Anda di halaman 1dari 34

PRAKTEK KERJA PROFESI

MAHASISWA APOTEKER UNIVERSITAS ANDALAS

DI RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

CASE REPORT STUDY

BANGSAL PARU

“Antibiotik Golongan Sefalosporin”

Dibimbing oleh dr. Deddy Herman, Sp. P.

OLEH:

Dewi Paramithasari, S. Farm. (1541012006)

Fauzia Fachri, S. Farm. (1541012011)

Olfi Wulandari, S. Farm, (1541012027)

Mahrunisak Nilaksum, S. Farm. (1541012064)

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
PENDAHULUAN

Antibiotik turunan sefalosporin merupakan antibiotik yang paling banyak


digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik ini mempunyai
spektrum antibakteri yang luas dan lebih resisten terhadap β-laktamase daripada
penisilin. Pasien yang alergi terhadap penisilin biasanya tahan terhadap antibiotik
ini (Sudjadi, 2008). Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium
yang diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu (Departemen Farmakologi dan Terapi
FK UI, 2007).

Sefalosporin merupakan antibiotik spektrum luas semi sintetik beta


laktam. Antibiotik ini dibagi menjadi tiga, yakni sefalosporin N dan C secara
kimia berhubungan dengan penisilin, dan sefalosporin P merupakan antibiotik
steroid menyerupai asam fusidat.
Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-
aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan
cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penilisilinase, tetapi dirusak
oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang
kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin.
Modifikasi R1 pada berbagai pada posisi 7 cincin betalaktam dhubungkan dengan
aktivitas antimikroba, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin hidrotiazin
mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya (Departemen Farmakologi
dan Terapi FK UI, 2007).
1. Mekanisme kerja
Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba
Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang
dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun
garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi (Medicastore,
2006). Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan
sintesis mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak
dan tidak stabil. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan,
tetapi antibiotik beta-laktam telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim
(carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran sitoplasma
bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang berbeda bahwa
berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga dikenal sebagai
mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam
spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase.
Seperti antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin umumnya dianggap lebih
efektif terhadap pertumbuhan bakteri aktif.
2. Farmakokinetik
Dari sifat farmakokinetiknya, sefalosporin dibedakan dalam dua golongan.
Sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil yang dapat diberikan per oral karena
diabsorpsi melalui saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan
secara parenteral. Sefalotin dan sefa pirin umumnya diberikan secara i.v karena
menyebabkan iritasi lokal dan nyeri pada pemberian i.m (Departemen
Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalnya sefuroksim, moksalaktam,
sefotaksim dan seftizoksim mencapai kadar yang tinggi di cairan serebrospinal
(CSS) sehingga dapat bermanfaat untuk pengobatan meningitis purulenta. Selain
itu, sefalosporinjuga melewati sawar darah uri, mencapai kadar tinggi di cairan
sinovial dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik, kadar sefalosporin
generasi ketiga di cairan mata relatif tinggi tetapi tidak mencapai vitreus. Kadar
sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon(Departemen
Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal,
dengan proses sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi
melalui empedu. Karena itu dosisnya harus dikurangi pada penderita insufisiensi
ginjal. Probenesid mengurangi ekskresi sefalosporin, kecuali moksalaktam dan
beberapa lainnya. Sefalotin, sefapirin dan sefotaksim mengalami deasetilasi;
metabolit yang aktivitas antimikrobanya lebih rendah juga diekskresi melalui
ginjal (Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
Suatu langkah metabolisme yang penting adalah deasetilasi. Turunan
deasetilnya mempunyai aktivitas setengah sampai sepersepuluh aktivitas senyawa
asalnya. Sefalosporin yang tidak mempunyai gugus asetil, sebagian besar akan
diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Ekskresi terjadi melalui ginjal dan
sebagian melalui empedu. Pada insufisiensi ginjal ekskresi sefalosporin umumnya
diperlambat, karena itu pengaturan dosis harus disesuaikan dengan tingkat
insufisiensi ginjalnya (Mutschler, 1991).
3. Aktivitas antimikroba
Spectrum antimikroba  sefalosporin bervariasi sesuai generasinya. Generasi
pertama sangat aktiv melewan organism gram positif (dengan pengecualian
enterokokus dan stafilokokus yang resisten penicillin) tetapi hanya aktif sedang
melawan bakteri gram negative. Sefalosforin generasi kedua agak lebih aktif
melawan bakteri gram negative da cukup aktif melawan gram positif.
Sefalosporin generasi ketiga jauh lebih aktif melawan bakteri gram negative, yng
mencakup enterobacteriaceae dan kadang- kadang psodomonas, tetapi umumnya
kurang aktif melawan gram positif.
4. Penggolongan antibiotik sefalosporin
Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya
yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
a. Sefalosporin generasi pertama
Secara in vitro memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama efektif
terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar
Staphylacoccus aureus dan Streptococcus termasuk Str. pyrogenes, Str.
viridans, dan Str.  pneumonia. Bakteri gram positif yang juga sensitif ialah
Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes dan Corynebacterium
diphteriae. Aktivitas antimikroba hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap
S. aureus. Mikroba yang resisten ialah strain S. aureus resisten metisilin, S.
epidermidis dan Str. faecalis (Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI,
2007).
b. Sefalosporin generasi kedua
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan
dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif. Misalnya:
H. Influenzae, Pr. mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Golongan ini tidak
efektif terhadap Ps. Aeruginosa dan enterokokus. Untuk infeksi saluran
empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus
termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman
anaerob (Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
c. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umunya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama
terhadap kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Di antara sediaan
golongan ini ada yang aktif terhadap P. aeruginosa (Departemen
Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
d. Sefalosporin generasi keempat
Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spektrum
aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis
oleh beta laktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi
infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga (Departemen
Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
e. Sefalosporin generasi kelima
__________________________________
5. Indikasi klinik
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi
berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan
spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal,
potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal
tersebut diatas.
6. Kontaindikasi
Hipersensitivitas pada antibiotik sefalosporin atau golongan betalaktam
lainnya. Sebelum penggunaan antibiotik sefalosporin, terlebih dahulu dilakukan
skin test.
Kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap mereka.
Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalosporin hati-hati pada pasien
yang didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik beta-laktam lain
(misalnya, penisilin, cefamycins, carbapenems). Antibiotik oral sistemik tidak
boleh diberikan pada pasien dengan septikemia, syok atau penyakit berat lainnya
sebagai penyerapan obat dari saluran pencernaan mungkin jauh ditunda atau
berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus digunakan untuk kasus ini.
7. Pengaturan dosis
Pengaturan dosis disesuaikan dengan parah ringannya penyakit, pada
sefalosporin oral berkisar rata-rata 1-4 g per hari, sedangkan pada sefalosporin
yang digunakan secara parenteral 2-6 atau hingga 12 g per hari (Mutschler, 1991).
8. Efek samping
 Reaksi hipersensitifitas dan dermatologi : shock, rash, urtikaria, eritema,
pruritis, udema,
 Hematologi : pendarahan, trombositopenia, anemia hemolitik Hematologi
: pendarahan, trombositopenia, anemia hemolitik
 Saluran cerna, terutama penggunaan oral : colitis (darah dalam tinja),
nyeri lambung, diare, rasa tidak enak pada lambung, anoreksia, nausea,
konstipasi.
 Defisiensi vitamin K : karena sefalosporin menimbulkan efek anti vitamin
K.
 Efek pada ginjal : meningkatnya konsentrasi serum kreatinin, disfungsi
ginjal dan toksik nefropati. 

TINJAUAN PUSTAKA

I. Sefalosporin generasi pertama

Kelebihan dan kekurangan antibiotik sefalosporin generasi 1:

a. Kelebihan
 Aktif terhadap kuman gram positif dengan keunggulan dari Penisilin
aktivitas nya terhadap bakteri penghasil Penisilinase. Golongan ini efektif
terhadap sebagian besar Staphylococcus aureus dan streptokokus termasuk
Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pneumoniae.
 Sefazolin lebih banyak digunakan karena memberikan kadar obat dalam
serum yang lebih tinggi disamping waktu paruh eliminasinya yang juga
panjang. Pemberian dosis tunggal iv sesaat sebelum dilakukan insisi
pembedahan memberikan kadar yang cukup dalam jaringan selama proses
pembedahan.
 Harga sefazolin murah (terjangkau)
 Digunakan peroral pada infeksi saluran kemihringan dan sebagai obat
pilihan kedua pada infeksi saluran nafas dan kulit yang tidak begitu parah
dan bila terdapat alergi pensilin

b. Kekurangan
 Sefaleksin, sefradin, sefadroksil, aktif pada pemberian per oral.
 Kurang aktif terhadap bakteri gram negatiftidak efektif terhadap bakteri
gonococci, H. influenza, bacteroides, dan pseudomonas
 Tidak tahan terhadap laktamase
 Ada obat digenerasi 1 yang bersifat nefrotoksi dengan dosis tinggi seperti
sefalotin

1. Cefadroxil

Indikasi : Infeksi saluran urogenital, saluran pernafasan, kulit dan


jaringan lunak dan infeksi otorhinolarings yang
disebabkan organisme yang sensitif. Pengobatan
suspek infeksi bakteri, termasuk yang disebabkan oleh
Group A beta-hemolitic Streptococcus.
Kontraindikasi : Pengobatan suspek infeksi bakteri, termasuk yang
disebabkan oleh Group A beta-hemolitic
Streptococcus.
Efek Samping : Diare, Abdominal pain, agranulositosis, anafilaksis,
angioderma, athralgia, kolestasis, dispepsia, erythema
multiforme, demam, mual, neutropenia, pruritus,
kolitis pseudomembran, rash, serum sickness, sindrom
Steven-Johnson, trombositopenia, eticaria, vaginitis,
muntah.
Dosis : Anak : 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis
maksimal 2g/hari.
Dewasa : 1-2 g/hari dibagi dalam 2 dosis. Diberikan
selama 10 hari
Profilaksisi endokarditis
Anak : 50 mg/kg BB 1 jam sebelum tindakan.
Dewasa : 2 gram 1 jam sebelum tindakan
Interval pada pasien gangguan ginjal
ClCr 10-25 mL/menit : diberikan setiap 24 jam.
ClCr <10 mL/menit : diberikan setiap 36 jam.
Farmakokinetik : Absorbsi : diabsorbsi dengan cepat dan baik
Distribusi : Didistribusikan secara luas di dalam tubuh
dan mencapai konsentrasi terapetik pada jaringan dan
cairan tubuh, termasuk cairan sinovial, perikardial,
pleural,dan cairan peritonial, empedu, sputum, urin,
jantung, saluran empedu, kulit dan jaringan lunak,
melalui plasenta dan ASI.
Ikatan protein: 20%
Waktu paruh eliminasi : 1-2 jam; gagal ginjal : 20-24
jam.
Kadar puncak:70-90 menit
Ekskresi : Urin (>90% sebagai obat yang tidak
berubah)
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein -
penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi
sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga
menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan
mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik
(autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel
bakteri terhambat.
Penyimpanan : Tablet, kapsul dan serbuk untuk suspensi oral harus
disimpan dalam kemasan tertutup rapat, pada suhu 15-
30°C.Suspensi setelah dilarutkan stabil disimpan dalan
lemari pendingin sampai 14 hari.
Bentuk Sediaan : Kapsul Sebagai Monohidrat 500 mg, Tablet Sebagai
Monohidrat 1 g, Sirup Kering Sebagai Monohidrat
Untuk Dilarutkan 250 mg/5 ml (50 ml, 100 ml), 500
mg/5 ml
Peringatan : Penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal.
Penggunaan lama mengakibatkan superinfeksi.
Penggunaan pada pasien dengan riwayat alergi
penisilin terutama reaksi IgE mediated (anafilaksis,
urtikaria).

2. Cefalexin

Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran


urogenital, kulit dan jaringan lunak, tulang.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin
Efek Samping : Gangguan GI, reaksi alergi, angioderma, superinfeksi,
anafilaksis
Dosis : Dewasa: 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam.
Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g tiap 6-8 jam untuk
infeksi berat.
Anak: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Dapat
dinaikkan dua kali lipat untuk infeksi berat (maksimum
100 mg/kg bb/hari).
Di bawah 1 tahun: 125 mg tiap 12 jam.
1 sampai 5 tahun, 125 mg tiap 8 jam;
6 sampai 12 tahun, 250 mg tiap 8 jam.
Profilaksis infeksi saluran kemih berulang, Dewasa,
125 mg pada malam hari.
Farmakokinetik : Absorbsi : diabsorbsi dengan cepat dan baik
Distribusi : Didistribusikan secara luas di dalam tubuh
dan mencapai konsentrasi terapetik pada jaringan dan
cairan tubuh, termasuk cairan sinovial, perikardial,
pleural,dan cairan peritonial, empedu, sputum, urin,
jantung, saluran empedu, kulit dan jaringan lunak,
melalui plasenta dan ASI.
Ikatan protein: 20%
Waktu paruh eliminasi : 1-2 jam; gagal ginjal : 20-24
jam.
Kadar puncak:70-90 menit
Ekskresi : Urin (>90% sebagai obat yang tidak
berubah)
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein -
penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi
sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga
menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan
mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik
(autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel
bakteri terhambat.
Penyimpanan : Tablet, kapsul dan serbuk untuk suspensi oral harus
disimpan dalam kemasan tertutup rapat, pada suhu 15-
30°C.Suspensi setelah dilarutkan stabil disimpan dalan
lemari pendingin sampai 14 hari.
Bentuk Sediaan : Kapsul 500 mg, sirup 125 mg/5 ml
Peringatan : Penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal.
Penggunaan lama mengakibatkan superinfeksi.

3. Cefazolin

Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, kulit, tulang dan
sendi, profilaksis pre-operasi, ISK, infeksi saluran
empedu, infeksi genital, endokarditis
Kontraindikasi : Alergi terhadap sefalosporin
Efek Samping : Gangguan GI, alergi pada kulit, gangguan hati, ginjal,
gangguan hematologik (leucopenia, trombositopenia,
neutropenia)
Dosis : Infeksi sedang-berat: 500 mg-1 g tiap 6-8 jam
Infeksi ringan: 250-500 mg tiap 8 jam
ISK akut dan tanpa komplikasi: 1 g tiap 12 jam
Pneumonia: 500 mg tiap 12 jam
Endokarditis: 1-1,5 g tiap 6 jam
Anak infeksi ringan-sedang: 25 mg/kgBB/hari dalam 3
dosis terbagi
Infeksi berat: 100 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik : Absorbsi : diabsorbsi dengan cepat dan baik
Distribusi : Didistribusikan secara luas di dalam tubuh
dan mencapai konsentrasi terapetik pada jaringan dan
cairan tubuh, termasuk cairan sinovial, perikardial,
pleural,dan cairan peritonial, empedu, sputum, urin,
jantung, saluran empedu, kulit dan jaringan lunak,
melalui plasenta dan ASI.
Ikatan protein: 20%
Waktu paruh eliminasi : 1-2 jam; gagal ginjal : 20-24
jam.
Kadar puncak:70-90 menit
Ekskresi : Urin (>90% sebagai obat yang tidak
berubah)
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein -
penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi
sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga
menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan
mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik
(autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel
bakteri terhambat.
Penyimpanan : Tablet, kapsul dan serbuk untuk suspensi oral harus
disimpan dalam kemasan tertutup rapat, pada suhu 15-
30°C.Suspensi setelah dilarutkan stabil disimpan dalan
lemari pendingin sampai 14 hari.
Bentuk Sediaan : Vial 500 mg, 1 g
Peringatan : Hamil, laktasi, bayi premature dan bayi <1 bulan

4. Cefradin

Indikasi : Infeksi saluran nafas, otitis media, infeksi kulit, infeksi


tulang, infeksi saluran kemih, termasuk protatitis akut
Kontraindikasi : Hipersensitif sefalosporin dan gangguan fungsi ginjal
Efek Samping : Mual, muntah, urtikaria, leucopenia, sedikit
peningkatan SGPT/SGOT dan bilirubin total tanpa
adanya kerusakan hati, reaksi alergi, pusing
Dosis : Dewasa: 1-4 g/hr diberikan dalam 4 dosis terbagi
setiap 6 jam atau dalam 2 dosis terbagi setiap 12 jam
Anak: 25-50 mg/kgBB/hr dalam 2-4 dosis terbagi
setiap 6-12 jam
Interval pada pasien gangguan ginjal
ClCr >20mL/menit : diberikan 500 mg setiap 6 jam
ClCr 5-20 mL/menit : diberikan 250 mg setiap 6 jam
ClCr <5 mL/menit :250 mg tiap 12 jam
Farmakokinetik : Absorbsi : diabsorbsi dengan cepat dan baik
Distribusi : Didistribusikan secara luas di dalam tubuh
dan mencapai konsentrasi terapetik pada jaringan dan
cairan tubuh, termasuk cairan sinovial, perikardial,
pleural,dan cairan peritonial, empedu, sputum, urin,
jantung, saluran empedu, kulit dan jaringan lunak,
melalui plasenta dan ASI.
Ikatan protein: 20%
Waktu paruh eliminasi : 1-2 jam; gagal ginjal : 20-24
jam.
Kadar puncak:70-90 menit
Ekskresi : Urin (>90% sebagai obat yang tidak
berubah)
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein -
penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi
sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga
menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan
mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik
(autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel
bakteri terhambat.
Penyimpanan : Tablet, kapsul dan serbuk untuk suspensi oral harus
disimpan dalam kemasan tertutup rapat, pada suhu 15-
30°C.Suspensi setelah dilarutkan stabil disimpan dalan
lemari pendingin sampai 14 hari.
Bentuk Sediaan : Kapsul 500 mg, vial (bubuk injeksi) 1 g
Peringatan : Riwayat hipersensitif terhadap sefalosporin, riwayat
GI, gangguan ginjal atau hati, malnutrsi.

II. Sefalosporin Generasi Kedua

Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua


kurang aktif terhadap bakteri gram positif, tapi lebih aktif terhadap bakteri gram
negatif, misalnya Hemophilus influenzae, Pr. mirabilis, Escherichia coli dan
Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa dan
enterokokus. Sefoksitin aktif tehadap kuman anaerob. Sefuroksim dan sefamandol
lebih tahan terhadap penisilinase dibandingkan dengan generasi pertama dan
memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap Hemophilus influenzae dan N.
gonorrhoeae.

a. Kelebihan:
- Obat generasi kedua mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri
gram negatif
- Sefoksitin memberikan hasil yang baik untuk mengatasi berbagai infeksi
yang melibatkan bakteri gram negatif dan anaerob
b. Kekurangan:
- Untuk infeksi saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan karena
dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi.

1. SEFAMANDOL

Dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama, obat ini lebih aktif


terhadap bakteri gram negatif tertentu, terutama H. Influenza, E. Coli, spesies
Enterobacter, dan spesies Klebsiella. Sebagian besar kokus gram positif sensitif
terhadapnya.

Indikasi:
Menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit pada paru-
paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing. Profilaksis pada
tindakan pembedahan.

Farmakokinetika:
Waktu paruh 45 menit dan dieksresi melalui saluran kemih. Pada pemberian dosis
1 g IM, kadar plasma mencapai 36 μg/ml.
Kontraindikasi:
Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin.

Efek Samping:
Gangguan GI, urtikaria, reaksi alergi, ruam, eosifinalia
.
Dosis:
- Injeksi intramuskuler atau intra-vena selama 3-5 menit atau infus intravena
0,5-2 g tiap 4-8 jam.
- Bayi di atas 1 bulan, 50-100 mg/kg bb/hari dibagi dalam 3-6 dosis.
- Untuk infeksi berat, 150 mg/kg bb/hari.
- Profilaksis bedah, 1-2 g 30-60 menit sebelum operasi, dilanjutkan dengan
1-2 g tiap 6 jam selam 24-48 jam. (sampai 72 jam untuk implantasi
protesis).
- Untuk infeksi bakteri:
Untuk bentuk sediaan injeksi: Orang dewasa dan remaja-500 miligram
(mg) sampai 2 gram setiap empat sampai delapan jam, disuntikkan ke
dalam otot atau pembuluh darah. Bayi dan anak-anak usia 1 bulan dan
lebih tua-8,3-50 mg per kilogram (kg) berat badan setiap empat sampai
delapan jam, disuntikkan ke dalam otot atau pembuluh darah.

2. SEFAKLOR

Sefaklor bersifat bakterisid dan memiliki spektrum lebar, lebih aktif terhadap
kuman gram negatif termasuk E. Coli, Klebsiella pneumoniae, Neisseria
gonorrhoeae, P. mirabillis dan terutama terhadap Haemophilus influenzae.

Mekanisme kerja:
Menghambat sintesa dinding sel mikroba, yang dihambat ialah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dindrng sel.
Sefaklor dapat diberikan peroral karena diabsorpsi melalui saluran cerna. Stabil
dalam asam lambung, 40% terikat pada protein plasma dengan waktu paruh dalam
plasma 0,8 jam, 60 - 85% diekskresikan melalui ginjal.

Indikasi:
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, sinusitis, otitis media, infeksi
kulit dan struktur kulit lain oleh bakteri yang peka terhadap sefalosporin.

Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap sefalosporin

Peringatan dan perhatian :


- Keamanan untuk pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum
diketahui.
- Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal, gangguan saluran cerna
terutama colitis. Serta pasien yang sensitif terhadap penisilin.
- Keamanan dan efektifitas pemakaian pada bayi kurang dari 1 bulan belum
diketahui dengan pasti.
- Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super infeksi.
- Test direc coombs positif dapat terjadi selama pengobatan dengan
antibiotik sefalosporin.
- Reaksi positif palsu dapat terjadi pada pemeriksaan glucosa urine
menggunakan larutan Benedict, Fehling dan Clinitest, tetapi tidak dengan
tes tape (glucose enzymatic test strip, USP)
- Dilaporkan efek kenaikan antikoagulan bila diberikan bersama-sama
dengan antikoagulan oral.

Efek Samping:
Diare dan kolitis yang disebabkan oleh antibiotik (keduanya karena penggunaan
dosis tinggi), mual dan muntah, rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit kepala,
reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urtikaria, serum sickness-like reactions dengan
ruam, demam dan artralgia, anafilaksis, sindroma Stevens-Johnson, nekrolisis
epidermal toksis, gangguan fungsi hati, hepatitis transien dan kolestatik jaundice;
eosinofil, gangguan darah (trombositopenia, leukopenia, agranulositosis, anemia
aplastik, anemia hemolitik); nefritis interstisial reversibel, gangguan tidur,
hiperaktivitas, bingung, hipertonia dan pusing, nervous.

Interaksi obat :
Probenecid dan antibiotik yang bersifat bakteriostatik misalnya tetraliskin dan
eritromisin, dapat mengurangi efektifitas sefalosporin.

Dosis:
- Dewasa:750-1500 mg/hari dibagi 3 kali pemberian. Dosis maksimum 4
g/hari
- Anak-anak diatas 1 bulan: 20-40 mg/kg BB/hari dalam dosis bagi tiap 8
jam. Dosis maksimum 1 g/hari.

3. SEFOKSITIN

Obat ini kurang aktif terhadap spesies Enterobacter dan H. Influenza,


dibanding sefamandol. Terhadap kuman gram positif juga kurang aktif bila
dibandingkan dengan sefamandol dan sefalosporin generasi pertama. Tetapi obat
ini lebih aktif dari SG I dan SG II yang lain terhadap kuman anaerob, misalnya B.
Fragilis.

Indikasi:
Untuk infeksi oleh kuman anaerobik atau campuran kuman aerobik dan anaerobik,
misalnya penyakit radang pelvis dan abses paru-paru.

4. SEFUROKSIM

Indikasi:
Infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit
limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan
kulit. Tindakan bedah, lebih aktif terhadap Hemophilus influenzae dan N.
gonorrhoeae.

Kontraindikasi:
Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin.

Dosis:
- Oral: Untuk sebagian besar kasus, termasuk infeksi saluran napas atas dan
bawah: 250 mg dua kali sehari. Untuk kasus berat, dapat ditingkatkan dua
kali lipat.
- Infeksi saluran kemih: 125 mg dua kali sehari.
- Pielonefritis: 250 mg dua kali sehari. Gonore: 1 gram dosis tunggal.
- Anak di atas 3 bulan: 125 mg dua kali sehari. Untuk otitis media pada
anak lebih dari 2 tahun dapat diberikan 250 mg dua kali sehari.
- Parenteral: injeksi intramuskuler, bolus intravena atau infus 750 mg tiap 6-
8 jam. pada infeksi berat: 1,5 g tiap 6-8 jam. Pemberian lebih dari 750 mg
hanya boleh secara intravena.

Efek samping:
Diare, mual, muntah, sakit kepala, eosinofilia, peningkatan sementra
SGOT/SGPT. Tes coomb positif, reaksi sensitivitas, peningktan enzim hati.

MASALAH MEDIS LAINNYA


Kehadiran masalah medis lain dapat mempengaruhi penggunaan obat-
obatan di kelas ini. Masalah Pendarahan, riwayat (cefamandole cefoperazone,,
cefditoren, dan hanya cefotetan) obat ini dapat meningkatkan kemungkinan
perdarahan. Karnitin, Cefditoren dapat menyebabkan tingkat carnitine menurun
lebih lanjut. Penyakit ginjal. Beberapa sefalosporin perlu diberikan dengan dosis
yang lebih rendah untuk orang dengan penyakit ginjal.Sefuroksim dapat
meningkatkan kemungkinan kerusakan ginjal. Penyakit hati (cefoperazone dan
aksetil). Cefoperazone perlu diberikan dengan dosis yang lebih rendah untuk
orang dengan penyakit hati. Kondisi dapat diperburuk oleh penggunaan aksetil.
Fenilketonuria. Cefprozil suspensi oral mengandung fenilalanin.

PENYIMPANAN
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar, jauh dari panas,
kelembaban, dan cahaya langsung. Jauhkan dari titik beku. Jauhkan dari
jangkauan anak-anak. Simpan bentuk cair sefalosporin oral dalam lemari
pendingin karena panas akan menyebabkan obat ini untuk memecah. Namun,
perlu obat dari pembekuan. Ikuti petunjuk pada label. Cefixime suspensi oral
(Suprax), suspensi oral aksetil axetil (Ceftin), cefdinir suspensi oral (Omnicef),
dan suspensi loracarbef oral (Lorabid) tidak perlu didinginkan.

KONTRAINDIKASI / PERINGATAN / REPRODUKSI KESELAMATAN


Sefalosporin adalah kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap mereka. Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan
sefalosporin hati-hati pada pasien yang didokumentasikan hipersensitif terhadap
antibiotik beta-laktam lain (misalnya, penisilin, cefamycins, carbapenems).
Antibiotik oral sistemik tidak boleh diberikan pada pasien dengan septikemia,
syok atau penyakit berat lainnya sebagai penyerapan obat dari saluran pencernaan
mungkin jauh ditunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus
digunakan untuk kasus ini. Namun, gunakan hanya jika potensi manfaat lebih
besar daripada risiko.

PARAMETER MONITORING
Sefalosporin biasanya memiliki toksisitas yang kecil, gunakan monitoring untuk
keberhasilan. Karena Pasien dengan fungsi ginjal berkurang, mungkin perlu
diintensifkan pemantauan ginjal. tingkat serum dan pemantauan obat terapeutik
tidak secara rutin dilakukan dengan agen ini.

III. Sefalosporin generasi ketiga


Sefalosporin generasi ketiga, bekerja sebagai antibiotik spektrum luas, lebih
stabil terhadap hidrolisis oleh enzim betalaktamase yang dihasilkan oleh bakteri
dibandingkan dengan cefamandol dan cefuroxime. Dibandingkan dengan
sefaloporin generasi pertama dan kedua, generasi ketiga ini bekerja pada spektrum
yang lebih luas dan lebih berpotensi terhadap bakteri gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae. Aktivitasnya terhadap bakteri gram positif lebih rendah
dibandingkan dengan generasi pertama namun kerjanya sangat bagus melawan
streptococci. Cefmenoxime, cefodizime, ceftizoxime, and ceftriaxone sama
aktivitas antimikrobanya dengan cefotaxime. Obat ini diberikan secara parenteral
dan perbedaan utama obat-obat ini adalah farmakokinetiknya.

1. Cefotaxime

Cefotaxime adalah obat pertama dari generasi ketiga ini yang tersedia dan memiliki
aktivitas yang baik melawan Pseudomonas aeruginosa. Cefotaxime sangat resisten
terhadap banyak beta lactame dan memiliki aktivitas yang bagus menolak banyak bakteri.
Aktivitas melawan B. fragilis lebih rendah dibandingkan dengan clindamycin or
metronidazole. Cefotaxime harus diberikan setiap 4–8 jam untuk infeksi serius. Obat
dimetabolisme di dalam tubuh menjadi desacetylcefotaxime, yang mempunyai aktivitas
melawan sebagian besar mikroorganisme lebih rendah dibandingkan dengan senyawa
induknya namu aktivitasnya sinergis dengan senywa induk dalam melawan mikroba.
Cefotaxime efektif digunakan pada kasus meningitis yang disebabkan oleh H. influenzae,
S. Pneumoniae yang sensitif penisilin dan N. Meningitides. Cefotaxime mengandung
gugus alfa-syn-methoximino yang melindungi cincinn betalaktamnya dari hidrolisis oleh
penisilinase dan sefalosporinase. Cefotaxime lebih tahan terhadap hidrolisi oleh
betalaktamase dibandingkan dengan generasi pertama dan generasi kedua.

2. Cefixime

Cefixime merupakan sefalosporin generassi ketiga yang diberikan secara peroral,


termasuk yang diberikan secara peroral adalah cefdinir, cefetamet pivoxil, cefpodoxime
proxetil, and ceftibuten. Cefixime digunakan oral pada dewasa untuk mengatasi otitis
media yang disebabkan oleh bakteri faringitis, tonsilitis, infeksi saluraan nafas.. Cefixime
memiliki waktu paruh yang panjang maka dapat digunakan 1-2 kali sehari. Cefixime
tidaak aktif dalam melawan bakteri anaerob sehingga tidak aman jika hanya digunakan
tunggal dalam terapi infeksi yang diduga oleh bakteri gram positif dan negatif. Seperti
sefalosporin pada umumnya, cefixime juga dapat memberi positif palsu adanya glukosa
dalam urin menggunakan reagen benedict cefixime juda dapaat memberi hasil possitif
palsu pada adanya keton dalam urin dengan menggunakan tesst nitropruside.

3. Cefazidime

Ceftazidime merupakan sefaalosporin generasi ketiga yang diberikan secara parenteral


dengan meningkatkan aktivitas melawan Ps. aeruginosa. Cefoperazone memiliki
aktivittas yang sama dengan ceftazidime. Ceftazidime digunakan untuk terapi infeksi
tulang dan sendi, infeksi intraa abdomen, infeksi ginekologi, meningitis dan infeksi CNS
lainnya, infeksi saluran pernafasan bawah dan infeksi kulit. Ceftazidime efek juga
digunakan sebagai profilaksis sebeelum operasi pada pasien yang akan menjalani operasi
intra abdomen, transureter resection prostat

4. Ceftizoxime

Ceftizoxime memiliki aktivitas spektrum luas yang sangat sama dengan cefotaxime.
Perbedaannya adalah aktivitas ceftrizoxime melawan S. pneumoniae lebih rendah dan
lebih aktif melawan B. fragilis. Obat dapat diberikan setiap 8–12 jam untuk infeksi serius.
Ceftizoxime tidak dimetabolisme dan 90% dikeluarkan melalui urin.
5. Ceftriaxone

Ceftriaxone memiliki aktivitas yang sama dengan ceftizoxime dan cefotaxime tapi pada 8
jam. Pemberian obat sekali atau dua kali sehari adalah pemberian yang efektif untuk
pasien meningitis. Dan dosis sekali sehari untuk infeksi lainnya. 50% obat dapat
diekskresikan melalui urin, sisanya dieliminasi melalui sekresi empedu. Dosis tunggal
ceftriaxone (125–250 mg) efektif untuk terapi urethral, cervical, rectal, or pharyngeal
gonorrhea, termasuk mikroorganisme penghasil enzim penisilinase. Ceftriaxone aktif
menghambat hidrolisis oleh beta laktamase yang dihasilkan oleh neisseria gonorrhoeae,
H, influenzae dan staphylococcus. Bakteri yang telah resisten terhadap beberapa
antibiotik seperti enterobacter dan P. Aeruginosa dicoba pengembanagan terapinya
dengan menggunakan seftriaxone. Walaupun membutuhkan study yang lebih banyak,

6. Cefpodoxime

Cefpodoxime proxetil merupakan sefalosporin generasi ketiga yang digunakan secara


peroral yang memiliki aktivitas yang sama dengan generasi keempat (cefepime) namun
cefpodoxime tidak lebih aktif melawan Enterobacter or Pseudomonas spp. Cefpodoxime
proxetil merupakan merupakan prodrug dan tidak aktif sebelum dimetabolisme di dalam
tubuh menjadi ceftpodoxime. Bentuk tidak aktif ini akan ddihidrolisis secara sempurna
oleh enzim esterase di dalam lumen usus.

7. Cefditoren pivoxil

Cefditoren pivoxil adalah prodrug yang dihidrolisis oleh enzim esterase selama absorpsi
menjadi obat aktif, cefditoren. Cefditoren dieliminasi dalam bentuk tidak berubah melalui
urin. Obat ini aktif melawan S. Aureus strains methicillin-susceptible, S. Pneumoniae
strains penicillin-susceptible, S. pyogenes, H. influenzae, H. parainfluenzae,and
Moraxella catarrhali. Cefditoren pivoxil hanya diindikasikan untuk terapi faringitis ringan
hingga sedang, tonsolitis, masalah kulit dan infeksi struktur kulit dan eksaserbasi akut
bronkitis kronik.

Saran untuk pasien

1. Jelaskan kepada pasien bahwa antibakteri harus hanya digunakan untuk infeksi
baakteri dan tidak digunakan untuk infeksi virus.
2. Tetap lanjutkan pengobatan walaupun sudah merasa lebih baik.
3. Jelaskan kepada pasien jika pengobatan tidak dilanjtkan maka akan menurunkan
efektivitas pengobatan dan akan meningkatkan resiko resisten dan tidak akan dapat
lagi diterapi dengan antibiotik tersebut.
4. Jelaskan kepada pasien bila terjadi diare adalah hal yang umum karena penggunaan
antibiotik ini dan biasanya pengobatan akan dihentikan. Hubungi tenaga kesehatan
segera jika tejadi pendarahan usus (dengan atau tanpa kram perut dan demam).
5. Bagi pasien yang hipersensitif protein untuk jangan menggunakan ceftidoren pivoxil
6. Harus menggunkan obat ini bersama dengan makannan untuk mengoptimalkan
absorpsi.
7. Perlu memonitor gejala hipersensitivitas
8. Informasikan kepada dokter jika wanita hamil atau ibu menyusui
8. Ceftrubuten

Ceftibuten merupakan obat oral yang memiliki efektivitas yang lebih rendah melawan
gram positif dan gram negatif dibandingkan dengan cefixime. Dengan aktivitas terbatas
pada S. pneumonia and S. pyogenes, H. influenzae, and M. catarrhalis. Ceftibuten hanya
diindikasikan untuk eksaserbasi akut bakteri bromkitis kronik, otitis media akut, faringitis
dan tonsilitis.

9. Cefdinir

Cefdinir efektif digunakan ora. Dieliminasi dalam bentuk tidak berubah melalui urin.
Cefdinir memiliki sprektrum aktivitas yang sama dengan cefixime. Namun tidak aktif
melawan Pseudomonas and Enterobacter spp (goodman and gillman). Ceftidir digunakan
untuk infeksi saluran nafas atas dan bawah (sinusitis, eksaserbasi akut bronkitis kronis)
yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini jugaa digunakan secara oral untuk mengatasi otitis
media, faringitis oleh bakteri streptococus dan tonsisitis serta masalah kulit yang
disebabkan oleh bakteri. Seperti sefalosporin golongan tiga lainnya, ceftidir memiliki
aktivitas yang lebih bagus melawan bakteri gram positif dan gram negatif dibandingkan
dengan generasi pertama dan kedua namun tidak aktif dalam melawan bakteri
enterobacter dan pseudomonas aeruginosa. Secar ainvitro ceftidir aktif melawan
streptococcu dan staphylococus dibandingkan dengan antibiotik golongan sefalossporin
generasi ketiga lainnya. Ceftidir tidak aktif terhadap enterococcus faecalis dan
staphylaaccoccus yang resisten oxacillin. Farnakokinetik ceftidir adalah non linear
dependent dose. Farmakokinetiknya yang telah dipelajari pada pediatrik 6- 12 tahun dan
dewasa. Penelitian membuktikan bahwa tidak hubungan antara jenis kelamin dengan
farmakokinetik obat ini. Namun penelitian ini membuktikan bahwa fungsi ginjal
mempengaruhi farmakokinetik obat ini yaitu eliminasinya. Farmakokinetik berbeda pada
geriatrik yang mengalami perubahan fungsi ginjal, bukan karena usia.
10. Cefpiramide

Cefpiramide memiliki struktur yang berhubungan dengan cefoperazone dan aktivitas


yang sebanding. walaupuncefsulodin dikelompokkan ke sefalosporin generasi ketiga,
kemampuannya melawan bakteri gram negatif terbatas terhadap Ps. aeruginosa.

11. Latamoxef

Latamoxef merupakan oxacephalosporin yang berbeda dari sefalosporin pada atom


sulfurnya pada inti 7-aminocephalosporanic diganti dengan atom oksigen. Hal ini berbeda
dari cefotaxime yang utamanya mempertinggi aktivitas melawan Bacteroides fragilis.
Sefalosporin terbaru cefepime and cefpirome (generasi IV) karena aktivitasnya spektrum
luas.

Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas yang baik melawan


Pseudomonas

Ceftazidime aktif melawan mikroorganisme gram positif seperti halnya cefotaxime.


Aktivitasnya melawan Enterobacteriaceae sangat sama, perbedaan utamanya adalah
aktivitas terbaiknya dalam melawan Pseudomonas dan bakteri gram negatif. Ceftazidime
memiliki aktivitas yang rendah melawan B. fragilis. Obat tidak dimetabolisme.

Efek samping sefalosporin generasi ketiga

Reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang umum dalam penggunaan


sefalosporin. Cirinya sama dengan reasi alergi yang disebabkan oleh penisilin karena
adanya hubungan/ kemiripan struktur betalaktamnya. Pasien yang alergi terhadap satu
kelas obat dapat terjadi reasksi silang ke golongan obat lainnya. Namun tidak ada skin
test yang dapat menentukan bahwa seorang pasien akan mengalami reaksi alergi terhadap
sefalosporin. Pasien dengan riwayat sedang atau jarang mengalami reaksi terhadap
penisilin memiliki resiko yang kecil akan mengalami reaksi alergi dengan penggunaan
sefaloporin. Namun, pasien yang baru saja mendapatkan reaksi yang ringan, sedang
terhadap penisilin maka pemberian sefalosporin harus dengan sangat hati-hati. Reaksi
coomb positif sering ditemukan terjadi pada pasien yang menerima sefalosporin dalam
dosis besar, tapi hemolisis jarang terjadi. Penggunakan sefalosporin jarang menyebabkan
penurunan sum-sum tulang /granulositopenia. Nekrosis tubular dapat terjadi pada
penggunaaan cephaloridine dengan dosis besar dari 4g/day, agen ini tidak dapat
digunakan jangka panjang di aamerikaa serikat. Sefalosporrin lainnya, ketika digunakan
tunggal dalam dosis yang disarankan, jarang terjadi toksisitas ginjal. Penggunaan dosis
tinggi cephalothin tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu panjang di amerika. Hal ini
karena dapat menyebabkan nekrosis tubular dan dosis lazim (8–12 g/day) dapat
menyebabkan nefrotoksik pada pasien yang telah memiliki gangguan ginjal sebelumnya.
Diare dapat terjadi setelah penggunaan sefalosporin dan dapat lebih sering pada
penggunaan cefoperazone. Hal ini mungkin karena cefoperaazone diekskresikan paling
besar melalui empedu. Intleran terhadap alkohol juga telah dilaporkan. Pendarahan serius
yang berhubungan dengan hipoprotembinemia, trombositopenia dan/ atau disfungsi
platelet juga telah dilaporkan.

Sefalosporin generasi ketiga adalah obat pilihan untuk infeksi serius yang disebabkan
oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Providencia, Serratia, dan Haemophilus spp.
Ceftriaxone meruapakan obat pilihan untuk semua bentuk gonorrhea dan beberapa
penyakit lyme. Sefalosporin generasi ketiga (misalnya cefotaxime atau ceftriaxone)
digunakan sebagai terapi awal untuk meningitis pada dewasa dan anak-anak besar dari 3
tahun (kombinasi dengan vankomisin dan ampisilin sampai penyebab utama
teridentifikasi). Sefalosporin generasi ketiga adalah obat pilihan dalam penatalaksanaan
meningitis yang disebabkan oleh H. influenzae, S. pneumoniae, N. meningitidis, dan
bakteri enterik gram negatif. Cefotaxime telah gagal dalam terapi meningitis yang
menunjukkan resistan terhadap S. Pneumoniae, sehingga harus ditambahkan vankomisin.
Ceftazidime dikombinasi dengan aminoglikosida adalah terapi pilihan untuk meningitis
Pseudomonas. Sefalosporin generasi ketiga memiliki aktivitas yang rendah dalam
melawan L. Monocytogenes dan pneumoni yang resistan terhadap penisilin yang
menyebabkan meningitis. Spektrum kerja cefotaxime dan ceftriaxone sangat baik untuk
terapi pneumonia yang ditularkan dari masyarakat (community-acquired pneumonia).

IV. Sefalosporin Generasi empat

Sefalosporin generasi keempat mempunyai resistensi yang lebih kuat terhadap


beta laktamase dibandingkan generasi ketiga dan dapat menembus sawar otak
sehingga efektif untuk penyakit meningitis serta mempunyai aktivitas melawan
patogen nosokomial seperti Enterobacter dan Acinetobacte.

Kelebihan
- Spektrum luas organisme gram positif dan gram negatif (untuk yang mirip
seperti Pseudomonas seperti ceftazidime, dan yang mirip sepeprti S.
pneumonia seperti ceftriaxone)
- Dapat mengobati beberapa penyakit yang disebabkan bakteri anaerob.
- Lebih tahan terhadap iaktivasi oleh AmpC beta-laktamse daripada generasi
dua atau tiga, lebih baik dalam melawan Citrobacter dan Enterobacter.

Kekurangan

- Tidak bisa digunakan untuk B. fragilis,


- Tidak tersedia dalam bentuk oral,
- Tidak bisa untuk MRSA

1. Cefepime
Cefepime, adalah sefalosporin generasi keempat sebagai pilihan untuk
mengobati infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi
kulit dan jaringan lunak, meningitis bakteri dan infeksi lain yang disebabkan
bakteri gram positif dan gram negatif..
A. Data farmakokinetik pada orang dewasa
a. Absorbsi
Cefepime diadministrasikan secara IV atau IM. Ketika diberikan
secara IM, cefepime pada pasien dewasa 100% diadsorbsi dari tempat
penyuntikan, dengan puncak konsentrasi serum tercapai antara 1 – 1,6
jam.
b. Distribusi
Obat ini didistribusikan pada berbagai jaringan dan cairan biologis
termasuk sinus maksilari, jaringan tonsilar, kulit, jaringan mukosa
brokus, cairan peritoneal, dan ASI. Volume distribusi pada pasien
sehat dewasa setelah pemberian dosis tunggal adalah 0,21 L/kg.
c. Metabolisme
pada protein plasma. Lebih dari 80 % dari dosis yang
diadministrasikan, diekskresikan tidak berubah melalui urin pada
pasien dengan ginjal normal.
d. Ekskresi
Cefepime mempunyai profil farmakokinetik linear dengan waktu
paruh eliminasi sekitar 2,1 jam. Seperti sefalosporin lainnya, cefepime
diekskresikan melalui ginjal, dan tidak diakumulasi pada pasien
dengan ginjal normal.
Profil farmakokinetik cefepime tidak memiliki banyak perbedaan
antara pemberian tunggal ataupun dosis ganda yang mengindikasikan
adanya akumulasi obat pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Dengan angka yang terikat pada protein adalah 16 – 19 %, cefepime
tidak kuat terikat
B. Efek pada fungsi ginjal
Total klirens cefepime akan menurun sejalan dengan menurunnya
fungsi ginjal, walaupun volume distribusi pada kondisi normal tidak
berubah, bergantung pada kondisi ginjal. Area dibawah kurva konsentrasi
juga meningkat ketika fungsi ginjal terputus. Pada pasien dengan ginjal
normal, waktu paruh cefepime sekitar dua jam, pada pasien dengan gagal
ginjal ringan dan sedang waktu paruh meningkat menjadi 4 dan 12 jam.
Perhitungan dosiscefepime diperlukan untuk pasien dengan gagal
ginjal.Such
C. Efek terhadap umur
Ketika pasien gertiatri sehat umur 65 – 81 tahun, dibandingkan
dengan pasien dewasa 20 -40 tahun, banyak perbedaan yang terlihat,
seperti waktu paruh, total dan klirens ginjal, dan area dibawah konsentrasi-
waktu plasma.
D. Farmakologi
a. Mekanisme kerja
Menginibisi sintesa mukopeptida pada dinding sel bakteri
b. Indikasi
Pengobatan pneumonia dan infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi
saluran kemih yang telah resisten dari mikroorganisme spesifik.
Pengobatan empiric untuk neutropenia fibria sebagai terapi tunggal.
Pengobatan infeksi intraabdominal kombinasi dengan metronidazol.
c. Efek samping
Sistem saraf pusat: sakit kepala
GI : mual, muntah, diare, kolitis
Kulit: gatal-gatal, pruritus, urtikaria
d. KI
Hipersensitif terhadap sefalosporin, penisilin, atau antibiotik beta-
laktam.
e. Dosis
o Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang komplikasi atau
tidak
Dewasa : IV/IM 0,5 – 1 gram tiap 12 jam selama 7 – 10 hari
o Infeksi berat saluran kemih komplikasi atau tidak
Dewasa : IV 2 gram tiap 12 jam selama 10 hari
o Pneumonia sedang sampai berat
Dewasa : IV 1 – 2 gram tiap 12 jam selama 10 hari
o Infeksi sedang sampai berat kulit dan jaringan kulit tidak
komplikasi
Dewasa : IV 2 gram tiap 12 jam selama 10 hari
Anak-anak < 40 kg : 50 mg/kg/dosis tiap 12 jam (tiap 8 jam untuk
pasien neutropenia fibria) selama 7 – 10 hari.
Jangan melewati dosis rekomendasi untuk dewasa.
o Anak-anak dengan gagal ginjal
Data masih belum tersedia, namun pada orang dewasa dengan
gagal ginjal dibutuhkan penyesuaian dosis.
f. Interaksi
Aminoglikosida: meningkatkan resiko nefrotoksisitas dan ototoksisitas
Inkompatibilitas: metronidazol, vankomisin, gentamisin, tobramisin,
aminofilin, dan ampisilin (> 40 mg.mL)

Sefalosporin Generasi kelima

1. Ceftobiprole
Ceftobiprole medocaril adalah sefalosporin spectrum diperluas dengan
aktivitas melawan MRSA, VRSA, Resisten Penisilin Streptococcus
pneumonia, resisten vankomisin Enterococcus faecalis, Enterobactericeae,
dan Pseudomonas aeruginosa. Tidak aktif terhadap ESBL (Spektrum
diperluas betalaktamase) yang memproduksi Enterobactericeae dan
Enterococcus faecium)
Menurut data yang ada, Ceftobiprole dapat efektif pada dosis 500 mg 1
jam infuse tiap 12 jam untuk gram positif, dan 500 mg 2 jam infus tiap 8
jam untuk infeksi polimikroba.
Ceftobiprole dan data klinik yang terbatas dapat menjadi bukti bahwa obat
ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal empiric untuk infeksi kulit dan
jaringan kulit kompliasi (cSSSIs) dan kombinasi dengan antimikroba lain
untuk infeksi saluran nafas bagian bawah dimana fase ke 3 percobaan
klinis saat ini masih sedang diteliti.
A. Farmakokinetika
Farmakokinetika dosis tunggal dan ganda dari obat ini telah dievaluasi
pada relawan sehat. Ceftobiprole medocaril adalah prodrug larut air
yang berubah dengan cepat dalam hitungan deik untuk mengaktifkan
obat, diasetil, dan karbondioksida oleh plasma esterase. Jumlah
tertentu dari ceftobiprole kemudian diubah menjadi metabolit cincin
terbuka via hidrolisis. Ceftobiprole hanya sedikit menghambat enzim
hepatik (8-28%) diuji pada konsentrasi tertinggi (50 110 mikromol/L),
tidak mengindusi enzim hepatic dan bukan merupakan substrata tau
inhibitor P-glikoprotein.
Patogen gram negatif mempunyai target yang lebih tinggi dari patogen
gram positif dan dosis yang lebih tinggi atau dosis lebih sering
dibutuhkan. Efek baktriostatik adalah40% dan bakterisida 60%.
B. Farmakologi
a. Mekanisme kerja
Melawan resisten isolasi S. aureus dengan produksi mecA dari
PBP2A.
b. Indikasi
cSSSIs gram positif, patogen garm negatif.
c. Efek samping
Mual, muntah, sakit kepala, disgeusia (ringan – sedang)
d. Kontraindikasi
Sama seperti sefalosporin lain
e. Dosis
cSSSIs : 500 mg IV tiap 8 jam (infus 1 jam) selama 7-14 hari.
Patogen gram negatif : 500 mg IV tiap 8 jam (infus 2 jam) selama 7-14
hari.
f. Interaksi
Antibiotik yang dapat mempengaruhi flora, warfarin menaikkan C.
difficile dalam tubuh.
2. Ceftaroline
Contoh obat dari golongan ini adalah ceftaroline fosamil merupakan
sefalosporin oksimino generasi kelima berbentuk parenteral dengan
aktivitas bakterisida terhadap MRSA. Kebalikan dari antimikroba MRSA
yang telah ada sebelumnya, ceftaronile fosamil (selanjutnya disebut
ceftaroline) menunjukkan aktivitas spectrum luas terhadap patogen gram
positif dan gram negatif dari rumah sakit., sama seperti sefalosporin
tunggal yakni ceftobiprole).
Ceftaroline mempunyai aktivitas melawan MDR bakteri gram positif
termasuk MRSA, VISA, hVISA dan VRSA, dan juga mempounyai efikasi
melawan patogen pernafasan. Ceftaroline tidak mempunyai aktivitas luas
terhadap gram negatif, hanya melawan aktivitas yang terbatas terhadap
bakteri resisten Gram negatif.
Farmakokinetik
a. Absorbsi
-
b. Metabolisme
Dimetabolisme di hati untuk menjadi bentuk aktif.
c. Distribusi
Volume distribusi ceftaroline adlah 0,37 L/kg dengan ikatan protein <
20%
d. Ekskresi
Diekskresikan melalui ginjal, sebagian kecil diubah menjadi metabolit
inaktif ceftaroline M-1. Sekitar 50% ceftaroline dan 70% ceftaroline-
M-1 dikeluarkan melalui urin.
Mekanisme kerja
Seperti β-laktam lainnya, mekanisme ceftaroline adalah mengikat protein
pengikat penisilin (PBP), enzim memediasi transpeptidasi silang dari
peptidoglikan yang merupakan langkah awal dalam menyelesaikan
pembentukan dinding sel bakteri. Strain MRSA memiliki PBP2a
bermutasi (dikodekan oleh gen mecA yang berada pada kromosom
staphylococcal), yang menghalangi antibiotik β-laktam mengakses situs
aktif yang menengahi reaksi transpeptidasi.

MEKANISME RESISTENSI BAKTERI TERHADAP SEFALOSPORIN


Resistensi bakteri terhadap antibiotik betalaktam terus mengalami
peningkatan dengan kecepatan yang dramatis. Mekanisme terjadinya resistensi
tidak hanya dengan dihasilkannya betalaktamase yang dapat menguraikan
antibiotic, namun juga perubahan dalam protein-protein yang mengikat penisilin
serta penurunan kemampuan masuknya antibiotic dan efluks antibiotic secara
aktif.
Reistensi terhadap sefalosporin mungkin berkaitan dengan
ketidakmampuan antibiotic tersebut untuk mencapai kerjanya; dengan perubahan
pada protein pengikat penisilin ( Penicillin Binding Protein, PBP) yang
merupakan target sefalosporin, sedemikian sehingga afinitas ikatan antibiotic
tersebut menjadi lebih rendah; atau dengan enzim bakteri ( beta-laktamase) yang
dapat menghidrolisis cincin beta-laktam dan dapat menginaktivasi sefalosporin.
Perubahan pada dua PBP ( 1A dan 2X ), sedemikian rendah, sudh cukup untuk
dapat menimbulkan resistensi pneumokokus terhadap sefalosporin generasi
ketiga, seperti halnya ketiga PBP berbobot molekul tinggi lainnya yang memng
memiliki afinitas rendah.
Mekanisme resistensi terhadap sefalosporin yang paling sering terjadi
adalah perusakan sefalosporin melalui hidrolisis cincin beta-laktam. Banyak
mikroorganisme gram-positif yang melepaskan cukup banyk beta-laktam ke
medium sekitarnya. Meskipun bakteri gram-negatif tampaknya menghasilkan
lebih sedikit beta-laktamase, namun lokasi enzim tersebut dalam ruang periplasma
membuatnya lebih efektif dalam merusak sefalosporin saat berdifusi menuju
targetnya pada membrane bagian dalam, seperti halnya terjadi pada penisilin.
Namun demikian, sefalosporin memiliki erentanan yang bervariasi terhadap beta-
laktamase. Misalnya, diantara semua sefalosporin generasi pertama, sefazolin
lebih rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamae dari S. aureu dibandingkan
sefalotin. Sefoksitin, sefuroksim, dan sefalosporin generasi ketiga lebih resisten
terhadap hidrolisis oleh beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri gram-negatif
daripada sefalosporin generasi pertama. Sefalosporin geberasi ketiga rentan
terhadap hidrolisis beta-laktamase yang dapat diinduksi dan dikodekan secara
kromosomal ( tipe 1 ). Induksi beta-laktamase tipe 1 melalui pengobatan infeksi
akibat basil gram-negatif aerob dengan sefalosporin generasi kedua atau ketiga
dan/atau imipenem dapat menimbulkan resistensi terhadap seluruh sefalosporin
generasi ketiga. Sefalosporin generasi keempat seperti sefepim, merupakan
penginduksi lemah beta-laktamase tipe 1 dan lebih tidak rentan terhadap hidrolisis
oleh beta-laktamase tipe 1 dibandingkan dengan senyawa generasi ketiga.
Tidak ada satupun sefalosporin yang memiliki aktivitas yang dapat
diandalkan terhadap bakteri-bakteri berikut: S. pneumonia yang resisten-penisilin,
S. aureus yang resisten-metisilin, S. epidermidis yang resisten-metisilin dan
stafilokokus koagulase-negatif lainnya, Enterococcus, L. monocytogenes,
Legionella pneumophilia, Campylobacter jejuni, dan spesies acinotebacter.

INTERAKSI SEFALOSPORIN DENGAN OBAT LAIN


Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya
peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat
atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampior bersamaan. Tidak semua
interaksi obat membawa pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru
diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya
interaksi tersebut sampai tidak dikenalisehingga tidak dapat dilakukan upaya-
upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi inikemungkinan
akan timbul sebagai,
- Terjadinya efek samping
- Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan.

Penggunaan bersamaan aminoglikosida parenteral atau obat nefrotoksik


lainnya (misalnya, amfoterisin B) dengan sefalosporin adalah kontroversial.
Berpotensi, sefalosporin dapat menyebabkan nefrotoksisitas aditif jika digunakan
dengan obat-obatan, namun interaksi ini hanya didokumentasikan dengan
cephaloridine (tidak lagi dipasarkan). Namun demikian mereka harus digunakan
hati-hati. Dalam studi in vitro telah menunjukkan bahwa sefaorin dapat memiliki
sinergi atau tambahan aktivitas terhadap bakteri tertentu bila digunakan dengan
aminoglikosida, penisilin, atau kloramfenikol. Namun, beberapa dokter tidak
menyarankan menggunakan sefalosporin bersamaan dengan antibiotik
bakteriostatik (misalnya, kloramfenikol), terutama pada infeksi akut di mana
organisme tersebut berkembang biak dengan cepat . Probenesid kompetitif sekresi
tubular sefalosporin , sehingga meningkatkan kadar serum. Seperti reaksi
disulfiram (anoreksia, mual, muntah) telah dilaporkan pada manusia yang telah
mencerna alkohol dengan 48-72 jam setelah menerima antibiotik beta laktam
(misalnya, cefamandole, cefoperazone,, cefotetan moxalactam) dengan rantai-sisi
thiomethyltetrazole. Karena antibiotik telah dikaitkan dengan perdarahan, mereka
harus hati-hati digunakan pada pasien yang menerima antikoagulan oral.
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Health-System Pharmacists. 2011. AHFS - drug information


Essentials. Maryland.

Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI. 2007.  Farmakologi dan Terapi.


Jakarta : Gaya Baru.

Dipiro, J., Talbert, R., &Yee, G. 2008. Pharmacoterpy A Pathophysicologic


Approach, Ed 7th. United States: Mc Graw Hill Companies, Inc

Duplessis, C., Cianflone-Crum, N.F. 2011. Ceftaroline: a new cephalosporin with


activity against methicilin-resistant staphylococcus aureus. Clin Med Rev
Ther: 10, 3.

Gasbarro, R. Cefepime: parmacokinetics in children (original research). Pediatric


Diseases Journal.
Petri Jr WA. Penicillin,cephalosporins and 0ther β-lactam antibiotics. Dalam :
Goodman & Gillman’s, The Pharmacological Basis of Therapeutics, edisi
XI. 1127-2254, 2006.

Tarto, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco : Facts and Compatisons.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai