Anda di halaman 1dari 32

TUMOR HYPOPHYSIS

(Gina Revana Dwi Aprilia, Iriani Bahar)

A. PENDAHULUAN

Kelenjar hipofisis (pituitari) adalah organ berukuran sebesar kacang yang

terletak di garis tengah di dasar otak di dalam sela tursika. Hipofisis dikenal

juga sebagai “master gland” karena membantu untuk mengontrol sekresi

hormon kelenjar lain dan target organ dalam tubuh. Aktifitas hipofisis sendiri

dikendalikan oleh hipothalamus dan mekanisme feedback dari target organ.

Istilah medis untuk jenis yang paling umum dari tumor hipofisis merupakan

suatu “adenoma” sehingga disebut juga sebagai adenoma hipofisis.

Kebanyakan adenoma hipofisis berkembang dibagian dua pertiga depan dari

kelenjar pituitari didaerah yang disebut adenohypophysis, atau hipofisis

anterior. Tumor hipofisis jarang berkembang di sepertiga belakang dari

kelenjar hipofisis (neurohypophysis).1

Adenoma hipofisis merupakan tumor yang jinak, dengan yang

pertumbuhan yang lambat, yang berasal dari sel-sel kelenjar hipofisis.

Adenoma ini diklasifikasikan berdasarkan produk sekretoriknya. Tumor

fungsional (endrocine-active) termasuk hampir 70% dari tumor hipofisis yang

menhgasilkan 1 atau 2 hormon. Adenoma nonfungsional adalah tumor-

inactive. Karena efek fisiologis dari hormon yang dikeluarkan, tumor

fungsional biasanya tampak lebih awal dari pada adenoma nonfungsional.

Sebaliknya, efek massa dari adenoma hipofisis yang besar (seringnya karena

1
tumor endocrine-inactive) dapat berakibat gejala-gejala penekanan seperti

sakit kepala, defek lapangan pandang (kehilangan penglihtan perifer), defisit

saraf kranial, hipohipofisissme (kompresi dari kelenjar hipofisis normal),

apopleksi hipofisis (perdarahan tiba-tiba atau infark perdarahan dari tumor

yang meluas) atau disfungsi stalk.2

Sekitar 10.000 tumor hipofisis didiagnosis setiap tahun di Amerika

Serikat. Hampir semua tumor ini adenoma hipofisis jinak. Sangat sedikit

tumor hipofisis adalah kanker (karsinoma). Jumlah sebenarnya tumor

hipofisis mungkin jauh lebih tinggi dari jumlah tumor yang ditemukan setiap

tahun. Tumor ini sering kecil dan tidak pernah menimbulkan gejala atau

masalah kesehatan, sehingga sangat sedikit dari mereka yang terdiagnosis.3

Dari pandangan surgikal, tumor hipofisis dapat diklasifikasikan

berdasarkan ukuran dan karakteristik pertumbuhan, yang dapat ditemukan

dari studi imaging. Secara praktisnya, berdasarkan ukuran, tumor

diklasifikasikan sebagai mikroadenoma (diameter <1cm), atau

makroadenoma (diameter >1cm). Namun sistem ini gagal bertahan untuk

jenis-jenis dan ukuran yang dahsyat pada makroadenoma.7

Klasifikasi yang tetap bertahan adalah yang ditemukan oleh Hardy dan

dimodifikasi oleh Wilson. Tumor diklasifikasikan atas 5, yaitu pertama tumor

dibedakan atau mikroadenoma dan makroadenoma. Mikroadenoma yang

menggambarkan tumor grade 0 dan grade 1, tergantung apakah gambaran

sellar normal atau perubahan sellar sedikitnya ada. Makroadenoma

menyebabkan perbesaran difus, destruksi fokal dan destruksi perluasan dari

2
sella mengarah kepada grade II, grade III dan grade IV. Pada sistem ini,

makroadenoma juga distagingkan berdasarkan derajat dan arah dari perluasan

ekstrasellar, perluasan ke sistem suprasellar saja (stage A), kelantai ventrikel

ketiga (stage B), atau kedalam ventrikel ketiga (stage C). Tumor yang meluas

ke intradural lateral atau ekstradural mengarah ke stage D dan tage E. 8,10

Pengetahuan mengenai tumor hipofisis dan cara mendiagnosisnya sangat

penting bagi dokter dalam memberikan penatalaksanaan yag tepat terhadap

pasien.1

3
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak

dalam sella tursika, di rongga dinding tulang sfenoid dan terbentuk sejak

awal perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan ektodermal yang

berongga. Kantung Rathke, suatu invaginasi dari atap daerah mulut primitif

yang meluas ke atas menuju dasar otak dan bersatu dengan tonjolan dasar

ventrikel ketiga yang akan menjadi neurohipofisis. Kelenjar hipofisis manusia

dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari

hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan

dengan hipothalamus melalui tangkai hipofisis. Suatu struktur vaskular, yaitu

sistem portal hipotalamo-hipofisis, juga menghubungkan hipothalamus

dengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Melalui sistem vaskular ini hormon

pelepasan dari hipothalamus dapat mencapai sel-sel kelenjar hipofisis untuk

mempermudah pelepasan hormon.4

4
Gambar 1. Anatomi kelenjar hipofisis

Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena

memiliki kemmapuan dalam mengatur fungsi-funsgi dari kelenjar-kelenjar

endokrin lain, maka bagian anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan

nama kelenjar utama (master gland). Sel-sel hipofisis anterior merupakan sel-

sel yang khusus menyekresikan hormon-hormon tertentu. Tujuh macam

hormon dan peranan metabolik fisiologinya telah diketahui dengan baik.

Hormon-hormon tersebut adalah adrenocorticotropik hormon (ACTH),

melanocyte-stimulating hormone (MSH), thyroid-stimulating hormone

(thyrotropin, TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone

(LH), growth hormone (FH) dan prolactin (PRL). Beberapa hormon ini

(ACTH, MSH, GH dan prolaktin) merupakan polipeptida, sedangkan hormon

lainnya (TSH, FSH, dan LH) merupakan glikoprotein. Penelitian morfologis

menemukan bahwa setiap hormon disintesis oleh sat jenis sel tertentu. Dapat

dikatakan bahwa bagian anterior kelenjar hipofisis sesungguhnya merupakan

gabungan dari beberapa kelanjra yang berdiri sendiri-sendiri, yang semuanya

berada dibawah pengawasan hipothalamus.4

Lobus poosterior kelenjar hipofisis atau neurohipofisis terutama berfungsi

untuk mengatur keseimbangan cairan. Vasopresin atau hormon antidiuretik

(ADH) terutama disintesis dalam nukleus supraoptik dan paraventrikular

hipothalamus dan disimpan dalam neurohipofisis.4

5
Gambar 2. Kelenjar hipofisis, hormone yang disekresi dan target organ

Pituitary hormon dan regulasinya5

lobus pituitari hormon releasing factor inhibitor factor target organ

antrior corticotropin CRH ADH gland. adrenal

FSH, LH GnRH - gonads

GH GHRH somatostatin hepar, tulang,


lemak

prolactin VIP Dopamin mammae

TSH TRH somatostatin thyroid

posterior ADH - - ginjal

Oxytocin - - mammae, uterus

6
C. DEFINISI

Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang paling sering

ditemukan. Menururt klasifikasi WHO 2004, tumor hipofisis didefinisikan

sebagai neoplasma yang terletak pada sela tursika. Adenoma yang berasal

dari sel parenkim adenohipofisis diklasifikasikn sebagai adenoma tipikal dan

atipikal. Pada kasus-kasus yang sangat jarang, bisa terjadi karsinoma

hipofisis. Berbeda dengan adenoma tipikal, adenoma atipikal ditentukan oleh

kurangnya invasi. Karsinoma hipofisis ditandai dengan adanya metastasis.6,7

Gangguan pada hipofisis dapat memiliki gambaran klinis yang bervariasi,

tergantung dari jenis, besar dan progresifitas tumor. Adenoma hipofisis sering

kali menunjukkan gangguan yang disebabkan oleh hipofungsi atau

hiperfungsi dari hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior sebagai

regulator diantaranya; adrenocorticotropic hormone, growth hormone,

luteinizing hormone, prolactin, follicle-stimulating hormone, thyroid-

stimulating hormone, antidiuretic hormone, melanocyte-stimulating hormone,

oxytocin.6,7

D. Epidemiologi

7
Tumor hipofisis insidennya 12-19% dari semua tumor otak, yaitu urutan

ketiga setelah meningioma dan glioma. Tumor hipofisis dapat ditemukan di

setiap kelompok umur, insiden cenderung meningkat dengan usia.1

Tumor hipofisis dapat diklasifikasikan berdasarkan hormon yang

dikeluarkan (jika ada), ukuran dan sel tumor.

Adenoma fungsional termasuk:7

1. Adenoma yang mensekresi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH).

Adenoma ini terjadi pada 5-10% kasus adenoma hipofisis, namun >35%

pada karsinoma hipofisis; berhubungan dengan penyakit Cushing

2. Adenoma yang mensekresi prolaktin (PRL), umum ditemukan, terjadi

pada 40-60% kasus

3. Adenoma yang mensekresi Growth Hormone (GH), terjadi pada 2-3%

kasus; dihubungkan pada akromegali dan gigantisme

4. Adenoma yang mensekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH), terjadi

<1% kasus, berhubungan dengan hipertiroidisme.

5. Adenoma tipe campuran, mensekresikan lebih dari satu hormone; terjadi

pada kira-kira 10% kasus dari adenoma fungsional.

Adenoma nonfungsional dilaporkan terjadi antara 25% dan 35% dari

adenoma hipofisis.7

E. Etiologi

8
Penyebab tumor hipofiis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor

hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasma

endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, ini hanya

sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis

didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker

payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker

yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang

menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat,

melanoma dan kanker pencernaan.

F. Klasifikasi

Klasifikasi lama dari tumor hipofisis didasarkan pada karakteristik

selulernya menggunakan pewarnaan hematotoksilin dan eosin dari potongan

jaringan. Tumor-tumor dibedakan atas eosinofilik. Basofilik, atau

kromofobik.7,8

Pada dasarnya, mikroadenoma mengacu pada tumor-tumor yang

ukurannya <10 mm dan terletak secara keseluruhan dalam sella tursika.

Makroadenoma adalah tumor besar >10 mm yang bisa berada dalam

intrasellar secara keseluruhan namun sering berhubungan dengan perluasan

ekstrasellar. Tumor-tumor tersebut dapat meluas secara inferior kedalam

sinus sfenoid, namun lebih sering kearah superior yaitu kedalam ruang

9
suprasellar (karena tahanan yang lebih rendah), menekan aparatus optik, atau

secara lateral ke dalam sinus kavernosus ada sisi lainnya.7,8

Adenoma hipofisis diklasifikasikan dalam banyak skema, hal ini termasuk

klasifikasi klinis dan endokrin, patologi dan radiologi.9,10

a. Klasifikasi klinis dan endokrin

Klasifikasi praktis dari adenoma hipofisis oleh dokter umum

adalah klasifikasi fungsional. Klasifikasi ini membedakan tumor sebagai

fungsional dan nonfungsional, berdasarkan aktivitas sekretorinya in vivo.

Adenoma fungsional adalah mereka yang mensekresikan PRL, GH, TSH,

atau ACTH, yang menghasilkan gambaran fenotip klinis dari sindrom

amenorrhea-galaktorrhea, akromegali atau gigantisme, hipertiroid

sekunder dan penyakit Cushing atau Sindroma Nelson. Tumor-tumor

yang tidak berhubungan dengan keadaan hipersekretori klinis (adenoma

gonadotrof, adenoma sel null, onkositomas, dan berbagai adenoma yang

diam) secara kolektif didesain secara nonfungsional klinis.

b. Klasifikasi Patologi

Klasifikasi ini berusaha untuk membatasi kelompok tumor

heterogenus secara klinis dan patologis dengan kategori yaitu asidofilik,

basofilik dan kromofobik. Diasumsikan bahwa adenoma asidofilik

merupakan tumor yang mensekresi GH dan adenoma basofilik yang

10
mensekresikan ACTH. Tumor-tumor yang gagal diwarnai didesain secara

kromofobik dan dipercaya sebagai tumor yang hormonnya tidak aktif.7

c. Klasifikasi imaging

Dari pandangan surgikal, tumor hipofisis dapat diklasifikasikan

berdasarkan ukuran dan karakteristik pertumbuhan, yang dapat ditemukan

dari studi imaging. Secara praktisnya, berdasarkan ukuran, tumor

diklasifikasikan sebagai mikroadenoma (diameter <1cm), atau

makroadenoma (diameter >1cm). Namun sistem ini gagal bertahan untuk

jenis-jenis dan ukuran yang dahsyat pada makroadenoma.7

Klasifikasi yang tetap bertahan adalah yang ditemukan oleh Hardy

dan dimodifikasi oleh Wilson. Tumor diklasifikasikan atas 5, yaitu

pertama tumor dibedakan atau mikroadenoma dan makroadenoma.

Mikroadenoma yang menggambarkan tumor grade 0 dan grade 1,

tergantung apakah gambaran sellar normal atau perubahan sellar

sedikitnya ada. Makroadenoma menyebabkan perbesaran difus, destruksi

fokal dan destruksi perluasan dari sella mengarah kepada grade II, grade

III dan grade IV. Pada sistem ini, makroadenoma juga distagingkan

berdasarkan derajat dan arah dari perluasan ekstrasellar, perluasan ke

sistem suprasellar saja (stage A), kelantai ventrikel ketiga (stage B), atau

kedalam ventrikel ketiga (stage C). Tumor yang meluas ke intradural

lateral atau ekstradural mengarah ke stage D dan tage E. 8,10

11
G. Patogenesis

Sampai dekade terakhir, ada dua teori yang berlaku untuk asal tumor

hipofisis. Yang paling umum diterima adalah teori bahwa tumor ini

merupakan kelainan intrinsik dalam kelenjar itu sendiri. Teori lainnya

disebabkan terutama oleh hipothalamus. Menurut hipotesis kedua, tumor

hipofisis merupakan hasil dari stimulasi lanjutan oleh hormon atau faktor

hipothalamus. Kebanyakan penulis lebih menyukai hipotesis yang lama,

menganjurkan bahwa tumor hipofisis adalah primer atau timbul sebagai

akibat dari kelainan intrinsik dalam kelenjar.9

H. Diagnosis

Diagnosa adenoma hipofisis dibuat berdasarkan: gejala klinis dari

gangguan hormon, adanya riwayat penyakit dahulu yang jelas, pemeriksaan

fisik yang menunjang, pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan

disfungsi dari hormon yang terganggu, adanya pemeriksaan penunjang yang

akurat seperti CT scan dan MRI scan.6,8

1. Gambaran Klinis

Gejala klinis awal dari efek endokrin dengan sekresi kelenjar

hipofisis berlebihan, terutama pada prolaktin yang berlebihan

menyebabkan hipogonadisme sekunder, dapat mengarahkan pada diagnosa

awal dari adanya adenoma hipofisis sebelum timbul manifestasi yang lebih

lambat seperti pembesaran sellar, panhipopituitarisme, dan suprasellar

12
dengan gangguan penglihatan. Manifestasi klinis lain bisa dijumpai ialah

nyeri kepala, pusing, dapat juga disorientasi tempat, gangguan penglihatan

bila tumor mendesak chiasma opticum, dan gangguan nervus lainnya,

tergantung besar tumor, mikroadenoma bila tumor dengan diameter

kurang dari 1 cm, dan makroadenoma bila diameter lebih dari 1 cm.1,6

Pasien dengan tumor hipofisis menunjukkan macam-macam tanda

dan gejala klinis yang dapat dibagi kedalam kategori berikut:1,6,8

1. Tanda dan gejala yang berhubungan dengan produksi hormon yang

berlebihan. Misalnya tanda dan gejala dari hiperkortisolisme pada

pasien dengan adenoma yang mensekresi ACTH atau tanda dari pasien

akromegali dengan adnoma yang mensekresi GH

2. Tanda dan gejala yang berhubungan dengan efek mekanik dari

perluasan tumor kedalam sella tursika. Seperti gejala sakit kepala,

gangguan penglihatan dan kelumpuhan saraf kranial.

3. Tanda dan gejala dari kelemahan fungsi hipofisis normal. Hal ini

hampir selalu ditemukan pada pasien-pasien dengan makroadenoma,

pengecualian utama yaitu ketika gangguan dari fungsi hipofisis yang

diakibatkan oleh efek dari sekresi hormon yang berlebihan. Contoh

lazim selanjutnya yaitu temuan hipogonadisme pada pasien dengan

adenoma yang mensekresi prolaktin.

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Pemeriksaan Radiologi Konvensional

13
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi

dengan panjang gelombang yang sangat pendek.16

Foto X-ray tidak cukup baik untuk pencitraan jaringan lunak,

sehingga sudah digantikan oleh CT scan dan MRI.16

Namun pada adenoma hipofisis non fungsional pada rontgen foto

lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipis

dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik

maka pada lateral foto tengkorak aan menunjukkan double floor.

Gambar. Foto rontgen kepala pada tumor


hipofisis

b. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic

(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita

dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungan

dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak

14
menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat,

aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang

tinggi.

Suatu penyulit yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan

karena USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh

puluh persen gelombang suara yang mengenai tulang akan

dipantulkan, sedang pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung

gas, 99% dipantulkan.

c. Pemeriksaan Computerized Tomography Scan (CT


Scan)
CT scan dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menjalani

MRI, tetapi juga sebagai tambahan untuk MRI. CT memiliki

keuntungan untuk menunjukkan perluasan di sella dorsum dan erosi

clivus, yang penting dalam perencanaan operasi.17 Selain itu pada CT

scan juga memberikan keuntungan yaitu dapat mendeteksi adanya

gambaran kalsifikasi dan kontraindikasi pada pasien yang akan

dilakukan pemeriksaan MRI.

CT scan digunakan untuk mendiagnosa mikro adenoma, karena

kemampuan deteksi tumor untuk diameter 2-5 mm. Pemeriksaan CT

ini dilakukan dengan menggunakan zat kontras, akan tampak

gambaran tumor berbentuk oval/bulat, berbatas halus sedikit hiperdens

atau isodense. Kista perdarahan yang sudah lama dan tumor yang

15
regresif memperlihatkan gambaran densitas yang menurun, apabila

nilai densitas meningkat maka dicurigai adanya tumor bleeding.18

Gambar. Gambaran CT-Scan kepala pada tumor hipofisis.

Gambar. CT Scan (non-kontras) gambaran


besar hiperdense sellar mass memperluas
ke wilayah supra sellar dan menyebabkan
perpindahan struktur sekitarnya.

d. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)


pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) merupakan salah satu cara

pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khusunya radiologi,

16
yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan

menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X.

MRI otak merupakan modalitas pencitraan yang paling sensitif

dalam mendiagnosa kelainan intrakranial. MRI dapat melukiskan

anatomi dengan detail yang baik dan dapat memperlihatkannya

dengan akurasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan CT scan10.

Selain pemindaian pada proyeksi aksial seperti pada CT, beberapa

proyeksi lain yang biasa digunakan adalah aksial, koronal dan sagital.

Penampakannya bervariasi sesuai dengan jenis sekuens denyut

misalnya CSF pada T1 terlihat berwarna hitam (sinyal lemah)

sementara pada T2 terlihat berwarna putih (sinyal kuat)10.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan standard

pemeriksaan pencitraan untuk daerah sella. Mikroadenoma dapat

dideteksi melalui pemberian kontras maksimal dengan hipofisis

normal biasanya setelah 30-50 detik14.

Mikroadenoma biasanya memberikan gambaran hipotens pada

T1 pre-kontras dan memberikan gambaran yang bervariasi pada T2.

MRI pada makroadenoma digunakan untuk menentukan

perluasan, khususnya pada sinus kavernosus. Makroadenoma lebih

mudah dideteksi secara radiologis dibandingkan dengan

mikroadenoma karena diameternya yang lebh dari 10 mm. Pada T1

tanpa kontras tumor hipofisis intrinsik ini terlihat hipointens

dibandingkan dengan jaringan kelenjar hipofisis di sekitarnya. Tumor

17
menunjukkan penngkatan heterogen setelah pemberian galodinum.

Pada T2 tumor terlihat hiperintens dibandingkan dengan

mikroadenoma terutama jika tumor lunak atau nekrotik.14

Gambar 1. Pencitraan MRI kelenjar pituitari normal pada koronal


sebelum pemberian kontras. A. Citra tertimbang T1. B Citra
Tertimbang T2

Gambar 2. Pencitraan MRI kelenjar pituitari normal, gambar tertimbang


T1 setelah pemberian kontras. A. Potongan Coronal. B. Potongan
Sagittal

18
Gambar 3. Pecitraan MRI potongan Coronal sebelum pemberian kontras. Di
sisi kanan kelenjar pituitari ada mikroadenoma, yang menunjukkan intensitas
sinyal tinngi pada T2. Hampir tidak terlihat pada gambar T1.

Gambar 4. Gambar tertimbang T1 pada bidang Coronal


setelah pemberian kontras. Hipointens microadenoma
terlihat di sisi kanan kelenjar pituitar.

19
Gambar 5. Gambar Sagittal tertimbang T1, sebelum (A) dan sekitar 10 menit
setelah pemberian kontras.pada gambar tertunda, microadenoma yang
meningkat terlihat jelas.

Gambar 6. Gambar koroner tertimbang T1 sebelum penyebaran kontras (A)


dan setelah penyebaran kontras (B). Macroadenoma sellar-suprasellar
menunjukkan peningkatan kontras yang kuat. Ada bukti kompresi pada
chiasme opticum dan ventrikel ketiga.

e. Pemeriksaan Radionuklir12

DTPA-D-Phe-octreotide (pentetreotide) (SST)

Reseptor SST menunjukkan adenoma hipofisis yang memproduksi

hormon pertumbuhan. Sebagian besar pasien dengan adenoma

hipofisis menunjukkan hasil positif terhadap reseptor SST dan penulis

20
lain melaporkan hasil skintigrafi positif pada pasien dengan gejala

klinis non-functioning pituitary adenoma. Skintigrafi menunjukkan


111
bahwa uptake n-pentetreotide pada pasien lebih tinggi daripada

kontrol dan respon terhadap pengobatan berhubungan dengan


111
intensitas uptake skintigrafi. Oleh karena itu, skintigrafi n-

pentetreotide dapagt digunakan sebagai tes fungsional untuk

memprediksi dan memonitor respon pengobatan. Namun, ketepatan

diagnostiknya masih kurang bagus sehingga masih terbatas dalam

penggunaannya di klinik.

Pemeriksaan skintigrafi pada tumor hipofisis

I. Differential Diagnosa

1. Craniopharyngioma

21
Craniopharyngioma adalah lesi suprasellar yang paling umum

terjadi. Sekitar 3% dari semua neoplasma intrakranila dan merupakan

tumor yang tumbuh lambat, jinak, yang timbul dari sel epitel skuamosa

dari kanrong Rathke. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak dan orang

dewasa muda, tapi juga isa ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua.

Pada pencitraan MRI, intensitas sinyal craniopharyngioma bervariasi

dengan kandungan kista. Sinyal tinggi T1 adalah hasil kandungan protein

tinggi. Jenis adamantinomatous klasik biasanya terdiri dari kista

hiperintens dan nodul heterogen. Yang kurang umum jenis papiler

disajikan dengan komponen padat isointens. Pada kista gambar

tertimbang T2 sebagian besar bersifat hiperintens, sedangkan komponen

padat menunjukkan sinyal heterogen. Setelah kontras, pengaturan bagian

padat meningkat secara heterogen, begitupula dinding kista menunjukkan

peningkatan yang kuat.11

22
Gambar 7. Pencitraan MRI pada bidang Coronal sebelum penyebaran kontras.
A. Gambar tertimbang T1. B. Gambar tertimbang T2. Cranpharyngioma sellar-
suprasellar hadir dengan intensitas sinyal tinggi pada T1 dan T2.

2. Rathke’s Cleft Cyst (Kista Celah Rathke)

Kista ccelah Rathke menyumbang sekitar 1,5% dari semua lesi

sellar dan parasellar. Sama seperti Craniopharygioma, juga berasal dari

kantong Rathke, tapi biasanya lebih kecil dan hampir selalu berada di

intrasel, antara lobus hipofisis anterior dan posterior. Struktur

histologinya berbeda dibandingkan dengan craniopharyngioma, kista

Rathke dilapisi oleh satu lapisan epitel, sementara craniopharyngioma

memilii dinding tebal yang terdiri dari sel skuamosa atau basal.11

Pada pnecitraan MRI, kista Rathke menunjukkan intensitas sinyal

variabel. Kista yang mengandung cairan serosa biasanya hipointens pada

gambar tertimbang T1 dan hiperintens pada T2. Sedangkan kista mukoid

menunjukkan intensitas sinyal tinggi pada gambar tertimbang T1 dan

sering sinyalnya sangat rendah pada gambar tertimbang T2.11

23
Gambar 8. Pencitraan MRI bidang Coronal sebelum penyebaran kontras. A. T1
tertimbang. B. T2 tertimbang. Kista celah Rathke mengandung cairan serosa-
hipointens pada T1 dan hiperintens pada gambar tertimbang T2.

Gambar 9. Pencitraan MRI pada bidang Sagittal. A. T1 tertimbang. B. T2


tertimbang. Kista celah Rathke mengandung cairan mukoid, hiperintens pada
T1 dan hipointens pada T2.

3. Meningioma
Meningioma daerah sellar (sinus kavernosa, planum sphenoidale,

diafragma sellae dan proses klinoid) menyumbang sekitar 11% dari

semua tumor sellar dan parasellar selama 20-30% dari semua meningioma

intrakranial. Biasanya tumor jinak. Pada pencitraan MRI meningioma

bersifat isointens dibandingkan dengan materi abu-abu pada T1 dan

penuraian atau sedikit hiperintens pada gambar T2.11

24
Gambar 10. Gambar koroner kontras dengan
T1 tertimbang. Terlihat meningioma kiri pada
sinus kavernosa.

J. Penatalaksanaan

Pengobatan tumor hipofisis tergantung pada aktifitas hormonal tumor, ukuran

dan lokasi tumor, serta usia dan kesehatan keseluruhan dari penderita. Tujuan

pengobatan untuk menghilangkan tumor, untuk mengurangi atau mengontrol

ukuran tumor, dan atau untuk mengatur keseimbangan kadar hormon.1

Obat-obatan

Agonis dopamin, seperti bromocriptine atau cabergoline digunakan untuk

mengontrol produksi prolaktin. Obat ini dapat mengurangi ukuran tumor dan

normalisasi jumlah prolaktin.1

Analog somatostatin seperti octreotide (Sandostatin atau Sandostatin LAR, atau

Lanreotide) dapat mengurangi kadar Growth Hormon. Obat ini juga dapat

25
digunakan untuk mengontrol produksi thyroid stimulating hormone pada tumor

thyrotropic.1

Ketoconazole (Nizoral) digunakan untuk mengobati tumor sekresi ACTH yang

menimbulkan penyakit Cushing.1

Operasi

Endoscopic Endonasal Surgery

Operasi trans-phenoidal merupakan tindakan operasi melalui sinus

sphenoid adalah operasi yang paling umum dkerjakan untuk tumor hipofisis.

Selama operasi ini instrumen, mikroskop dan endoskopi digunakan untuk

mengangkat tumor dari dalam hidung (endonasal).1

Prosedur Operasi Trans-sphenoidal

Dokter bedah menggunakan instrumen mikro yang sangat kecil yang

dirancang khusus untuk operasi khusus ini dan sinar fibre optik untuk menerangi

anatomi internal. Selain itu, mikroskop memperbesar area bedah 12 kali ukuran

aslinya. Dokter bedah kemudian menuntun instrumen kedalam rongga hidung dan

tulang sphenoid dibuka. Setelah melalui sinus sphenoid, dinding sella tursika

dibuka untuk mengekspos kelenjar pituitari. Tumor dapat dibedakan dari jaringan

kelenjar hipofisis normal dan jaringan tumor diangkat menyisakan kelenjar

normal.12

Neuroendoscopy

26
Neuroendoscopy adalah prosedur minimal invasif yang dilakukan ahli

bedah asraf dengan mengangkat tumor hipofisis melalui lubang kecil di tengkorak

atau dapat melalui mulut atau hidung. Neuroendoscopy memungkinkan ahli bedah

saraf untuk:

1. Dapat mengakses bagian otak yang tidak dapat dicapai dengan operasi

konvensional.

2. Menghilangkan tumor tanpa memotong atau mencederai bagian lain

otak.13

Kraniotomi

Kraniotomi merupakan tindaka operasi dimana bagian tulang tengkorak

diangkat sementara untuk medapatkan akses kelenjar hipofisis. Prosedur ini

dilakukan dengan membuat sayatan di scalp pasien dan mengangkat bagian tulang

dari tengkorak. Ahli bedah saraf kemudain dapat mengangkat tumor sebanyak

mungkin tanpa resiko kerusakan berat pada otak. Bagian tulang yang dibuka

ditutup dan sayatan dijahit.13

Terapi Radiasi atau Radiosurgery

Radioterapi digunakan sebagai adjuvant pengobatan untuk tumor hipofisis.

Radioterapi dapat diberikan disamping operasi dan atau terapi obat. Tujuan dari

terapi radiasi untuk tumor hipofisis adalah untuk mengurangi atau mengontrol

ukuran tumor.1

Terapi radiasi untuk tumor hipofiis dapat dipertimbangkan bila:

27
1. Tumor tumbuh secara agresif

2. Tumor kembali tumbuh setelah operasi

K. Kajian Islam

Perintah Allah SWT Untuk melindungi diri dari Bahaya

QS. AR RA'DU AYAT 11


Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap kaum maka tidak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“14

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah


keadaan manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri,
hal ini berarti jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan
rejeki secara cuma-cuma, Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa
usaha. Kemudian pada kalimat selanjutnya disebutkan bahwa manusia
tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah,
artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah
ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Yang perlu
digarisbawahi dari ayat ini adalah manusia harus mau berusaha untuk
merubah keadaannya.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja
mestilah dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat
kebahagian hidup berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan
kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah menjadikan
kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih

28
lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal
abadi.15

Perintah Allah SWT Untuk Berperilaku Hidup Sehat

QS. AL-QOSHOSH AYAT 77


Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan“15

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat


kerusakan di muka bumi. Ini berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga
lingkungan, tidak mencemarinya, berbuat dan berperilaku sehat. Karena
Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak alam ciptaannya. Sama
halnya dalam bekerja di perusahaan berarti perlu adanya kesehatan dan
keselamatan kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja yang dapat
merusak lingkungan untuk kemudian dihindari sehingga tercipta lingkunga
yang aman dan pekerja dapat terhindar dari resiko bahaya yang
ditimbulkan.15

QS AL-BAQARAH AYAT 195


Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”15
Melihat firman Allah seperti diatas, kami ingin berbagi. Dengan
saling mengingatkan, bahwa Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki
adanya kerusakan dimuka bumi ini. Segala sesuatunya yang diciptakan

29
Allah swt diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Dan manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan
dari semua mahluk hidup ciptaan-Nya diberi peringatan untuk tidak
melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak aman)
dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi
yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
dan juga terhadap kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan
hidup).15

DAFTAR PUSTAKA

30
1. R.Laws, Edward Jr., MD, FACS Department of Neurosurgery, Brigham &
Women’s Hospital and Sherry L. Iuliano, MSN, NP-C (Nurse Practitioner)
Pituitary/Neuroendocrine Center, Brigham & Women’s Hospital.Pituitary
Tumors. American Brain Tumor Association. 2015. Chicago. Available in
http://www.abta.org/secure/pituitary-tumors-brochure.pdf.
Diakses tanggal 24 Desember 2017

2. Arafah BM, Nasrallah MP. Pituitary Tumors: Pathophysiology, Clinical


Manifestations and Management. Endocrine-related cancer.
2001;8(4):287-305.

3. American Cancer Society .What are the key statistics about pituitary
tumors?. Available in
http://www.cancer.org/cancer/pituitarytumors/detailedguide/pituitary-
tumors-keystatistics.
Diakses tanggal 24 Desember 2017

4. Price dan Wilson, editor dr. Hurriawati Hartano, dkk. 2013. Patofisiologi
Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC

5. Grainger dan Allison’s, editor A. Adam, dkk. Diagnostic Radiology A


textbook of Medical Imaging. Edisi 5. Vol 2.

6. Chanson P, Salenave S. 2004. Diagnosis and Treatment of Pituitary


Adenomas. Minerva endocrinologica. Edisi 4.

7. Kontogeorgos G. 2005. Classification and Pathology of Pituitary Tumors.


Endocrine. Edisi 1

8. Edal AL. [Radiological Classification of Pituitary Adenomas]. Ugeskrift


for laeger. 2001;163(33):4349-53

9. Levy A. Pituitary Disease: Presentation, Diagnosis, and Management.


Journal of neurology, neurosurgery, and psychiatry. 2004

10. Ho RW, Huang HM, Ho JT. The Influence of Pituitary Adenoma Size on
Vision and Visual Outcomes after Trans-Sphenoidal Adenec-tomy: A
Report of 78 Cases. Journal of Korean Neurosurgical Society.
2015;57(1):23-31.

11. Bladdowska, Joana dan Marek. Diagnostic Imaging of the Pituitary and
Parasellar Region. Departement of General Radiology, Interventional
Radioly and Neuroradiology. Wroclaw Medical University. Available in
www.intechopen.com

31
12. Berger,M UCSF expert team dkk., et.al. Pituitary tumor treatments. UCSF
Medical Center. Available in
https://www.ucsfhealth.org/conditions/pituitary_tumors/treatment.html

13. John Hopkins Expert team, et.al. John Hopkins medicinewebsite.available


in
http://www.hopkinsmedicine.org/neurology_neurosurgery/centers_clinics/
pituitary_center/pituitarytumor/treatment/surgery.html
Diakses 28 Desember 2017

14. Al – Quran dan Terjemahan, Departement negara RI, 2012., penerbit


diponegoro, Bandung

15. Kasir ibnu , 2002, Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3, Tafsir Al Surah Al-An’am
Ayat 17, Al-Baqarah Ayat 195, Al-Qoshosh Ayat 77, Ar Ra'du Ayat
11,Dat Toyibah, Riyadh

32

Anda mungkin juga menyukai