ANTIBIOTIK
DOSEN PENGAJAR :
ZAMHARIRA MUSLIM, M.Farm , Apt
II. Mekanisme Kerja (DRS. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja,. 2002)
III. Aktivitasnya (DRS. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja,. 2002)
IV. Penggunaan (DRS. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja,. 2002)
II. Macam-macam obat antibiotik (DRS. Tan Hoan Tjay dan Kirana
Rahardja,. 2002)
A. PENISILIN
Kelompok penisilin dan sefalosporin.
Penisilin diperoleh dari jamur penicillium chrysogenum; dari berbagai macam
jenis yang dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja.
Benzilpenisilin (pen-G) ternyata paling aktif, sefalosporin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium yang berasal dari sicilia (1943).
Aktivitas
Penisilin termasuk antibiotika spektrum-sempit, begitu pula penisilin-V dan
analognya. Ampisilin dan turunannya, serta sefalosporin memiliki spektrum-
kerja lebih luas, yang meliputi banyak kuman Gram-negatif , antara lain
H.influenza, E dan P.mirabilis.
Mekanisme Kerja
Penisilin dan sefalosporin menghindarkan sintesa lengkap dari polimer ini yang
spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya
bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding-sel yang tak
sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan hewan
tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis untuk manusia.
Penggunaan
Beberapa penyakit dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram-positiif dapat
diatasi menggunakan penicilin G diantaranya :
Infeksi tenggorokkan
Otitismedia
Endokarditis
Meningokokus
Meningitis pneumokokal
Pneumonia
Antraks
Dipteri
Profilaksis pasca amputasi lengan atau kaki
Resistensi
Cara terpenting dari kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan dari
antibiotika beta-laktam adalah pembentukan enzim beta-laktamase.
Efek Samping
Yang terpenting adalah reaksi alergi karena hipersensitasi, yang jarang sekali
dapat menimbulkan shock anafilaktis (dan kematian). Pada prokain-
benzilpenisilin diduga prokain yang memegang peranan pada hipersensitasi
tersebut. Pada penisilin broad-spectrum agak sering terjadi gangguan lambung-
usus (diare, mual, muntah, dan lain-lain). Pada dosis amat tinggi dapat terjadi
reaksi nefrotoksis dan neurotoksis.
Interaksi
Lama kerjanya diperpanjang oleh obat-obat encok probenesid dan sulfinpirazon,
juga oleh asetosal dan indometasin. Kombinasi dengan probenesid sering
digunakan untuk maksud tersebut. Efek penisilin dikurangi oleh antibiotika
bakteriostatis (tetrasiklin, kloramfenikol, dan makrolida).
Penggolongan
a. Zat-zat spektrum-sempit : benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zat-zat
ini terutama aktif terhadap kuman Gram-positif dan diuraikan oleh penisilinase.
b. Zat-zat tahan-laktamase : metisilin , kloksasilin dan flukloksasilin. Zat ini
hanya aktif terhadap stafilokok dan streptokok. Asam klavulanat, sulbaktam, dan
tazobaktam memblokir laktamase dan dengan demikian menjamin aktivitas
penisilin yang diberikan bersamaan.
c. Zat-zat spektrum-luas : ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kuman2
Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, kecuali antara lain
Pseudomonas, Klebsiella, dan B. Fragilis. Tidak tahan-laktamase, maka sering
digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase-blocker.
d. Zat-zat anti-Pseudomonas : tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika spektrum-luas
ini meliputi lebih banyak kuman Gram-negatif, termasuk Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella, dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan-laktamase dan umumnya
digunakan bersamaan dengan laktamase-blocker.
B. SEFALOSPORIN
Sefalosporin termasuk antibiotika beta-lak-tam dengan struktur, khasiat
dan sifat yang banyak mirip penisilin. Diperoleh secara semisintetis dari
sefalosporin C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium.
Spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan
-negatif, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam
fase perumbuhan kuman, berdasarkan penhambatan sintesa peptidoglikan
yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Kepekaannya untuk
beta-laktamase lebih rendah daripada penisilin.
Penggolongan
Menurut khasiat antimikrobanya dan resistensinya terhadap beta-laktamase,
sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut,
a. Generasi ke-1: sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin, dan
sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram-positif, tidak
berdaya terhadap gono-cocci, H.influenzae, Bacteroides, dan
Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.
b. Generasi ke-2: sefaklor, sefamandol, sefmentazol, dan sefuroksim lebih
aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk H.influenzae, Proteus,
Klebsiella, gono-cocci, dan kuman-kuman yang resisten untuk
amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap
kuman Gram-positif (Staf. dan Strep.) lebih kurang sama.
c. Generasi ke-3: sefoperazon, sefotaksim seftizoksim, seftriakson, sefotiam,
sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih
kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides,
khusunya seftazidim, sefsulodin dan sefepim. Resistensinya terhadap
laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafolokok jauh lebih
ringan. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE (Methicillin Resistant
Staphylococcus Epidermis).
d. Generasi ke-4: sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat
resisten terhadap laktamase dan sefepim, juga aktif sekali terhadap
Pseudomonas.
Peggunaannya
Zat-zat gen-1 sering digunakan per oral pada infeksi saluran kemih ringan, dan
sebagai obat pilihan kedua pada infeksi saluran pernapasan dan kulit yang tidak
begitu serius dan bila terdapat alergi untuk penisilin.
Zat-zat gen-2/3 digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten untuk
amoksisilin dan sefalosporin gen-1, juga terkombinasi dengan aminoglikosida
(gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Begitu
pula profilaktis pada bedah jantung, usus, ginekologi, dan lain-lain. Sefoksitin
dan sefuroksim (gen-2) digunakan pada gonore (kencing nanah) akibat gonokok
yang membentuk laktamase.
Zat-zat gen-3 seftriakson dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat
pilihan prtama untuk gonore. Sefoksitin pada infeksi Bacteroides fragilis.
Efek sampingnya
Pada umumnya, sama dengan kelompok penisilin, tetapi lebih ringan. Obat-obat
oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare, nausea, dan
sebagainya), jarang sekali juga reaksi alergi (rash, urticaria). Alergi silang dengan
derivat penisilin dapat terjadi.
Zat-zat tersendiri
1. Sefaleksin: Cefalin, Keforal, Ospexin, Tepaxin
2. Sefamandol: Dardokef, Mandol
3. Sefuroksim: Zinacef
4. Sefotaksim: Claforan
5. Seftazidim: Fortum
6. Aztreonam: Azactam
C. AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungsi Streptomyces dan
Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintesis-nya mengandung
dua atau tiga gula-amino-di dalam molekulnya, yang saling terikat secara
glukosidis. Dengan adanya gugusan-amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan
garam-sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut di air.
Penggolongan
Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya, yaitu :
o Streptomisin mengandung satu molekul gula-amino dalam molekulnya.
o Kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan
turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua
molekul gula yang dihubungi oleh sikloheksan.
o Neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gula-amino.
Spektrum-kerjanya luas dan meliputi terutama banyak bacilin Gram-negatif ,
antara lain E.coli,H. Influenzae, Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Salmonella, dan
Shigella.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi
(RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.
Penggunaan
Streptomisin (dan kanamisin) hanya digunakan parenteral pada
tuberkulosa, dikombinasi dengan rifampisin, INH, dan pirazinamida, juga
bersama benzilpenisilin berkat efek potensiasi pada infeksi streptokok atau
enterokok (endocarditis).
Gentamisin dan tobramisin sering digunakan bersama suatu penisilin atau
sefalosporin pada infeksi dengan pseudomonas.
Efek samping
Semua aminoglikosida terutama pada penggunaan parenteral dapat
mengakibatkan kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan (ototoksis)
akibat kerusakan pada saraf otak kedelapan. Gejalanya berupa pusing tujuh-
keliling, berdengung (tinnitus), bahkan ketulian yang tidak reversibel. Selain itu
juga dapat merusak ginjal (nefrotoksis) secara reversibel karena ditimbun dalam
sel-sel tubuler ginjal.
Pada penggunaan oral dapat terjadi nausea, muntah, dan diare, khususnya
pada dosis tinggi.
D. TETRASIKLIN
Senyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dari streptomyces
aureofaciens (oksitetrasiklin). Tetapi setelah 1960, zat-induk tetrasiklin mulai
dibuat secara sintesis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivat-oksi
dan –klor serta senyawa long-acting doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya
bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar
plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan
diganggunya sintesa protein kuman.
Kimia
Semua tetrasiklin berwarna kuning dan bersifat amfoter, garamnya dengan
klorida/fosfat paling banyak digunakan. Larutan garam tersebut hanya stabil pada
pH < 2 dan terurai pesat pada pH lebih tinggi. Begitupula kapsul yang disimpan
ditempat panas dan lembab mudah terurai, terutama dibawah pengaruh cahaya.
Produk penguraiannya epi- dan anhidrotetrasiklin bersifat sangat toksis bagi
ginjal. Oleh karena itu, suspensi atau kapsul tetrasiklin yang sudah tersimpan
lama atau sudah berwarna kuning tua sampai coklat ridak boleh diminum lagi!
Penggunaan
Berhubung kegiatan antibakterinya yang luas tetrasiklin lama sekali merupakan
obat terpilih untuk banyak infeksi dari bermacam-macam kuman, karena
perkembangan resistensi dan efek sampingnya pada penggunaan selama
kehamilan dan pada anak kecil,maka dewasa ini hanya dicadangkan untuk infeksi
tertentu dan bila terdapat intoleransi bagi antibiotika pilihan pertama. Antara lain
digunakan pada infeksi saluran napas dan paru-paru,saluran kemih, kulit, dan
mata.
Efek samping
Pada penggunaan oral sering terjadigangguan lambung-usu (mual, muntah, diare,
dan sebagainya). Penyebabnya ialah rangsangan kimiawi terhadap mukosa
lambung dan/atau perubahan flora-usus oleh bagian obat yang tidak diserap,
terutama pada tetrasiklin.
Efek yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi
yang sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. Efek samping lainnya adalah
fotosensitasi, yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-
merahan, gatal-gatal, dan sebagainya. Maka, selama terapi dengan tetrasiklin,
hendaknya jangan terkena sinar matahari yang kuat.
Kehamilan
Karena penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi
lebih rapuh dan kalsifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak
boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan dan pada anak-anak
sampai usia 8 tahun.
Zat-zat tersendiri
1. Tetrasiklin: TC. Achromycin, Hostacyline, Steclin.
2. Doksisiklin: Vibramycin, Domoxin, Doxin, Siclidon.
Zat-zat tersendiri
1. Eritromisin: erythrocin, Eryc
2. Aziztromisin: zithromax
3. Spiramisin (Rooamycin,RPR. Spiradan)
4. Linkomisin:licocin
F. POLIPEPTIDA
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E (= kolistin),
basitrasin dan gramisidin, dan bercirikan struktur polipeptida siklis dengan
gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang diperoleh
dari jamur, obat-obat ini dihasilkan oleh jenis bakteri. Polimiksin hanya aktif
terhadap kuman Gram-negatif termasuk Pseudomonas, sedangkan
basitrasin dan gramisidin terutama terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak
tergantung dari keadaan membelah tidaknya kuman, maka dapat dikombinasi
dengan antibiotika bakteriostatis, seperti kloramfenikol dan tetrasiklin
Penggunaan, Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga bagi
organ pendengaran. Maka penggunaan parenteralnya pada infeksi
Pseudomonas kini sudah ditinggalkan dengan adanya antibiotika lain yang
lebih aman seperti gentamisin dan sefalosporin.
Zat-zat tersendiri
1. Polimiksin B: Otosporin, Maxitrol
2. Basitrasin: Nebacetin
3. Gramisidin: Sofradex, Topifram
1. KLORAMFENIKOL: kemicetine
Semula diperoleh dari sejenis streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat
secara sintetis. Antibiotikum broadspectrum ini berkhasiat terhadap hampir
semua kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, juga terhadap
Spirokhaeta, chlamydia trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif kebanyakan
suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.
2. VANKOMISIN: ledervan, vancocin.
Antibiotikum glikopeptida ini dihasilkan oleh streptomyces orientalis (1955).
Berkhasiat bakterisid terhadap kuman Gram-positif aerob dan anaerob,
termasuk stafilokok yang resisten untuk metisilin (MRSA = methicillin
Resistent staphylococcus Aureus). Penting sekali sebagai antibiotikum
terakhir pada infeksi parah oleh kuma-kuman tersebut jika obat-obat lain tidak
ampuh lagi. Obat ini juga digunakan bila terdapat alergi untuk
penisilin/sefalosporin.
4. MUPIROSIN: Bacteroban.
Dihasilkan oleh kuman pseudomonas flourescens (1985), maka semula
dinamakan pseudomonic acid. Berdaya khusus terhadap kuman Gram-positif,
antara lain St.aureus, Str.pyogenes dan Str.pneumoniae. tidak aktif terhadap
kuman Gram-negatif, kecuali H.Influenzae dan Neisseria gonorrhoea.
5. SPEKTINOMISIN: Trobicin.
Dihasilkan oleh streptomycin spectabilis (1961). Antibiotikum broad-
spectrum ini berkhasiat bakterisid terhadap sejumlah kuman Gram-positif
dan Gram-negatif, termasuk Gonococci, pseudomonas, proteus, dan
Klebsiella. Khususnya digunakan sebagai obat pilihan ketiga pada gonore
akut (urethritis, proctitis, cervicitis) yang diakibatkan oleh suku N.gonorroe
yang membentuk penisilinase. Efek sampingnya antara lain nyeri di tempat
injeksi, mual, pusing, urticaria, dan sukar tidur. Penggunaanya selama
kehamilan tidak ada.
DOSIS ANTIBIOTIK
DEWASA
DOSIS ANTIBIOTIK
DEWASA
III. DOSIS ANTIBIOTIK (Gibert DN,2018)
Jenis Antibiotik
(golongan/ kelas) Dosis Anak Dengan Fungsi Ginjal Normal
Penisilin Alami
Penisilin G Bayi dan Anak
Infeksi ringan-sedang: 25.000–50.000 unit/kg/hari IV/IM
dalam dosis terbagi q4 jam
Infeksi berat : 250.000-400.000 unit/kg/ hari IV/IM
dalam dosis terbagi q4-6 jam ( maksimal: 24 juta unit/
hari.
Penisilin V Anak < 12 tahun : 25-50 mg/kg/hari PO dalam dosis
terbagi q6–8 jam (maksimal: 3 g/hari)
Anak ≥ 12 tahun: 125–500 mg PO q6–8 jam
Aminopesilin
Katagori A
Studi yang adekuat dan terkontrol baik pada wanita hamil
belum menunjukkan peningkatan risiko kelainan janin
Katagori B
Baik:
1. penelitian pada hewan coba telah mengungkapkan tidak ada
bukti membahayakan pada janin; namun, tidak ada studi
yang memadai pada wanita hamil; ATAU
2. penelitian pada hewan coba menunjukkan efek yang
merugikan, tetapi penelitian yang memadai pada wanita
hamil gagal menunjukkan risiko pada janin.
Katagori C
Baik :
1. penelitian pada hewan coba telah menunjukkan
efek buruk dan tidak ada studi yang memadai
pada wanita hamil; ATAU
2. tidak ada penelitian pada hewan coba yang
dilakukan dan tidak ada studi yang memadai pada
wanita hamil.
Katagori D
Studi pada wanita hamil telah menunjukkan risiko pada janin,
tetapi manfaat terapi mungkin lebih besar daripada risiko
potensial.
Katagori X
Studi pada hewan atau wanita hamil telah menunjukkan bukti positif
kelainan atau risiko janin. Akibatnya, penggunaan produk obat berkategori
X dikontraindikasi pada wanita yang sedang atau mungkin hamil.
Cefdinir B
Cefditoren B
Cefpodoxime B
Ceftibuten B
Cefixime B
Cephalosporins Generasi
Keempat
Cefepime B
Carbapenems
Imipenem / cliastatin C
Meropenem B
Ertapenem B
Doripenem B
Monobactam
Aztreonam
Glycopeptides
Vancomycin C
Telavancin C
Daptomycin B
Colistin C
Rifamycins
Rifampin C
Rifaximin C
Rifabutin B
Aminoglycosides
Streptomycin D
Gentamicin D
Tobramycin D
Amikacin D
Macrolides dan ketolides
Erythromycin B
Azithromycin B
Clarithromycin C
Telithromycin C
Tetracyclines dan
glycylclines
Tetracycline D
Doxycycline D
Minocycline D
Tigecycline D
Chloramphenicol C
Clindamycin B
Linezolid C
Nitrofurantoin B
Trimethoprim- C
sulfamethoxazole
Quinolonees
Ofloxacin C
Ciprofloxacin C
Levofloxacin C
Moxifloxacin C
Gemifloxacin C
Metronidazole B
Antimycobacterial agents
Isoniazid C
Rifampin C
Pyrazinamide C
Ethambutol B
1. DRS. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja,. 2002. OBAT-OBAT PENTING.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
2. Charles L et al. Macrolide antibiotics drugs 1997;53:349-57
3. Mattie H et al. Macrolide. Geneesmid-delenbulld 1995;29:14
4. Horsburgh jr CR. Advances in the prevention and treatment of
Mycobacteriium avium disease. N Engl J Med 1996;335:428-30
5. Nasution, rifan eka putra. 2018. Ebook ANTIBIOTICS 101.
6. Gilbert DN, Moellering RC Jr, Eliopoulos, et al. The Sanford Guide to
Antimicrobial Therapy. 2018.48 ed. Sperryvelle, VA:Antimicrobial
Therapy, Inc.;2018
7. Uptodate. Tersedia pada: http://www.uptodate. Diakses pada juli 2018
8. Dynamed. Tersedia pada: http://www.dynamed.com diakses pada juli 2018
9. Briggs GG, Freeman RK,, Yaffe SJ. Drug in Lactation and pregnancy. 7th
ed. Philadelphia, PA:lippincott Williams & wilkins;2005
10. Levy SB. The challenge of antibiotic resistance. Sci Am 1998;278:46-53