Anda di halaman 1dari 28

1

MAKALAH FARMAKOLOGI
ANTIBIOTIK TBC

Disusun Oleh:
1. Arun Prasetyo ( 12.017 )
2. Dwi Megawati ( 12.023 )
3. Harjuno Siswoyo ( 12.035 )
4. Kisno ( 12.045 )
5. Lukluk A. M. ( 12.049 )
6. Mada Kliska Sesen P. S. ( 12.051 )
Kelas : 1 A

AKPER KESDAM IV / DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN 2012 / 2013


2

BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan
Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada
antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui
infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep.
Riwayat singkat penemuan antibiotika modern
Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928,
lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang
akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian
kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang sebelumnya
memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum
(kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembap beberapa
hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap
bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.
Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti
dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh
lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.'
Macam-macam antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan
kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika
[1]
dilihat dari target atau sasaran kerjanya:
3

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penisilin, Polipeptida dan
Sefalosporin, misalnya ampisilin, penisilin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampisin,
aktinomisin D, asam nalidiksat;
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Makrolida, Aminoglikosida, dan Tetrasiklin, misalnya gentamisin, kloramfenikol,
kanamisin, streptomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritromisin, azitromisin;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomisin, valinomisin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomisin, tunikamisin; dan
Antimetabolit, misalnya azaserine.
Penggunaan antibiotika
Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin
terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika.
Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan
bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi.
Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang
'kebal'.
Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena
dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel
yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis
lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.




















4

BAB II
ISI

Kloramfenikol


Nama Obat Generik:
Kloramfenikol

Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 250 mg kloramfenikol

Nama Obat Paten:
Colme, Chloramex, Enkacetyn, Kalmicetin

Farmakologi Obat:

Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi
bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan
mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan
peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus
pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus influenzae,
Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio
cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan Shigella.


Indikasi:
1. Kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis
lainnya.
2. Untuk infeksi berat yang disebabkan oleh H. influenzae (terutama infeksi meningual),
rickettsia, lymphogranuloma-psittacosis dan beberapa bakteri gram-negatif yang menyebabkan
bakteremia meningitis, dan infeksi berat yang lainnya.

Kontra Indikasi:

Penderita yang hipersensitif atau mengalami reaksi toksik dengan kloramfenikol.
Jangan digunakan untuk mengobati influenza, batuk-pilek, infeksi tenggorokan, atau untuk
mencegah infeksi ringan.
5


Dosis:
Dewasa, anak-anak, dan bayi berumur lebih dari 2 minggu : 50 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi 3 4.
Bayi prematur dan bayi berumur kurang dari 2 minggu : 25 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi 4.

Peringatan dan Perhatian:

Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi secara berkala.

Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan ginjal, wanita hamil dan menyusui, bayi
prematur dan bayi yang baru lahir.
Penggunaan kloramfenikol dalam jangka panjang dapat menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme yang tidak sensitif termasuk jamur.

Efek Samping:

Diskrasia darah, gangguan saluran pencernaan, reaksi neurotoksik, reaksi hipersensitif dan
sindroma kelabu.

Interaksi Obat:
Kloramfenikol menghambat metabolisme dikumarol, fenitoin, fenobarbital, tolbutamid,
klorpropamid dan siklofosfamid.

Rute Pemberian:
Pemakaian parenteral hanya untuk infeksi yang sangat berat dengan dosis yang sama dengan
dosis oral.


















6


2. Rifampisin

Rifampin (C43H58N4O12)

Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit
larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9
Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran.

Nama Obat Generik:
Rifampisin

Komposisi:
Tiap kaplet salut selaput mengandung rifampicin 450 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung rifampicin 600 mg

Nama Obat Paten :
Lanarif, Medirif, Rifabiotic, Rimactane, Rifamtibi, Rifacin

Farmakologi Obat :
Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan
absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak
Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier)
dengan baik
Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik
Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
T eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal
terminal : 1,8-11 jam.
Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa
inflamasi
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam
Bentuk Sediaan :
Kapsul, Kaptab, Sirup

Indikasi :
Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain
Infeksi M. Leprae
7

Profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae
Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat
dalam kombinasi dengan obat lain.

Dosis :
Terapi Tuberkulosis
Bayi dan anak-anak < 12 tahun :
Terapi harian : 10 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Dewasa :
Terapi harian : 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) ; 3
kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid :
Anak-anak : 10 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan
Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan
Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use):
Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600
mg/dosis
Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari
Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):
Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 10 hari dalam kobinasi dengan
antibiotik lain
Dewasa : 600 mg/hari selama 5 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain

Mekanisme Kerja :
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA
polymerase, menghambat transkripsi RNA

Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor),
jaundice (penyakit kuning)


8

Perhatian dan Peringatan :
Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati,
ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika
digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui; porfiria; Penting : pasien yang
menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk menggantinya dengan alternatif kontrasepsi
lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.

EfekSamping: :
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena
penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi
intermitten termasuk gelala mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang),
gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal
akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing,
urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy,
dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia,
gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah;
tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.



Interaksi dengan obat lain :
Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat)
,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).
Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik
clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor
(amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika
makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut:
asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan
losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol,aprepitant, barbiturat, benzodiazepin
(dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker,
kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19
DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin,
ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor
pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan
zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin,
flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin,
propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase (non-
nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan
trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer
CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin,
nafcillin, nevirapin dan fenitoin)
9


Interaksi dengan makanan :
Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan
bersama dengan makanan
Hindari ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas)
St.Johns wort dapat menurunkan kadar rifampisin
Rute Pemberian:
Melalui Oral

Pengaruh terhadap kehamilan :
Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat



3. CO AMOXICLAV


Nama Obat Generik:
Co Amoxiclav

Komposisi :

Tiap tablet salut selaput mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat
500 mg dan kalium klavulanat setara dengan asam klavulanat 125 mg.

Nama Obat Paten:
Aclam, Augmentin

Farmakologi Obat :

Co Amoxiclav merupakan antibakteri kombinasi oral yang terdiri antibiotika, semisintetik
amoksisilina dan penghambat beta-laktamase, kalium klavulanat (garam kalium dari asam
klavulanat).
Amoksisilina adalah antibiotik semisintetik dengan spektrum aktivitas antibakteri luas yang
mempunyai efek bakterisidal terhadap berbagai macam bakteri gram-positif dan gram negatif.
10

Asam klavulanat adalah suatu beta-laktam, yang struktur kimianya mirip dengan golongan
pinisilin, mempunyai kemampuan menghambat aktivitas berbagai enzim beta-laktamase yang
sering ditemukan pada berbagai mikroorganisme yang resisten terhadap golongan pinisilin dan
sefalosporin.
Formulasi amoksisilina dan asam klavulanat dalam Co Amoxixlav melindungi amoksisilina dan
penghancuran oleh beta-laktamase yang sering ditemukan pada berbagai dan secara efektif
memperluas spektrum antibiotika dalam amoksisilina terhadap bakteri-bakteri yang biasanya
resisten terhadap amoksisilina dan berbagai antibiotika berspektrum luas dan menghambat enzim
beta-laktamase.

Indikasi :
- Co Amoxiclav diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek yang disebabkan oleh kuman
penghasil enzim beta-laktamase.

- Infeksi saluran nafas atas
- Infeksi saluran nafas bawah
- Infeksi saluran kemih
- Gonore yang disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase.

Dosis :

Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun :

- Infeksi berat : 1 tablet 3 kali sehari

Anak-anak :Anak kurang dari 12 tahun atau 40 kg BB : 20 mg/kg BB per hari dihitung
terhadap amoksisilina tiap 8 jam dalam dosis terbagi .

Pada keadaan infeksi yang berat dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/kg BB per hari dihitung
terhadap amoksisilina tiap 8 jam dalam dosis terbagi.

Peringatan & Perhatian :

- Hati-hati penggunaan pada penderita yang mempunyai riwayat hipersensitif terhadap golongan
pinisilin, sefalosporin atau alergi lain.

- Bila terjadi reaksi alergi, hentikan penggunaan obat ini dan bila perlu berikan terapi yang
spesifik atau suportif.

- Pengobatan dengan Co Amoxiclav selama kehamilan sebaiknya dihindari selama trimester
pertama.
- Karena amosisilina diekskresikan melalui air susu Ibu, hati-hati penggunaan pada Ibu
menyusui.
- Bila terjadi super infeksi, pengobatan ini harus segera dihentikan dan atau diberikan
pengobatan yang sesuai.

11

Efek Samping :

Efek yang paling sering dilaporkan adalah diare, ruam kulit, mual, dan urtikaria, muntah,
abdominal discomfort dan sakit kepala.
Vaginitis, kembung dan kandidiasis.
Transient hepatitis dan cholestatic jaundice pernah dilaporkan.


Kontra Indikasi :

Hipersensitivitas terhadap golongan penisilin. Co Amoxiclav harus diberikan dengan hati-hati
pada bayi yang baru lahir dari Ibu yang hipersensitif terhadap penisilin.



Interaksi Obat :

Co Amoxiclav tidak boleh diberikan bersama disulfiram.

Rute Pemberian :
Melalui Oral

























12

4. Ceftazidime

Nama Obat Generik:
Ceftazidime

Komposisi:
Ceftazidime 1 gr mengandung:
Ceftazidime pentahidrat setara dengan Ceftazidime 1 g

Nama Obat Paten:
Ceftum, Ceftamax

Farmakologi Obat:

Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat bakterisidal.
Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap
sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam
range/spektrum yang luas, termasuk strain yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid
lainnya. Selain itu Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid
dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan demikian
Ceftazidime aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.

Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:

a. Infeksi umum:
septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan problem spesifik,
misalnya luka bakar yang terinfeksi.


b. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah:
pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paru-paru; emfisema; bronciectasis yang terinfeksi;
abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada penderita cystic fibrosis.

c. Infeksi saluran kemih:
pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis; prostatitis; berbagai abscess renal


d. Infeksi jaringan lunak dan kulit:
13

celullitis; erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka lain yang terinfeksi; ulkus pada kulit

e. Infeksi tulang dan sendi:
osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang terinfeksi
infeksi abdominal dan bilier
cholangitis, cholecystitis; peritonitis; diverkulitis; penyakit radang pelvic
f. Dialysis
Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD (continous
ambulatory peritoneal dialysis).

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.

Dosis:
Dosis umum
Ceftazidime digunakan secara parenteral, dosis tergantung pada tingkat keparahan, sensitifitas
dan tipe infeksi serta usia, berat badan dan fungsi ginjal penderita.

Dewasa:
Dosis Ceftazidime yang digunakan untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per hari, dapat
diberikan dosis masing-masing 500 mg, 1 g atau 2 g setiap 12 atau 8 jam secara IV atau IM.

Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius, dosis 500 mg atau 1 g setiap 12 jam
sudah mencukupi Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1 g setiap 8 jam atau 2
g setiap 12 jam.
Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita immunocopromised, termasuk neutropenia,
dapat diberi dosis 2 g setiap 8 jam atau 12 jam.

Untuk penderita cystic fibrosis dengan fungsi ginjal yang normal yang mengalami infeksi paru-
paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-150 mg/kg/hari sebagai dosis terbagi.

Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9 g/hari masih aman.

Bayi dan anak:
Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100 mg/kg/hari,
diberikan sebagai dosis terbagi (2-3 kali). Dosis hingga 150 mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari)
dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada anak-anak yang menderita fibrocystic, infected
immunocompromised dan meningitis.

Neonatus dan bayi di bawah 2 bulan
Dosis 25-60 mg/kg/hari diberikan dosis sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah terbukti efektif.
Waktu paruh Ceftazidime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih lama dibandingkan dengan orang
dewasa.

Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
14

Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomeruler. Sehingga dosis pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau diturunkan.
Pada penderita infeksi berat terutama neutropenia yang biasanya mendapatkan dosis 6 g sehari,
ini tidak bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, maka unit dosis pada
tabel di atas dapat dinaikkan 50% atau frekuensi pemberian disesuaikan. Pada penderita ini
dianjurkan agar kadar Ceftazidime dalam serum dipantau dan kadar dalam serum tidak boleh
lebih dari 40 mg/liter.
Bila hanya ada klirens kreatinin serum, maka rumus (persamaan Cokcroft's) dapat digunakan
untuk mengestimasi klirens kreatinin.
Kreatinin serum menunjukkan fungsi ginjal pada keadaan tunak.

Pria:
Klirens kreatinin = berat badan (kg) x (140 usia lanjut) / 72 x kreatinin serum (mg/dL)

Wanita: 0,85 x nilai di atas.
Perubahan kreatinin serum dari u mol liter menjadi mg dL adalah dengan membagi 88,4.
Pada anak-anak klirens kreatinin disesuaikan dengan luas area atau bobot tubuh dan frekuensi
pemberian seperti pada orang dewasa.

Peringatan dan Perhatian:

Peringatan:
Seperti antibiotika beta-laktam lainnya, sebelum pengobatan dengan Ceftazidime sebaiknya
dilakukan pemeriksaan riwayat reaksi hipersensitifitas terhadap Ceftazidime, sefalosporin,
penisilin dan obat lainnya.

Ceftazidime sebaiknya diberikan dengan perhatian khusus pada penderita dengan tipe I atau
reaksi hipersensitif terhadap penisilin. Bila terjadi reaksi alergi, hentikan penggunaan obat ini.
Reaksi hipersensitif yang serius dapat diatasi dengan efinefrin (adrenalin), hidrokortison,
antihistamin atau pengatasan emergensi lainnya.

Perhatian:
Pemberian sefalosporin dosis tinggi harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan obat-
obat nefrotoksik seperti aminoglikosida, furosemid, karena kombinasi ini diduga mempengaruhi
fungsi ginjal.

Percobaan klinik menyebutkan bahwa hampir tidak ada masalah pada penggunaan dosis lazim.
Tidak ada bukt bahwa Ceftazidime mempengaruhi fungsi ginjal pada dosis teurapetik, tetapi
perlu dilakukan penurunan dosis untuk penderita gagal ginjal, karena Ceftazidime diekskresikan
melalui ginjal, yaitu untuk mencegah konsekuensi klinik akibat peningkatan kadar antibiotik
seperti konvulsi.

Tidak ada bukti eksperimental terhadap efek embyophatik dan teratogenik dari Ceftazidime,
tetapi seperti semua obat lainnya maka pemberian obat ini pada masa awal kehamilan dan awal
pertumbuhan janin harus hati-hati.
15


Penggunaan selama masa kehamilan harus dipertimbangkan keuntungannya dibandingkan
dengan resiko yang terjadi.

Ceftazidime diekskresi melalui air susu dengan demikian perlu perhatian khusus bila
Ceftazidime diberikan ibu menyusui.

Ceftazidime tidak mempengaruhi uji glikosuria yang berdasarkan enzym. Telah diobservasi
terjadi sedikit pengaruh terhadap metode reduksi kupri (Benedict's Fehling dan Clintest).
Ceftazidime tidak mempengaruhi alkali pikrat pada pemeriksaan kreatinin.

Penggunaan Ceftazidime untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kelebihan
pertumbuhan kuman yang non-susceptible (misalnya: candida, Enterococci) sehingga perlu
dilakukan penghentian pengobatan dan gunakan obat terapi lainnya.

Efek samping:
Percobaan klinik menyebutkan bahwa Ceftazidime ditoleransi dengan baik. Efek samping
umumnya jarang terjadi termasuk:
Lokal; flebitis atau tromboflebitis pada pemberian IV; rasa sakit atau inflamasi setelah injeksi
IM; hipersensitivitas; rash makulopapular atau urtikarial; fever; angiodema (sangat jarang);
reaksi-reaksi anafilaktik (bronkospase dan atau hipotensi); gastrointestinal (diare, nausea, nyeri,
abdominal, thrust atau kolitis (dangat jarang)).
Efek samping lain yang dikaitkan dengan Ceftazidime termasuk:
- Genito-urinary: candidosis vaginitis
- Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing paraestesia dan rasa tidak enak.

Perubahan sementara terhadap hasil uji laboratorium selama pengobatan dengan Ceftazidime
termasuk eosinofilia, test Coombs' positif tanpa haemolisis, trombositosis dan sedikit
peningkatan enzym hepatik SGOT, SGPT, LDH, GGT dan alkalin fosfatase,
Kadang-kadang: peningkatan sementara urea darah, nitrogen urea dan atau kreatinin serum.
Sangat jarang: transient leucopenia, thrombocytopeniaosis dan lymphocytosis.

Interaksi obat:
Pemberian bersama-sama dengan aminoglikosida dapat mengakibatkan inaktivasi. Bila diberikan
bersamaan sebaiknya diinjeksikan pada tempat (bagian tubuh) yang berbeda. Jangan mencampur
kedua obat ini dalam kantong atau botol infus yang sama.
Dengan vancomycin dapat terjadi pengendapan sehingga untuk pemberian dengan infus harus
dibilas terlebih dahulu bila menggunakan selang yang sama.

Perhatian Farmasetik:
CEFTAZIDIME dikemas dalam vial dengan tekanan rendah; tekanan positif dihasilkan dari
rekonstitusi karena pengeluaran gas karbondioksida. Setelah direkonstruksi CEFTAZIDIME
bertahan selama 18 jam bila disimpan pada suhu 25C dan selama 7 hari bila disimpan dalam
lemari es. Sedikit peningkatan warna terjadi selama penyimpanan.
16

CEFTAZIDIME untuk injeksi tercampur dengan cairan infus yang biasa digunakan. Larutan 1
mg/ml dan 40 mg/ml dalam larutan infus berikut dapat disimpan hingga 18 jam pada suhu di
bawah 25C dan selama 7 hari dalam lemari es.
Larutan injeksi Natrium laktat M/6; Larutan injeksi Natrium laktat compound (Larutan
Hartmann's); Larutan injeksi Dekstrosa 5%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.225%;
Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.45%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.9%;
Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.18%, Larutan injeksi Dekstrosa 10%; Larutan injeksi
10% Dexstran 40 dalam larutan injeksi NaCl 0.9%, Larutan injeksi 10% Dexstran 40 dalam
larutan injeksi Dekstrosa 5%; Larutan injeksi 6% Dekstran 70 dalam larutan injeksi NaCl 0.9%;
Larutan injeksi 6% Dexstran 70 dalam larutan injeksi Dekstrosa 5%.
(Ceftazidime kurang stabil dalam larutan injeksi Natrium Bikarbonat dibandingkan dengan
larutan intravena lainnya. Tidak dianjurkan sebagai diulen).
CEFTAZIDIME untuk injeksi dapat disimpan hingga 18 jam di bawah suhu 25C atau selama 7
hari dalam lemari es pada kadar 0,05 mg/ml dan 0,25 mg/ml dalam cairan Dyalisis
Intraperitoneal (Laktat).
CEFTAZIDIME untuk injeksi telah diketahui dapat tercampurkan selama 8 jam di bawah suhu
25C dan selama 7 hari dalam lemari es bila dicampur pada kadar 4 mg/ml dengan larutan
berikut:
Larutan injeksi hidrokortison (hidrokortison natrium fosfat) 1 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl
0,9% atau larutan injeksi Dekstrosa 5%.
Larutan injeksi cefuroxime (cefuroxime natrium) 3 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Larutan injeksi cloxacillin (cloxacillin natrium) 4 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Heparin 10 u/ml atau 50 u/ml dalam larutan NaCl 0,9%.
Larutan injeksi Kcl 10 mEq/l atau 40 mEq/l dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Untuk penggunaan IM dapat dicampur dengan larutan injeksi Lignocain 0,5% atau 1%.

Cara/ rute pemberian:
Ceftazidime dapat diberikan secara IV dan IM ke dalam masa otot yang besar misalnya pada
daerah gluteus maximus bagian atas atau otot lateral pada paha.

















17

5. Penicilin

Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di London yang satu
decade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan menggunakan
biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang
dunia II, kemudian digunakan Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin
termasuk antibiotic golongan betalaktam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur
seperti cincin lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya.
Jika cincin menjadi terbuka oleh enzyme lactamase (penisilinase dan cefalosforinase) maka
khasiatnya anti bakteri (aktivitas) antibiotic penisilin menjadi lenyap.
Mekanisme kerja :
Penisilin merintangi/menghambat pembentukan sintesa dinding sel bakteri sehingga bila sel
bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air
yang terserap dengan jalan osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri
menjadi musnah.
Resistensi:
Pemakaian yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan
Bakteri Coli menjadi resisten (kebal) terhadap penisilin
Resistensi bakteri ini terbantuk dengan cara :
1. Bakteri membentuk enzyme lactamase yang memecah cincin lactam
2. Bakteri mengubah bentuknya menjadi bakteri huruf L yaitu bentuk bakteri tanpa dinding
sel. Bakteri berbentuk L dapat menimbulkan infeksi kronis (misalnya infeksi paru-paru dan
saluran kemih) karena lama berkembanganya. Bakteri semacam ini dengan mudah dimatikan
dengan kotrimoksazol atau tetrasiklin (obat antibootik).
Derivate (turunan) penisilin
Berdasarkan perkambangannya, terbantuk derivate-derivat Penisilin seperti dibawah ini :
a. Penisilin spectrum sempit :
(1). Benzil penisilin = penisilin G
Tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan diuraikan oleh asam lambung,
karena itu penggunaannya secara injeksi atau infuse intra vena.
(2). Penisilin V = Fenoksimetil penisilin
18

Penisilin ini tahan asam lambung, pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
(3). Penisilin tahan Penisilinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh penisilinase, tetapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G
dan penisilin V. umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat
tersebut. Contohnya kloksasin, dikloksasin, flukloksasilin.
Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50
kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli, H.influenza dan staphylococcus aureus. Contohnya
Augmentin (Beecham).
Asam klavulanat adalah senyawa lactam dari hasil fermentasi streptomyces clavuligerus.
b. Penisilin spectrum luas :
(1). Ampisilin
Spectrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram negative yang tidak peka
terhadap penisilin G. khasiatnya terhadap kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada
penisilin-penisilin spectrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi
atau peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran pencernaan (desentri), dan infeksi
saluran kemih.
(2). Amoksisilin
Spectrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan lengkap. Banyak
digunakan terutama pada bronkitis menahun dan infeksi saluran kemih.
(3). Co-amoxiclav
Obat generic, indikasi kontra indikasi dan efek samping.
1. Benzil penisilin (penisilin G)
-indikasi : infeksi tenggorokan, otitis media, streptococcus endo karditis, meningokokus,
meningitis, pneumonia dan profilaksis amputasi pada lengan dan kaki.
-kontra indikasi : hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
-efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
-sediaan : benzatin penisilin G (generik) injeksi.
2. Fenoksi metal penisilin (penisilin V)
-indikasi : tonsillitis, otitis media, demam rematik, profilaksis infeksi pneumokokus.
-kontra indikasi & efek samping sama seperti penisilin G


3. Ampisilin

-indikasi : infeksi saluran kemih, demam rematik, profilaksis infeksi pneumokokus.
-kontra indikasi : alergi (hipersensitiv) terhadap penisilin.
-efek samping : mual, diare, ruam, kadang-kadang colitis.
-sediaan : ampisilin (generik) kapsul 250 mg, kaptab 500 mg, serbuk injeksi, sirup kering.
-cara penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25C
4. Amoksisilin
19

-indikasi : (lihat ampisilin), juga untuk profilaksis endokarditis dan terapi tambahan.
-kontra indikasi dan efek samping sama dengan ampisilin
-sediaan : amoksisilin (generik), kapsul 250 mg, kaptab 500 mg, serbuk injaksi, sirup kering.
-cara penyimpanan : dalam botol tertutup rapat.
5. Co-amoxiclav (amoksisilin-asam klavulanat)
-kontra indikasi dan efek samping sama dengan ampisilin.
-sediaan : Co-amoxiclav (generik), kaptab.


Fenoksimetil Penisilin (Penisilin V)

Nama Obat Generik:
Fenoksimetil Penisilin
Komposisi:
Phenoxymethyl penicillin (generic),tab 250mg,500mg.
Nama Obat Paten:
Fenocinospen


Farmakologi Obat:
Absorbsi : 60% sampai 73%.
Distribusi: masuk kedalam air susu ibu.
Ikatan protein plasma: 80%
T eliminasi: 30 menit, dan mengalami perpanjangan pada gagal ginjal.
T max: 0,5-1 jam.
Ekskresi : urin (dalam bentuk utuh dan dalam bentuk metabolit).

20

Indikasi:
Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap penicillin meliputi
infeksi saluran pernafasan, otitis media, sinusitis, kulit, dan saluran kemih; profilaksis pada
demam rheumatoid.


Kontraindikasi:

Hipersensitif terhadap penisilin atau komponen lain dalam sediaan.

Dosis:

Dosis Oral:
Infeksi Sistemik:
Anak < 12 tahun, 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam; dosis maksimal 3 g/hari
Anak > 12 tahun dan dewasa: 125-500 mg setiap 6-8 jam.
Profilaksis pneumococal:
Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari.
Anak > 5 tahun, dan dewasa, 250 mg dua kali sehari.
Profilaksis demam reumatoid kambuhan:
Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari.
Anak > 5 tahun, dan dewasa, 250 mg dua kali sehari.
Penyesuaian dosis untuk gagal ginjal:
ClCr <10 mL/menit; diberikan 250 mg setiap 6 jam.
Perhatian dan Peringatan:
Digunakan secara hati hati pada pasien gagal ginjal (penyesuaian dosis); riwayat kejang atau
hipersensitif terhadap sefalosporin.
Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : B
- Terhadap Ibu Menyusui : Dieksresi kedalam air susu ibu. Hati-hati jika terjadi reaksi
hipersensitifitas pada anak.
- Terhadap Anak-anak : Data masih terbatas; hati-hati jika timbul reaksi hipersensitifitas setelah
pemberian obat.
21

- Terhadap Hasil Laboratorium : Pada penggunaan lama : dapat mempengaruhi hasil pengukuran
fungsi Ginjal.

Efek samping:
> 10% : Gastrointestinal: diare sedang, muntah, mual, atau kandidiasis.
< 1% : (Kejadian jarang dan dapat hilang dengan sendirirnya); akut interstisial nephritis; konfusi;
anemia hemolitik; positif coombs test.
Interaksi Obat:

- Dengan Obat Lain
Meningkatkan efek toksis:
Probenezid dapat meningkatkan kadar penisilin.
Aminoglikosida kemungkinan mempunyai efek sinergi dengan penisilin.
Penisilin kemungkinan mempunyai meningkatkan efek paparan metotreksat selama proses terapi
(monitoring).
Menurunkan efek:
Tetrasiklin kemungkinan dapat menurunkan efektifitas dari penisilin.
Meskipun masih dalam penelitian, efek kontrasepsi oral dapat diturunkan efektifitasnya oleh
penisilin.
- Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan kadar absorbsi penisilin; dapat menurunkan
kadar obat dalam serum plasma.
Rute Pemberian obat:
Oral:Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk meningkatkan absorbsi obat.






22


6. Ampicilin


Nama Obat Generik:
Ampisilin

Komposisi:
Tiap captab mengandung Ampisilina Trihidrat setara dengan Ampisilina Anhidrat 500 mg.

Nama Obat Paten:
Penbritin, Kalpicillin, Omnipen, Viccillin

Farmakologi Obat:

Ampisilina termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina yaitu asam
6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisid.
Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap penisilina G dan
bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :
1.Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus yang tidak
menghasilkan penisilinase.
2.Kuman gram-negatif seperti gonokokus, H. influenzae, beberapa jenis E. coli, Shigella,
Salmonella dan P. mirabilis.

Indikasi:
Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
Infeksi saluran pernafasan,seperti pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap penisilina.


Dosis:
Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan sampai 1 jam sebelum makan.
Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml, kocok sampai
23

serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 7
hari.
Pemakaian parenteral baik secara i.m. ataupun i.v. dianjurkan bagi penderita yang tidak
memungkinkan untuk pemakaian secara oral.

Perhatian dan Peringatan:
Tablet ampisilin sebaiknya diminum dengan air yang cukup, 1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan.
Kemungkinan timbul superinfeksi yang disebabkan oleh Candida, Enterobacter,
Pseudomonas pada pemakaian jangka lama dan dosis tinggi.
Hati hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui karena keamanan
penggunaannya belum diketahui dengan pasti.
Penggunaan ampisilin agar segera dihentikan bila terdapat efek samping.
Pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan darah agar dilakukan secara periodik pada
penggunaan jangka panjang.
Efek Samping:
Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya pengobatan tidak perlu
dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5 hari setelah pengobatan dihentikan.
Gangguan pada saluran pencernaan seperti glossitis, stomatitis, mual, muntah, enterokolitis,
kolitis pseudomembran.
Pada penderita yang diobati dengan Ampisilina, termasuk semua jenis penisilina dapat timbul
reaksi hipersensitif, seperti urtikaria, eritema multiform. Syok anafilaksis merupakan reaksi
paling serius yang terjadi pada pemberian secara parenteral.


Interaksi Obat:
Penggunaan bersama dengan allopurinol akan meningkatkan kemungkinan reaksi
hipersensitivitas.
Penggunaan dengan kontrasepsi oral akan menurunkan efektivitas dari kontrasepsi oral.
Penggunaan dengan probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang kadar ampisilin
dalam darah.
Rute Pemberian:
Terapi oral
Terapi parenteral





24

7. Streptomycin (Streptomisin)



Nama Obat Generik:
Streptomycin

Komposisi:
Streptomycin sulfate / Streptomisin Sulfat.

Nama Obat Paten:
Streptomycin sulphate meiji

Farmakologi Obat:
Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja
dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial
yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.

Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.

Dosis:
- Tuberkulosa : 750 mg sehari 3 kali/minggu atau 1,5 gram 2 kali/minggu.
- Infeksi akut : 1-2 gram/hari.

Peringatan dan Perhatian :
- Kerusakan ginjal dan hati.
- Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.
- Hamil dan menyusui.

Efek Samping :
- Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa kehilangan
pendengaran, kepeningan, vertigo);
- Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi biasanya
ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
25

- Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi berturut-turut
dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.

Interaksi Obat:
Melalui Injeksi IM dan IV

Rute Pemberian:
Injeksi


8. THIAMPHENICOL

Obat Generik :
Thiamphenicol / Tiamfenikol
Komposisi:
Thiamphenicol Kapsul 250 mg : Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 250 mg.
Thiamphenicol Kapsul 500 mg : Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 500 mg.
Thiamphenicol Sirup 125 mg/5 ml : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Tiamfenikol
125 mg.
Thiamphenicol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung
Tiamfenikol 250 mg.
Obat Paten:
Biothicol, Anicol, Cetathiacol, Comthycol, Conucol, Corsafen, Dexycol, Dionicol, Fosicol,
Genicol, Ipibiofen, Kalticol, Lacophen, Lanacol, Lipafen, Nikolam, Nilacol, Nufathiam,
Opiphen, Phenobiotic, Promixin, Renamoca, Rindofen, Sendicol, Thiambiotic,
Thiamet,Thiamfilex, Thiamika, Thiamycin, Troviakol, Urfamycin, Urfekol, Venakol, Zumatab
Farmakologi Obat:
Tiamfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang mempunyai cara kerja seperti kloramfenikol.
Tiamfenikol kurang aktif dibandingkan dengan kloramfenikol, namun sama efektifnya dan efek
26

bakterisidnya lebih baik terhadap Haemophilus spp dan Neisseria spp. Tiamfenikol bekerja
dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri secara reversiblesehingga menghambat sintesis
protein dari bakteri yang peka, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri.
Indikasi:
Infeksi saluran kemih dan kelamin.
Infeksi gonore (GO).
Infeksi saluran pencernaan.
Infeksi tifus dan paratifus.
Infeksi saluran pernafasan.
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap tiamfenikol.
Penderita depresi sumsum tulang atau diskrasia darah.
Wanita hamil dan menyusui.
Dosis Dan Aturan Pakai:
Dewasa : 4 kali sehari 250-500 mg.
Anak-anak atau bayi berusia lebih dari 2 minggu : 50 mg/kg berat badan/hari dibagi
menjadi 3-4 kali pemberian.
Bayi berusia kurang dari 2 minggu : 25 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 4-6 kali
pemberian.
Bayi prematur : 25 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 2 kali pemberian.
Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas/alergi, gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, diare),
sariawan, glositis, ensefalopati, depresi mental, sakit kepala, dan ototoksisitas.
Anemia hemolitik.
Reaksi Jarish-herxheimer.
Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan perdarahan, neuritis optik dan perifer.
Efek samping yang potensial fatal : depresi sumsum tulang, grey baby syndrome,
anafilaktik.
Peringatan Dan Perhatian:
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah
terjadinya akumulasi obat.
Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5 liter sehari) untuk
mencegah kristaluria.
Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara periodik
karena kemungkinan terjadi diskrasia darah.
27

Hentikan penggunaan Cotrimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit
atau tanda-tanda efek samping lain yang serius.
Interaksi Obat:
Tiamfenikol dapat meningkatkan efek warfarin dan sulfonylurea.
Tiamfenikol meningkatkan kadar fenitoin plasma.
Metabolisme Tiamfenikol meningkat oleh fenobarbital dan rifampisin.
Rute Pemberian:
Diberikan melalui oral




























28

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya,
yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang
membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi
akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam
keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Contoh antibiotic antara lain
ampicilin, kloramfenikol, streptomycin, penicillin, co amoxiclav, thiamfenikol,
ceftazidime, dll.

B. Saran
1. Berhati hatilah dalam mengkonsumsi obat
2. Bacalah tanggal kadaluwarsa, dosis, aturan pakai, dan efek samping sebelum minum
obat
3. Jangan membeli obat sembarangan jika tanpa resep dokter
4. Utamakan mengatasi penyakit dengan cara alami atau herbal
5. Jangan mengandalkan obat kimia untuk menyembuhkan penyakit ringan / tidak parah

Anda mungkin juga menyukai