“Penggolongan Antimikroba”
Di Susun Oleh:
WIKASARI
(21331019)
A. DEFINISI
Mikroba atau mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang
menyebabkan bahaya dan kerusakan bagi makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.
Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mikroba dalam menginfeksi dan menimbulkan
penyakit baik yang ringan maupun sampai pada kematian, sehingga manusia terus mencari
bahan-bahan untuk mengatasi mikroba yang menimbulkan penyakit baik yang ringan
maupun sampai pada kematian, sehingga manusia terus mencari bahan-bahan untuk
mengatasi mikroba yang menimbulkan penyakit tersebut (antimikroba).
B. SIFAT-SIFAT ANTIMIKROBA
Beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba menurut Waluyo (2004)
adalah sebagai berikut.
1. Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak hospes/inang,
yaitu antimikroba dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mikroba
bahkan menghentikan pertumbuhan bakteri/membunuh namun tidak
berpengaruh/merusak pada hospes.
6. Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat,
antimikroba yang berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat aktif dan
tidak dalam keadaan berhenti tumbuh atau dormansi.
7. Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat larut dan
menyatu dalam air.
C. PENGGOLONGAN OBAT ANTIMIKROBA
1. Golongan Penisilin
Deskripsi : Penisilin dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Memiliki cincin
b-laktam yang diinaktifkan oleh enzim b-laktamase bakteri. Aktif terutama pada
bakteri gram (+) dan beberapa gram (-).
Mekanisme kerja obat : Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif,
Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang
sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak
membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya
bakteriostatik (menghambat perkembangan).
Contoh :
a) Amoksisilin
b) Ampisilin
Nama dagang : Ambiopi, Ampisilin
Indikasi : ISK, saluran pernapasan dan pencernaan
Kontra indikasi : hipersensitif
Efek samping : mual, muntah, diare,hipersensitif
Dosis: 250-500 mg 4 x sehari selama 5-10 hari
1. Golongan Sefalosporin
Deskripsi : Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Sefalosporin aktif terhadap
kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium.
Mekanisme kerja : Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin
ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Obat golongan ini
berkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pencernaan bagian
atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan
jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh :
a) Sefadroksil
c) Sefotaksim
2. Golongan Tetracycline
· Deskripsi : Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens&Streptomyces rimosus. Khasiatnya
bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid
lemah.
· Mekanisme kerja : Mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali
terhadap Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit
mata), leptospirae, beberapa protozoa.
Contoh :
a) Tetrasiklin
b) Doksisiklin
Deskripsi :
Mekanisme kerja : Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol
pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan diduga berhubungan
dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.
Indikasi : Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan
sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H.
influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak
efektif bila diobati dengan antibiotic yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn
1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya
dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae).
Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%.
Contoh :
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. Nama Dagang : Colme, Anicol, Biothicol.
Kontra indikasi : hipersensitif, penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
Dosis : Dewasa 4 x sehari 250-500 mg, anak-anak 25-50 mg /kg dalam dosis terbagi 3-4 x sehari
4. Golongan Makrolid
Deskripsi :
Mekanisme kerja : Golongan Makrolida menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S, sehingga mengganggu sintesis protein.
Bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida.
Contoh :
a) Klaritromisin
b) Eritromisin
c) Azitromisin
Nama dagang : Mezatrin, Zithromax
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.
Kontra indikasi : hipersensitif, pemberian bersama dengan derivat ergot.
Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri perut dan dada, palpitasi,vertigo.
Dosis : 500 mg (hari I) dilanjutkan 250 mg (hari II-V)
5. Golongan Kuinolon
Mekanisme kerja : Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi
dantranskripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA.
Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum
titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase.
Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan
bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Efek Samping : Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek
sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada
saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang
paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa
sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik,
halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan
arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.
Contoh :
a) Siprofloksasin
Nama Dagang: Bactiprox,Baquinor
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit, jaringan lunak, saluran kemih dan
pencernaan
Kontra indikasi : Hipersensitif, hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja
Dosis: dewasa 200 mg setiap 12 jam (infeksi saluran kemih ringan), 400 mg setiap 12 jam,
(infeksi berat)
b) Ofloksasin
c) Levofloksasin
b) Gentamisin
Nama dagang: Ethigent, Gentamerck
Indikasi:Infeksi mikroba pada gentamisin,septikemia bakteri, infeksi mikroba gram negatif
dengan komplikasi, ISK, saluran napas, saluran cerna.
Kontra indikasi: hipersensesitif
Efek samping: telinga berdengung, vertigo, tinitus, pusing.
Dosis: dewasa 3 mg/kg dalam dosis terbagi tiap 8 jam (im)
c) Kanamisin
d) Spektinomisin
Nama dagang:Trobicin
Indikasi:Uretritis dan proktitis gonokokus akut
Kontra indikasi: hipersensitif
Efek samping: –
Dosis: dewasa suntik 5 ml larutan yang mengandung 2 g Spektinomisin
(im).