Anda di halaman 1dari 21

Toksikologi kel 2

Warfarin, Theofillin, Glikosida Jantung


Dosen :
Annisa Farida Muti, S.Farm, M.Sc, Apt.

Disusun oleh :
1. Muhammad Guntur P.P 14330062
2. Ardini Enggarwati 14330118
3. Mukhamad Fajar 15330002
4. Riswan Arianto 15330033
5. Ervina Amalia 15330061
Xenobiotik dan Toksisitas
Xenobiotik berasal dari bahasa yunani yaitu xeno
dan biotik , xeno artinya asing dan biotik artinya
hidup xenobiotic merupakan bahan kimia yang
terdapat pada mahluk hidup yang secara normal tidak
ada / tidak di produksi.
Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang
terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat
dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau
ekskresi.
Warfarin
Warfarin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati penggumpalan darah, seperti pada deep vein
thrombosis atau emboli paru. Selain itu, warfarin juga
digunakan pada penderita fibrilasi atrium untuk mencegah
stroke, dan pada pasien pasca operasi penggantian katup
jantung. Warfarin bekerja mengurangi produksi protein yang
berfungsi untuk membekukan darah (faktor pembekuan).
Tidak semua faktor pembekuan diganggu oleh warfarin,
melainkan faktor pembekuan yang bergantung dengan vitamin
K.
Dosis Toksik Warfarin
• Dosis warfarin yang direkomendasikan untuk
pengobatan adalah 0,5-0,7 mg/kg sebagai therapeutic
loading doses, sedangkan dosis terendah yang
dilaporkan bersifat fatal pada kasus menelan warfarin
dosis tunggal adalah 6,667 mg/kg .
• Dosis berulang sebesar 1-2 mg/kg selama periode 6-
15 hari menyebabkan sakit serius dan kematian.
Mekanisme Toksik Warfarin

Dengan cara menghambat sintesis vitamin K di hati,


dengan mengubah residu asam glutamat menjadi
residu asam gama-karboksiglutamat. Pemberian obat
pada umumnya berdasarkan pada dosis rata-rata, yaitu
dosis yang diperkirakan memberikan efek terapeutik
dengan efek samping minimal. Apabila dosis rata-rata
itu tidak menimbulkan efek atau menimbulkan efek
yang berlebihan, maka akan dilakukan penghentian
obat tanpa perlu mempertimbangkan apakah dosis
yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan
penderita.
Jika indeks terapi obat cukup besar, maka
perbedaan individual kadar obat dalam keadaan
steady state tidak akan menimbulkan masalah
dalam penentuan dosis. Apabila indeks terapi
suatu obat sempit, individualisasi dosis menjadi
penting, karena perbedaan dosis yang kecil saja
(dalam mg/kgBB) sudah dapat menimbulkan
perbedaan nyata dalam respon.5
Manifestasi Klinis (tanda & gejala) Warfarin

• Perdarahan dari jaringan atau organ,


• nekrosis kulit dan jaringan lain,
• alopesia,
• urtikaria,
• dermatitis,
• demam,
• mual,
• diare,
• kram perut,
• hipersensitivitas dan priapismus.
Manajemen Terapi Warfarin
• Berikan arang aktif dosis tunggal secara oral bila kondisi
korban memungkinkan
• Pemberian arang aktif dilakukan jika korban menelan warfarin
dalam jumlah yang berpontensi toksik satu jam sebelumnya
• Dosis tunggal arang aktif untuk anak-anak adalah 1-2 gram/kg
sedangkan untuk orang dewasa adalah 50-100 gram
Theofillin
• Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor
adenosin, kaitan khususnya dengan asma adalah pengamatan
bahwa adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada
penderita asma dan memperkuat mediator yang diinduksi
secara imunologis dari sel must paru-paru.
• Teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, merelaksasi
otot polos terutama bronkus.
• Teofilin mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari
101,5 % C7H8N4O2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
• Mekanisme kerja Teofilin
- menghambat enzim nukleotida siklik fosfodiesterase (PDE)
- PDE mengkatalisis pemecahan AMP siklik menjadi 5’- AMP
dan GMP siklik menjadi 5’-GMP.
- Penghambatan PDE menyebabkan penumpukan AMP siklik
dan GMP siklik, sehingga meningkatkan tranduksi sinyal
melalui jalur ini.
Dosis Toksik Theofillin

• 5-10 mg/kg - dosis awal • Keracunan teofilin


terapeutik. kemungkinan besar akan
• 10 mg/kg - potensi toksisitas. terjadi apabila kadarnya dalam
• 50 mg/kg - mengancam serum melampaui 20μ/mL.
nyawa. • Kejang-kejang pada orang
dewasa, rata-rata terjadi ketika
kadar serumnya 50μ/mL
dengan kisaran 20-70 μ/mL.
Mekanisme Toksik Theofillin
• Pada konsentrasi toksik, teofilin menyebabkan penghambatan
fosfodiesterase dengan akumulasi cAMP resultan. Selain itu mungkin ada
perubahan dalam translokasi kalsium intraselular.
• Sebagian besar toksisitas kardiovaskular dan metabolik teofilin telah
dikaitkan dengan kelebihan katekolamin. Kenaikan katekolamin ini
diperkirakan menyebabkan hipokalemia dan hiperglikemia terlihat pada
keracunan akut yang juga dapat mendahului dan memprediksi toksisitas
teofilin.
• Sebagai tambahan, adenosin diketahui bertanggung jawab atas umpan
balik negatif ke jantung dalam situasi overstimulation simpatik.
• Blokade reseptor adenosin dan hilangnya umpan balik negatif dapat
menyebabkan efek kelebihan katekolamin.
Manifetasi Klinis (Tanda & Gejala) Theofillin

• Nausea ringan • Hipokalemia


• Muntah • Hipofostafatemia
• Sakit perut • Hipomagnesemia
• Muntah • Hipokalsemia / Hiperkalsemia
• Insomnia • Takikardia
• Iritabilitas • Kejang
• Asidosis metabolik ringan • meninggal
• Tremor
• Nyeri kepala
Manajemen Terapi Keracunan Theofilin
• Pengobatan keracunan teofilin harus dimulai dengan cara-cara yang dirancang
untuk merangsang muntah (misalnya pemberian ipekak, jika penderita belum
muntah) atau sonde, yang disertai campuran 30 gr arang yang diaktifkan, untuk
menyerap teofilin yang tersisa dalam saluran gastrointestinal.
• Arang yang telah diaktifkan dapat juga membuang teofilin serum yang telah
diserap dari saluran gastrointestinal. Kemungkinan terbaik ialah dengan
menunda pemberian arang sampai timbul muntahan bila menggunakan ipekak
untuk merangsang muntah, karena arang juga menyerap ipekak.
• Sesudah penelanan teofilin SR, dianjurkan pemberian arang berulang dengan
interval 2-3 jam
• Dialisis peitoneal dapat membuang teofilin dari penderita keracunan teofilin,
tetapi hemoperfusi dengan menggunakan kolom arang yang disiapkan secara
khusus merupakan metode pilihan.
Glikosida Jantung

• Glikosida jantung meningkatkan kekuatan kontraksi


miokardium dan menurunkan konduktivitas di atrioventricular
(AV) node.
• Digoksin adalah glikosida jantung yang paling banyak
digunakan.
Dosis Toksik Glikosida Jantung

• Peningkatan risiko toksisitas dengan kadar digoksin


dalam plasma mencapai 1,5-3 mcg/L
• Glikosida jantung harus digunakan dengan sangat
hati-hati pada lansia karena meningkatnya risiko
terjadi toksisitas digitalis pada kelompok pasien
tersebut.
Mekanisme Toksik Glikosida Jantung
1. Overdosis Digoxin (>1mg/ml)
▫ Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel
konduksi; meningkatnya after depolarization.
▫ Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node
▫ EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmi
a, sinusbradikardi, berbagai derajat AV block, kontraksi
ventrikel premature, bigemini, VT, VF
▫ Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block (
mis.:PAT dengan AV block derajat
2; AF dengan AV block derajat 3) atau adanya bi-
directional VT sangat sugestif untuk menilai adanya
keracunan glikosida jantung.
2. Terjadi interaksi dengan obat lain
• Kuinidin, verapamil, amiodaron, akan menghambat P-
glikoprotein, yakni transporter di usus dan di tubulus
ginjal,sehingga terjadi peningkatan absorpsi dan penurunan
sekresi digoksin, akibatnya kadar plasma digoksin meningkat
70%-100%.
• Aminoglikosida, siklosporin, amfoterisin B menyebabkan
gangguan fungsi ginjal, sehingga ekskresi digoksin
terganggu,kadar plasma digoksin mengalami peningkatan.
• Diuretik tiazid, furosemide menyebabkan hipokalemia sehingga
meningkatkan toksisitas digoksin.
Manifestasi Klinik Glikosida Jantung
• Efek proaritmik yakni : penurunan potensi istirahat,
menyebabkan after potensial melampaui AUC serta
peningkatan automatisitas
• Efek samping gastrointestinal : anoreksia, mual, nyeri
lambung.
• Efek samping visual : penglihatan berwarna kuning.
• Lain-lain : delirium, bingung, mimpi buruk.
Manajemen Terapi Glikosida Jantung
• Menghentikan pemberian glikosida jantung dan diuretika yang
mengeluarkan K+.
• Merawat penderita di ruang intensif.
• Memantau keadaan jantung dengan EKG secara kontinyu.
• Memberikan fenitoin, lidokain, prokainamid untuk
mengontrolaritmia (takiaritmia).
• Memberikan kalium oral atau I.V untuk menurunkan ikatan digitalis
otot jantung sehingga efek digitalis dihilangkan secara langsung.
• Memberikan imunoglobin antidigoksin.
• Menghindari kardioversia elektrikal.
Kesimpulan
• Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan
dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah
digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebih maka akan menimbulkan keracunan. Dan
bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai