Seperti sefalosporin, sefamisin didasarkan pada nukleus sefem. Tidak seperti sebagian besar
sefalosporin, sefamisin adalah antibiotik yang sangat manjur melawan mikroba anaerobik.
Sefamisin awalnya dihasilkan oleh Streptomyces dan saat ini tersedia pula versi sintetiknya.
Sefalosporin dan sefamisin mempunyai mekanisme kerja sama dengan penislin dan dipengarungi
oleh mekanisme resistensi yang sama, tetapi obat−obat tersebut lebih cenderung menjadi lebih
resisten dibandingkan penislin terhadap beta-laktam (Mycek et al, 2001).
Sefalosporin adalah kelompok antibiotik yang bekerja untuk membunuh bakteri dengan
cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Struktur kimia sefalosporin mirip dengan
struktur penisilin sehingga memiliki cara kerja yang mirip dengan antibiotik tersebut.
Sefalosporin merupakan antibiotik yang berasal dari jamur spesies Acremonium.
• menghidrolisis cincin skilik amida dari beta laktam, sehingga menjadi tidak aktif
Peringatan:
Informasikan kepada dokter bila Anda pernah mengalami reaksi alergi terhadap suatu
obat, terutama bila obat tersebut antibiotik golongan sefalosporin.
Penderita yang sedang mengonsumsi obat maag seperti cimetidine, ranitidin,
famotidine, esomeprazole, dan rabeprazole sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
terlebih dahulu.
Beri tahu dokter bila Anda atau anak Anda baru menerima vaksin BCG atau vaksin tifus.
Hati-hati jika Anda sedang menjalani perawatan lain pada waktu yang sama, termasuk
terapi suplemen, pengobatan herba, atau pengobatan pelengkap lainnya.
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan
Antibiotik sefalosporin termasuk kategori B untuk kehamilan, yaitu studi pada binatang
percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil.
Perlu diingat bahwa sefalosporin dapat ikut terbawa dalam air susu ibu dan mengganggu
komposisi bakteri baik atau flora normal di usus bayi. Oleh karena itu, ibu menyusui
biasanya tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin.
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengonsumsi sefalosporin, antara
lain adalah:
klasifikasi Sefalosporin
a. Sefalosporin generasi pertama
• efektif dalam menghadapi infeksi stafilokokal dan streptokokal (bakteri gram positif),
stabil terhadap asam, sedikit aktif dalam melawan bakteri gram negatif.
• spektrum bakteri gram negatif yang lebih luas, akan tetapi lebih lemah dalam melawan
bakteri gram positif dibanding generasi pertama.
• aktivitas terhadap bakteri gram positif yang jauh lebih besar, yang disertai dengan
berkurangnya aktivitas terhadap bakteri gram negatif Mampu masuk ke CFS
• terbukti efektif dalam mengobati meningitis, terutama bagi anak-anak yang disebabkan
oleh Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Neisseria meningitidis
• spektrum yang lebih seimbang, sehingga aktif dalam melawan bakteri gram positif dan
gram negatif.
• Ceftaroline memiliki aktivitas yang sangat baik dalam melawan bakteri gram positif,
termasuk MRSA.
Farmakokinetik Sefalosporin
Farmakodinamik Sefalosporin
• menghambat sintesis dinding sel bakteri, yang menyebabkan lisisnya bakteri patogen.
• Untuk mencapai efek tersebut, antibiotik harus melewati dinding sel bakteri dan berikatan
dengan penicillin binding proteins (PBPs).
• berupa enzim (transpeptidase) yang termasuk dalam reaksi silang polimer peptidoglikans.
• Saat penicillin binding proteins berikatan dengan sefalosporin, sintesis dinding bakteri
akan terhambat
Sefalosporin dan analog 7-metoksinya, sefamisin seperti cefoxitin (se FOX i tin), cefotetan (se
foe TEE tan), dan cefmetazole (sef MET a zol) adalah antibiotik beta-laktam yang berkaitan erat
dengan penislin secara struktur dan fungsional. Kebanyakan sefalosporin dihasilkan secara
semisintetik dengan pengikatan kimia pada rantai samping asam 7-aminosefalosporanat.
Sefalosporin dan sefamisin mempunyai mekanisme kerja sama dengan penislin dan dipengarungi
oleh mekanisme resistensi yang sama, tetapi obat−obat tersebut lebih cenderung menjadi lebih
resisten dibandingkan penislin terhadap beta-laktam (Mycek et al, 2001).
Sefotaksim termasuk golongan sefalosporin generasi III Golongan ini diindikasikan pada
pasien dengan infeksi traktus respiratorius bawah, infeksi kulit atau struktur kulit, infeksi tulang
dan sendi, infeksi intra-abdomen, dan infeksi traktus genitourinarius. Terapi proven atau
suspected meningitis yang disebabkan oleh organisme seperti H. influenzae dan N. meningitidis,
infeksi Neisseria gonorhoeae, infeksi bakteri batang gram negatif nonpseudomonas pada pasien
dengan risiko mengalami nefrotoksisitas dan/atau ototoksisitas akibat aminoglikosida. Infeksi
bakteri yang terbukti sensitif terhadap sefotaksim. Antibiotik ini dikontraindikasikan pada pasien
dengan hipersensitivitas terhadap sefotaksim, sefalosporin, atau komponennya. Dosis untuk bayi
dan anak usia 1 bulan–12 tahun dengan berat badan12 tahun diberikan 1−2 g setiap 6−8 jam
hingga 12 g/hari (IDAI, 2012).
Seftriakson diindikasikan pada pasien dengan infeksi serius disebabkan oleh bakteri yang
sensitif termasuk septikemia, pneumonia, dan meningitis, profilaksis pada pembedahan
profilaksis meningitis meningokokal, gonore. Antibiotik ini dikontraindikasikan pada pasien
dengan hipersensitif terhadap sefalosporin, porfiria, neonatus dengan ikterus, hipoalbuminemia,
asidosis atau gangguan pengikatan bilirubin. Dosis untuk bayi dan anak di injeksi IM dalam, IV
lambat (3−4 menit) atau infus IV 20−50 mg/kgBB/hari sampai 80 mg/kgBB/hari, pada infeksi
serius, infus IV dalam 60 menit (IDAI, 2012).
Seftazidim diindikasikan pada pasien dengan infeksi karena bakteri yang sensitif,
terutama PsPeudomnas sp, termasuk yang resisten terhadap aminoglikosida. Antibiotik ini
dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitif terhadap sefalosporin, porfiria. Dosis untuk
bayi usia2 bulan adalah injeksi IV atau infus IV 50−100 mg/kgBB/hari dalam 2−3 dosis terbagi
(IDAI, 2012).
Dapus