ASMA BRONCHIAL
Abstrak
ASMA BRONCHIAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Penyakit asma, dulu lebih dikenal sebagai penyakit mengi atau bengek, namun saat
ini, lebih lazim dikenal sebagai penyakit asma, bahkan hampir seluruhnya khususnya
dalam bahasa Inggris dan Belanda asthma. Penyakit asma sudah lama dikenal sejak
zaman Yunani kuno. Istilah ‘asthma’ berasal dari kata Yunani yang berarti “pernafasan
pendek” atau “pernafasan pendek dan cepat”. Asma adalah penyakit yang disebabkan
otot-otot di sekitar saluran bronkial (saluran udara) dalam paru- paru mengalai
kontraksi, sekaligus lapisan saluran bronkial tersebut mengalami bengkak peradangann.
Peradangan ini, yang melnghasilkan autocoid kimia radang diantaranya prostasiklin,
pr4ostaglandin, tromboksan disatu sisi dan di sisi lain menghasilkan kinin bradykinin
dan leuktrien yang sangat kuat dan menyerang lapisan permukaan saluran napas
tersebut. Peradangan ini juga menghasilkan lendir yang kental, sehingga menyebabkan
saluran udara menyempit, keadaan area ini menjadi lebih sensitive sangat ‘gugup’ dan
sensitive, dan akibatnya mudah merespon berbagai pemicunya seperti angin, olahraga
dan bau yang kuat (Nancy, 2006).
Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit
bernafas (Vita Health, 2006). Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu
kondisi ketika saluran udara tersumbat atau menyempit. Hal ini biasanya sementara,
tetapi dapat menyebabkan sesak nafas, kesulitan bernafas, dan gejala lainnya. Jika asma
menjadi parah, penderita mungkin memerlukan pengobatan darurat untuk memulihkan
pernafasan normal (Dayu, 2011).
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik di paru yang terletak di saluran
napas bawah, berupa episode penyempitan dan peradangan jalan napas yang disertai
produksi lendir (mukus) berlebihan sebagai respons terhadap satu atau lebih pencetus.
Batasan teknis dari Global Initiative for Asthma (GINA). Mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan peran berbagai sel, terutama sel mast,
eosinofil, dan limfosit T.
Inflamasi pada orang yang peka mengakibatkan episode mengi berulang, sesak
napas, rasa dada tertekan, dan batuk terutama malam dan dini hari (Bateman et al.
2008). Batasan praktis dari Pedoman Nasional Penanganan Asma Anak adalah mengi
berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik.
Cenderung pada malam dan dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, dan dapat
membaik dengan atau tanpa pengobatan serta adanya riwayat asma atau atopik lain pada
pasien dan atau keluarganya [UKK Pulmonologi IDAI 2002].
Faktor pencetus serangan asma antara lain adalah alergen (tungau debu rumah,
kecoa, serpihan kulit hewan piaraan, spora jamur, serbuk sari), asap rokok, polusi udara,
dan infeksi virus. Alergen merupakan faktor terpenting tidak hanya dalam mencetuskan
asma, tetapi juga menentukan keparahan dan menetapnya gejala-gejala asma (Nelson
2000). Secara patologis, asma ditandai oleh hiperreaktivitas bronkus. Orang atopi adalah
orang yang rentan untuk mengalami hiperreaktivitas bronkus, tetapi hanya 10-30% yang
akhirnya mengalami asma.
Bukti bahwa asma memiliki komponen genetik berasal dari studi pada keluarga,
yang memperkirakan bahwa kontribusi faktor genetik terhadap atopi dan asma. Secara
relatif adalah sekitar 40-60%. Asma adalah penyakit genetik yang kompleks dan
melibatkan banyak gen. Sehingga kerentanan terhadap asma melibatkan interaksi
berbagai faktor genetik dan lingkungan (Kuby et al. 2007).
4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang
alergi àmembentuk sejumlah antibodi IgE abnormal à reaksi alergi. Pada
asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus
kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat
sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi
hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk
2. Pemeriksaan Fisik
c. Paru :
terdorong ke bawah.
Perkusi : hipersonor
kristal eosinopil.
b. Pemeriksaan darah :
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
c. Pemeriksaan Radiologi
bertambah.
pada paru-paru.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dan
f. Spirometri
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
obstruksi. (Medicafarma,2008)
Beberapa ciri-ciri dan gejala khas dari penyakit asma bronkial adalah:
1. Batuk keras : Batuk yang keras adalah gejala paling umum dari asma
bronkial. Batuknya dapat berupa batuk kering atau berdahak (berlendir).
Batuk asma cenderung memburuk pada malam hari atau setelah beraktivitas.
Apabila Anda terus-terusan mengalami batuk kering yang berlangsung lama,
dengan/tanpa gejala asma yang menyertai, ini mungkin saja menandakan
Anda mengalami jenis batuk asma.
2. Suara mengi : Mengi adalah satu dari sekian gejala asma yang dapat
dikenali. Suara mengi adalah napas yang berbunyi lirih seperti
siulan, atau berbunyi “ngik-ngik” setiap kali Anda menghembuskan
napas. Suara ini muncul karena udara dari dalam paru dipaksa keluar
lewat saluran napas yang sempit dan tersumbat. Meski begitu bukan
berarti orang yang mengalami mengi pasti memiliki asma. Pasalnya,
mengi juga dapat menjadi gejala dari penyakit lain seperti penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dan pneumonia (infeksi paru-paru).
3. Sulit Bernapas Lega: Asma membuat Anda sulit bernapas lega atau sering
merasa kehabisan napas (ngos-ngosan). Anda mungkin juga merasa sering
kesusahan menarik atau menghela napas panjang. Ini karena saluran napas
(bronkus) Anda menyempit dan tersumbat lendir paru.
4. Dada Sesak : Gejala asma yang juga umum adalah sensasi dada sesak seperti
ada yang mengikat tali erat-erat di sekeliling dada.Sensasi ini muncul akibat
otot saluran napas yang membengkak akibat peradangan kemudian menutupi
terowongan jalur napas. Maka, Anda juga akan merasakan perasaan kaku atau
ketegangan di area dada. Kondisi ini membuat Anda sulit bernapas lega.
b. Menghindari kelelahan
a. Mencegah Sensititasi
c. Asap Tembakau
1) Memberikan penyuluhan
3) Pemberian cairan
4) Fisiotherapy
b. Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan:
a) Simptomatik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
(1) Orsiprenalin (Alupent)
1. Inhaler asma
Inhaler dapat digunakan sendiri di rumah. Cara pakainya jelas tidak mudah,
mengingat penekanan tombol inhalernya juga harus tepat, yaitu sebaiknya
ketika serangan asma, seseorang sedang membuang napas, maka inhaler itu
disemprotkan. Kenapa? Karena ketika disemprotkan saat membuang napas,
momen selanjutnya adalah ketika penderita menghirup napas sehingga obat
justru akan masuk. Jika disemprotkan ketika menarik napas, penekanan
tombol bisa saja terlambat dan justru obat malah terbuang.
Asma nebuliser merupakan suatu alat untuk memberikan obat uap dan tepat
diberikan di UGD ketika seseorang mengalami serangan asma. Alat ini
dapat mengubah cairan.
Daftar Pustaka