Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT

No. Dokumen Revisi Halaman


RS. EMMA 00 1/2
Jl. Raya Ijen No. 67 ...../SOP/RSEM-I/I/2018
Mojokerto
Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR
Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR
25 Januari 2018 dr. Magdalena Sitorus, MARS
- Intoksikasi adalah masuknya zat/senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
- Organofosfat adalah pestisida yang merupakan racun
pembasmi serangga yang paling toksik, pestisida golongan ini
makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan bagi petani. Cara kerja golongan ini selektif,
tidak persisten dalam tanah dan tidak menyebabkan resisten
pada serangga. Bekerja sebagai racun kontak, racun perut dan
juga racun pernafasan. Golongan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga
PENGERTIAN
asetilkolin tidak terhidrolisa. Oleh karena itu, keracunan
pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetikolin
yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan secara terus-
menerus pasa saraf. Keracunan ini dapat terjadi melalui
mulut, inhalasi dan kulit.
- Intoksikasi organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi
yang disebabkan oleh senyawa organofosfat seperti
malathion, parathion, tetratilpirofosfat dan oktamil
pirofosforamida yang bisa masuk kedalam tubuh baik dengan
cara tertelan, terhirup nafas atau terabsorbsi lewat kulit dan
mata.
- Gejala klinis yang biasa timbul:
1. Ringan : anorexia, sakit kepala, lemas, ancietas, miosis,
gangguan visual, tremor lidah dan kelopak
2. Sedang : mual, hipersalivasi, lakrimasi, cramp abdominal,
mutah, berkeringat, tremor otot dan nadi lambat
3. Berat : diare pupil pin point dan non reaktif, sesak nafas,
edema paru, sianosis, hilang kontrol spinchter, kejang, blok
jantung, koma.

1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan IGD


2. Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di unit pelayanan
TUJUAN IGD, untuk penanganan pada pasien dengan diagnosa
keracunan organofosfat.

Keputusan Direktur RS EMMA Nomor:.../SK-Dir/RSEM-I/I/2018


KEBIJAKAN tentang pemberlakuan SOP penatalaksanan intoksikasi organoforfat

1. Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Primer, ed Revisi 2014
2. Permenkes no. 514 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
REFERENSI Dokter di Fasilitas Pelayanan Tingkat Pertama
3. Kusumo broto, Hernomo, Iswan A. Nusi dan Herry Purbayu.
2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga
Univercity Press
Langkah-langkah :
1. Kaji kondisi pasien apakah pasien dalam keadaan sadar atau
tidak sadar dan gejala klinis pasien yg timbul
2. Lakukan stabilisasi pasien, cek airway breathing circulation
PROSEDUR 3. Resusitasi pasien dengan beri infus RL/NS 0,9 % kecepatan
15-20 tpm, nafas buatan + oksigen 2-4 lpm, hisap lendir
saluran nafas, hindari obat-obat depresan saluran nafas, kalau
perlu digunakan respirator pada kegagalan nafas berat
4. Dekontaminasi mata, bila terkena mata lakukan irigasi dengan
larutan NaCL 0,9 % perlahan sampai racun nya di perkirakan
hilang selanjutnya tutup mata dengan kassa steril dan
konsulkan ke dokter spesialis mata
5. Dekontaminasi kulit, bila terkena kulit lepaskan semua
pakaian dan cuci kulit dengan sabun dan air mengalir minimal
10 menit
6. Dekontaminasi gastrointestinal, dengan di lakukan pemberian
bahan pengikat (karbon aktif) pengenceran/pengeluaran isi
lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung, diharapkan dapat mengurangi paparan
toksik
7. Bila penderita kejang berikan diazepam 0,2-0,5 mg/kg iv atau
phenytoin (bolus 18mg/kgBB, dngan kecepatan < 50
mg/menit). Bila timbul aritmia ventrikuler lidocain,
procanamide atau defibrilator.
8. Berikan antidotum sulfat atrofin bila di dapati gejala klinis
pupil miosis. Dosis pemberian sulfat atrofin:
- Mula –mula diberikan bolus iv 1-2,5 mg
- Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai
timbul gejala-gejala atrofinisasi ( muka merah, mulut
kering, pupil dilatasi/midriasis)
- Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit,
selanjutnya 2-4-6 dan 12 jam
- Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2x24 jam.
Penghentian SA yang mendadak dapat menyebabkan
rebound effect berupa edema paru dan kegagalan
pernafasan akut yang sering fatal.
9. Observasi TTV setiap jam
10. Dokumentasi kan pada rekam medis
1. Komite Medik
2. IGD
UNIT TERKAIT
3. Rawat Inap
4. Komite Pelayanan Mutu

Anda mungkin juga menyukai