Anda di halaman 1dari 27

GANGGUAN

KELENJAR HIPOFISA1

GANGGUAN KELENJAR HIPOFISIS

1
Bunga Tahtania, Npm A181 009

1
“Abstrak”

Adenoma hipofisis diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yaitu klinis dan


endokrin, patologi, serta radiologi. Kelenjar pituitari dikenal sebagai masternya
kelenjar karena menghasilkan hormon yang mengatur fungsi kelenjar lain,
seperti kelenjar tiroid, ovarium, testis, dan kelenjar adrenal.Hipofisis merupakan
kelenjar berukuran kecil namun mempunyai fungsi yang penting dan kompleks.
Hipofisis terdiri dari dua bagian yaitu adenohipofisis dan neurohipofisis. Hormon-
hormon dari hipofisis diregulasi oleh hipotalamus dan feedback negatif dari target
organnya. Hormon-hormon hipofisis anterior diregulasi oleh hipotalamus melalui
Hipotalamus-Hipofisis-Axis. Sedangkan untuk hormon dari hipofisis posterior,
hormon disintesa di hipotalamus kemudian akan dilepaskan ke hipofisis posterior
melalui traktus hipotalamohipofiseal (supraoptikohipofiseal) untuk kemudian
dilepaskan ke dalam sirkulasi sistemik. Masing-masing hormon dari hipofisis
mempunyai fungsi yang spesifik yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologik dari
tubuh. Kelenjar hipofisis umumnya ditangani tergantung dari jenis dan ukuran
kelenjarnya, serta apakah kelenjar bersifat jinak atau ganas. Penanganan kelenjar
kelenjar hipofisis meliputi pengangkatan atau pengecilan kelenjar dan
pengembalian kadar hormon ke posisi normal, seperti dengan cara operasi,
kemoterapi, terapi radiasi dan penggunaan obat-obatan.Penjelasan selanjutnya
akan dipaparkan dalam makalah ini.

2
TEORI

Perantara kimiawi tubuh (hormon) dibuat oleh kelenjar endokrin. Kelenjar


ini tidak memiliki saluran, tapi mensekresi hormon langsung ke dalam darah,
sehingga dapat mencapai setiap sel di dalam tubuh. Sistem endokrin terdiri dari
sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi
utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung
ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Sistem endokrin, dalam
kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukann fungsi tubuh. Kedua
sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.

Adenoma hipofisis atau disebut juga dengan adenoma hipofise merupa-kan


tumor yang jinak, dengan partum-buhan yang lambat, yang berasal dari sel-sel
kelenjar hipofisis. Adenoma ini diklasifikasikan berdasarkan produk sekretorinya.
Tumor fungsional (endo-crine-active) termasuk hampir 70% dari tumor hipofisis
yang menghasilkan 1 atau 2 hormon. Adenoma nonfungsional adalah tumor
endocrine-inactive. Karena efek fisiologis dari hormon yang dikeluar-kan, tumor
fungsional biasanya tampak lebih awal dari pada adenoma nonfung-sional.
Sebaliknya, efek massa dari adenoma hipofisis yang besar (seringnya karena
tumor endocrine-inactive) dapat berakibat gejala-gejala penekanan se-perti sakit
kepala, defek lapangan pan-dang (kehilangan penglihatan perifer), defisit saraf
kranial, hipohipofisissme (kompresi dari kelenjar hipofisis normal), apopleksi
hipofisis (perdarahan tiba-tiba atau infark perdarahan dari tumor yang meluas)
atau disfungsi stalk.

Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar. Sistem endokrin


menggunakan hormon untuk mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh sama
seperti sistem saraf menggunakan sinyal listrik kecil.Hormon membawa data
kimiawi yang mengendalikan tingkat kerja kelenjar dan organ lain. Sel penghasil
hormon ditemukan di sekeliling tubuh. Sebagian besar sel-sel itu mengelompok di
dalam kelenjar yang memiliki fungsi khusus.

Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar yang paling berpengaruh dalam


sistem endokrin. Kelenjar ini sebenarnya adalah dua kelenjar berbeda yang

3
menjadi satu. Bagian depan atau lobus anterior, disebut juga adenohipofisis,
membentuk sebagian besar massa kelenjar ini. Bagian belakang ada lobus
posterior atau neurohipofisis. Hipofisis anterior membentuk enam hormon utama
di dalam kelenjar dan melepas hormon tersebut ke dalam aliran darah.

Kelenjar Hipofisis adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak


dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon
dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator-
provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofisa dalam
mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain
menjadikan hipofisa dijuluki master of gland.

A. Definisi Kelenjar Hipofisis

Pituitari berasal dari kata “pituita” yang artinya lendir atau secret kental.
Sedangkan hipofisis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah, dan “physis”
yang artinya tumbuh (Seely et al. 2007: 278). Kelenjar pituitary (hipofisis)
merupakan suatu kelenjar kompleks yang mensekresi hormone peptida. Hormon
peptida tersebut sangat mempengaruhi hampir seluruh fungsi tubuh. Seluruh
sekresi kelenjar pituitari dikontrol oleh hipotalamus. Hipotalamus dikontrol oleh
rangsang saraf dari otak (Patton & Thibodeau 2010).

Kelenjar ini terletak di dasar otak, di bawah ventrikel tiga, pada dasar
tengkorak (sella turcica). Kelenjar pituitari berbentuk seperti kacang kecil
berdiameter kurang lebih 1,2- 1,5 cm dengan berat hanya sekitar 0,5 gram.
Kelenjar ini terbagi menjadi bagian anterior dan posterior, yang asal embriologi,
fungsi dan mekanisme kontrolnya berbeda-beda pula karena demikian pentingnya
bagian lobus anteriornya, maka kelenjar ini biasa disebut “master gland” ( Patton
& Thibodeau 2010: 546).

Kelenjar ini terbagi menjadi 2 bagian:

a. Adenohipofisis

Adenohipofisis berasal dari penonjolan ektoderm oral yang disebut Rathke


pouch. Jaringan adenohipofisis tersusun atas kelompokan sel sekretori yang

4
disokong oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Adenohipofisis
terbagi menjadi:

1. Pars distalis (lobus anterior),


2. Pars intermedia.

Pada kebanyakan vertebrata kelenjar pituitari mempunyai lobus ketiga yang


berbeda dari dua lobus lainnya yaitu lobus intermedia. Namun pada manusia
dewasa, Lobus Intermedia ini hanya ditemukan dalam bentuk sisa, yang terletak
diantara lobus anterior dan posterior (Considine 2009: 597), dan (3) pars
tuberalis, membentuk bagian luar yang menutupi tangkai pituitari

b. Neurohipofisis

Neurohipofisis berkembang dari perluasan hipotalamus yang berkembang,


yang nantinya akan bergabung dengan Rathke pouch. Oleh karena itu lobus
posterior tersusun dari jaringan saraf, dan secara fungsional merupakan bagian
dari hipotalamus. Neurohipofis terbagi menjadi (Gartner & Hiatt 2001: 302):

1. Median eminence,
2. Infundibulum, membentuk bagian dalam tangkai pituitary dan prosesus
infundibulum (Lobus Posterior).

B. Klasifikasi Adenoma Hipofisis


Klasifikasi lama dari tumor hipofi-sis didasarkan pada karakteristik selular-
nya menggunakan pewarnaan hemato-toksilin dan eosin dari potongan jaringan.
Tumor-tumor dibedakan atas eosinofilik, basofilik, atau kromofobik.
Pada dasarnya, mikroadenoma mengacu pada tumor-tumor yang uku-rannya
< 10 mm dan terletak secara keseluruhan dalam sella tursika. Makroadenoma
adalah tumor besar > 10 mm yang bisa berada dalam intrasellar secara
keseluruhan namun sering berhubungan dengan perluasan ekstra-sellar. Tumor-
tumor tersebut dapat me-luas secara inferior ke dalam sinus sfenoid, namun lebih
sering ke arah su-perior yaitu ke dalam ruang suprasellar (karena tahanan yang
lebih rendah), menekan aparatus optik, atau secara lateral ke dalam sinus
kavernosus ada sisi lainnya.Adenoma hipofisis dikla-sifikasikan dalam banyak
skema, hal ini termasuk klasifikasi klinis dan endokrin, patologi, dan radiologi.

5
a. Klasifikasi Klinis dan Endokrin

Klasifikasi praktis dari adenoma hipofisis oleh dokter umum adalah


klasifikasi fungsional. Klasifikasi ini membe-dakan tumor sebagai fungsional dan
nonfungsional, berdasarkan aktivitas sekretorinya in vivo. Adenoma fung-sional
adalah mereka yang mensekre-sikan PRL, GH, TSH, atau ACTH, yang
menghasilkan gambaran fenotip klinis dari sindrom amenorrhea-galaktorrhea,
akromegali atau gigantisme, hipertiroid sekunder, dan penyakit Cushing atau
sindroma Nelson. Tumor-tumor yang tidak berhubungan dengan keadaan
hipersekretori klinis (adenoma gonado-trof, adenoma sel null, onkositomas, dan
berbagai adenoma yang diam) secara kolektif didesain secara nonfungsional
klinis.

Adenoma fungsional termasuk:

- Adenoma yang mensekresi prolaktin (PRL), umum ditemukan, terjadi pada


40-60% kasus.
- Adenoma yang mensekresi Adreno-corticotropic Hormone (ACTH). Ade-
noma ini terjadi pada 5-10% adenoma hipofisis, namun > 35% pada
karsino-ma hipofisis; berhubungan dengan penyakit Cushing.
- Adenoma yang mensekresi Growth Hormone (GH), terjadi pada 2-3%
kasus; dihubungkan dengan akrome-gali dan gigantisme.
- Adenoma yang mensekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH), terjadi <
1% kasus. Berhubungan dengan hipertiroidisme.
- Adenoma tipe campuran, mensekre-sikan lebih dari satu hormon; terjadi
pada kira-kira 10% dari adenoma fungsional.

Adenoma non fungsional dilapor-kan terjadi antara 25% dan 35% dari
adenoma hipofisis, tidak aktif secara hormonal, dan merupakan bentuk yang lazim
dari makroadenoma. Tumor hipo-fisis yang menghasilkan Follicle Stimu-lating
Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) digolongkan ke dalam adenoma
nonfungsional.

b. Klasifikasi Patologi

6
Klasifikasi ini berusaha untuk membatasi kelompok tumor heterogenus
secara klinis dan patologis dengan kategori yaitu asidofilik, basofilik, dan
kromofobik. Diasumsikan bahwa adeno-ma asidofilik merupakan tumor yang
mensekresikan GH dan adenoma baso-filik yang mensekresikan ACTH. Tumor-
tumor yang gagal diwarnai didesain se-cara kormofobik dan dipercaya sebagai
tumor yang hormonnya tidak aktif.

c. Klasifikasi Imaging

Dari pandangan surgikal, tumor hipofisis dapat diklasifikan berdasarkan


ukuran dan karakteristik pertumbuhan, yang dapat ditemukan dari studi imaging.
Secara praktisnya, berdasarkan ukuran, tumor diklasifikasikan sebagai mikroa-
denoma (diameter <1cm), atau makroa-denoma (diameter >1cm). Namun sistem
ini gagal bertahan untuk jenis-jenis dan ukuran yang dahsyat pada makro-
adenoma.

Klasifikasi yang tetap bertahan adalah yang dietmukan oleh Hardy dan
dimodifikasi oleh Wilson. Tumor diklasifikasikan atas 5, yaitu pertama tumor
dibedakan atau mikroadenoma dan makroadenoma. Mikroadenoma yang
menggambarkan tumor grade 0 dan grade 1, tergantung apakan gambaran sellar
normal atau perubahan sellar sedi-kitnya ada.

Makroadenoma menyebabkan perbesaran difus, destruksi fokal, dan


destruksi perluasan dari sella mengarah kepada grade II, grade III, dan grade IV.
Pada sistem ini, makro-adenoma juga distagingkan berdasarkan derajat dan arah
dari perluasan ekstra-sellar, perluasan ke sistern suprasellar saja (stage A), ke
lantai ventrikel ketiga (stage B), atau ke dalam ventrikel ketiga (stage C). Tumor
yang meluas ke intra-dural lateral atau ekstradural mengarah ke stage D dan stage
E.

d. Klasifikasi WHO

Untuk menciptakan klasifikasi komprehensif yang bisa diterima secara


universal oleh dokter umum, patologis, dan surgikal, WHO mengklasifikasikan
tumor ini beradasarkan tujuh, yaitu:

7
- Presentasi klinis dan aktivitas sekre-tori (misalnya akromegali)
- Data neuroimaging dan intraoperatif (ukuran dan invasinya-grade Hardy)
- Gambaran histologis (tipikal atau ati-pikal)
- Profil imunohistokemikal
- Subtipe ultrastruktur
- Biologi olekular
- Genetik

Klasifikasi ini mencoba untuk mengintegrasikan semua klasifikasi yang


saling melengkapi dan menyediakan si-nopsis praktis untuk aspek klinis dan
patologis dari adenoma.

C. Anatomi Kelenjar Hipofisis

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.


Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior.
merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus
anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian
hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise.
Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise
dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.

Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior


dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi
yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating
hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan
berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:

1. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori,


berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah
yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2. Sel-sel iactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-
350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3. Sel-sel Tirotroph berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori
dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.

8
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula
sekretori, menghasilakan FSH dan LH.
5. Sel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula
terbesar, menghasilkan ACTH.
6. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar
hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan
karena itu disebut sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah
carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.

Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan


mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon
nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam
mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain
menjadikan hipofise dijuluki master of gland.

D. Fungsi Kelenjar Hipofisis

Tabel Fungsi Dan Kerja Hormone Pada Kelenjar Hipofise

Lo
bus Jenis Hormon Fungsi, Kerja hormon
BAGIAN ANTERIOR

9
1. - Merangsang pertumbuhan jaringan tubuh dan
tulang
- Pertumbuhan dari masa kanak-kanak sampai
pubertas
- Saat pubertas gh tidak mempunyai efek pada
tulang
- Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor interna
(genetic, hormone) factor eksternal (makanan,
kesehatan)
- Defisiensi GHsaat pubertas akan menyebabkan
doorfism(dewasa terlambat)
- Hiperekskresi GH saat pubertas akan
menyebabkan (gigantism) dan setelah pubertas
1. Growth (akromegali)
hormone - Sekresi GH meningkat pada saat stress,
(GH) hipoglikemia, peningkatn asam amino dan tidur.

- Merangsang pertumbuhan jaringan payudara dan


iaktasi
Prolaktin(LTH - Pada wanita hamil ekskresinya meningkat
)/Lituitropik - Merangsang kelenjar tiroid
hormone - Merangsang pertumbuhan kelenjar gondok

- Berperan dalam sintesis protein


Thyrotropic - Dlm darah berikatan dgn  gama globulin
hormone - Mempengaruhi pertumbuhan, maturitas, dan
(TSH) fungsi organ seks sekunder dan primer

Gonado Tropic
Hormone (LH - Merangsang pembentukkan steroid oleh korteks
dan FSH) adrenal

Adrenocortoco - Dapat merangsang korteks adrenal; dapat


tropic hormone mempengaruhi pigmentasi
(ACTH)

10
BAGIAN POSTERIOR
- Meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus distal
Antidiuretic dan tubulus kodedokus ginjal, sehingga
hormone menurunkan haluaran urine
(ADH, - Merangsang vasokontriksi arteriol sehingga
vassopressin) tekanan darah meningkat

- Merangsang pengeluaran ASI dari alveoli


payudara ke dalam, duktus; merangsang kontraksi
uterus; kemungkinan terlibat dalam transport
Oksotoksin sperma dalam traktus reproduktif wanita,

E. Hormon Yang Dihasilkan Kelenjar Hipofisis


Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ini dibedakan berdasarkan
lokasinya, sebagai berikut:

1. Lobus Anterior
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis lobus anterior
adalah:

a. Hormon Pertumbuhan (growth Hormone)

Hormon ini merangsang pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh, terutama


jaringan tulang rawan pada ujung-ujung tulang panjang. Hormon ini tidak
merangsang secara langsung, akan tetapi lebih merangsang hati dan ginjal untuk
melepaskan sebuah polipeptida yang disebut somatomedin, dimana polipeptida
tersebut berperan dalam merangsang pertumbuhan otot, tulang rawan, tulang
dan jaringan ikat lainnya. Secara normal, hormon ini aktif pada masa anak-anak
dan remaja, tetapi juga disekresikan dalam masa dewasa, terutama pada saat
gerak badan atau tubuh sedang mengalami tekanan-tekanan.

b. Hormon Perangsang Tiroid (Thyroid Stimulating Hormone)


Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar tiroid agar
mensekresikan tiroksin dan triiodotironin. Sekresi TSH akan ditekan oleh

11
tingginya kadar tiroksin di dalam darah sebagai suatu mekanisme kontrol
terhadap hormon tiroid. Molekul TSH merupakan glikoprotein yang terdiri dari
211 asam amino. Waktu paruh biologiknya sekitar 60 menit. TSH ini
disekresikan secara pulsatil dengan puncaknya pada tengah malam . Seperti
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang lain, TSH bekerja
pada resptor yang ada di permukaan sel yang mengaktifkan adenilil siklase
melalui ikatan GTP-protein. Hal ini juga mengaktivasi fosfolipase C. Ikatan dari
TSH ke reseptornya di sel tiroid menghasilkan peningkatan sintesis tiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3) serta meningkatkan sekresi penyimpanan dari
tiroglobulin.
Sekresi dari TSH distimulasi oleh TRH, tripeptida yang dihasilkan oleh
bagian medial dari nuklei paravantrikular. Somatostatin yang dihasilkan oleh
nuklei paraventrikular dari hipotalamus mengahambat pelepasannya. Akson
dari sel ini mengarah ke eminensia mediana, dimana produknya disekresikan
melalui pleksus primer dan dibawa ke adenohipofisis melalui sistem porta.
Paparan terhadap suhu yang dingin meningkatkan TRH.
c. Hormon Adrenocorticotropin (ACTH)
ACTH adalah suatu polipeptida yang berfungsi untuk merangsang
kortek sadrenal agar melepaskan beberapa hormonnya ke dalam aliran darah.
d. Hormon Gonadotropin
Yang termasuk dalam kategori hormon gonadotropin adalah interstitial
cell-stimulating hormone (ICSH), follicle stimulating hormone (FSH), dan
luteinizing hormone (LH). ICSH terdapat pada pria, sedangkan FSH dan LH
terdapat pada wanita. Pada pria, ICSH berfungsi untuk merangsang sel-sel
interstisial testis untuk menghasilkan androgen. Pada wanita, FSH
menyebabkan pematangan folikel dan merangsang perkembangan korpus
luteum. Pada titik kritis, FSH menghilang dan LH meningkat, maka terjadilah
ovulasi. Pematangan folikel menyebabkan disekresikannya estrogen, dan
setelah ovulasi, korpus luteum mensekresikan estrogen dan progesteron.
Selanjutnya, estrogen akan menghambat produksi FSH melalui mekanisme
umpan balik. FSH juga didapatkan pada pria untuk merangsang perkembangan
tubulus seminiferus dalam memproduksi spermatozoa.

12
e. Hormon Prolaktin
Hormon ini terlibat dalam stimulasi dan mempertahankan laktasi
payudara dengan cara meningkatkan pertumbuhan payudara dan merangsang
sekresi air susu ibu.
2. Lobus Posterior
Lobus posterior kelenjar hipofisis tampaknya tidak membuat hormon
sendiri tetapi menyimpan hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel saraf yang
berasal dari hipotalamus. Ada dua macam hormon yang telah diisolasi dari lobus
posterior kelenjar hipofisis, yaitu:
Oksitosin adalah suatu polipeptida yang merangsang kontraksi otot polos,
terutama otot polos yang melapisi uterus. Hormon ini menyebabkan kontraksi
otot polos pada uterus yang hamil, menambah kontraksi pada proses kelahiran
dan membantu uterus kembali ke ukuran normalnya setelah melahirkan. Hormon
ini juga menyebabkan pelepasan ASI dari payudara yang menyusui dengan
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Penghisapan pada puting menyebabkan
pelepasan refleks oksitosin oleh stimulasi puting susu.
a. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ini menyebabkan dinding otot arteriol berkontraksi, sehingga
mempersempit rongga pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. ADH
juga merangsang reabsorbsi air dari tubulus ginjal. Hormon ADH akan
meningkat pada saat tekanan osmotik darah meningkat. Peningkatan ADH akan
meningkatkan permeabilitas air dari tubulus distal dan koligentes, menyebabkan
air mengalir dari filtrat glomerolus hipotonik ke dalam interstisium medular
hipertonik. Sebagai akibatnya, urin secara progresif konsentrasinya meningkat
dan volumenya menurun. Air akan tetap kembali ke dalam aliran darah
sehingga tekanan osmotik darah akan turun.
3. Hormon yang dihasilkan intermediet hipofisis
Melanocyte stimulatinghormon (MSH) mempengaruhi warna kulit
individu. Di dalam tubuh, berbagai hormon yang disekresikan kelenjar hipofisis
anterior ini hanya digunakandengan jumlah tertentu saja. Apabila
terlalu berlebihan atau justru kekurangan dapat memberikan dampak yang tidak
baik bagi tubuh. Misalnya saja:

13
- Kelebihan hormone somatotrof (hormon pertumbuhan) dapat
menyebabkanpertumbuhanraksasa (gigantisme).
- Bila kelebihan tersebut terjadi pada waktu dewasa dapat menyebabkan
pertumbuhan yangtidak seimbang (akromegali), seperti tulang muka, jari-
jari tangan, dan kaki yang membesar.
- Bila sekresi hormon pertumbuhan kurang, akibatnya adalah pertumbuhan
terhambat ataukekerdilan (kretinisme).

Peran hipotalamus & hipofise Aktivitas endokrin dikontrol secara


langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yangmenghubungkan sistem
persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain
dalam otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus
mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting. Hipotalamus sebagai bagian
dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise.

Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior


dikontrol melaluikerja saraf. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin
dan kerja dari masing-masinghormon. Setiap hormon yang mempengaruhi organ
dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjarinduknya. Misalnya oksitosin, yang
dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkankontraksi uterus.
Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon
tropik. Kelenjar yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target. Fungsi
Hormon Pelepas dan Hormon Penghambat Dalam Hipofisis Anterior Hormon
hormon pelepas dan hormone hormone pnghambat berfungsi mengatur
sekresihormone hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormone hipofisis , yang
penting adalah hormonepelepas ,tetapi untuk prolaktin ,mungkin sebagian
besar hormone penghambat yang mempunyaipengaruh paling banyak terhadap
pengaturan hormone. Hormone hormone pelepas danpenghambat hypothalamus
yang terpenting adalah :

- TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan hormone


perangsang tiroid.
- Hormone pelepas kortikotropin (CRH) : menyebabkan pelepasan
adenokortikotropin.

14
- Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan pelepasan
hormone pertumbuhan dan hormone penghambat hormone pertumbuhan
(GHIH) yang mirip denganhormone somatostatin dan menghambat
pelepasan hormone pertumbuhan.
- Hormone pelepas gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan dari dua
hormonegonadotropik, hormone lutein dan hormone perangsang folikel.
- Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi prolaktin
F. Sistem Portal Hipotalamik Hipofiseal

Sistem portal adalah susunan vaskular dimana aliran darah vena secara
langsung dari satu kapiler ke kapiler yang lain. Sistem portal sistem yang terbesar
dan terkenal adalah sistem porta hepatika, meskipun sistem portal hipofiseal ini
lebih kecil namun fungsinya tidak kalah penting. Sistem portal hipotalamus
hipofiseal ini mengatur hubungan antara otak dan sistem endokrin. Sistem ini
dimulai dari dasar dari hipotalamus dengan sekelompok dari kapiler yang
menyatu ke dalam pembuluh porta kecil yang melalui tangkai dari hipofisis
anterior.

Cabang dari pembuluh portal membentuk sebagian besar kapiler dari


hipofisis anterior, yang kemudian akan dilanjutkan ke sistem vena sistemik.
Hasilnya, Sebagian besar dari darah yang memperdarahi hipofisis anterior harus
melalui hipotalamus terlebih dahulu. Karena pertukaran material hanya dapat
terjadi pada kapiler, maka pada sistem portal hipotalamo hipofiseal ini releasing
dan inhibiting hormone dapat diuptake dari hipotalamus dan diteruskan ke
hipofisis anterior secara langsung. Apabila tidak ada sistem porta, hormon
hipofisiotropik yang diuptake dari hipotalamus akan kembali ke jantung melalui
sistem vena sistemik. Dari jantung, akan dibawa ke paru dan kembali ke jantung
melalui sirkulasi pulmonar dan akhirnya masuk ke sistem arterial sistemik untuk
dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk hipofisis anterior. Proses ini tidak hanya
membutuhkan waktu yang lebih lama, hormon hipofisiotropik akan terdilusi oleh
volume aliran darah yang mengalir.

Neuron hipotalamik mensekresikan hormon dengan cara yang sama seperti


neuron hipotalamik menghasilkan vasopresin dan oksitosin. Hormon ini disintesa

15
di badan sel dan kemudian ditranspor melalui molekul motor ke akson terminal.
Hormon ini akan disimpan sampai dilepaskan melalui proses eksotosis ke dalam
kapiler. Hormon hipofisiotropik dilepaskan ke pembuluh darah portal, yang
kemudian menuju ke hipofisis anterior dimana hormon ini mengontrol pelepasan
hormon hipofisis anterior ke sirkulasi sistemik. Sedangkan hormon hipotalamik
disimpan di hipofisis posterior dan langsung dilepaskan ke sirkulasi sistemik

G. Kelainan Kelenjar Hipofisis


a. Hiperpituitari (Hiperfungsi Pituitari)

Definisi

Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih.

Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang


lebih rendah. (Hotma Rumahardo, 2000 : 36).

Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan


satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary
{hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior.

Etologi

Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau


hipotalamus, penyebab mencakup :

- Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil
GH, ACTH atau prolakter.

- Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH
terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.

Patofisiologi

Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada


sel mana dari ke lima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.Kelenjar
biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makrostopik bila diameternya

16
>10mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya <10mm yang terdiri atas satu
jenis sel / beberapa jenis sel. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel
laktotropik (juga dikenal sebagai prolaktinomus). Tumor yang kurang umumnya
yang terjadi adalah adenoma somatotropik kortikotropik.

- Tumor yang terjadi atas sel-sel pensekresi TSH;Lhatau ;FSH sangat jarang
terjadi.
- Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil jinak yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin.
- Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH kebanyakan
tumor ini adalah mikroardenoma dan secara klinisdikenal dengan tanda khas
penyakit cus hing’s.

Manifestasi klinis

- Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti
tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiyamegali)
- Impotensi
- Visus berkurang
- Nyeri kepala
- Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
- Libido seksual menurun
- Kelemahan otot, kelelahan dan letargi

Diagnosa

1. Diagnosa  utama
- Perubahan citra tubuh berhubungan dengan penampilan fisik
- Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido;infertilitas
2. Diagnose tambahan
- Nyeri (kepala /punggung) berhubungan dengan penekanan jaringan oleh
tumor hormon; pertumbuhan yang berlebihan.
- Takut berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak.
- Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kehidupan.

17
- Koping individu tidak efektif berhubungan dengan hilangnya kontrol
terhadap tubuh.
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
- Perubahan sensori perseptual (penglihatan) berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada neuron optikus.
- Resti pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
cardiomegali,hepatomegali.
- Resti pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan disfagia akibat lidah
yang membesar.
b. Hipopituitari (Hipofungsi Pituitari)

Definisi

Hipopituitary adalah kelainan akibat berkurangnya atau menghilangnya


sekresi dari satu atau lebih hormon hipofisis dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan yaitu ukuran tubuh kecil atau cebol, timbulnya tanda-tanda dan
gejala-gejala biasanya lambat dan tersembunyi, tergantung dari cepatnya serangan
dan hebatnya faktor kerusakan hipotalamus, hipofisis yang dipengaruhi oleh dasar
patogenesis.

Hipopituitarisme dapat merupakan keadaan primer yang disebabkan oleh


kerusakan kelenjar hipofisis pars posterior atau sekunder sebagai akibat dari
defisiensi faktor stimulator hipotalamus yang biasanya berpengaruh terhadap
hipofisis.

Etiologi

1. Bersifat primer
- Tumor hipofisa
- Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan
darah, anemia)
- Infeksi dan peradangan
- Sarkoidosis atau amiloidosis
- Penyinaran
- Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan

18
- Penyakit autoimun.
2. Bersifat sekunder antara lain:
- Tumor hipotalamus
- Peradangan
- Cedera kepala
- Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat
pembedahan.

Patofisiologi

Penyebab Hipopituitary ada 2 yaitu primer dan sekunder. Primer apabila


mempunyai gangguan pada kelenjar hipofise, sekunder apabila mempunyai
gangguan pada hipotalamus yang dapat menyebabkan hipogonadisme, tumor,
iskemia, dan infeksi peradangan dari penyebab primer dan sekunder ites dapat
merusak sel-sel sekretorikyang nantinya menyebabkan penghentian penyebaran
factor-faktor dari hipotalamus. Sehingga akan merusak pelepasan bahan pengatur
dari hipotalamus itu sendiri dan terjadilah detisiensi tumor yang di kenal dengan
sebutan hipopituitary menyebabkan hipofungsi kelenjar hipofise.

Manifestasi Klinik

- Pertumbuhan lambat.
- Hipotermia.
- Rambut tumbuh berkurang.
- Hipotensi.
- Anorexia.
- Nyeri kepala.
- Kelemahan dan kelelahan.
- Gangguan penglihatan
- Perubahan siklus menscruasi (pada wanita ).
- Impotensia ( Pada pria ).
- Ukuran otot dan tulang kecil.
- Infertilitas
- Pucat

19
Diagnosa

1. Diagnosa utama
- Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh akibat defisiensi hormone pertumbuhan.
- Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido, Infertilitas.
2. Diagnosa tambahan
- Kekurangan cairan dan elektrolit b.d gangguan metabolisme tubuh.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah.
- Intoleransi aktifitas b.d sulit bergerak.
H. Tes Diagnostik Kelenjar Hipofisis
1. Foto Tengkorak (Kranium)

Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga
atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

2. Foto Tulang (Osteo)

Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya.
Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya
ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada. pendidikan kesehatan
diperlukan.

3. CT Scan Otak

Dilakukan  untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau


hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama
prosedur.

4. Pemeriksaan Darah Dan Urine


- Kadar Growth Hormon

20
Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi
dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah
darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.

- Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH)

Nilai normal 6-10.tg/ml. Dilakukan untuk mei,entukan apakah gangguan


tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa
persiapan secara khusus.

- Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH)

Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen


yang dinerlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.

Persiapan

1. Tidak ada pembatasan makan dan minum


2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya
dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
3. Bila obat-obatan harus diberikan, lamoirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman specimen
4. Cegah sires fisik dan psikologis

Pelaksanaan

1. Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/haii selama-lamanya dua hari


2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
3. Urine ditampung selama 24 jam
4. Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium

Hasil

Normal bila;

- ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
- 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5
mg.

21
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon I
mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi
hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai
normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17
OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

I. Penatalaksanaan pada Kelainan Kelenjar Hipofisis


a. Pasien dengan Hiperfungsi Hipofise

Pengkajian                              

1. Riwayat penyakit; manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung


pada hormone mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis
dari peningkatan prolaktin, GH dan ACM-1 mulai dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, mencakup:
- Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-
jari, tangan, dsb.
- Perubahan tingkat energi, kelelahan dan letargi.
4. Pemeriksaan fisik mencakup:
- Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung
besar, tulang supraorbita menjolok.
- Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke
depan.
- Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan
baik.
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan
dijumpai penurunan visus.
- Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobiiitas terbatas.
5. Penatalaksanaan mencakup :
- Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
- Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
- Observasi efek samping pemberian bromokriptin

22
- Kolaborasi pemberian terapi radiasi
- Awal efek samping terapi radiasi. (Nelson, 2000 : 227)
b. Klien dengan Hipofungsi Hipofise
1. Pengkajian, mencakup:
- Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala
yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
- Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampa c defisiensi GH mulai tampak pada
masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
- Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir
terdapat pada klien kretinisme.
- Berat dan tinggi badan  saat lahir.
- Keluhan utama pasien
6. Pemeriksaan fisik
- Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan,
- Amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis
dan pads klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah (jenggot dan
kumis).
- Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
- Tergantung pada penyebab hipopituitrisme, perlu juga dikaji data lain
sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi nervus
kranialis, dan adanya keluhan nyeri kepala.
7. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
8. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:
- Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi seiia tursika
- Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol,
aldosteron, testosteron, androgen, test stimulasi yang mencakup uji
toleransi insulin dan stimulasi tiroid realising hormon.
9. Penatalaksanaan
- Kolaborasi untuk radiasi dan operasi

23
- Terapi subtitusi(hidrotortisen,pulurs tiroid/ tirosin, testosteron elanol,
estregen)
- Terapi penggantian(estrogen dan progresteron siklik pada wanita,
hidrokortison)

J. Penanganan Gangguan Kelenjar Hipofisis

Umumnya, penanganan kelenjar hipofisis akan berbeda-beda, tergantung


dari jenis dan ukuran kelenjar, serta apakah kelenjar bersifat jinak atau ganas.
Penanganan kelenjar hipofisis meliputi pengangkatan atau pengecilan kelenjar dan
pengembalian kadar hormon ke posisi normal, dengan cara-cara berikut:

1. Operasi. Operasi pengangkatan kelenjar hipofisis perlu dilakukan


terutama jika kelenjar menekan saraf optik atau memproduksi hormon
tertentu secara berlebihan.
2. Kemoterapi. Kemoterapi merupakan metode untuk mengecilkan ukuran
kelenjar. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, kemoterapi bisa dilakukan
sebagai langkah pengobatan untuk menyembuhkan, atau sebagai bentuk
pengobatan paliatif yang bertujuan untuk mengurangi gejala penyakit.
3. Terapi radiasi. Metode ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa menjalani operasi. Selain itu, terapi radiasi juga sering dipakai jika
kelenjar kembali muncul pasca operasi.
4. Penggunaan obat-obatan. Metode ini dipakai untuk menurunkan
produksi hormon yang berlebih. Jika kelenjar dirasa tidak menyebabkan
gejala yang mengganggu dan jika pasien berusia muda, dokter mungkin akan
merekomendasikan untuk menunggu sambil terus melakukan pengamatan
secara berkala. Penderita kelenjar hipofisis yang tidak mengganggu, dapat
hidup dengan normal.
K. Kesimpulan

Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak


dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon
dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator
dan provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise

24
dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain
menjadikan hipofise dijuluki master of gland.

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.


Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior.
merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus
anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian
hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofin.

Kelenjar hipofise mengekskresikan beberapa hormon, hormon ini memiliki


beberapa fungsi. Kelainan pada ekskresi dari hipofise adalah hiperpituitari dan
hipopituitari, masing-masing kelainan memiliki pengkajian dan penatalaksanaan
yang berbeda. Diantaranya seperti radiasi, pembedahan maupun terapi obat-obat
hormonal.

25
DAFTAR PUSTAKA

A, Fandi. 2009. Kamus Kesehatan. Yogyakarta: EGC.

Arafah BM, Nasrallah MP. Pituitary Tumors: Pathophysiology, Clinical


Manifestations and Management. Endocrine-related cancer. 2001;8(4):287-
305.
Cambridge Communication Limited, Anatomi, hal, 7-10; Lihat juga dalam
Syarifduddin, Anatomi, hal 101 dan John Gibson, Fisiologi, hal 248-252

Chanson P, Salenave S. Diagnosis and Treatment of Pituitary Adenomas. Minerva


endocrinologica. 2004;29(4):241-75.
Corwin, Elizabets. J. 1997. Buku Saku Patologi 2. Jakarta: EGC

Gleade, Jonathan. 2005. At a Galance Anamnese dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :


Erlangga.

John Gibson, Fisiologi, hal. 251-252, Lihat juga dalam Cambridge


Communicaton Limited, Anatomi, hal. 9-10, dan Arik Irawati, dkk.,
Kelenjar hipofisis, makalah (Surabay: Prodi psikologi Fak. Dakwah IAIN
Sunan Ampel, 2004), hal. 8

Levy A. Pituitary Disease: Presentation, Diag-nosis, and Management. Journal of


neurolo-gy, neurosurgery, and psychiatry. 2004;75 Suppl 3:iii47-52.
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta. Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

Price, Selvia. A.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit


Volume 2. Jakarta : EGC.

Rumohorgo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan  Sistem


Endokrin Jakarta: EGC.

Yildiz F, Zorlu F, Erbas T, Atahan L. Radiotherapy in the Management of Giant


Pituitary Adenomas. Radiotherapy and onco-logy : journal of the European
Society for Therapeutic Radiology and Oncology. 1999; 52(3):233-7.

26
27

Anda mungkin juga menyukai