Semua derivat derivat 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion
dapat diiberikan peroral, warfarin dapat juga diberikan IM dan IV.
Absorb dikumarol dari daluran cerna lambat dan tidak sempurna,
sedangkan warfarin diarbsorbsikan lebih cepat dan hampir sempurna.
Masa paruh warfarin 48 jam, sedangkan dikumarol 10-30 jam, masa
paruh dikumarol sangat bergantung pada dosis dan berdasarkan faktor
genetik berbeda pada masing masing individu. Efek terapi baru tercapai
12-24 jam setelah puncak obat dalam plasma, karena diperlukan
waktuuntuk mengosongkan faktor faktor pembekuan drah dalam
sirkulasi.
Efek samping: Perdarahan dapat terjadi oleh karena itu pemberian
antikoagulan oral harus disertai pemeriksaan waktu protombin dan
pengawasan terhadap terjadinya perdarahan. Perdarahan sering terjadi
pada selaput lendir, kulit, saluran cerna, dan saluran kemih. Mual,
muntah, anoreksia, lesi kulit berupa prpura dan urtikaria.
Dosis
Natrium warfarin: oral, IV. Dimulai pada dosis kecil 5-10 mg/hari,
selanjutnya disesuaikan pada masa protrombin. Dosis pemeliharaan
umumnya 5-7 mg/hari
Dikumarol: oral. Dosis dewasa 200-300 mg pada hari pertama,
selanjtnya 25-100 mg/hari tergantung hasil pemeriksaan waktu
protrombin. Dosis pemeliharaan 25-150 mg/hari
Anisindion: oral. Dosis dewasa 200 mg/hari pada hari pertama, 200 mg
pada hari kedua dan 100 mg pada hari ketiga. Dosis pemeliharaan 25-
250 mg/hari.
c. Antigoagulan pengikat ion kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks
kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi
karena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi, misalnya pada
transfusi darah sampai ± 1.400 mL dapat menyebabkan depresi jantung.