Anda di halaman 1dari 7

Refarat Kepada Yth.

Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis

SEFTRIAKSON

Hari/tanggal : Kamis/17 Oktober 2019


Penyaji : Ramadhona Sihotang
Pembimbing : dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu, M.Ked(Ped), Sp.A(K), PhD(CTM)
Supervisor : Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)
dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu, M.Ked(Ped), Sp.A(K), PhD(CTM)
dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, PhD
dr. Hendri Wijaya, M.Ked(Ped), Sp.A

Pendahuluan
Kelompok antibiotik bakteriosidal β-laktamase adalah antibiotik yang mekanisme
kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghalangi proses
transpeptidase. Antibiotik yang masuk ke dalam kelompok ini memiliki kesamaan
khusus yaitu terdapat gugus cincin laktam yang unik pada struktur obat tersebut.
Kelompok antibiotik ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain golongan penisilin,
sefalosporin, vankomisin, monobaktam, karbapenem, fosfomisin.1 Seftriakson adalah
antibiotik yang masuk ke dalam sepalosporin generasi ke-3 yang biasanya digunakan
hanya sekali sehari.2
Seftriakson memiliki spektrum yang luas terhadap bakteri patogen gram
positif atau gram negatif dan merupakan sefalosporin pertama yang resisten terhadap
B-lactamase. Seftriakson sendiri memiliki penetrasi yang baik ke cairan serebrospinal
sekalipun selaput otak tidak dalam kondisi inflamasi sehingga seftriakson sering
dipakai sebagai pengganti sefotaxim dalam pengobatan meningitis..2 Seftriakson juga
efektif melawan kuman patogen pada neonatus, seperti Escherichia coli, Klebsiella
species, Enterobacter species, Serratia species, Streptococcus agalactiae,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenzae kecuali
dari golongongan listeria dan enterokokus.2,3

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menjelaskan tentang mekanisme
kerja, farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi penggunaan, dosis dan efek
samping obat seftriaxon sebagai antibiotik pada anak.

1
Definisi
Seftriakson adalah antibiotik generasi ketiga dari golongan sepalosporin. Antibiotik
ini memiliki efek antibaktersidal dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif, serta bakteri anaerob. Antibiotik ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel
bakteri, yaitu menghambat reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel.
Seftriakson memiliki rumus kimia C18H18N8O7S3, dengan berat molekul
554,48kd. Seftriakson merupakan golongan sepalosporin, inti sepalosporin yaitu
asam 7-aminosefalosporanat, sangat menyerupai asam 6-aminopenisilanat.1

Gambar 1. Struktur molekul seftriakson1

Mekanisme Kerja
Seftriakson merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisidal. Efek
bakterisidal seftriakson dihasilkan melalui penghambatan sintesis dinding bakteri.
Seftriakson mempunyai ikatan yang kuat terhadap β-laktamase (penisilin,
sefalosporinase) yang dihasilkan oleh bakteri gram-negatif dan gram-positif.2

Farmakokinetik
Absorbsi
Karena seftriakson hanya tersedia dalam bentuk injeksi, obat ini diabsorbsi 100%.
Injeksi dapat dilakukan secara intramuskular atau intravena.2

Distribusi
Seftriakson memiliki distribusi yang luas, karena pemberian yang tersedia melalui
injeksi. Volume distribusi seftriakson pada bayi baru lahir lebih tinggi dibanding
dewasa, hingga mencapai 382 +/- 129 ml/kg dengan dosis 50 mg/kg. 2,4 Kadar
seftriakson pada cairan serebrospinal berkisar 2,1 – 3,8 μg/ml pada meningens sehat
neonatus, jika diukur dalam 22 menit hingga 22 jam. 6 Rata- rata distribusi seftriakson

2
pada neonatus adalah 0.497-0.608 l/kg. Seftriakson didistribusikan hingga ke jaringan
paru, cairan asites, sekret bronkial, dan telinga bagian tengah.

Tabel 1. Distribusi seftriakson pada neonatus2

Eksreksi
Seftriakson dieksresikan dari urin dalam bentuk obat yang tidak berubah sebanyak
33-67%, sisanya dibuang melalui empedu dan feses dalam bentuk komponen inaktif.
Pada anak rata-rata klirens seftriakson melalui ginjal sebesar 1,03 ml/min/kg, dengan
waktu paruh 7,1 jam. Klirens dari seftriakson pada bayi sekitar 0,485 ml/min/kg,
kurang lebih 47,1% dari ekskresi tubuh total, sedangkan pada bayi prematur 0,282
ml/min/kg, dan pada bayi cukup bulan 0,539 ml/min/kg. 2 Seftriakson merupakan
inhibitor kompetitif ikatan bilirubin dengan albumin, sehingga perlu diberikan secara
hati-hati pada bayi karena dapat mengakibatkan ensefalopati bilirubin.5

Farmakodinamik
Seftriakson memiliki efek bakteriosidal yang bekerja dengan cara menghambat proses
pembentukan dinding sel bakteri. Hal ini dimediasi oleh ikatan seftriakson dengan
suatu protein pada dinding sel bakteri, yaitu Penicillin Binding Protein. Protein ini
berperan dalam pembentukan dinding sel bakteri. Contoh dari protein ini berupa
enzim-enzim seperti transpeptidase, karboksipeptidase, dan endopeptidase. Akibat
ikatan seftriakson dengan enzim-enzim ini, dinding sel yang tebentuk menjadi tidak
sempurna dan lisis. 5,6

Gambar 2. Dinding sel bakteri dan cara kerja seftriakson

3
Indikasi
Seftriakson dapat digunakan dalam berbagai kondisi berikut:7,8,9
1. Sepsis dan infeksi gonokokus diseminata
50 mg/kg IM/IV sekali sehari, selama 7 hari (tidak dianjurkan pada bayi dengan
ikterik)
1. Meningitis
Dosis awal 100 mg/kg loading, kemudian 80 mg/kg/hari
1. Optalmia gonokokus tanpa komplikasi
Dosis 50 mg/kgbb (maksimal 125 mg) dosis tunggal. Terapi topikal tidak cukup
bahkan tidak diperlukan jika sudah digunakan terapi sistemik.
2. Infeksi gonokokuz
Dosis 25 mg/kg/IV selama 30 menit infus atau secara intramuskular
3. Profilaksis optalmia gonokokus akibat ibu yang terinfeksi gonore saat
proses kelahiran
Dosis 100 mg/kg IV selama 30 menit infus atau intramuskular.
4. Endokarditis infektif
· Profilaksis prosedur dental
Dengan seftriakson atau sefazolin 50 mg/kgBB/IV tanpa riwayat alergi
penisilin
· Golongan streptokokus
- Terapi 2 minggu : seftriakson 2 gr IV/IM/hari + gentamisin 3 mg/kg/ hari,
dibagi 1-3 dosis
- Terapi 4 minggu : seftriakson 100 mg/kg/hari
· Golongan enterokokus
- Amoksisilin 200 mg/kg/hari dalam 4-6 dosis + seftriakson 100mg/kg/12
jam
5. Mastoiditis akut
Dosis 50 mg/kg (maksimal 1 gram) IV/IM tiap 12 jam selama 10 hari
6. Croup (usia >2 bulan)
Dosis 100 mg/kg (maksimum 2 gram) tiap 24 jam selama 5 hari
7. Epiglotitis (usia > 2 bulan)
Dosis 100 mg/kg (maksimum 2 gram) tiap 24 jam selama 5 hari
8. Pneumonia (usia >5 tahun)
Dosis 50 mg/kg (maksimal 1 gram) IV/IM tiap 12 -24 jam selama 7 hari

4
9. Pyelonefritis akut
Dosis 50 mg/kg (maksimal 1 gram) IV/IM tiap 24 jam selama 14 hari + ampisilin
1-2 gram IV/IM tiap 6 jam
10. Sepsis
Sebagai lini kedua dengan dosis (80mg/kg IV sebagai dosis tunggal selama 30
menit)

Efek samping dan kontraindikasi


Seftriakson tidak boleh digunakan dalam keadaan berikut2,9,10 :
1. Hiperbilirubinemia
Seftriakson akan berkompetisi dengan bilirubin untuk dapat berikatan dengan
albumin. Semakin banyak bilirubin bebas dalam plasma darah dapat menembus
membran otak dan mengakibatkan kernikterus.2
2. Pemberian bersamaan dengan larutan yang mengandung kalsium
Pemberian dengan larutan yang mengandung kalsium akan meningkatkan resiko
henti jantung-paru mendadak. Hal ini disebabkan oleh presipitasi seftriakson
dengan kalsium, yang dapat mengendap di jaringan paru, vaskular, jaringan
ginjal. Seftriakson juga sepalosporin yang paling mudah mengalami proses
presipitasi.
3. Asidosis
4. Hipoalbumin
5. Bayi dengan usia gestasional total dibawah 41 minggu

Seftriakson termasuk aman digunakan bahkan untuk neonatus, namun ada


beberapa efek samping yang perlu diperhatikan11 :
1. Kernikterus
Ketika ikatan seftriakson dengan protein albumin mendominasi, sehingga
bilirubin bebas menembus membran darah otak.
2. Sludging bilier
Seftriakson dapat berikatan dengan kalsium dan membentuk pseudolitiasis bilier,
yang kemudian akan dapat menimbulkan sludging pada kantung empedu yang
terdeteksi melalui ultrasonografi.
3. Infeksi ganda
Penggunaan seftriakson dapat meningkatkan resiko infeksi sekunder oleh jamur
seperti Candida sp, Enterokokus, Listeria, dan bakteri penghasil ESBL.

5
4. Kelainan hematologis
Seftriakson dilaporkan dapat menimbulkan reaksi hemolisis terutama pada pasien
dengan anemia sel sabit, infeksi HIV, dan kelainan bawaan lainnya. Eosinofilia,
dan leukopenia juga dapat terjadi.
5. Diare terkait antibiotik spektrum luas
6. Reaksi hipersensitifitas berupa ruam

Ringkasan
Seftriakson adalah antibiotik golongan sepalosporin generasi ke-3, yang bekerja
sebagai agen bakteriosida dengan menganggu sintesis dan stabilitas dinding sel
bakteri. Seftriakson tersedia dalam bentuk injeksi, baik secara intravena atau
intramuskular dan kurang lebih 100% dari obat tersebut diabsorbsi ke dalam
pembuluh darah. Seftriakson terdistribusi secara luas dan mampu menembus
membran darah otak hingga paru, telinga tengah, sekret bronkial serta organ ginjal.
Seftriakson merupakan bilirubin antagonis yang berikatan dengan albumin, kurang
lebih 95% seftriakson terikat dengan protein plasma. Sebanyak 33-67% seftriakson
dieksresikan pada urine dalam bentuk obat yang tidak berubah, sisanya ekskresi
melalui empedu dan feses dalam bentuk komponen inaktif.
Seftriakson memiliki spektrum antimikroba yang luas, baik gram negatif dan
positif. Seftriakson tidak boleh digunakan pada bayi dengan usia gestasional total <
41 minggu, neonatus < 28 hari, dan tidak boleh diberikan bersamaan dengan preparat
kalsium. Secara umum, seftriakson aman digunakan pada anak, baik neonatus atau
pun remaja, namun ada beberapa efek samping yang harus diperhatikan, seperti
kernikterus, sludging bilier, infeksi ganda, kelainan hematologis, diare terkait
antibiotik, dan reaksi hipersensitfitas.

6
Daftar Pustaka

1. Chambers HF. Antibiotik Beta-laktam & antibiotik lain yang aktif di dinding dan
membran sel. Dalam : Katzung, BG (ed). Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10,
Terjemahan : Nugroho AW, Rendy L, Dwijayanthi L (alih bahasa), Nirmala WK,
Yesdelita N, Susanto D, Dany F (editor). Jakarta : EGC.2012
2. Maria Pacifici G, Marchini G. Clinical Pharmacology of Ceftriaxone in Neonates
and Infants: Effects and Pharmacokinetics. Int J Pediatr 2017; 5(9): 5751-77.
DOI: 10.22038/ijp.2017.25371.2155
3. James J, Mulhall A, de Louvois J. Ceftriaxone—clinical experience in the
treatment of neonates. J Infect. 1985;11(1):25- 33.
4. Young TE, Mangum B. NEOFAX twentythird edition. Antimicrobials. Montvale
NJ 07645, 2010, Pp. 32-3
5. ESC-Task Force. 2015 ESC Guidelines for the management of infective
endocarditis. European Heart Journal (2015) 36, 3075–3123
doi:10.1093/eurheartj/ehv319
6. World Health Organization. WHO Model Prescribing Information: Drugs used in
Bacterial Infections ; 2015.
7. WHO, Management of Child with a Serious Infection or Severe Malnutrition
Guidelines for care at first referral level in developing countries; 2000.
8. Gin AS, Wheaton H, Dalton B. Comment: Clinical Pharmaceutics and Calcium-
Ceftriaxone (March). Ann Pharmacother, 2008(42): p. 450-51.
9. Rapp RP, Kuhn R. Clinical pharmaceutics and calcium ceftriaxone. Ann
Pharmacother, 2007. 41(12): p. 2072.
10. Alvarez-Coca Gonzalez J, et al. Transient biliary lithiasis associated with the use
of ceftriaxone. An Esp Pediatr, 2000. 53(4): p. 366-8.
11. Quillen K, et al. Prevalence of Ceftriaxone-Induced Red Blood Cell Antibodies
in Pediatric Patients with Sickle Cell Disease and Human Immunodeficiency
Virus Infection. Pediatr Infect Dis J, 2008.

Anda mungkin juga menyukai