Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA TUBERKULOSA

Oleh :
Muzaijadah Retno Arimbi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK
Penanganan tuberkulosa yang penting adalah diagnose dini dan pemberian kemoterapi yang
sesuai.Gambaran perjalanan penyakit dan gejala klinis tuberkulosa cenderung tergantung pada respon imun
tubuh, bila dibanding virulensi kuman penyebabnya.
Imunitas pada tingkat seluler merupakan suatu keadaan dari tingkat dimana makrofag teraktifasi dan
pengerahan makrofag pada lesi serta kemanpuan makrofag untuk menghancurkan kuman M.TB.
Kortikosteroid mempunyai kemanpuan mencegah atau menekan berkembangnya manifestasi
inflamasi dan juga mempunyai nilai yang tinggi pada pengobatan penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan reaksi imun , baik kondisi yang berhubungan dengan imnunitas humoral maupun seluler.
Dari pengalaman dan penelitian yang pernah dilakukan, tidak semua infeksi tuberkulosa perlu
mendapat tambahan kortikosteroid. Beberapa keadaan dimana kortikosteroid perlu dipertimbangkan
pemakaiannya pada keadaan: Penderita tuberkulosa paru dengan keadaan penyakit berat dan tanda toksik ,TB
Millier, efusi Pleura dan Pericarditis tuberculosa.

Kata Kunci : TB , Imunitas seluler / Humoral, Kortikosteroid, TB yang memerlukan Kortikosteroid.

USE CORTICOSTEROIDS IN TUBERCULOSIS


By:
Retno Muzaijadah Arimbi
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRACT
The important Therapy of Tuberculosis, is early diagnosis and adeqwat chemotheraphy. History of
disease and clinical simptom of tuberculousa, not only depend on the bacterial virullency, but also depend on
bodys immune respons.
In Cellular imunity, condition where actives of macrofag and work of macrofag in infected area, so
power of macrofag to destroyed of MTB.
Corticosteroid can prevent or inhibit manifestation of inflamation,so have power to teraphy imunitys
disease in cellular or humoral immunity.
From history and experiments study, Corticosteroid not for all M TB infection cases.Several
condition use of Corticosteroid likes: Toxic or Severe Pulmonary TB, Milliary TB, Pleural effusion and TB
Pericarditis.

Key words: TB , Cellular / Humoral Immunity, Corticosteroid, TB with corticosteroid

PEDAHULUAN getah bening, selaput otak dan menyebar ke


Penyakit tuberkulosa sampai saat ini masih seluruh tubuh. Gambaran perjalanan penyakit
merupakan suatu masalah dalam kesehatan dan gejala klinis tuberkulosa cenderung
terutama di negara berkembang, karena tergantung pada respon imun tubuh, bila
masih menunjukkan angka kesakitan dan dibanding virulensi kuman penyebabnya.
kematian yang tinggi. Pada tahun 1993 WHO Penggunaan kortikosteroid pada penyakit
menyatakan bahwa di dunia terdapat 8 juta tuberkulosa hingga saat ini masih
kasus baru per tahun, hal ini didukung oleh kontroversial. Pada penelitian terdahulu
adanya epidemi infeksi terhadap AIDS disebutkan bahwa penggunaan kortikosteroid
(HIV). Penanganan tuberkulosa yang penting pada tuberkulosa menyebabkan progresifitas
adalah diagnose dini dan pemberian penyakit, sehingga penggunaannya
kemoterapi yang sesuai. merupakan kontraindikasi. Sesuai dengan
Lesi di paru sering dijumpai, meskipun lesi di data-data terbaru menunjukkan bahwa
tempat lain dapat terjadi misalnya di kelenjar dengan pemberian kortikosteroid yang
digabung dengan kemoterapi yang sesuai Dalam peristiwa ini lesi dapat sembuh
mempunyai manfaat pada keadaan tertentu sempurn atau sebaliknya bahwa kuman
pada tuberkulosa. bertahan dan memperbanyak diri dalam
Dalam tinjauan kepustakaan ini akan dibahas makrofak.
tentang imunologi tuberkulosa, daya kerja Daya tahan host terhadap kuman M.TB.
kortikosteroid dan penggunaannya pada terutama terletak pada makrofak, sehingga
tuberkulosa. bila daya tahan host tidak baik, maka akan
menimbulkan mekanisme atau respon
IMUNOLOGI TUBERKULOSA hipersentivity (imunitas) seluler yang
Kuman tuberkulosa yang terkumpul dalam terbentuk dalam kurun waktu 4 6 minggu
alveoli atau bronchioli terminalis jaringan setelah terinfeksi kuman M. TB.
paru membentuk proses keradangan yang Pada penyakit tuberkulosa, hipersetivitas
dinamakan fokus primer (Ghon fokus), seluler merupaka bentuk statu imunologi
selanjutnya proses meluas ke kelenjar getah yang meunjukkan bahwa sel-sel tubuh telah
bening regional, sehingga terbentuklah sensitif terhadap tuberkulin, dimana secara
komplek primer. klinis dapat ditunjukkan dengan pemberian
Pada kebanyakan kasus keradangan primer suntikan tuberkulin secara Mantoux, diman
ini dapat diatasi oleh sistim imun host, reaksi terhadap tuberkulin tersebut
namun bila sistim imun tidak baik maka akan menunjukkan reaksi positif.
terjadi perluasan proses ke tempat lain seperti Imunitas pada tingkat seluler merupakan
ke rongga pleura, maka terjadi pleuritis atau suatu keadaan dari tingkat dimana
bila proses meluas ke kelenjar getah bening makrofagteraktifasi dan pengerahan
dihilus sehingga menekan bronchus maka makrofag pada lesi serta kemanpuan
terjadi kolaps paru (ateletasis) atau apabila makrofag untuk menghancurkan
meluas ke pericardium akan terjadi kumanM.TB.
pericarditis dan dapat pula terjadi penyebaran Makrofag dapat menghancurkan kuman
secara sistemik sehingga terjadi meningitis dengan mengurng kuman tersebut dalam
tuberkulosa. fagosom, selanjutnya fagosom bergabung
Lesi yang telah sembuh pada suatu saat dapat dengan kantongan-kantongan lisosom yang
terjadi reaktifasi dan menampilkan bentuk mengandung enzim-enzim pencernaan
klinis tuberkulosa post primer, dimana proses didalam sitoplasma makrofag yang disebut
nekrosis lebih menonjol bila dibandingkan fagolisosom, yang mampu menghancurkan
dengan tuiberkulosa primer. kuman secara oksidatif dan enzimatik.
Pada awal kejadian infeksi tuberkulosa Berkaitan dengan imunitas seluler tersebut,
adalah setelah kuman terutama di alveoli maka makrofag berdiferensiasi menjadi sel-
akan segera diikuti oleh reaksi keradangan sel epiteloid yang selanjutnya disebut
yang tersusun dari sel-sel darah putih granuloma. Sel-sel makrofag yang teraktifasi
terutama sel PMN, tapi peristiwa ini hanya menbutuhkan banyak oksigen, dengan
berjalan singkat karena kemanpuan demikian bag terbebani oleh bebean antigen
fagositosis PMN tidak memadai untuk ian sentral granuloma akan mengalami
kuman M.TB, meskipun makrofag anoksia, sehingga mengakibatkan sel-sel
mengambil alih tugas sel PMN, aqkibatnya jaringan mengalami nekrosisyang bersifat
terjadi peristiwa infiltrasi sel-sel makrofag ke asam yang disebut nekrosis kaseosa. Banyak
dalam sel, sehingga bayak sel-sel makrofag oksigen dari fraksi molekul kuman ikut ikut
yang didapatkan pada lesi keradangan, menentukan bentuk imun seluler kearah
dimana secara patologi anatomi akan bentuk yang menguntungkan atau merugikan
menunjukkan gambaran radang akut dan untuk host. Bila produk dari kuman yang
kronis. menyerupai tuberkulin terlalu banyak, maka
Pada tahap selanjutnya kuman M.TB. akan menyebabkan terbentuknya nekrosis
difagosit oleh makrofag kaseosa, karena makrofag terbebani oleh
jaringan dan pada saat inilah dimulai beban antigen antigen yang berlebihan akan
perjuangan mempertahankan hidup bagi mengeluarkan mediator-mediator seperti
kuman M. TB. Kuman ynag berada pada sel TNF dan INF gama berlebihan seta sekresi
jaringan pelan-pelan dihancurkan secara enzim proteolitik meningkat, akibatnya
proses biokimia (oksidasi dan Enzimatik). jaringan sekitatnya akan mengalami
apoptosis (Program Cell Death) dipercepat. sitoplasma dan menuju inti sel, didalam inti
Disamping itu terjadinya nekrosis jaringan sel mensintesa suatu protein baru yang
dapat di sebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi transkripsi dan translasi asam
berhubungan dengan akibat reaksi imflamasi inti, sehingga terjadi perubahan inti sel.
yaitu reaksi lokal yang lambat karena Kortikosteroid tidak hanya menghambat
terjadinya infiltrasi selul antigen er pada fenomena awal dari inflamasi, tetapi juga
pembuluh-pembuluh darah kecil. mampu menghalau manifestasi lanjutannya.
Pada umum perkenalan imun (imun Dalam proses inflamasi bahan ini selain
recognition) pada tuberkulosa serupa dengan mampu mempertahankan tonus pembuluh
penyakit infeksi lainnya, yaitu APC (Anti darah. Agar peristiwa diapedesis leukosit,
Presenting Cell) akan memproses antigen ekstravasasi cairan yang menyebabkan
untuk disajikan pada T limfosit. Makrofag terjadinya odema setempat, serta migrasi sel-
yang teraktifasi akan mengeluarkan IL1 sel leukosit ke lokasi radang dapat dihambat.
(Interleukin 1) dan TNF (Tumor Necrotizing Proliverasi sel-sel vibroblas yang merupakan
Factor). Dibawah pengaruh IL1, resting T bagian dari proses reparasi juga dihambat
menjadi T yang teraktifasi selanjutnya akan oleh kortikosteroid. Hambatan ini pada satu
mensekresi sitoksin, antra lain IFN sisi dapat mencegah pembentukan jaringan
(Interferon) gama dan IL2 melalui IL6 dan vibotik yang berlebihan, namun di sisi lain
bersama MIF (Migration Inhibitory Factor) mempermudah terjadinya penyebaran kuman,
dapat memperkuat sel mediator respon INF hal ini tergantung pada dosis yang diberikan.
gamma dapat mengaktifkan makrofag dengan Penggunaan kostikosteroid akan merubah
menginduksi enzim pada mikrofag yang kinetika dan jumlah leukosit dalam peredaran
dapat merubah vitamin D3 menjadi calcitriol darah, dimana efek maksimum dicapai dalam
yang aktif, sehingga makrofag menjadi peka 4-6 jam setelah pemberian dan kembali
terhadap rangsang lipoarabinomanan untuk normal dalam 24 jam.
membebaskan TNF . TNF ini dalam Kortikosteroid akan meningkatkan jumlah sel
keadaan normal bersifat protektif, karena netrofil dalam aliran darah oleh banyak
dapat mengaktifkan sel fagosit dan netrofil baru yang dilepas dari sumsum
membantu pembentukan granuloma.,namun tulang, disamping itu karena bertambah
apabila bila kadar TNF berlebihan panjangnya umur netrofil dalam peredaran
mengakibatkan meluasnya proses tuberkulosa darah serta sedikitnya akumulasi netrofil di
dan terjadilah kaheksia. lokasi radang karena berkurannya perlekatan
sel endotel pada vaskuler.
DAYA KERJA KORTIKOSTEROID Penggunaan kortikosteroid dapat
Kortikosteroid mempunyai kemanpuan menginduksi terjadinya limvopenia oleh
mencegah atau menekan berkembangnya karena banyaknya sel-sel limfosit dari
manifestasi inflamasi dan juga mempunyai peredaran darah menuju ke jaringan limfoid.
nilai yang tinggi pada pengobatan penyakit- Dua per tiga dari jumlah sel-sel limfosit
penyakit yang berhubungan dengan reaksi dalam sirkulasi termasuk dalam kelompok
imun , baik kondisi yang berhubungan limfosit re-sirkulasi yakni limfosit yang
dengan imnunitas humoral maupun seluler. mudah untuk keluar dan masuk ke dalam
Penggunaan kortikosteroid memberi sirkulasi. Di luar sirkulasi sel-sel ini berada
semacam-macam efek, tetapi yang penting dalam duktus thoraksikus, limfa, kelenjar
dalam kaitannya dengan infeksi khususnya limfe, dan sumsum tulang. Kortikosteroid
tuberkulosa adalah sifat anti inflamasi dan lebih banyak mempengaruhi limfosit T untuk
anti alerginya. Pengertian yang berkaitan bermigrasi ke jaringan limfoid daripada
dengan anti inflamasi dan imunosupresi dari limfosit B. Mekanisme tepat mengenai
kortikosteroid masih merupakan pengaruh kortikosteroid pada redistribusi
permasalahan, namun akhir-akhir ini dapat limfosit ini masih belum jelas.
dibedakan. Penggunaan kortikosteroid juga menginduksi
Mekanis kerja korikosteroid adalah dengan terjadinya monositopenia, hal ini disebabkan
menembus membran sel, kemudian didalam oleh mekanisme redistribusi dan
sitoplasma berikatan dengan suatu reseptor berkurangnya akumulasi sel monosit di
protein interseluler spesifik. Komplek tempat radang. Jumlah eosinofil dan basofil
reseptor steroid selanjutnya meninggalkan juga menurun dengan alasan yang sama
dengan monosit. pusat dan yang sering terjadi adalah
Efek kerja kortikosteroid pada sel-sel meningitis tuberkulosa.
monosit dan manofag adalah dengan Ada pendapat lain yang tidak
menurunkan efek endositosis dan kliren RES menyetujui pemberian kortikosteroid
serta menghambat aktivitas bakterisidalnya. oleh karena sebagian besar penderita
Kortikosteroid mempengaruhi makrofag tuberkulosa milier bila telah sembuh
dengan cara menghambat kerja MIF (Migrasi maka tidak meninggalkan gejala sisa,
Inhibitory Factor), sehingga makrofag mudah sehingga penggunaan kortikosteroid
keluar dari jaringan yang dipengaruhinya, tidak dilakukan secara rutin.
disamping itu kortikosteroid bekerja dengan 3. Efusi pleura
cara meredam sintesa dan sekresi INF Dikatakan bahwa terapi pada
gamma dan IL1, dimana IL1 lebih dikenal pleuritis tuberkulosa bermanfaat
sebagai pirogen endogen yang mencegah terjadinya efusi pleura,
bertanggungjawab terhadap kenaikan suhu memperpendek gejala klinis yang
tubuh, sehingga kortikosteroid mampu timbul dan mencegah kerusakan
menurunkan suhu tubuh. pleura, dimana penebalan pleura dan
Kortikosteroid memberi efek stabilisasi penurunan fungsi paru merupakan
terhadap membran lisosom yang dapat gejala sisa dari efusi pleura.
mencegah pelepasan enzim-enzim hidralase, Dikatakan bahwa terutama pada
sehingga daat mengurangi kerusakan anak, bila terjadi komplikasi, maka
jaringan. Kortikosteroid juga menekan fungsi parunya akan turun dan
perluasan CMI (Cell Mediated Imune) kortikosteroid tidak akan
dengan cara menghambat respirasi gen IL2 memperbaruhi fungsi parunya.
dalam sel-sel T dan menghalangi interaksi Sejak pertengahan abad dilaporkan
IL2 dengan reseptornya didalam sel T. tentang manfaat pemberian
kortikosteroid per oral dan intra
PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID pleura, khususnya dalam
PADA TUBERKULOSA mempercepat penyerapan cairan
Dari pengalaman dan penelitian yang pernah pleura.
dilakukan, tidak semua infeksi tuberkulosa Berger dan Meiji tahun 1993
perlu mendapat tambahan kortikosteroid. melaprkan bahwa tidak ditemukan
Beberapa keadaan dimana kortikosteroid adanya penyerapan cairan pleura
perlu dipertimbangkan pemakaiannya sebagai total, tanpa silakukan torakosintesis
berikut: dan terapi obat anti tuberkulosa,
1. Penderita tuberkulosa paru dengan disamping itu pemberian
keadaan penyakit berat dan tanda kortikosteroid tidak memberikan
toksik. manfaat jangaka panjang serta tidak
Dikatakan bahwa pemberian pernah dilaporkan adanya manfaat
kortikosteroid mempercepat kortikosteroid dalam mencegah
perbaikan klinis dan radiologis, tetapi penebalan pleura dan penurunan faal
kesembuhan tetap terantung obat anti paru.
tuberkulosa dan penggunaan Dalam penyelidikan terbaru tahun
kortikosteroid tidak dilakukan secara 1996 dilaporkan bahwa
rutin, kecuali dalam keadaan berat kortikosteroid mempercepat
yang memerlukan pengobatan penurunan panas badan pada
suportif sampai obat anti tuberkulosa penderita dengan kortikosteroid,
bekerja secara efektif. dengan perbandingan 2,4 hari dan 9,2
2. Tuberkulosa Milier hari dan mempercepat penyerapan
Dikatakan bahwa angka kematian cairan pleura dengan perbandingan
bisa mencapai 100% bila tidak pemakai kortikosteroid dan plasebo
diberikan pengobatan adekwat dan adalah 54,4 hari 132,2 hari. Jadi
hal ini terjadi dalam 4-12 minggu dapat disimpulkan bahwa
dimulai timbulnya gejala klinis, penggunaan kortikosteroid dengan
kebanyakan disebabkan oleh karena kombinasi OAT mempercepat
penyebaran kuman ke susunan saraf perbaikan klinis dan penyerapan
cairan pleura, tetapi tidak dapat menghambat terbentuknya jaringan
memperbaiki faal parunya bila terjadi fibrous, mempercepat perbaikan
komplikasi. konsentrasi protein serta jumlah sel
4. Perikarditis tuberkulosa darah putih pada cairan cerebro
Perikarditis tuberkulosa merupakan spinal.
hal yang jarang terjadi, dilaporkan Toole dan kawan-kawan pada tahun
terdapat 44 kasus 3002 penderita 1961 mengatakan bahwa tidak ada
tuberkulosa di inggris dalam perbedaan yang bermakna dalam hal
penelitian selama 6 bulan. menurunkan odem cerebri pada
Strang dan kawan-kawan pada tahun pemakaian kortikosteroid ataupun
1972 melaporkan bahwa dari 143 placebo. Dalam penyelidikan ini
penderita OAT dengan kombinasi kortikosteroid 2,5 mg diberikan
kortikosteroid atau placebo 30 mg secara intravena setiap 6 jam selama
yang diberikan secara randomm 1 minggu dan diturunkan secara
selama 4 minggu, diteruskan 15 mg bertahap selama 3 minggu.
per hari selama 2 minggu dan Escobar dan kawan-kawan pada
diturunkan secara bertahap sampai 5 tahun 1991 melaporkan bahwa tidak
mg per hari sampai hari ke sebelas. ada perbedaan bermakna antara
Dikatakan selama follow up pemakai kortikosteroid 10 mg/Kg bb/
ditemukan 2 dari 53 penderita hari dalam terapi meningitis
dengan kortikosteroid dan 7 dari 61 tuberkulosa.
penderita dengan placebo, meninggal Humpries dan kawan-kawan pada
dengan pericarditis tuberkulosa, serta atahun 1995 melaporkan bahwa
11 penderita dengan kortikosteroid angka kematian penderita miningitis
dan 18 penderita dengan placebo tuberkulosa yang menggunakan
menjalani kardiotomi. kortikosteroid pada stadium II 4,9%
Alzer dkk pada tahun 1993 dan stadium III 30%, dibanding
melaporkan pula bahwa 170 penderita dengan placebo yakni
penderita dengan pericarditis dengan angka kematian pada stadium
tuberkulosa yang di terapi dengan II sebesar 11% sedangkan stadium III
OAT yang dikombinasi dengan sebesar 60,9%. Dikatakan bahwa
kortikosteroid dan placebo, pemberian kortikosteroid pada
didapatkan 2 dari 76 penderita meningitis tuberkulosa stadium I
dengan kortikosteroid serta 10 dari kurang bermanfaat, sebab kerja
24 penderita dengan placebo, kortikosteroid baru nampak bila
meninggal dunia serta 7 dari 17 sudah terjadi blok pada saraf
penderita dengan atau tanpa spinal.
kortikosteroid menjalani Kortikosteroid yang cukup banyak
kardiosentesis terbuka, sehingga dipakai adalah golongan trednison,
dikatakan bahwa drainage perikard namun dapat pula dipakai preparat
terbuka tetap diperlukan untuk lain dengan dosis ekuivalen 1 mg/Kg
mempercepat kardiosentesis. bb/hari. Pada umumnya pretnison
5. Meningitis tuberkulosa yang diberikan sebesar 40-60
meskipun ada beberapa tuberkulosa mg/hari selama 4-7 hari, dilanjutkan
SSP, namun meningitis tuberkulosa dengan dosis 30-50mg/hari selama 4-
insidenya menduduki tempat 7 hari, kemudian diberikan dosis 10-
tertinggi dengan angka kematian (20- 30mg/hari selama 5-8 minggu yang
50%). diturunkan terus sampai habis.
Pada penelitian awal sekitar tahun Dosis ekuivalen beberapa preparat
1976 dikatakan bahwa kortikosteroid kortikosteroid adalah sebagai
secara parenteral dan intrakekal berikut:
memberi manfaat, dimana efeknya - kortisol (hidrokortisol) : 20mg
mengurangi peradangan, - metilprednisolon : 4mg
menurunkan tekanan intrakranial, - kotison : 20mg
mengurangi odema otak, - triamisolon : 4mg
- prednison : 5mg Thorax.
- betametason : 0,60mg Gilmans and Goodman. 1991. ACTH,
- dexametason : 0,75m Adrenocorticosteroid,inhibitor of
syntesis.In: The Farmacological Basis
KESIMPULAN of therapeutics.New York,Oxford.
Hingga saat ini pengunaan kortikosteroid Grabner W. 1072. Corticosteroid Long Term
pada tuberkulosa masih kontroversial. therapy. The medical clinic with
Dahulu pengobatan dan kortikosteroid polyclinic of the University Erlangen-
menyebabkan progesifitas penyakit neurenberg.
dasarnya. Tetapi ada beberapa peneliti yang Humpries MJ, Teoh R, Lau J, et al. 1991.
melaporkan adanya manfaat penggunaan Factors of Prognostic Significancy in
kortikosteroid disertai terapi anti tuberkulosa Chinese Children with tuberculosis
yang adekwat. Meningitis.
Pengguanan kortikosteroid pada tuberkulosa Kendig EL, Selman LS. 1990. Tuberculosis
banyak dapat dipertimbangkan pada keadaan .In: Disorders of the Respiratorytract
tertentu dari penyakit-penyakit seperti infection in Children. WB Saunders
tuberkulosa yang berat disertai tanda-tanda Company.Philadelphia.London.
tiksik, tuberkulosa millier, efusi pleura, Sahn S, Neff TA. 1990.Millier
perikarditis tuberkulosa dan meningitis Tuberculosis.Am,Jour.Med.
tuberkulosa. Steeteen DHP, Phill MBD.1975.
Penghentian pemakaian kortikosteroid Corticosteroid therapy in:
hendaknya dilakukan secara bertahap, Pharmacological Properties and
sedangka yang perlu diperhatikan selama Principles of Corticosteroid use. Jama
penurunan bertahap tersebut adalah Thomas Kardjito. 1991. Host defence Against
eksaserbasi penyakit dasarnya. tuberculosis, departement of
pulmonogy of Medical School
DAFTAR PUSTAKA Airlangga University.Surabaya
Algostini C, Chilosi M,Zambello R,et al. Thomas Kardjito.1992. Imunologi
1993.Pulmonary Immune Cell in Tuberkulosa. Dalam: pendidikan
health and disease limfosit. Eur.Resp.J Kedokteran berkelanjutan Ilmu
Millier therapy. Tubercle and Lung Disease. Penyakit paru. Universitas Airlangga,
Barnes PJ, adcock IM. 1997. Glucocorticoid Surabaya
Receptor, in Lung Scientific Thomas kardjito. 1982. Pengertian dasar
Foundation.Lippincott Raven Imunologi Tuberkulosa. Dalam:
Publisher.Philadelphia. Simposium tuberkulosa. Surabaya
Baxter JD, Forsham MA. 1972. Tissue effect
of glucocorticoids. Am.Jour.Med.
Christopher, Gerhard W. 1996. Corticosteroid
andf treatment of Tuberculosis Pleurisy.
Chest.
Colton SJ, Douglas A. 1981. Respiratory
disease. Singapore,Hongnkong,New dwlhi.
Danberg AM. 1985. Celluler Hypersensitivity
and celluler Immunity in the
pathogenesis of Tuberculose,
Spesificity, systemic, and local nature
also assosiated macrofag enzymes.
Bacteriology Cal. Rev
Fauci AS, dale DC, Ballow JM. 1976.
Glucocorticoi Theraphy. Mechanism of
action and clinical consideration. Ann.
Intern med.
Galarza I, Canete C, Granados A. 1995.
Randomized Trial of Corticosteroid in
the treatment of Tubercolous Pleurisy.

Anda mungkin juga menyukai