Anda di halaman 1dari 3

INSEKTISIDA

MEKANISME
DDT (Dikloro difenil trikloro etana = klorofenotan) yang lambat diabsobrsi melalui saluran
cerna. Insektisida dalam bentuk bubuk tidak diabsorbsi melalui kulit, tetapi dilarutkan dalam
solven organik mungkin dapat diabsorbsi melalui kulit. Absorbsi dapat pula melalui pernapasan
bila seseorang terpapar pada aerosol. Setelah diabsorbsi, DDT dalam jumlah besar ditimbun
dalam lemak. DDT mengalami degradasi dengan lambat daalam jaringan menjadi DDA (asam
dikloro difenil asetat) dan mungkin pula produk degradasi lain. Setelah pemberian, DDT sedikit
sekali atau tidak ada DDT dalam bentuk tidak berubah dijumpai dalam urin. Tetapi ekskresi
klorin organik melalui saluran kemih meningkat, dan mencapai puncaknya dalam 24 jam,
kemudian perlahan-lahan turun sampai 10 hari. Sebagian besar klorin ini terdapat dalam
bentuk DDA. Hanya 20% dari DDT yang ditelan dijumpai sebagai DDA dalam urin. DDT memiliki
waktu paruh hingga delapan tahun, yang berarti setengah dari dosis DDT yang terkonsumsi
baru akan terdegradasi setelah delapan tahun.
DOSIS
DDT merupakan stimulator SSP yang kuat dengan efek eksitasi langsung pada neuron, yang
mengakibatkan kejang-kejang dengan mekanisme yang belum jelas. Derajat kejang sebanding
dengan kadar DDT dalam otak. Kejang bersifat epileptiform dengan interval kejang yang makin
lama semakin meningkat. DDT juga mengakibatkan sensitivitas miokardium meningkat.
Kematian bterjadi akibat depresi pernapasan atau fibrilasi ventrikel. Takaran toksik DDT pada
manusia adalah 1 gran dan takaran fatalnya 30 gram. Takaran fatal pada binatang untuk aldrin
2-5 gram, dieldrin 2-5 gram, endrin 10 mg/kg BB, chlordane 6 gram, lidane 15-30 gram,
methoxychlor 350-500 gram, toxaphene 2-7 gram.
GEJALA
Manifestasi utama keracunan adalah muntah-muntah, tremor, dan kejang-kejang. Gejala pada
keracunan ringan adalah merasa lelah, berat dan sakit kepala, parestesia pada lidah, bibir dan
muka, gelisah dan lesu metal. Gejala pada keracunan berat adalah pusing, gangguan
keseimbangan, bingung, rasa tebal pada jari-jari, tremor, mual, muntah, fasikulasi, midriasis,
kejang tonik dan klonik, kemudian koma.
PENGOBATAN
 Tindakan Darurat Medis :
 Bilas lambung dengan air hangat 2-4 liter.
 Emetik : sirup Ipekak 15 ml, kemudian diberi minum air, susu, atau sari buah, bila
dalam 15 menit tidak timbul muntah, segera ulang kembali dengan takaran yang
sama.
 Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, pakaian yang terkena
racun harus dilepaskan.
 Berikan pernapasan buatan dengan oksigen bila terdapat gangguan pernapasan.
 Tindakan Umum :
 Antikonvulsan : luminal 100 mlg subkutan tiap jam sampai kejang teratasi atau
pemberian luminal telah mencapai 500 mg. Bila kejang hebat, beri sodium
pentobarbital 100-500 mg intavena kemudian disusul dengan pemberian 100 mg
luminal subkutan secukupnya.

 Stimulan tidak boleh diberikan, terutama epinefrin karena akan menimbulkan


fibrilasi ventrikel, mengingat bahwa pada keracunan insektisida golongan ini
menyebabkan miokardium menjadi sensitif (seperti pada halnya pemberian
kloroform).

Prinsip Pengobatan Kronik :


 Pindahkan korban dari lingkungan pekerjaan agar tidak kontak lagi
dengan racun.
 Diet tinggi karbohidrat, vitamin, dan kalsium untuk mencegah nekrosis
hati.
 Bila ditemukan tremor beri luminal per oral.
 Untuk mencegah infeksi dapat diberikan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lu F.C., Toksikologi Dasar, ed. 2, UI Press, Jakarta. 1995, 328-330.
2. Raini M. Sikap dan Perilaku Buruh Penyemprot yang Keracunan Pestisida Organofosfat
di Kecamatan Facet - Jawa Barat, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2001. Vol. XI No. 2, 21-25.
3. Remembering Injured dalam http://www.getipm.com/ourloved_ones/injure d,htm 13
Mei 2007.
4. Ahmad R.. Ahad K.. Iqbal R., Muhammad A., 2002. Acute Poisoning Due To
Commercial Pesticide in Multan, Pakistan J. Med. Sci., 18(3) 227-231 dalam e8.htm.
pada 13 Mei 2007.
5. Departemen Kesehatan R I, Pusat Data Kesehatan, dalam http://bankdata.depkes. go.
id/Profil/Indo 1 997/Annex/liic620htm. pada 13 Mei 2007.
6. Hayes, Jr.. Wayland J., "Dosage and Other Factors Influencing Toxicity" dalam
Handbook of Pesticide Toxicology, 1991, vol. I, 39-96.

Anda mungkin juga menyukai