1. Anamnesis
Sebagian besar dari pemeriksaan neurologis sesungguhnya dapat dievaluasi
saat anamnesis antara lain saat anamnesis, pemeriksa dapat sekaligus
memeriksa artikulasi, isi pembicaraan, alur pembicaraan, dan pemeriksaan
mental secara umum. Dapat juga sekaligus menginspeksi pergerakan bola
mata, kedipan mata pasien, adanya endoftalmus atau eksoftalmus, menilai
ada tidaknya asimeteri pada ekspresi wajah, menilai kemampuan menelan
pasien secara umum dengan mengobservasi cara pasien menelan saliva,
menilai cara pasien bernafas dan mengamati apakah terdapat kelainan
postural atau gerakan involunter seperti tremor, dsb.
No Kriteria
1. Pemeriksa harus melakukan pengamatan terhadap kesan umum
pada wajah pasien, apakah ada gambaran spesifik yang mendukung
sindrom tertentu seperti sindrom down atau yang lainnya.
B. Palpasi
Pemeriksa harus melakukan palpasi pada tengkorak pasien apakah
terdapat tanda tanda fraktur seperti depresi tulang atau nyeri
tekan.Pemeriksa juga harus melakukan palpasi arteri temporalis.
C. Auskultasi
Pemeriksa harus melakukan auskultasi untuk memeriksa apakah ada
bising pada pembuluh darah leher, mata ataupun mastoid.
No Kriteria
.
1. Pemeriksa harus melakukan inspeksi untuk melihat lebar fisura
palpebra, jarak interorbital dan mengamati ada tidaknya ptosis atau
endoftalmus atau eksoftalmus.
No Kriteria
.
1. Lakukan pemeriksaan otoskopi
6. Pemeriksaan Motorik
A. Inspeksi
No Kriteria
.
1. Pemeriksa harus melakukan inspeksi postur pasien dan amati apakah
ada tanda tanda gerakan involuter seperti tremor atau gerakan
yang lain.
B. Palpasi
Lakukan pemeriksaan palpasi untuk memastikan massa otot, trofi otot dan
ada tidaknya spasme atau nyeri tekan pada pasien.
C. Pemeriksaan Kekuatan
No Kriteria
.
1. Pemeriksaan kekuatan otot bahu dan amati apakah terdapat kelainan
seperti winging scapula.
No Kriteria
.
1. Lakukan pemeriksaan raba halus pada ekstremitas atas, bawah dan
badan.
No Kriteria
.
1. Lakukan pemeriksaan vibrasi pada jari jari tangan dan kaki
2. Lakukan pemeriksaan posisi jari tangan dan kaki dengan melakukan
stimulasi pada jari keempat
3. Lakukan pemeriksaan astereognosis
4. Mintalah pasien untuk menutup mata, lalu dengan keadaan salah satu nostril
ditutup, dekatkan substansi yang akan diujikan ke nostril yang terbuka,
mintalah pasien untuk mencium dan mengidentifikasinya, lakukan pada sisi
nostril lainnya dan bandingkan hasilnya.
N Kriteria
o.
1. Pemeriksaan nervus optikus yang dilakukan meliputi dua pemeriksaan utama
yaitu ketajaman visus dan pemeriksaan lapang pandang.
4. Saat dilakukan pemeriksaan pada salah satu mata, sisi lain harus ditutup,
misalnya saat dilakukan pemeriksaan pada mata kanan, maka mata kiri harus
ditutup.
N Kriteria
o.
1. Lakukan inpeksi terlebih dahulu apakah terdapat eksoftalmus maupun
endoftalmus.
4. Pemeriksaan refleks akomodasi dengan cara meminta pasien untuk fokus pada
sebuah objek lalu objek tersebut didekatkan pada pasien sehingga
menyebabkan penebalan pada lensa dan menimbulkan konvergensi dari bola
mata dan diikuti miosis pada pupil.
3. Pemeriksaan sensorik :
- Lakukan pemeriksaan sensorik terutama komponen protopatik pada
wajah sesuai area distribusi cabang oftalmika, maxilla dan mandibula.
- Tanyakan pada pasien apakah pasien merasakan sensasi yang sama pada
kedua sisi.
5. Refleks Kornea :
- Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa nervus oftalmikus
- Lakukan sapuan secara lembut pada limbus kornea dengan kapas basah
dengan arah yang dimulai dari lateral.
- Tindakan pemeriksaan lebih baik dilakukan pada kornea bagian atas agar
tidak terinterferensi dengan distribusi area nervus maxillaris
- Amati respon berupa kedipan mata pada mata yang distimulasi (efek
direk) dan mata yang tidak distimulasi (efek indirek)
N Kriteria
o.
1. Pemeriksaan motorik :
Pemeriksaan fungsi motorik pada nervus facialis berpusat pada pemeriksaan
otot-otot yang berfungsi untuk ekspresi wajah.
- Amati tonus otot wajah, adakah tanda-tanda atrofi atau fasikulasi
- Amati lipatan nasolabial baik kedalamannya maupun simetrisitasnya,
amati apabila ada asimetri pada lipatan nasolabial tersebut
- Meminta pasien untuk meringis, tersenyum, dan mengernyitkan dahi,
mencembungkan pipi.
- Meminta pasien untuk menutup mata sekuat-kuatnya, amati kekuatan
otot orbicularis oculi dan simetrisitas kanan dan kiri.
- Lakukan tarikan pada kelopak mata untuk membandingkan kekuatan otot
kanan dan kiri.
2. Pemeriksaan sensorik :
Pemeriksaan sensorik meliputi fungsi nervus facialis sebagai afferen dari indera
perasa pada 2/3 lidah bagian depan meliputi rasa manis, asam, dan asin dan
dilakukan dengan keadaan lidah menjulur, lidah tidak diperbolehkan retraksi
kebelakang karena akan menimbulkan bias akibat pencampuran dari semua
stimulus.
Created by : Andre Lukas
Supervised by : dr.Astuti,SpS(K)
Revised translation by : Supriyono MPd Page 11
3. Melaporkan hasil pemeriksaan yang didapatkan
No Kriteria
.
1. Sebelum melakukan tes pendengaran, lakukan terlebih dahulu pemeriksaan
otoskopik untuk memastikan tidak ada pus, obstruksi kanal maupun kerusakan
membran timpani.
4. Uji yang lebih obyektif dapat dilakukan dengan pemeriksaan garpu tala dengan
frekuensi 256 Hz ,yaitu pemeriksaan Rinne dengan cara setelah garpu tala
digetarkan, ditempelkan pada mastoid hingga pasien tidak mendengar lagi,
lalu pindahkan garpu tala mendekat ke liang telinga, tujuannya adalah
membandingkan antara AC dengan BC. Pemeriksaan Weber dilakukan dengan
cara menggetarkan garpu tala dan diletakkan di vertex dan pasien diminta
merasakan apakah ada lateralisasi ke arah kiri atau kanan. Tanda lateralisasi
pada weber test mengindikasikan asanya suatu CHL. Lalu terakhir adalah
pemeriksaan schwabach yaitu setelah menggetarkan garpu tala, garpu tala
diletakkan dekat liang telinga pasien hingga pasien tidak mendengar lagi lalu
dekatkan garpu tala ke telinga pemeriksa apakah masih terdengar atau tidak.
No Kriteria
.
1. Pemeriksaan fungsi sensorik yang dimiliki nervus glossopharyngeusdapat
dilakukan dengan uji sensibilitas pada 1/3 posterior lidah baik sensasi GSA
( General Somato Afferent) ataupun SSA ( Special Somato Afferent).
2. Pemeriksaan fungsi motorik dari nervus glossofaringeus dan vagus sangat sulit
dilakukan karena adanya tumpang tindih dalam inervasinya
3. Lakukan pemeriksaan arkus pharyng dengan meminta pasien membuka mulut
dan berkata aaa dan amati apakah ada deviasi uvula atau tidak.
4. Lakukan pemeriksaan refleks muntah dengan menggunakan spatula lidah yang
disentuhkan ke area pharynx dan palatum
5. Lakukan uji menelan dengan menggunakan water swallowing test dengan
meminta pasien meminum air putih dengan menggunakan cangkir, dan amati
apakah pasien tersedak atau tidak.
6. Laporkan hasil pemeriksaan yang didapatkan
2. Pertama, mintalah pasien untuk membuka mulut, amati posisi lidah saat di
dalam rongga mulut. perhatikan papilanya apakah terdapat atrofi atau tidak,
apakah ada fasikulasi atau tidak.
3. Mintalah pasien untuk menjulurkan lidah, perhatikan apakah ada deviasi atau
tidak, dan lakukan penekanan dengan menggunakan jari pemeriksa pada pipi
pasien dan minta pasien menahan tekanan yang diberikan dengan lidah,
kekuatan lidah yang normal mampu mempertahankan posisi lidah tidak
berubah dengan penekanan ini.
No Kriteria
.
1. Mintalah pasien untuk rileks dan memposisikan diri dalam posisi
berbaring/supinasi.
2. Lakukan fleksi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut dengan
membentuk sudut 90 derajat.
3. Lakukan ekstensi perlahan pada sendi lutut dan rasakan apakah ada
spasme dan resistensi pada otot hamstring atau pasien mengeluhkan
rasa nyeri menandakan hasil positif pada pemeriksaan ini.
No Kriteria
.
1. Pertama-tama posisikan pasien dalam posisi terlentang dan tidak
menggunakan bantal.
3. Pemeriksaan Bikele
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi sendi siku dalam keadaan fleksi, sendi
bahu dalam posisi abduksi, elevasi dan rotasi eksternal.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
2. Lakukan gerakan fleksi pasif pada sendi panggul dengan sendi lutut
dalam posisi ekstensi.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
2. Lakukan fleksi pasif pada leher pasien.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
3 Hasil positif ditandai dengan adanya fleksi pada sendi siku dengan
upward jerking pada lengan.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
3 Hasil positif ditandai dengan munculnya fleksi pada sendi lutut bilateral.
8. Pemeriksaan Guillain
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
9. Pemeriksaan Edelmann
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring/supinasi
2. Lakukan fleksi pasif sendi panggul dengan lutut dalam keadaan ekstensi.
No Kriteria
.
1. Posisikan lengan pasien dalam keadaan abduksi
2. Lakukan pergerakan pasif lengan bawah terhadap lengan atas dengan
melakukan fleksi dan ekstensi secara bergantian.
3. Hipotonus ditandai dengan adanya peningkatan fleksibilitas dan
mobilitas.
No Kriteria
.
1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa bantal, rileks, mata tertutup, dan
perhatian teralih.
No Kriteria
.
1. Pasien diminta duduk di tepi meja pemeriksa, rileks dengan posisi kaki
tergantung.
3. Ayunan tungkai dalam keadaan normal berkisar antara 6-8 kali ayunan.
bila ayunan berhenti sebelum itu maka dsimpulkan bahwa didapatkan
peningkatan tonus.
No Kriteria
.
1. Pemeriksa meletakkan tangan pada kedua bahu pasien
No Kriteria
.
1. Pemeriksa mengangkat lengan pasien hingga sejajar bahu.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam kondisi rileks dan posisi duduk
2. Posisi pasien harus rileks dengan posisi lengan partially flexed pada siku.
6. Reaksi yang muncul berupa kontraksi dari otot biseps dan diikuti fleksi
sendi siku.
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam kondisi rileks dan posisi duduk
2. Posisi pasien harus rileks dengan posisi lengan partially flexed pada siku.
2. Posisi pasien harus rileks dengan posisi lengan partially flexed pada siku.
No Kriteria
.
1. Mintalah pasien untuk duduk dalam posisi rileks.
2. Posisikan tangan pasien dalam posisi supine dengan jari2 sedikit fleksi
4. Lakukan pengetukan pada jari kedua dan ketiga pada pasien dengan
menggunakan palu refleks.
5. Refleks Patella
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam posisi duduk dengan posisi tungkai tergantung
2. Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisi kiri tendon patela
6. Refleks Achiles
No Kriteria
.
1. Posisikan pasien dalam keadaan regangan pada tendon achiles dengan
posisi kaki dorsofleksi.
2. Lakukan pemukulan pada tendon achiles dengan menggunakan palu
refleks.
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Refleks Chaddocks
Refleks chaddock muncul dengan cara menstimulasi aspek lateral dari kaki
dengan menggunakan ujung yang tumpul. Stimulasi dilakukan pada daerah
sekitar malleolus eksternal dengan arah sirkular.Refleks abnormal muncul
ditandai dengan dorsofleksi dari jempol kaki.
3. Tanda Gordon
Tanda Gordon diperoleh dengan mencubit atau memberikan tekanan pada
otot gastrocnemius.Refleks abnormal muncul ketika terjadi dorsofleksi jempol
kaki.
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
4. Schaeffers Sign
Muncul dengan pemberian tekanan terhadap tendon Achilles.Refleks
abnormal ditandai dengan dorsofleksi jari jempol kaki.
Ceklis Pemeriksaan :
5. Oppenheims Sign
Muncul dengan memberikan tekanan dengan menggunakan jempol dan
telunjuk pada aspek anterior tibia terutama pada aspek medial yang
diteruskan dari region infrapatelar ke ankle. Respon yang muncul ditandai
dengan dorsofleksi jempol kaki.
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
6. Rossolimos Sign
Muncul dengan melakukan perkusi pada permukaan plantar, pemeriksaan ini
dilakukan dengan tungkai bawah pasien dalam posisi ekstensi. Pemeriksaan
ini dikenal dengan nama lain reflex tarsophalangeal. Hasil yang abnormal
Created by : Andre Lukas
Supervised by : dr.Astuti,SpS(K)
Revised translation by : Supriyono MPd Page 47
ditunjukkan dengan terjadinya fleksi plantar menandakan adanya lesi pada
traktus pyramidal.
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
7. Mendel Bechtrew
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
8. Pemeriksaan Bing
Muncul dengan melakukan penusukan pada dorsum pedis jari keempat,
pemeriksaan ini dilakukan dengan tungkai bawah pasien dalam posisi
ekstensi.Hasil yang abnormal ditunjukkan dengan terjadinya dorsofleksi
jempol kaki.
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Ceklis Pemeriksaan :
No. Kriteria
1 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
No Kriteria
.
1. Mata pasien harus dalam keadaan tertutup
4. Pemeriksa menggunakan instrumen yang tepat seperti ujung yang tajam atau
yang tumpul.
No Kriteria
.
1. Pasien diposisikan dalam posisi supinasi.
3. Pemeriksa harus mengujikan sensasi suhu pada diri pemeriksa terlebih dahulu
sebelum diujikan pada pasien.
Pemeriksaan posisi
No Kriteria
.
1. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan peralatan khusus.
2. Mata pasien dalam keadaan tertutup, pasien dalam posisi supinasi atau duduk.
3. Jari-jari pasien harus dalam keadaan bebas dan rileks sehingga dapat
digerakkan secara bebas oleh pemeriksa. dengan memengan pada tepi jari sisi
kanan dan kiri sehingga tidak menimbulkan penekanan.
Pemeriksaan Vibrasi
No Kriteria
.
1. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan garpu tala 128 Hz
2. Garpu tala digetarkan dan ditempelkan pada daerah dengan tulang yang
Anamnesis
No Kriteria
.
1. Pertama, deskripsikan secara jelas apa yang dimaksud dengan pusing oleh
pasien, apakah terasa berputar, melayang, atau seperti mau pingsan
2. Menanyakan mengenai sifat serangan vertigo apakah periodik, kontinue,
ringan atau berat.
No Kriteria
.
1. Pemeriksa berada di belakang pasien
2. Pasien berdiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua mata terbuka
5. Jika pada saat mata terbuka pasien sudah jatuh maka dipastikan
kelainan serebelum.
6. Jika saat mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi menandai
adanya kelainan vestibular/proprioseptif.
No Kriteria
.
1. Pemeriksa berada di belakang pasien
3. Tes Tandem-Gait
No Kriteria
.
1. Pasien diminta berjalan dengan sebuah garis lurus, dengan
menempatkan tumit di depan jari kaki sisi yang lain secara bergantian
4. Tes Fukuda
No Kriteria
.
1. Pemeriksa berada di belakang pasien
2. Tangan diluruskan ke depan, mata pasien ditutup
No Kriteria
.
1. Pada posisi duduk, pasien diminta untuk mengangkat satu tangan
dengan jari mengarah ke atas
4. Setelah itu lakukan dengan cara yang sama dengan mata tertutup
5. Pada kelainan vestibular ketika mata tertutup maka jari pasien deviasi
ke arah lesi
No Kriteria
.
1. Pasien dan pemeriksa duduk dalam posisi saling berhadapan. Pasien
diminta memfiksasikan mata pada hidung/dahi pemeriksa.
7. Pemeriksaan Nistagmus
No Kriteria
.
No Kriteria
.
1. Pasien dan pemeriksa duduk dalam posisi saling berhadapan.
2. Pasien digerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian
sebanyak 20 hitungan