Anda di halaman 1dari 24

TOKSIKOLOGI INSEKTISIDA

ORGANOKLORIN DAN PIRETRIN

KELOMPOK 7:

17330725 YUNUS ADIL ZEBUA


17330730 SUYATNO
17330731 YULIA LESTARI
17330735 HIRIM HOTMA ULI APRIANIS
17330742 KALEB MAHASEM SIHOMBING
INSEKTISIDA
 Insektisida adalah bahan yang
mengandung persenyawaan kimia yang
digunakan untuk membunuh serangga.
 Insektisida sintetik pertama yang
digunakan secara umum adalah senyawa-
senyawa dinitro dan tiosianat.
INSEKTISIDA
ORGANOKLORIN
• Mengandung gugus klor dan merupakan insektisida yang
relatif stabil dan kurang reaktif.
• Pestisida ini masih banyak digunakan meskipun beberapa
diantaranya telah dilarang penggunaannya, misalnya
eldrin.
• Larut lemak, terdeposit dijaringan adiposa, konsentrasi
di otak sedikit.
• Eleminasi 1% perhari
• Gejala : gangguan SSP, bingung, pusing, tremo, kejang,
kegagalan respirasi, kerusakan hati dan ginjal.
• Efek kronik : kanker, gangguan endokrin, dan infertilitas
INSEKTISIDA ORGANOKLORIN
BERDASARKAN STRUKTUR KIMIA
Contoh dosis toksik yang telah di
uji
1. (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) DDT
 DDT merupakan racun non sistemik, racun kontak
dan racun perut serta sangat persisten di lingkungan.
 LD50 terhadap tikus 113-118, mencit 150-300, kelinci
300, anjing 500-700, dan kambing > 1000 mg/kg
berat badan sedangkan NOEL 35 mg/orang/hari
(sekitar 0,5 mg/kg berat badan).
 Karena sifatnya yang lipofilik, DDT dan senyawa
hasil pecahannya cenderung terakumulasi lewat rantai
makanan dalam lemak tubuh dan lingkungan.
2. Aldrin, dieldrin dan endrin
 merupakan akarisida kontak , non sistemik
 dan digunakan untuk mengendalikan tungau dari
genus-genus panonychus, tetranychus dan brevipalpus
pada berbagai tanaman.
 LD50 oral (tikus) sebesar 578 mg/kg – 595mg/kg
 LD50 dermal > 5.000mg/kg
 LC50 inhalasi >5 mg/l udara;NOEL 5 mg/kg/hari
 ADI 0,002 mg/kg bb dan DT50 selama 60-100 hari.
3. Gamma HCH
ditemukan pada tahun 1942, dengan nama kimianya
hexachlorocyclohexane atau biasa disebut lindan.
 LD50 oral (tikus) 88-270 mg/kg LD50 dermal 900-
1000 mg/kg;LC inhalasi >1,56 mg/l udara ;
 NOEL (tikus) 25 mg/kg/hari; ADI 0,001 mg/kg/bb.
MEKANISME INSEKTISIDA
 Diklorodifeniletana :
 Menghambat enzim ATPase dan neurotransmitter
GABA
 Merubah saluran ion Natrium melalui membran
 Mereduksi transport ion Kalium
 Menghambat Calmodulin (protein yang mengikat
Ca2+). Menyebabkan tabahan pelepasan
neurotransmiter.
 Sikloheksana dan siklodiena
 Menghambat neurotranmitter GABA ->
menghambat pengambilan ion Cl- mengganggu
kesetimbangan ion Na+, K+, Ca+
 Inhibisi kalsium dan magnasium ATPase, enzim
untuk pengangkutan ion kalsium melintas membran.
Manisfestasi klinik
 Organoklorin merangsang sistem saraf dan
menyebabkan parestesia, peka terhadap
perangsangan, iritabilitas, terganggunya
keseimbangan, tremor, dan kejang-kejang.
 Beberapa zat kimia ini menginduksi fasilitasi dan
hipereksitasi pada taut sinaps dan taut
neuromuskuler yang mengakibatkan pelucutan
berulang pada neuron pusat, neuron sensorik, dan
neuron motorik.
Manajemen terapi
Pengobatan keracunan insektisida organoklorin.
Hanya dengan simtomatis dan suportif berupa :
1. Induksi muntah atau bilas lambung
2. Pembebasan jalan nafas dari sekret, mukus, atau air
ludah dalam saluran nafas, dan berikan nafas buatan
bila terjadi gawat nafas.
3. Pemberian diazepam 0,25-5mg/kg BB IV secara
perlahan-lahan, sambil dilakukan dosis sesuai dengan
respon penderita terhadap obat untuk mengatasi
kejang. Bila perlu pemberin diazepam dapat diulangi
setelah 4 jam. Untuk mengatasi kejang ini juga dapat
diberikan fenobarbital IM dengan dosis 50-75mg.
PIRETRIN
 Piretrin yang berasal dari tumbuhan. Piretrin ini
menunjukkan efikasi yang lebih tinggi terhadap
serangga dan pada umumnya toksisitasnya
terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan
dengan insektisida lainnya, nyaris tidak
meninggalkan bekas (non-residual) bila
permukaan yang diolesi terpapar oleh cahaya,
bila permukaan di tempat gelap, zat ini akan
bertahan maksimal 2 minggu, spektrum
pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan
memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik.
DOSIS TOKSIK PIRETRIN / PIRETOID

 Allethrin : LD50 oral tikus adalah 680 mg/kg.


Merupakan racun inhalasi, racun perut, dan racun
kontak.
 Resmethrin : LD50 untuk tikus adalah 1.500 mg/kg.
 Barthrin merupakan insektisida piretroid sintetis
dengan berat molekul 336,82.
 Sipermetrin : LD50 (tikus) sekitar 250-4.150 mg/kg;
LD50 dermal (tikus) > 4.920 mg/kg agak
menimbulkan iritasi kulit dan mata; LC50 inhalasi (4
jam, tikus) 2,5 mg/liter udara; NOEL (2 tahun, tikus)
7,5 mg/kg; dan ADI 0,05 mg/kg bb
 Tetrametrin LD50 (tikus) sebesar > 5.000 mg/kg;
LD50 dermal (kelinci) > 2.000 mg/kg tidak
menyebabkan iritasi kulit; LC50 inhalasi (4 jam,
tikus) 2, 73 mg/liter udara. Tetrametrin bersifat non-
onkogenik.
MEKANISME PIRETRIN / PIRETROID
MANISFESTASI
KLINIK
Adapun tanda dan gejala lain adalah :
 banyak juga jenis piretroid dihubungkan dengan
gangguan sistem endokrin yang berdampak pada
reproduksi dan pengembangan seksual
 mengganggu sistem imun
 meningkatkan kejadian kanker payudara.
 Insektisida piretroid jenis sumitrin, penvalerat, d-
trans alletrin dan permetrin diduga dapat
mengakibatkan kanker payudara pada manusia
MANAJEMEN TERAPI
1. Sikap dalam menghadapi keracunan pestisida
 Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan
menunggu datangnya ahli untuk menolong.
a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.
b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan
pengobatan.
c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu
dilaksanakan: mengatasi pernafasan, menghentikan
kontak lebih lanjut.
2. Tindakan dekontaminasi
a. Akhiri paparan: Pindahkan penderita, jauhkan dari
kontaminasi selanjutnya. Hindarkan kontak kulit
dan/atau inhalasi dari uap atau debu pestisida.
b. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya
dengan cepat, termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian
dalam tempat yang terpisah untuk di cuci sebelum
digunakan lagi.
c. Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata
dengan menggunakan air yang banyak.
3. Tindakan dalam pertolongan pertama
a. Umum
Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita
dapat kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita
dalam posisi sebaik mungkin yang akan membantu
mencegah penderita dari bahaya komplikasi.

b. Posisi
Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping
dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala
menoleh kesamping. Bila pasien tidak sadar jaga agar
saluran nafas tetap terbuka dengan menarik dagu ke
depan dan kepala ke belakang.
c. Suhu tubuh
Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol
suhu pada penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh
penderita tinggi sekali dan keringat berlebihan,
dinginkan dengan menggunakan spon air dingin. Bila
penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan
selimut untuk mempertahankan suhu normal.

d. Pernapasan
Bila terjadi henti napas (muka atau lidah pasien dapat
diputar) dan kemudian dagu ditarik ke depan untuk
mencegah lidah terdorong ke belakang yang akan
menutup jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai