Anda di halaman 1dari 24

Tugas Makalah Farmakologi

Antelmintik
Dosen Pengampu : Purnama Fajri, M. BIOMED
Mata Kuliah Farmakologi Dasar

Disusun Oleh : Grup H


1. Aliffia Ardana Putri P23139017009
2. Edo Kurniawan P23139017037
3. Maya Wulandari P23139017061
4. Muhamad Iqbal P23139017065
5. Rintan Wardatu Ayunda P23139017093

1
I. KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, dalam rangka
penyelesaian makalah yang berjudul Antelmintik.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2018

Penyusun

2
II. Daftar Isi
1. BAB 1
Pendahuluan…………………………………………………………….4
2. BAB II
Pembahasan
2.1. BEFENIUM HIDROKSINAFTOAT………………………………5

2.2. DIETILKARBAMAZIN…………………………………………..6

2.3. DIKLOROFEN……………………………………………………7

2.4. LEVAMISOL………………………………………………………8

2.5. MEBENDAZOL…………………………………………………..9

2.6. NIKLOSAMID……………………………………………………11

2.7. NIRIDAZOL……………………………………………………..12

2.8. OKSAMNIKUIN…………………………………………………13

2.9. PIPERAZIN ………………………………………………………14

2.10. PIRANTEL PAMOAT…………………………………………….15

2.11. PRAZIKUANTEL………………………………………………….16

2.12. TETRAKLORETILEN……………………………………………..18

2.13. TIABENDAZOL……………………………………………………19

2.14. ALBENDAZOL…………………………………………………….21

2.15. INVERMEKTIN……………………………………………………22

3. BAB III

Penutup

Kesimpulan dan saran………………………………………………………23

Daftar pustaka………………………………………………………………23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah obat
yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan
diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputung, darah, atau jaringan lain penderita.
Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral pada saat makan atau pada sesudah makan.
Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Obat cacing baru umumnya lebih aman
dan efektif dibanding dengan yang lama, efektif dibanding dengan yang lama, efektif untuk
beberapa cacing, rasanya tidak mengganggu, pemberiannya tidak memerlukan pencahar dan
beberapa dapat diberikan secara oral sebagai dosis tunggal.
Obat cacing pada saat ini telah tergeser oleh obat baru adalah karbon tertraklorida, minyak
kenopodium dan timol untuk mengobati infestasi cacing tambang (ankilostomiasis ), gentian
violet untuk mengobati infestasi cacing kremi (enterobiasis) dan S.stercoralis, santonin kalomel
untuk mengobati infestasi cacing gelang (askariasis) dan aspidium oleoresin untuk mengobati
infestasi cacing pita (taeniasis). Dibandingkan dengan antelmintik baru senyawa antimon lebih
toksik dengan cara pemberiannya lebih sulit, daya antelmintik heksilresolsinol lebih lemah
dibandingkan dengan obat-obat yang lebih baru, sedangkan hikanton metansulfonat dilaporkan
memperlihatkan efek mutagenik dan karsinolgenik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. OBAT-OBAT PENYAKIT CACING

2.1 BEFENIUM HIDROKSINAFTOAT

Befenium Hidroksinaftoat adalah senyawa ammonium kuartener berbentuk Kristal


berwarna kuning pucat, rasa pahit dan sedikit larut dalam air.

Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing karena kepekaannya terhadap asetilkolin
hilang dan efek ini tidak reversible, penyerapannya di usus hanya sedikit dan dalam waktu 24
jam tidak lebih dari 0,5 % yang dikeluarkan bersama urin.

Obat ini tidak menunjukkan efek samping yang serius, mual dan muntah mungkin
disebabkan karena rasanya yang pahit. Untuk mengurangi ini, obat dilarutkan dalam gula supaya
manis. Defekasi lembek sementara mungkin timbul, informasi tentang keamanannya pada wanita
hamil tidak ada, maka risiko terhadap fetus harus dipertimbangkan.

Obat ini sangat efektif dengan dosis tunggal terhadap investasi cacing tambang terutama
A, duodenale, tetapi penggunannya telah digeser oleh obat baru yang lebih efektif dan aman.
Juga efektif terhadap cacing gelang dan Trichostrongylus orientalis, karena itu cukup bermanfaat
pada infestasi campuran cacing tambang dan cacing gelang. Terhadap T. trichlura obat ini
memperlihatkan efektivitas yang lumayan.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Obat ini tersedia dalam kantong berisi 5 gram bubuk yang ekuivalen dengan 2,5 gram
befenium basa untuk dosis tunggal. Diberikan secara oral waktu perut kosong, sesudahnya
penderita tidak boleh makan paling sedikit selama 2 jam.

Dosis optimal untuk orang dewasa ialah 5 gram. Untuk anak-anak dengan berat badan
kurang dari 22 kg diberikan 2,5 gram. Pada infestasi N.americanus mungkin diperlukan
pengobatan 3 hari berturut-turut, bila terdapat diare yang menyertai infestasi cacing tambang.
Pengobatan tidak diperlukan baik sebelum maupun sesudah pemberian obat, bahkan pencahar
dapat mengurangi efektivitas obat.

5
2.2 DIETILKARBAMAZIN

Dietilkarbamazin ditemukan tahun 1974 dan merupakan obat pilihan pertama untuk
filariasis. Obat ini dipasarkan sebagai garam sitrat, berbentuk Kristal, tidak berwarna, rasanya
tidak enak dan mudah larut dalam air.

AKTIVITAS ANTELMITIK

Dietilkarbamazin menyebabkan hilangnya mikrofilaria W. bancrofti, B. malayl dan loa


loa dari peredaran darah dengan cepat. Mikrofilaria O. volvulus hilang dari kulit, tetapi
mikrofilaria dan cacing dewasa (betina) yang terdapat di nodulus tidak dimatikan. Juga
mikrofilaria W. bancrofti dalam hidrokel tidak dipengaruhi. Ada 2 cara kerja obat ini terhadap
mikrofilaria. Pertama dengan cara menurunkan aktivitas otot, akibatnya parasite seakan-akan
mengalami paralisis, mudah terusir dari tempatnya yang normal dalam tubuh hospes. Kedua,
menyebabkan perubahan pada permukaan membrane mikrofilaria sehingga lebih mudah
dihancurkan oleh daya pertahanan tubuh hospes. Cacing dewasa W. brancofti, B malayi dan loa
loa dimatikan tetapi O. volvulus tidak. Mekanisme filarisidal ini belum diketahui.

FARMAKOKINETIK

Dietilkarbamazin cepat diarbsorbsi dari usus. Setelah pemberian dosis tunggal oral
sebanyak 200-400 mg, kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Konsentrasi
efektif dietilkarbamazin dalam darah berkisar antara 0,8-1 mog/ml. distribusi obat ini merata ke
seluruh jaringan, kecuali jaringan lemak. Dalam waktu 30 jam obat diekskresi bersama urin,
70%dalam bentuk metabolitnya, pada pemakaian berulang dan menimbulkan sedikit kumulasi.

EFEK SAMPING

Dietilkarbamazin relative aman pada dosis terapi. Efek samping seperti pusing, malaise,
nyeri sendi, anoreksia, dan muntah, hilang bila pengobatan dihentikan. Sakit kepala, muntah dan
gelisah yang terjadi pada pengobatan dengan dietilkarbamazin, mungkin karena obat ini
merangsang SSP, dietilkarbamazin dapat diserap oleh konyungtiva pada pemberian topical,
sehingga dapat membunuh mikrofilaria dalam cairan akuosa, tetapi pada infeksi yang berat,
dapat timbul uveitis yang berat.

Reaksi alergi dapat timbul akibat langsung dari parasite atau substansi yang dilepaskan
oleh mikrofilaria yang hancur. Manifestasi reaksi alergi ini dapat ringan sampai berat. Yang
ringan biasa timbul pada infeksi W. bancrofti dan B. malafti. Sedangkan yang berat biasa timbul
pada infeksi loa load dan O. volvulus. Gejalanya berupa sakit kepala, malaise,udem kulit, gatal
yang hebat, popular rash. Pembesaran dan nyeri pada kelenjar inguinal, hicerpireksia, sakit-sakit
sendi, takikardia. Gejala ini berlangsung 3-7 hari, setelah itu dosis besar dapat diberikan dengan
aman. Untuk mengurangi gejala alergi dapat diberikan antihistamin atau kortikostaroid, terutam

6
bila terjadi komplikasi pada mata. Walaupun jarang, ensefalitis karena alergi dilaporkan dapat
terjadi pada loiasis dan onkosersiasis. Pada kedua penyakit ini pengobatan sebaiknya dimulai
dengan dosis awal yang rendah untuk meringankan gejala alergi.

Pemberian dosis oral 100-200 mg/kgBB pada tikus dan kelinci hamil dilaporkan tidak
menimbulkan efek teratogenic.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Dietilkarbamazin tersedia dalam bentuk tablet 50, 200, dan 400 mg, dosis oral untuk
dewasa dan anak yang terkena infestasi W. bancrofti, B. malayi dan loa loa adalah 2 mg/kgBB 3
kali sehari setelah makan selama 10-30 hari (umumnya 14 hari). Untuk O. volvulus dianjurkan
dosis awal 25 mg sehari selama 3 hari, dosis ditingkatkan dengan 1 mg/kgBB sehari dalam dosis
terbagi sampai mencapai dosis maksimum 2 mg/kgBB yang dipertahankan selama 21 hari. Dosis
oral pada bayi dan anak yang kecil : 0,5 mg/kgBB 3 kali sehari (maksimum 25 mg/hari) selama 3
hari, dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB 3 kali sehari ( maksimum 50 mg/hari) selama 3 hari: 1,5
mg/kgBB 3 kali sehari (maksimum 100 mg/hari) selama 3 hari dan 2 mg/kgBB 3 kali sehari
(maksimum 150 mg/hari) selama 2-3 minggu. Beberapa ahli menganjurkan agar terapi pada
infestasi loa-loa hendaknya dilakukan seperti pada O. volvulus, sebab reaksi yang timbul akibat
terapi sama.

Salah satu penggunaan penting dietilkarbamazin adalah untuk pengobatan masal pada
infestasi W. brancofti. Untuk ini digunakan 5-6 mg/kgBB oral, cukup 1 hari per minggu atau per
bulan sebanyak 6-12 dosis.

2.3 DIKLOROFEN

Obat ini dulu dipakai untuk taeniasis pada kucing dan anjing. Kemudian ternyata bahwa
obat ini berguna untuk infestasi T. saginata dan T. solium pada manusia. Berbentuk bubuk warna
krem dengan baud an rasa mirip fenol, hamper tidak larut dalam air.

DAYA ANTELMINTIK

Obat ini efektif untuk cacing pita besar yang terdapat pada manusia dan hewan piaraan
seperti kucing dan anjing. Cara kerjanya belumn diketahui dengan jelas, segera setelah obat
diberikan maka skoleks terlepas dari mukosa usus, mati dan dicerna oleh usus, sehingga segmen
cacing yang matang susah atau sedikit ditemukan dalam tinja. Olejh karena itu hasil terapi sukar
ditentukan..

Perlu diadakan pengobatan lebih lanjut pada penderita. Untuk T. solium perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya autoinfeksi dari telur yang dibebaskan oleh segmen yang
hancur, yang menyebabkan sistiserkosis. Untuk D. latum dan H. naria obat ini juga efektif.

7
POSOLOGI

Diklorofen tablet mengandung 0,5 g zat aktif yang diberi per oral tanpa persiapan
sebelumnya. Dengan 3 kali 2-3 gram tiap 8 jam (1-2 g), diperoleh hasil yang memuaskan. Cara
lain dengan dosis tunggal 6 g (anak 2-4 g) dua hari berturut-turut. Untuk pengobatan masal pada
orang dewasa, dapat diberikan dosis tunggal 6-9 g. dilia-porkan bahwa pemberian 6 g tiap hari
selama 2 hari dan 3 g pada hari ke 3, dapat menyembuhkan 18 dari 30kasus yang telah gagal
diobati dengan tae-niasid lain. Sesudah terapi tidak diperlukan pencahar, karena metabolit obat
ini memberikan efek pencahar yang adekuat, selain metabolit obat ini memberikan efek pencahar
yang adekuat, selain itu pemberian pencahar justru mengurangi waktu kontak obat dengan
skoleks.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI

Sebagian penderita yang mendapatkan obat ini mengalami efek samping kolik, mual,
muntah, diare yang berlangsung 4-6 jam. Kadang-kadang timbul urtikaria, tetapi dapat hilang
sesudah obat ini dihentikan selama 24 jam. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita penyakit
hepar dan bila efek pencahar tidak diinginkan seperti pada kehamilan tua, penyakit yang disertai
demam dan penyakit jantung berat.

Diklorofen hanya digunakan untuk pengobatan infestasi cacing T. saginata, T. solium, D.


latum dan H. nana. Efek samping dan reaksi toksik yang ringan, dan cara pemberian yang
sederhana menyebabkan diklorofen dapat dipakai untuk menggantikan taenisid lain yang lebih
toksis, teritama untuk penderita dengan gizi buruk dan keadaan umum yang lemah.

2.4 LEVAMISOL

levamisol adalah senyawa dari tetramisol yang memiliki efek antelmintik sedangakan
tetramisol merupakan derivat sintetik dari imidazotiazol.

EFEK ANTELMINTIK

Dengan dosis tunggal levamisol memperlihatkan efektivitas yang tinggi terhadap ascaris
dan Trichostrongylus, efektivitas sedang terhadap A. Duodenale dan efektivitas rendah terhadap
N. Americanus. Obat ini meningkatkan frekuensi aksi potensial dan menghambat transmisi
neuromuskular cacing, sehingga cacing berkontraksi diikuti dengan paralisis tinok, kemudian
mati.

Levamisol terbukti sebagai imunostimulan pada hewan coba dan manusia, dan digunakan
sebagai terapi ajuvan penyakit-penyakit imunologik termasuk keganasan. Dalam hal ini
levamisol tampaknya bekerja dengan memperbaiki mekanisme pertahanan seluler dan memacu
pertahanan limfosit T.

8
FARMAKOKINETIK

Pada pemberia oral, levamisol diserap dengan cepat dan lengkap. Kadar puncak tercapai
dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian dosis tunggal. Distribusinya meluas ke berbagai jaringan
dan metabolismenya ekstensif di hati. Metabolit utama levamisol mungkin berperan dalam efek
imunofarmakologinya. Waktu paruh levamisol kira-kira 4 jam dan metabolit 16 jam ,dalam
waktu 24jam. 60% obat diekskresi bersama urin sebagai metabolit dan ekskresi seluruh obat
memerlukan waktu 2hari.

EFEK SAMPING

Dengan dosis rendah dengan pengobatan askariasis levamisol hanya menyebabkan efek
samping ringan pada saluran cerna dan SSP. Efek samping lebih jelas bila levamisol digunakan
dengan dosis tinggi untuk imunoterapi misalnya berupa flu-like syndrome dan agranulositosis
yang reversibel.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Levamisol tersedia sebagai levamisol hidroklorit dalam tablet 25, 40 dan 50 mg serta
sirop 40mg/5ml. Untuk askariasis dosis tunggal 50-150 mg pada orang dewasa dan 3 mg/kgBB
pada anak dapat memusnahkan 90-100% parasit, sedangkan untuk cacing tambang masih belum
ditemukan dosis yang optimal.

2.5 MEBENDAZOL

Mebendazol merupakan antelmintik yang paling luas spektrumnya. Nama kimianya


adalah N-(5-benzoil-2-benzimidazoil) karbamat.

Mebendazol merupakan serbuk berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tidak bersifat
higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan rasanya enak.

EFEK ANTELMINTIK

mebendazol sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi, cacing
tambang dan T. Trichura, maka berguna untuk mengobati infestasi campuran cacing-cacing
tersebut. Mebendazol juga efektif untuk cacing pita, sedangkan untuk S.stercoralis efeknya
bervariasi.

9
Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi
asetillkolinesterase cacing. Cacing akan mati secara perlahan-lahan dan hasil terapi yang
memuaskan baru nampak sesudah 3hari pemberian obat.

FARMAKOKINETIK

Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik rendah, disebabkaan absorbsinya
yang buruk dan mengalami first pass hepatic metabolism yang cepat. Diekskresi terutama lewat
urin dalam bentuk utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam tempo 48 jam .
absorbsi mebendazole akan mengikat bila diberikan bersama dengan makanan berlemak.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI

Mebendazol tidak mengakibatkan efek toksik sistemik, mungkin karena absorpsinya


yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan anemia maupun malnutrisi. Efek
samping yang kadang-kadang timbul adalah diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara.
Gejala-gejala ini biasanya terjadi pada infestasi askaris yang berat yang disertai ekspulsi atau
keluarnya cacing lewat mulut (oral passage of ascaris, erratic migration).

Dari studi toksikologi terbukti obat memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi
pemberian dosis tunggal sebesar 10mg/kgBB pada tikus hamil memperlihatkan efek embryotoxic
dan teratogenik, karena itu mebendazol tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama,
juga penderita yang alergi mebendazol. Percobaan klinik pada anak usia kurang dari 2 tahun
masih sedikit, karena itu penggunaan pada golongan umur ini harus dipertimbangkan benar.

INDIKASI

Mebendazol adalah obat terpilih untuk enterobiais dan trichularis dengan angka
penyembhan 90-100% untuk enterobiasis pada dosis tunggal. Untuk trichuriasis angka
penyembuhan sampai 94% dengan dosis ganda. Terutama pada anak-anak. Juga merupakan obat
terpilih untuk infestasi A.doudenale, sedangkan untuk infestasi N.americanus dan askariasis
mebendazol merupakan alternatif terpilih setelah pirantel pamoat. Pada cacing tambang dan
askariasis ini diperlukan dosis ganda. Mebendazol dosis tinggi tampaknya efektif untuk kista
hidatid dan intestinal capillariasis.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Mebendazol tersedia dalam bentuk tablet 100mg dan sirop 10mg/ml. Dosis pada anak
dan dewasa sama yaitu 2x 200mg sehari selama 3hari berturut-turut untuk askariais, trikuris dan
infestasi cacing tambang. Bila perlu pengobatan ulang dapat diberikan 3 minggu kemudian.
10
Untuk T.solium, dosis 2kali sehari 300mg selama 3-4 hari menghasilkan efek peyembuhan 73-
100%. Proglotid keluar bersama tinja dalam keadan utuh. Efek mebendazol terhadap T.saginata
hasilnya bervariasi, karenanya diperlukan penelitian lebih lanjut. Untuk terapi kista hidatid
memerlukan dosis 50mg/kgBB perhari terbagi dalam 3 dosis selama 3 bulan dan terapi
dilakukakn kalau tindakan operasi tak memungkinkan atau kista sudah pecah. Untuk terapi
visceral larva migrans, mebendazol dapet dicobakan pada dosis 200-400mg sehari selama 5 hari.
Untuk terapi strongyloidiasis dengan dosis standard selama 3hari memberikan cure rate kurang
dari 50%. Untuk terapi cacing kremi dosisnya 100mg sebagai dosis tunggal.

2.6 NIKLOSAMID

Obat yang mulai diperkenalkan pada tahun 1960 ini telah bertahun-tahun digunakan
sebagai obat terpilih untuk mengobati cacing pita pada manusia dan hewan. Efeltivitas
niklosamid sebagai taenisid terbukti pada tikus yang mengalami infestasi hymenolepis diminuta.

EFEK ALTELMINTIK

Niklosamid terutatama pada cacing pita. Obat ini efektif terhadap E.granulosus pada
anjing dan manusia. Pada percobaan in vitro sedikit sekali obat yang diserap oleh H.diminuta,
kecuali bila kedalam media ditambahkan homogenat usus tikus. Pada konsentrasi rendah
niklosamid merangsang ambilan oksigen oleh H.diminuta, sedang pada kadar yang lebih tinggi
menghambat respirasi dan ambilan glukosa. Efek niklosamid mungkin terjadi dengan cara
menghambat fosforilasi anaerobik ADP yang merupakan proses pembentukan energi pada
cacing. Cacing yang dipengaruhi akan dirusak sehingga sebagian skoleks dan segmen dicerna
dan tidak dapat ditemukan lagi dalam tinja.

EFEK NONTERAPI

Niklosamid sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping, kecuali sedikit
keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk penderita yang dengan keadaan umum buruk
niklosamid tidak mengganggu fungsi hai, ginjal dan darah, juga tidak mengiritasi lambung.

INDIKASI

Niklosamid merupakan obat terpilih untuk T.saginata, D.latum dan H.nana. sebagai
taenisid, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya sistiserkosis pada penggunaan untuk
T.solium sebab niklosamid tidak merusak telur yang ada dalam segmen sehingga telur-telur
yang masih hidup ini dilepas dalam lumen usus dari segmen cacing. Untuk mencegah ini perlu
diberikan pencahar 1-2 jam sesudah menelan obat yang terakhir, agar sisa-sisa cacing keluar
sebelum dicerna.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

11
Niklosamid tersedia dalam bentuk tablet kunyah 500mg yang harus dimakan dalam
keadaan perut kosong. Untuk orang dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedangkan untuk
anak-anak dengan berat badan lebih dari 34kg : 1,5 gram dan anak dengan berat badan antara 11-
34kg: 1gram.

2.7. Niridazol

Niridazol suatu derivat nitrotiazol, merupakan bubuk Kristal berwarna kuning, tidak
berbau dan tidak berasa, larut dalam air dan larutan organik.

EFEK ANTIPARASIT

Niridazol sangat efektif pada. S. haematobium, sehingga merupakan obat terpilih untuk
infeksi cacing ini. Obat ini merupakan alternatife untuk infestasi S. mansoni, setelah ditemukan
oksamnikuin. Efek niridazol terlihat pertama sebagai kerusakan gonad schistosome; cacing
betina lebih peka dibandingkan cacing jantan. Efek terhadap cacing ini memerlukan reduksi
gugus nitro dari niridazol dan obat yang reaktif ini kemudian membentuk ikatan kovalen dengan
makromolekul S. masoni. Obat ini juga mengurangi respons radang terhadap infeksi D.
medinensis dan deposit telur S. mansoni di jaringan. Efek ini mungkin di sebabkan oleh
terbentuknya metabolit nitridazol yang menekan reaksi imun seluler.

FARMAKOKINETIK

Pada pemberian oral niridazol hamper diabsorpsi seluruhnya beberapa jam mengalami
metabolism lintas awal di hati sehingga kadarnya dalam plasma rendah. Kadar puncak plasma
tercapai sesudah 6 jam. Ekresinya terutama dalam bentuk metabolit melalui urin dan tinja yang
menimbulkan warna kehitaman dan berbau.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI

Efek samping lebih sering terjdi pada orang dewasa. Biasanya berupa keluhan saluran
cerna seperti anoreksia, sakit perut, diare. Keluhan ini akan hilang bila pengobatan dihentikan.
Berbagai gejala pada SSP dan gangguan neuropsikiatri pernah dilaporkan terjadi. Anemia
hemolitik dapat terjadi pada penderita dengan defisiensi G6PD.

Niridazol dikontraindikasikan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, dan
gangguan pada ginjal. Demikian pula pada penderita epilepsi, psikosis dan neurosis berat.
Karena adanya kemungkinan bersifat mutagenic niridazol tidak di anjurkan pada wanita hamil.

SEDIAAN DAN PASOLOGI

Dosis untuk sistosomiasis pada orang dewasa dan anak adalah 25 mg/kgBB terbagi
dalam 2 pemberian, selama 5-7 hari. Obat ini belum terdapat di pasaran indoesia.

12
2.8 OKSAMNIKUIN

Oksamnikuin merupakan derivate tetrahidrokuinolondengan rumus kimia sebagi berikut

EFEK ANTELMINTIK

Cara kerja obat ini belum diketahui, tetapi pada pengobatan dengan oksamnikuin cacing
akan berpindah dari pembuluh mensenterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian cacing
betina yang berhasil tetap hidup akan kembali ke pembuluh mesenterika tanpa jantan dan tidak
bertelur. Cacing jantan menetap di hati, sebagian besar akan mati. Obat ini memperlihatkan efek
terhadap cacing dewasa dan larva dan merupakan obat terpilih untuk S. mansoni sedangkan
untuk S. haematobium atau S. japonicin kurang efektif. Pada pemberian dosis tunggal
memberikan efek penyembuhan 90-100%. Obat ini dapat di gunakan secara oral maupun
suntikan IM dan lama pengobatan relatife pendek.

FARMAKOKINETIK

Oksamnikum segera diserap setelah pemberian obat oral. Adanya makanan dapat
menghambat absorpsi sehingga mengurangi kadar yang di capai dalam plasma. Metabolisme
terjadi secara intensif, sehingga sebagian besar obat di ekresi dalam bentuk metabolit bersama
urin. Metabolism ini sudah terjadi selama penyerapan sehingga kadar metabolitnya jauh lebih
tinggi tetapi tidak bersifat sistosomisidal.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.

Pusing dan kantuk merupakan efek samping yang paling sering dilaporkan, kejang terjadi
pada beberapa penderita terutama yang mempunyai riwayat epilepsy. Oksamnikuin juga tidak
dianjurkan pada penderita gagal jantung, gagl ginjal dan wanita hamil

POSOLOGI

13
Karena nyeri local bila di suntikan IM maka oksamnikuin di berikan per oral, lebih baik
sesudah makan. Dosis untuk infeksi S. mansoni bervariasi secara geografik tergantung dan strain
penyebab. Di brasil di anjurkan dosis tunggal 12-15 mg/kgBB; untuk anak dengan berat badan
kurang dari 30 kg dosisny 20 mg/kgBB di berikan dalam 2 kali dengan interval 2-8 jam. Di
afrika dianjurkan dosis total 15-60 mg/kgBB yang diberikan dalam 1-3 hari

2.9.PIPERAZIN

Piperazin pertamakali digunakn sebagi antelmintik oleh fayard (1949). Pengalamn klinik
menunjukan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A. lumbriepides dan E. varrioularis.
Sebelum nya pernah dipakai untuk penyakit pirai.

Piperazin terdapat sebagi heksahidrat yang mengandung 44% basa. Juga didapat sebagai garam
sitrat, kalsium asetat dan tartat. Garam-garam ini bersifat stabil nonhigrokopik, beruoa Kristal
putih yang sangat larut dalm air, larutannya bersifat sedikit asam. Struktur kimia piperazin
adalah sebagi berikut:

EFEK ANTELMINTIK

Piperzin menyebabkan blockade respons otot cacing terhadap asetikolin sehingga terjadi
paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari
setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar untuk mengeluarkan cacing itu. Cacing yang
telah terkena obat dapat menjadi normal kembali bila di taruh dalam larutan garam faal pada
suhu 37°C

Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan menggangu permeabilitas
membrane sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensial istirahat,
sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis

Pada suatu studi yamg dilakukan terhadap sukarelawan yang diberi piperazin ternyata
dalam urin dan isi lambungnya ditemukan suatu derivat nitrosamine yakni N-
mononitrasopiperazine dan arti klinis dari penemuan ini belum diketahui

FARMAKOKINETIK

Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik sebagian obat yang diserap mengalami
metabolisme, sisanya diekresi melalui urin. Menurut Rogers (1958)tidak ada perbedaan yang
berarti antara garam sitrat, fosfat adipat dalam kecepatan ekresinya melalui urin. Tetapi di
temukan variasi yang besar pada kecepatan ekresi antar individu. Yang diekresi lewat urin
sebanyak 20% dan dalam bentuk utuh. Obat yang diekresikan lewat urin ini berlangsung selama
24 jam

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI.


14
Piperazin memiliki batas keamanan yang lebar. Pada dosis terapi umumnya tidak
menyebabkan efek samping, kecuali kadang-kadang nausea, vomitus diare dan alergi pemberian
IV menyebabkan penurunan tekanan darah selintas. Dosis letal menyebabkan konvulsi dan
depresi pernapasan. Pada takar lajak atau pada akumulasi obat karena gangguan faal ginjal dapat
terjadi inkoordinasi otot atau kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, bingung yang akan hilang
setelah pengobatan dihentikan. Piperazin dapat memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi.
Karena itu piperazin tidak boleh diberikan pada penderita epilepsy dan gangguaan faal hati dan
ginjal, pemberian obat ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapatkan
pengawasan ekstrak. Karena piperazin menghasilkan nitrosamin, penggunaan ny untuk wanita
hamil hanya kalau benar-benar perlu atau kalu tak tersedia alternatif.

SEDIAAN DAN PASOLOGI

Piperazin sulfat tersedia dalaam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 mg/5ml, sedangkan
piperazin taritat dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada askariasis adalah 3,5 g
sekali sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 g) sekali sehari. Obat diberikan 2
hari berturut-turut.

Untuk cacing kremi (enterobiasis) dosis dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB
(maksimum 2,5 g) sekali selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2minggu.

2.10 PIRANTEL PAMOAT

Mula mula pirantel pamoat digunakan untuk memberantas cacing kremi, cacing gelang,
dan cacing tambang pada hewan. Ternyata pirantel cukup efektif dan kurang toksik sehingga
sekarang digunakan pada manusia untuk mengobati infestasi cacing cacing tersebut di atas dan
T. Orientalis, Pirantel dipasarkan sebagai garam pamoat yang berentuk kristal putih, tidak larut
dalam alkohol maupun air, tidak berasa dan bersifat stabil. Oksantel pamoat merupakan analog
m-oksifenol dari pirantel yang efektif dalam dosis tunggal untuk T. Trichiura.

EFEK ANTELMINTIK

Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing kremi
dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot
cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastis.
Pirantel pamoat juga berefek menghambat enzim kolinestrase, terbukti pada askaris
meningkatkan kontraksi ototnya.

FARMAKOKINETIK

Absorpsinya melalui usus tidak baik dan sifat ini memperkuat efeknya yang selektif
pada cacing. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang dari 15%
diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya.

15
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI

Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan, dan bersifat sementara, mislanya keluhan
saluran cerna, demam dan sakit kepal. Penggunaan obat ini pada wanita hamil dan anak usia 2
tahun tidak dianjurkan, karena studi untuk ini belum ada. Karena kerjanya berlawanan dengan
piperazin maka pirantel pamoat tidak boleh digunakan bersama piperazin. Penggunaannya
harus hati hati pada penderita dengan riwayat penyakit hati, karena obat ini dapat
meningkatkan SGOT pada beberapa penderita.

INDIKASI

Pirantel pamoat merupakan obat terpilih untuk askariasis, ankilostomiasis, enteroblasis


dan strongiloldiasis. Dengan dosis tunggal angka penyembuhan cukup tinggi, untuk infestasi
campuran dengan T. Trichiura perlu dikombinasikan dengan oksantel pamoat.

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Pirantel pamoat tersedia dalam bentuk sirup berisi 50 mg pirantel basa/ml serta tablest
125 mg dan 250 mg. Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan setiap saat
tanpa pengaruhi oleh makanan atau minuman. Untuk enterobiasis (infestasi cacing kremi)
dianjurkan mengulang dosis setelah 2 minggu. Pada infeksi N. Americanus yang sedang dan
berat diperlukan pemberian 3 hari berturut-turut.

2.11 PRAZIKUANTEL

Prazikuantel merupakan derivat pirazinolsokuinolin, yang dikembangkan sejak tahun


1972 setelah diketahui memiliki efek antelmetik. Obat ini merupakan antelmetik berspektrum
lebar dan efektif pada cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia. Prazikuantel berbentuk
kristal tidak berwarna dan rasanya pahit. Rumus kimia prazikuantel sebagai berikut:

EFEK ANTELMINTIK

In vitro, prazikuantel diambil secara cepat dan reversibel oleh cacing, tetapi tidak
dimetabolisme, kerjanya cepat melalui 2 cara : (1) pada kadar efektif terendah menimbulkan
peningkatan aktivitas otot cacing, karena hilangnya Ca ion intrasel sehingga timbul kontraktur
dan paralisis spastik yang sifatnya reversibel, yang mungkin mengakibatkan terlepasnya cacing
dari tempatnya yang normal pada hospes, misalnya terlepasnya cacing S. Mansoni dan S.
Japonicum dari vena mesenterika dan masuk ke hati ; (2) pada dosis terapi yang lebih tinggi
prazikuantel mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing, sehingga isi cacing
keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Mekanisme
yang mendasari efek ini masih belum jelas. Pada hewan yang terinfeksi cacing stiskosoma,

16
prazikuantel efektif terhadap cacing dewasa jantan dan betina juga efektif terhadap bentuk
imatur. Dosis tinggi tunggal yang diberikan bersama dosis serkaria, mematikan semua bentuk
imatur, jadi prazikuantel berefek profilaksis.

FARMAKOKINETIK

Pada pemberian oral absorpsinya baik, kadar maksimal dalam darah tercapai dalam
waktu 1-2 jam. Metabolisme obat berlangsung cepat melalui proses hidrolisasi dan konyugasi
sehingga kadar plasma kira kira 100 kali kadar prazikuantel dan waktu paruhnya 1.5 jam.
Metabolitnya sebagian besar telah diekskresi bersama urin dalam tempo 24 jam. Hanya sedikit
yang diekskresi dalam bentuk utuh.

Konsentrasi obat ini dalam cairan serbospinal mencapai 20% dari konsentrasinya dalam
plasma.

Ada beberapa laporan yang mengemukakan bahwa prasiquantel atau metabolitnya dalam
urinmungkin berpotensi sebagai mutagen atau co-mutagen pada S. Typhimurlum dan pada
mammalian cell test system dan arti dari pertemuan ini masih belum dapat ditentukan.

EFEK SAMPING

Sakit perut, anoreksia, sakit kepala dan pusing dapat timbul segera setelah pemberian
obat; efek samping ini ringan dan sementara, dan timbulnya berhubungan dengan besar dosis.
Walaupun pada pengujian tidak ditemukan efek teratogenik, sebaiknya jangan diberikan pada
wanita hamil trimester I dan wanita menyusui. Karena itu hati hati memberikan obat ini pada
penderita yang memerlukan kewaspadaan untuk tigas sehari hari. Bila terjadi sistiserkosis
pengobatan harus dilakukan di rumah sakit. Efek samping yang paling sering oleh pemberian
obat ini adalah : headache, dizziness, drowsiness and lassitude. Untuk terapi neurocysticercosis
efek samping muncul karena penggunaan dosis tinggi obat dan karena matinya parasit. Juga
jangan digunakan untuk hal hal sebagai berikut : (1) ocular cysticerosis sebab kehancuran parasit
di mata dapat menimbulkan cacat menetap (irreparable damage); (2) umur kurang dari 4 tahun,
sebab keamanan obat untuk usia ini datanya usia ini datanya belum mendukung.

POSOLOGI

Dosis dewasa dan anak diatas umur 4 tahun. Untuk intestasi S. Haematobium dan S.
Mansoni diberikan dosis tunggal 40mg/kgBB, atau dosis tunggal 20mg/kgBB yang diulangi lagi
sesudah 4-6 jam. Umtuk infeksi s. Japonium diberikan dosis tunggal 30mg/kgBB yang diulangi
lagi sesudah 4-6 jam. Untuk D. Latum dan H. Nana diberikan dosis tunggal 15-25 mg/kgBB.
Sedangkan untuk T. Saginata dan T. Sollum diberikan dosis tunggal 10-20mg/kgBB. Khusus
untuk T. Solium, untuk mengurangi kemungkinan timbulnya sistiserkosis, dianjurkan pemberian

17
pencahar 2 jam sesudah pengobatan. Untuk paragonimus westemani fascioliasis, cionorchiasis,
opsithorachiasis dosisnya 3 kali sehari 25 mg/kgBB selama 1-3 hari.

Praziquantel harus diminum dengan air sesudah makan dan tidak boleh dikunyah karena
rasanya pahit.

Praziquantel merupakan obat terpilih untuk 3 jenis skistosoma. Dosis yang dianjurkan
adalah 3X sehari 20 mg/kgBB selama 1 hari. Atau ada dosis lain yang dianjurkan yakni untuk
infestasi S. Haematobium dan S. Marsoni diberikan dosis tunggal sebanyak 40 mg/kgBB dan
dosis untuk S. Japonicum yakni 2x 30 mg/kgBB selama 1 hari.

Taenia

Untuk S. Saginata dosisnya 10 mg/kgBB. Terapi ini memberi hasil yang baik bila tempo
3-5 bulan sehabis makan obat, tak ditemukan lagi proglotid pada feses. Untuk T. Solium diberi
dosis tunggal 10 mg/kgBB dan 2 jam sehabis minum obat diberikan pencahar untuk mencegah
cysticercosis.

H. Nana merupakan obat terpilih juga dan juga menjadi obat pertama yang memiliki
efektivitas tinngi untuk infestasi cacing ini. Dosis yang dianjurkan 25 mg/kgBB sebagai dosis
tunggal. Kalau perlu terapi ulangan dapat diberikan.

Untuk clonorchiasis dosis yang dianjukan adalah 3 x sehari 25 mg/kgBB selama 1 hari.
Untuk opisthorchiasis dosis yang dianjurkan adalah 3x sehari 25 mg/kgBB selama 2 hari. Untuk
paragonimasis, dosis yang dianjurkan adalah 3 x sehari 25 mg/kgBB selama 1-3 hari.

2.12 TETRAKLORETILEN

Tetrakloretilen ialah salah satu hidrokarbon yang tidak jenuh yang mengalami
hidrogenasi. Senyawa ini merupakan zat cair, tidak berwarna dan berbau eteris. Kelarutan
1:10000 dan larut dalam pelarut organik. Obat ini mudah rusak karena panas dan harus disimpan
dalam tempat gelap dan dingin.

EFEK ANTELMITIK

Tetrakloretilen menyebabkan kelumpuhan pada cacing sedemikian sehingga dapat


terlepas dari tempat menempelnya di mukosa usus dan kemudian dikeluarkan dengan pencahar
dalam keadaan hidup sebelum sempat melekat kembali pada usus. Pengalaman menunjukan
bahwa pemberian pencahar tidak perlu dan hasilnya lebih efektif serta meringankan penderita.
Oleh karena itu mungkin kerja obat ini tidak hanya menyebabkan paralisis yang reversibel dari
otot otot cacing saja. Kerja obat ini pada SSP seperti kloroform, tetapi karena menguapnya
lambat dan titik didihnya tinggi, maka obat ini tidak praktis sebagai antelmetik umum.

18
FARMAKOKINETIK

Penyerapan melalui usus sedikit sekali tetapi dapat meningkat bila terdapat banyak lemak
dalam usus. Ekskresi sebagian besar terjadi melalui paru.

EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI

Obat ini dapat menyebabkan perasaan panas dalam lambung, enek dan muntah. Efek
sentral dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, vertigo, inebriation, sampai koma. Oleh
karena itu penderita harus istirahat selama 4 jam sesudah pemberian obat. Penderita dengan
anemia hebat dapat mengalami kolaps selama pengobatan, terutama yang diberikan pencahar.
Bila ini terjadi pertama-tama harus diusahakan lebih dulu perbaikan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta anemianya. Setelah itu, biasanya obat ini akan diterima baik oleh sebagian
penderita. Obat ini lebih baik tidak diberikan pada anak kecil yang sakit keras dan pada penderita
penyakit hati (degenerasi lemak).

INDIKASI

Satu-satunya indikasi tetrakloretilen adalah infestasi cacing tambang, terutama N.


Americanus, ankylostoma duodenale lebih resisten dan mungkin hanya 25% penderita sembuh
pada pengobatan tunggal. Pada infeksi campuran dengan askaris sebaiknya diberikan obat
askariatis yang selektif sebelum pengobatan dengan tetrakloretilen sebab tetrakloretilen
merangsang keaktifan dan migrasi askaris pilihan lain adalah pemberian befenium
hidroksinafloat yang sekaligus mempengaruhi kedua cacing tersebut.

POSOLOGI

Obat ini diberikan oral dengan dosis tunggal 0,12 ml/kgBB dengan maksimum 5 ml.
Sebaiknya diberikan diet tinggi karbohidrat, protein dan rendah lemak sebelum pemberian obat.
Malam hari sebelum makan obat, diberikan diet lunak. Pada pagi hari berikutnya obat diberikan
pada waktu perut kosong. Pada umumnya dosis tunggal dapat mengeluarkan sebagian besar
cacing, tetapi ulangan dua kali atau lebih dengan interval 4 hari biasanya diperlukan untuk
pembasmian total.

2.13 TIABENDAZOL

Tiabendazol merupakan antelmintik berspektrum luas dan efektif untuk mengobati


berbagai nematoda dalam tubuh manusia. Obat ini berupa Kristal putih , dan tidak larut dalam
air. Daya larut obat ini tergantung ph. Bila suasana sedikit asam atau basa senyawa ini akan
mudah larut. Dalam bentuk padat dan cairan senyawa ini stabil, dan membentuk senyawa
kompleks yang berrwarna dengan logan misalnya dengan besi.
19
Efek Antelmintik

Tiabendazol memunyai daya antelmintik yang luas, efektifitasnya tinggi terhadap


strongiliodiasis, askariasis, okslurialis dan lava migrans kulit, berguna untuk mengobati
trikuliaris dan trikinosis akut. Cara kerjanya belum jelas mungkin dengan menghambat enzim
fumarate raduktase cacing. Yang menarikadalah obat ini dapat memebunuh larva yang berada
dalam otot hewan yang coba diinfeksi. Efek antiinflamasi obat ini turut berperan dalam
meringankan gejala-gejala enyakit cacing.

Farmakokinetik

Tiabendazol cepat diserap melalui usus dan kadar puncak obat ini dalam darah dicapai
dalam waktu satu jam. Dalam satu hari obat ini 90% obat ini telah dieksresikan bersama urine
dalam bentuk hidroksi dan terkonjugasi. Obat ini juga dapat diserap kulit.

Efek Nonterapi

Obat ini memberikan efek anoreksia, mual, muntah dan pusing. Dalam frekuensi yang
lebih rendah juga terjadi diare, nyeri epitel lambung, sakit kepal, pusing, lelah, dan kantuk.
Karena itu penggunaan obat tiabenazol harus dalam posisi tidak dalam kewaspadaan mental.
Obat ini dapat merubah fungi hati jadi hati hati obat ini dapat merusk fungsi hati.

Indikasi

Tiabendazol merupakan obat trepilih untuk S. stercoralis dan cutaneouse larva migrasi
dan A. brazillensis dan A. canium. Sebaikny obat ini tidak digunakan untuk menggobati askaris,
trikulis , cacing tambang, dan cacing kremi.. karena ada obat yang lebih efektif dan aman.

Sediaan dan Posologi

Dosis standar obat ini adalah 2 x 25 mg/kgBB sealam 2-5 hari. Untuk trikinosis dosis
yang danjurkan 2x 25 mg/kgBB selama 2-5 hari, Untuk visceral lava migrasi dosis yang
dianjurkan 2 x 25 mg/kgBB selama 7 hari. Tiabendazol tersedia dalam sediian tablet 500 mg dan
sirop berisis 100mg/ml.

Kontraindikasi

Anak anak dengan berat bada kurang dari 15kg, Aktifias yang membutuhkan
kewaspadaan, hati pada gangguan fungsi hati,seaiknyapakailah obat alternative hipersensitif.

20
2.14. Albendazol

Suatu obat cacing berspektrum luas yang dapat diberikan secara oral dan telah digunakan
sejak tahun 1979. Dosis tunggal efektif untuk infeksi cacing kremi, cacing gelang, cacing
trikuris, cacing S. atercoralis, dan cacing tambang. Dilaporkan juga efektif untuk mengobati
cysticevcoals. Sekarang sedang diteliti khasiatnya untukmengobati penyakit hydatid.

Farmakokinetik

Pada pemberian per oral obat ini diserap dengan cepat diusus. Obat ini dimetabolisir
terutama menjadi albensufloksida dalam urine dapat dimonitor dan menjadi pegagan untuk
menentukan dosis obat. Waktu paruh 8-9 jam. Metabolismenya terutama dikeluarkan leawat
urine dan sebagian kecil melalui feses.

Farmakodinamik

Obat ini bekerja dengan cara memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing
dewasa, sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang, akibatnya
cacing akan mati. Obat ini memeiliki khasiat membunuh larva N. americatus dan juga dapat
merusak telur cacing gelang, tambang dan trikuris.

Dosis obat

Dosis terapi pada orang sebesar 5 mg/kgBB, berdasarkan uji keamanan pada hewan coba
tidak merugikan.

Indikasi

Untuk infeksi cacing kremi , cacing tambang dan cacing askaris atau trikuris. Dosis
dewasa dan anak diatas 2 tahun adalah 400 mgdosistunggal bersama makan.Untuk cacing kremi,
terapi hendaknya diulangi selama dua minggu. Untuk N. americantus dan cacing trikuris lama
pengobatan yang dianjurkan adalah 2-3 hari. Untuk infeksi cacing S. stercoralis dosis terapi 400
mg per hari selama 3hari. Bila perlu penggunaan obat diulangi setelah dua minggu.

Untuk penyakit hydatid dosis terapi dianjurkan 800 per hari selama 30 hari , pengobatan
ini dapat diulang 2- 3 kali dengan interval dua minggu. Selam pengobatan kadar albendazol
sufoksida dalam darah hendaknya dimonitor. Untuk neuro-oysticerosis dosis efektif yang
dilaporkan adalah 15 mg/kgBB per hari selama satu bulan. Lain lain untuk T. saginata dosis
terapi 400 mg/hari selama tiga hari. Utuk cutaneous larva migran terapinya 400 mg/hari selama
lima hari.

Efek samping

Untuk penggunaan 1-3 hari, aman. Efek samping berupa nyeri ulu hati, diare, sakit
kepala, mual, lemah, pusing, insomnia frekuensinya sebesar 6%. Tetapi dalam satu penelitian

21
dialporkan, bahwa insiden efek samping ini untuk golongan placebo disbanding golongan obat,
sama.

Pada pengobatan penyakit hydatid, dilaporkn timbulnya efek berupa alopecia,


leukemiayang reversible, peningkatan transaminase yang reversible, seorang mengalami reaksi
anafilaksis. Pada studi toksisitas pada hewan coba ditemukan adanya diare, anemia, hipotensi,
depresi SST, kelainan fungsi hati, fetal toxicity.

Kontraindikasi

Anak umur kurang dari dua tahun, wanita hamil dan sirosis hati.

2.15. Invermektin

Obat ini terbukti merupakan obat terpilih untuk mengobati onochoceraciasis.

Farmakokinetik

Invermectin dihasilkan lewat proses fermentasi dari Streptomyces avermitilis. Pada


manusia pemberiannya per oral dengan waktu serap 10-12 jam. Eksresinya sebagian bsar
melalui feses dan hanya 2% lewat urine .Obat ini mampu melewati sawar otak (BBB).

Farmakodinamik

Cara kerja obat ini yaitu memperkuat peranan GABA pada proses intraselular di saraf
tepi, sehingga cacing mati dalam keadaan paralisis. Obat ini berefek terhadap mikrolialis sedang
dan embryogenesis pada cacing betina.cacing tilaria mengalami paralisis, sehingga mudah
dihancurkan oleh reticulum endoplasma. Obat ini memeiliki margin yang lebar. Invermectin juga
efektif terhadap ngyloidosis dan merupakan obat alternative unuk pasien yang tidaktahan dngan
thiabenazole.

Penggunaan

Dosis tunggal sebesar 200 mg/kgBB. Obat ini efektifitasnya setara dengan dosis karbamazin
dalam hal memberantas mikrofilata jaringan kulit dan rongga mata bagian depan, tetapi
invermectin kerjanya lambat dan menyebabkan reaksi sistemik.

Efek samping

Pada dosis tunggal 50-200 mg/kgBB efek samping yang ditimbulkan umumnya ringgan,
sebentar dan dapat ditoleransi. Biasanya berupa demam, pruritus, sakit otot dan sendi, sakit
kepala, hipotensi, dan nyeri di kelenjar limfa. Cukup disembukan dengan antihistamin dan
antipiretik

Kontraindikasi Pada wanita hamil, jangn diberikan bersama-sama barbiturate,


benzodiazepine, danasam valproate.

22
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Obat Antelmintik yang merupakan golongan dari Obat Anti Helmintes ditujukan sesuai
dengan cacing yang spesifik. Tidak semua cacing dapat di musnahkan atau diobati dengan satu
amcam obat saja. Karena nyatanya, telah banyak macam obat cacing yang diedarkan dan resmi
untuk digunakan.
B.     Saran
Kita harus menjadi pintar dalam memilih obat sesuai dengan fungsi, tujuan, dosis dan efek
samping serta kontra indikasi yang ditimbulkan.

23
Daftar pustaka

Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan terapeutik
FKUI. 2007
Katzung, Bentram G. Farmakologi dasar dan klinik edisi pertama. Salemba Medika Jakarta.
2001

24

Anda mungkin juga menyukai