SMF PARU RSUD TARAKAN KALIMANTAN UTARA RESUME (21 standar) A. STANDAR DIAGNOSIS Standar 1-6 B. STANDAR PENGOBATAN Standar 7-17 C. STANDAR UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT DAN PENCEGAHAN Standar 18-21 Standar 1 Untuk memastikan diagnosis dini, pemberi pelayanan kesehatan harus mengetahui faktor risiko tuberkulosis (TB) untuk individu dan kelompok serta melakukan evaluasi cepat dan uji diagnostik yang tepat untuk orang dengan gejala dan temuan yang mendukung TB Standar 2 Semua pasien, termasuk anak-anak, dengan batuk-batuk yang tidak diketahui penyebabnya yang berlangsung 2 minggu atau lebih atau dengan temuan lain pada foto toraks yang tidak diketahui penyebabnya yang mendukung ke arah TB harus dievaluasi untuk TB Standar 3 Semua pasien termasuk anak-anak yang dicurigai memiliki TB paru dan mampu mengeluarkan dahak, harus memberikan minimal 2 spesimen dahak untuk pemeriksaan mikroskopis atau spesimen dahak untuk pemeriksaan XpertMTB/RIF di laboratorium yang sudah teruji kualitasnya. Pasien dengan risiko resistensi obat, dengan HIV, atau yang sangat sakit, harus diperiksa XpertMTB/RIF sebagai pemeriksaan diagnostik awal Uji serologi darah dan interferon-gamma releasing assay (IGRA) tidak boleh digunakan untuk diagnosis TB aktif Standar 4 Untuk semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga memiliki Tb ekstraparu, spesimen yang tepat dari bagian tubuh yang sakit harus diambil untuk pemeriksaan mikrobiologi dan histologi Mengingat pentingnya diagnosis cepat pada terduga TB meningitis maka pemeriksaan XpertMTB/RIF direkomendasikan sebagai uji mikrobiologi awal untuk pasien yang diduga TB meningitis. Standar 5 Pada pasien yang diduga memiliki TB paru dengan BTA negatif, perlu dilakukan pemeriksaan XpertMTB/RIF dan/atau biakan dahak Pada pasien dengan BTA negatif dan XpertMTB/RIF negatif tetapi bukti-bukti klinis mendukung kuat kearah TB, maka pengobatan dengan OAT harus dimulai setelah dilakukan pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan biakan Standar 6 Untuk semua anak-anak yang diduga menderita TB intratoraks (misalnya paru, pleura, kelenjar, dan kelenjar getah bening mediastinum atau hilus) KONFIRMASI bakteriologis perlu dilakukan melalui pemeriksaan sekret saluran napas (dahak ekspektorasi, hasil induksi, bilas lambung) untuk pemeriksaan mikrokopis, XpertMTB/RIF dan/atau biakan dahak. Standar 7 Untuk memenuhi kewajiban terhadap kesehatan masyarakat dan kewajibannya pada pasien, pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan paduan pengobatan yang tepat, memantau kepatuhan terhadap obat dan jika diperlukan mengatasi berbagai faktor yang menyebabkan putus atau terhentinya pengobatan Untuk memenuhi kewajiban ini diperlukan koordinasi dengan dinas kesehatan setempat dan/atau organisasi lainnya Standar 8 Semua pasien yang belum pernah diobati sebelumnya dan tidak memiliki faktor risiko untuk resistensi obat harus mendapatkan pengobatan lini pertama yang sudah disetujui WHO dengan menggunakan obat yang terjamin kualitasnya. Fase intensif harus mencakup 2 bulan pengobatan dengan menggunakan isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan etambutol*. Fase lanjutan harus diberikan isoniazid dan Rifampisin selama 4 bulan. Dosis harus mengikuti rekomendasi WHO. Penggunaan kombinasi dosis tetap dapat mempermudah pemberian obat
*etambutol dapat tidak digunakan pada anak dengan status
HIV negatif dan memiliki TB tanpa Kavitas Standar 9 Pada pengobatan semua pasien, perlu dibangun pendekatan yang beorientasi pada pasien dalam rangka mendorong kepatuhan, meningkatkan kualitas hidup, dan meringankan penderitaan Pendekatan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan Standar 10 Respons terhadap pengobatan pada pasien TB paru (termasuk pada pasien yang didiagnosis dengan pemeriksaan molekuler cepat) harus dimonitor dengan pemeriksaan mikroskopis lanjutan pada saat selesainya fase intensif (2 bulan) Jika apusan dahak masih positif di akhir intensif, pemeriksaan mikroskopis dilakukan lagi pada akhir bulan ketiga, dan jika pemeriksaan tetap positif, pemeriksaan kepekaan obat molekuler cepat (line probe assay (LPA) atau XpertMTB/RIF) atau biakan dengan uji kepekaan obat harus dilakukan. Pada pasien dengan TB ekstraparu dan pada anak- anak, respons pengobatan dinilai secara klinis Standar 11 Penilaian untuk kemungkinan resistensi obat berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya atau pajanan dari kasus yang mungkin merupakan sumber penularan organisme resisten obat, dan survei prevalens resistensi obat di komunitas (jika diketahui), perlu dilakukan untuk semua pasien. Uji resistens obat perlu dilakukan saat pengobatan dimulai untuk semua pasien dengan risiko memiliki TB resisten obat. Pasien dengan BTA tetap positif setelah meyelesaikan 3 bulan pengobatan, pasien dengan pengobatan gagal, dan pasien yang putus pengobatan atau kambuh setelah menyelesaikan satu atau lebih pengobatan harus diperiksa untuk kemungkinan resistensi obat (Lanjutan) Standar 11 Pada pasien yang diduga memliki resistensi obat, pemeriksaan dengan XpertMTB/RIF perlu dilakukan sebagai pemeriksaan diagnostik awal. Jika ditemukan resistensi terhadap rifampisin, biakan dan uji kepekaan terhadap isoniazid, Flourokuinolon, dan obat-obatan suntik lini kedua harus segera dilakukan Konseling dan edukasi pasien dan pengobatan empirik dengan paduan lini kedua harus segera dimulai untuk meminimalisasi potensi penularan Perlu dilaksanakan tindakan yang sesuai kondisi untuk pengendalian infeksi Standar 12 Pasien dengan atau yang sangat mungkin memiliki TB yang disebabkan oleh organisme resisten obat (terutama MDR/XDR) harus diobati dengan paduan khusus yang mengandung obat OAT lini kedua yang terjamin kualitasnya. Dosis obat harus sesuai dengan rekomendasi WHO. Paduan yang dipilih dapat distandarkan atau berdasarkan dugaan atau hasil konfirmasi pola kepekaan obat. Sedikitnya diberikan 5 jenis OAT termasuk pirazinamid dan empat obat lainnya yang organismenya diketahui atau diduga masih peka termasuk obat suntik, harus digunakan pada 6-8 bulan fase intensif dan gunakan setidaknya 3 jenis obat yang organismenya diketahui atau diduga masih peka pada fase lanjutan Standar 12 (lanjutan) Terapi harus diberikan 18-24 bulan setelah terjadinya konversi biakan dahak. Berbagai tindakan yang berorientasi pada pasien termasuk observasi pengobatan diperlukan untuk memastikan kepatuhan Konsultasi dengan dokter spesialis yang berpengalaman dalam pengobatan MDR/XDR harus dilakukan. Standar 13 Untuk semua pasien perlu dibuat catatan yang mudah diakses dan disusun secara sistematis mengenai : - obat-obatan yang diberikan - Respons bakterilogik - Hasil akhir pengobatan dan - Efek samping Implementasi Standar 13 DOTS DAN FASYANKES pemerintah dan swasta Kegiatan public private mix (PPM) Programmatic Management of Drug Resistant TB (PMDT) atau pelaksanaan pengobatan untuk pasien TB MDR serta penguatan jejaring Pelibatan Non Government Organization (NGO) untuk penapisan, penemuan kasus dan pengobatan sebagai penunjang keberhasilan program TB Pemakaian XpertMTB/RIF untuk kasus curiga TB MDR Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi TB Standar 14 Konseling dan Tes HIV perlu dilakukan untuk semua pasien dengan atau yang diduga TB kecuali sudah ada konfirmasi hasil tes negatif dalam 2 bulan terakhir. Karena hubungan erat antara TB dan HIV, pendekatan terintegrasi untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan baik infeksi TB maupun HIV direkomendasikan pada daerah dengan prevalens HIV yang tinggi. Pemeriksaan HIV terutama penting sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin didaerah dengan prevalens HIV tinggi pada populasi umum, pada pasien yang memiliki risiko tinggi terpajan HIV Standar 15 Pada pasien dengan infeksi HIV dan TB yang menderita imunosupresi berat (hitung CD 4< 50 sel/mm3), ART harus dimulai dalam waktu 2 minggu setelah dimulainya pengobatan TB kecuali jika ada meningitis TB Untuk semua pasien dengan HIV dan TB, terlepas dari hitung CD4, terapi ART harus dimulai dalam 8 minggu semenjak awal pengobatan TB. Pasien dengan infeksi TB dan HIV harus diberikan kotrimoksazol untuk pencegahan infeksi lain Standar 16
Pasien dengan infeksi HIV yang
setelah dievaluasi secara seksama TIDAK memiliki TB aktif harus diobati sebagai sebagai infeksi TB laten dengan isoniazid selama setidaknya 6 bulan. Standar 17 Semua pemberi pelayanan kesehatan harus melakukan penilaian yang menyeluruh untuk mencari kondisi komorbid dan berbagai faktor lainnya yang mempengaruhi respons atau hasil akhir pengobatan TB dan mengidentifikasi pelayanan tambahan yang dapat mendukung hasil akhir pengobatan yang optimal bagi masing masing pasien Berbagai pelayanan ini harus digabungkan untuk rencana pelayanan individual yang mencakup penilaian dan rujukan untuk pengobatan penyakit lainnya Standar 17 (lanjutan) Perlu diberikan perhatian khusus pada penyakit penyakit atau kondisi yang diketahui dapat mempengaruhi hasil akhir pengobatan seperti diabetes diabetes melitus, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, nutrisi yang buruk, dan pengguna rokok. Rujukan untuk dukungan psikososial lainnya atau pelayanan seperti pelayanan antenatal atau perawatan bayi juga perlu disediakan IMPLEMENTASI : -Penerapan kolaborasi TB-HIV -Penanganan TB yang komprehensif masih terpusat di RS -Isoniazid Preventive Therapy (IPT) sudah dilaksanakan di beberapa RS vertikal -Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Standar 18 Semua pemberi pelayanan kesehatan harus memastikan bahwa kontak erat dari pasien dengan TB yang menular harus dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional Prioritas tertinggi kontak adalah : - Orang dengan gejala yang mendukung ke arah TB - Anak usia < 5 tahun - Kontak dengan kondisi atau diduga memiliki kondisi imunokompromis, khususnya infeksi HIV - Kontak dengan pasien TB MDR/XDR Standar 19 Anak dibawah 5 tahun dan semua individu berapapun umurnya yang terinfeksi HIV dan merupakan kontak erat pasien dengan TB yang menular dan setelah pemeriksaan secara cermat tidak memiliki TB aktif harus diobati sebagai terduga infeksi laten dengan Isoniazid selama sekurang kurangnya 6 bulan Standar 20 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang merawat pasien yang menderita atau diduga menderita TB harus harus mengembangkan dan menerapkan program pengendalian infeksi TB yang tepat untuk meminimalisasi kemungkinan penularan M. tuberculosis ke pasien dan tenaga kesehatan Standar 21 Semua penyelenggara kesehatan harus melaporkan kasus TB baik berat maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatan uang serta hasil pengobatannya ke Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku Imlementasi : - INH profilaksis sudah diterapkan pada pada anak - Pemakaian masker - Pencaraian kontak belum optimal - PPM terutama pencatatan dan pelaporan TERIMAKASIH