Formulasi : Kloramfenikol
POLITEKNIK KESEHATAN
2.1.2 Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian, yaitu
a. Perawatan
Penderita tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,observasi dan
pengobatan. Penderita harus tirah absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus
atau performasi usus. Mobilisasi penderita di lakukan secara bertahap sesuai
dengan pulihnya kuata penderita. Untuk obat-obatan anti mikroba yang sering
digunakan adalah kloramfenikol, tiamfenikol,kotimoksazol, ampisilin dan
amoksilin (Soedarto, 1996)
b. Diet dan terapi penunjang
Pertama pasien akan diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya
nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat di berikan dengan aman. Juga
diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan
umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostatis,
system imun akan berfungsi dengan optimal (Juwono, 2004)
c. Obat
Kloramfenikol di Indonesia merupakan obat pilihan utama untuk tifoid. Belum
ada obat antimikroba lain yang dapat menurunkan demam lebih cepat
dibandingkan kloramfenikol (Juwono, 2004)
2.2 Tinjauan Tentang Zat Aktif
2.2.1 Struktur Molekul Kloramfenikol
2.2.2 Indikasi
Kloramenikol adalah penghambat kuat terhadap sintesis protein mikroba, termasuk
bakteriostatik berspektum luas yang aktif terhadap organisme-organisme aerobik gram
positif maupun gram negatif. Restisensi kadar rendah dapat timbul dari popolasi besar sel-
sel yang rentan terhadap kloramfenkol melalui seleksi muatan-muatan yang kurang
permaebel terhadap obat. Dosis kloramfenikol secara umm adalah 50-100mg/kg/hari,
setelah pemberian peroral, Kristal kloramfenikol di absorbsi dengan cepat dan tuntas
(Katzung, 2004)
2.2.3 Efek samping
Kerusakan pada sumsum tulang dan terganggunya pembuatan eritrosit, sehingga data
terjadi anemlamia aplastis serta gangguan darah lainnya.
2.2.4 Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat yaitu harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair,
bahan padat, atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair, atau menguapnya
bahan selama penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat
kembali
2.2.5 Interaksi
a) Klorampenikol menghambat enzim metabolisme pada hati yaitu Cytochrome
P450 sehingga memperlama waktu paruh dari obat-obat yang di metabolisme
dengan enzim tersebut. Contohnya antara lain obat anti koagulan seperti
Dicoumarol, Warfarin, Chlorpropamide, Tolbutamide, Antiretriviral protease
inhibitor dan Phenytoin.
b) Metabolisme klorampenikol ditingkatkan dengan adanya enzim metabolism hati
seperti Phenobarbital dan Rifampicin, hal ini menyebabkan waktu paruh dari
Klorampenikol menjadi pendek.
c) Klorampenikol dapat menurunkan efek dari Vitamin B12 pada anemia dan
mengganggu kerja dari obat oral kontrasepsi.
2.3 Tinjauan Tentang Sediaan
2.3.1 Definisi Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (farmakope Indonesia edisi III, hal 32)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (farmakope Indonesia edisi IV, hal 17)
Jadi kesimpulannya suspense adalah sediaan cair yang mengandung zat yang tidak
larut dan terdispersi oleh cairan pembawa.
2.3.2 Syarat-syarat Suspensi
1. Harus homogen dan halus
Memiliki derajat kehalusan partikel yang terdispersi
2. Ukuran partikel tetap seragam dalam penyimpanan lama
3. Bila terjadi pengendapan, tidak boleh menjadi massa keras tetapi harus mudah
terdispersi kembali secara sempurna dengan sedikit pengocokan
4. Ada suspending agent
Bahan pensuspensi yang digunakan untuk mengembang atau mengikat air
sehingga campuran tersebut membentuk mucilage atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilage maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspense
5. Harus bias dituang daari wadah dengan cepat dan homogeny
(Handbook perapotikan, 2014)
2.3.3 Keuntungan Dan Kerugian Suspensi
2.3.3.1 Keuntungan Sediaan Suspense
a. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul,
terutama pada anak-anak
b. Memiliki homogenitas tinggi
c. Lebih mudah di absorbsi dari pada tablet karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dangan saluran cerna meningkat
d. Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit obat
e. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
(Handbook perapotikan, 2014)
2.3.3.2 Kerugian Sediaan Suspense
a. Memiliki kesetabilan yang rendah
b. Jika membentuk cracking maka akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitas menjadi buruk
c. Bila terlalu kental sediaan akan sulit di tuang
d. Ketetapan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan
e. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan system dispersei
akan meningkatkan apabila terjadi perubahan temperature pada tempat
penyimpanan
(Handbook perapotikan, 2014)
2.3.4 Penggolongan
Suspense dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini terkait
dengan cara dan tujuan penggunaan sediaan suspense tersebut.
1. Suspensi injeksi intramuscular
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke jaringan otot dengan
menggunakan spuit. Bertujuan agar absorbsi obat lebih cepat di bandinkang
dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyak suplai darah di otot tubuh.
Pemberian obat dengan cara ini dapat dapat mencegah atau mengurangi iritasi
obat namun perawat harus hati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular
karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri.
2. Suspensi tetes telinga
Sediaan yang mengandung partikel-partikel halus yang di tunjukkan untuk di
teteskan pada telinga bagian luar.
3. Suspensi tropical
Sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair yang ditunjukkan untuk penggunaan pada kulit
4. Suspensi opthalmik
Suspensi opthalmik harus steril zat yang terdispersi harus sangat halus, jika
disimpan dalam wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida dan zat
terdispersi tidak boleh menggumpal pada penyimpanan (farmakope Indonesia,
1979:32)
2.4 Pra Formulasi dan Formulasi
2.4.1 Definisi Praformulasi
Praformulasi adalah bagian dari kegiatan formulasi, dimana menitikberatkan pada
kegiatan investigasi karakteristik bahan yang menjadi keunggulan bahan untuk kemudian
dijadikan dasar dalam pemilihan bahan tersebut dalam suatu formula.
2.4.2 Karakteristik Bahan
Kloramfenikol palmitat
Pemerian : hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih
atau sampai putih kelabu atau kekuningan, tidak berbau, rasa
sangat pahit, dalam larutan asam lemah, mantap
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian
etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P, sukar larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling
stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar
dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh
hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa.
Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada
lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis
adeps lanae. (Martindale edisi 30 hal 142).
Khasiat : antibiotikum
Alasan Pemilihan zat : Kloramfenikol palmitat sangat mudah diserap ketika
diberikan secara oral karna lebih stabil.kloramfenikol palmitat akan dihidrolisis
dalam lambung dan berubah menjadi kloramfenikol base,lebih dari 60% dalam
sirkulasi diikat oleh protein plasma.kloramfenikol dieksresi melalui urin tetapi
hanyak 5-10% dari dosis oral yang tidak berubah, 3% diekskresikan melalui
empedu,1% berada dalam bentuk aktif diekskresikan dalam bentuk fase
(martindale ed.37,p.262)
a. CMC Na (Farmakope Indonesia edisi IV hal 175)
Nama sinonim : carboxymethyl cellulosumnatricum, karboksimetilselulosa
natrium
Pemerian : Karboksimetilselulosa natrium terjadi sebagai putih sampai
hampir putih, Tidak berbau, hambar, butiran butiran.
Higroskopis setelah pengeringan
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal,
tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam pelarut organik
lain.
Konsentrasi : 0,1% - 1.0%
Khasiat : suspending agent
Penyimpanan : wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.
Alasan ditambahkan Na CMC untuk menghambat sedimentasi dari flok atau
terjadinya endapan yang keras dan sulit terdispersi kembali
2.4.3 Alat
Dalam skala industri, peralatan yang digunakan harus mencukupi pembuatan produk
dalam jumlah banyak. Berikut beberapa contoh alat yang biasa digunakan dalam skala
industry
1. Neraca analitik
Neraca yang digunakan untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dan
dalam skala kecil/mikro (biasanya hingga 4 desimal 0,0001 gram). Menimbang zat
yang digunakan untuk larutan standar primer
2. Homogenizer
Alat yang digunakan untuk mendispersikan suatu cairan di dalam cairan lainya
3. Mixing
Sebuah alat yang berfungsi untuk proses pencampuran bahan bahan yang akan di
campur
4. pH meter
Untuk menggunakan pH meter langkah pertama keringkan dengan kertas tisu
selanjutnya bilas elektroda dengan air suling. Kemudian bilas elektroda dengan
contoh uji dan celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap. Tahap akhir catat hasil pembacaan skala
atau angka pada tampilan dari pH meter
2.4.4 Personal
Personal adalah proses menejemen yang bertanggung jawab terhadap perencanaan
aktifitas produksi, distribusi atau menejemen proyek yang dijalankan oleh sebuah
organisasi meliputi perencanaan (desain) produksi, pengendalian (berkaitan dengan
persediaan) produksi, pengawasan produksi (berkaitan dengan mutu/ quality control).
Sumber daya manusia (SDM) sangat penting dalam pembentukan dan penerapan system
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang baik dan benar.
Syarat-syarat personalia dalam produksi
a. Personalia hendaknya mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya dan tersedia dalam jumlah yang
cukup.
b. Personalia hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.
c. Sebelum melaksanakan pekerjaannya, terlebih dahulu para pekerja juga harus
memperhatikan persiapan yang benar untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja,
meliputi: memakai sarung tangan, masker, jas lab, sepatu, dan penutup kepala
APD(alat pelindung diri)
a. Jas lab
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus
cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset dan tertutup
di bagian depan.
b. Masker
Masker harus sesuai standard yaitu pemakaiannya hanya satu kali pakai, agar
terhindar dari terhirupnya bahan-bahan kimia atau bahan-bahan pencemar lainnya
c. Hanscoond
Melindungi telapak tangan, lengan, dan jari tangan dari benda keras dan bahan
kimia. Sarung tangan karet dapat dicuci dengan air dan detergent. Usahakan
pengeringan dilakukan pada suhu kamar. Penggunaan pengering disesuaikan dengan
kemampuan masing - masing sarung tangan terhadap panas.
2.4.5 Metode
Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut
1. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian diencerkan, dalam hal ini serbuk yang
terbagi harus terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah air(Nash, 1996)
2. Metode Prespitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini
kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah
etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol (Ilmu resep, hal 142
Berdasarkan sistem pembentukan suspense
a. Sistem flokulasi
Dalam system flukulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Secara umum sifat partikel flokulasi yaitu
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimentasi terjadi cepat
3. Sedimen terbentuk cepat
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat da mudah terdispersi
kembali seperti semula
5. Wujud suspense kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan di atasnya
terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata (Ilmu resep, hal 142)
b. Sistem deflokulasi
Partakel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan
terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi
kembali
Secara umum sifat partikel deflokulasi yaitu
1. Partikel suspense dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya
2. Sedimentasi yang terjadi lambat, masinng-masing partikel mengendap terpisah
dan partikel berada pada ukuran paling terkecil
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
kembali
5. Wujud suspense bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut (Ilmu resep, hal 142)
BAB III
FORMULASI
1.1 Formula
a. Formula Rancangan
Kloramfenikol palmitat 1500 mg
CMC Na 1%
Propilenglycolum 15%
Sorbitol 10%
FDC Red 5 mL
Essens Strowberi 5 mL
Aquadest ad 60 mL
1.4.4 Viskositas
Prosedur pengukuran viskositas menggunakan viskometer broxfield:
a. Letakan sedikit cairan sebagai sample diatas objectglass lalu encerkan dengan air
b. Letakkan objectglass di atas meja benda kemudian jepit dengan penjepit spesimen
c. Cari bagian dari objectglass dengan sekrup vertical dan horizontal sampai terlihat
gambar yang jelas
Catat hasil pengukuran diameter minimal 10 partikel lingkaran dan 10 partikel oval /
memanjang yang berbeda – beda lalu hitung rata – ratanya
1.6.6 Volume Sedimentasi
Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut:
2.6.2 Prinsip
Metode pembuatan suspensi
2. Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru di encerkan
3. Metode praesipasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dulu dengan pelarut organik yang hendak
di campur dengan air. Setelah larut di encerkan dengan larutan pensuspensi
dalam air.
2.6.3 Standart
1. Organoleptis
Pemerian zat aktif, warna, aroma dan rasa zat aktif harus dicatat dengan
menggunakan terminology deskriptif. Terminology baku penting untuk ditetapkan
karena menguraikan sifat-sifat organoleptik agar terhindar dari kebingungan (Prof.
Dr. Chafrles J. P Siregar, 2010).
2. Homogenitas
Suatu sediaan dikatakan homogen, apabila dalam suatu sediaan yang terdiri dari
berbagai macam jenis obat bercampur secara merata. Dalam artian zat aktif dalam
suatu sediaan terdispersi merata dalam dalam zat pembawanya.
3. Evaluasi Laju Sedimentasi
Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun factor-
faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi
tercakup dalam persamaan hokum srokes.
Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stoker dipengaruhi:
a. Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi, bila partikel ringan
dari kerapatan pembawa maka partikel akan mengembang dan sulit
didistribusikan secara homogen kedlam pembawa
b. Diameter ukuran partikel laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi
ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka
kecepatan jatuhnya lebih kecil
c. Viskositas medium pendispersi laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara
menaikkan viskositas medium dispersi, tetapi suatu produk yang mempunyai
viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang alat yang
digunakan viskometer brokfild
Semakin kental cairan semakin kecil kecepatan aliran. Sehingga akan
memperlambat gerakan partikel. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi atau
terlalu rendah agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan Hukum Stokes.
2
d ( ρ− ρ0 ) g
V=
η
Keterangan : V = kecepatan aliran
D = diameter partikel
ρ = bobot jenis partikel
ρ0 = bobot jenis cairan
g = gravitasi, η = viskositas cairan