Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

MANAJEMEN ANESTESI PADA OPERASI NON-OBSTETRIC


SELAMA KEHAMILAN

NAMA : Nurul Wijayanti

Pembimbing : dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp. An.


Pendahuluan
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi
sensasi sakit / nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif, sedangkan
analgesia yaitu hilangnya sensasi sakit/nyeri, tetapi modalitas yang lain
masih tetap ada.

Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang


menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh
secara sementara yang disebabkan adanya depresi eksitasi di
ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf
perifer.

Pembedahan non obstetric pada pasien hamil dilakukan ketika hal


tersebut tak bisa dihindarkan dan memang dibutuhkan untuk
keselamatan ibu, janin dan keduanya.
Identitas pasien
 Nama : Ny. H
 Jeniskelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir/ Usia : 31-12-1987/ 31 tahun.
 Agama : Islam
 Suku : Makassar
 Pekerjaan : IRT
 Tanggal MRS : 19 November 2018
 No. RM : 40.22.87
 Jenis operasi/alasan op : Other incision of soft tissue
 Jenis anestesi : Anestesi lokal
Anamnesis
 Keluhan Utama : Nyeri pada telinga.
 Anamnesis Terpimpin : Pasien Perempuan 31 tahun,
masuk RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak ± 4 bulan yang yang lalu. Pasien
juga merasakan rasa penuh pada telinga kanan dan
juga terasa gatal. Pasien tidak pernah merasakan hal ini
sebelumnya. Saat ini pasien dalam keadaan hamil 20
minggu. Riwayat DM (-), riwayat HT (-).
 Riwayat Penyakit Sebelumnya : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi : Baik
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 81 x/menit, reguler
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 20 x/menit
VAS :2
Kepala :Normocephali, rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, tidak rontok.
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Ikut gerak napas, peristaltik (+) kesan
normal.
Ektremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Terpasang kateter : Tidak terpasang
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Lokalis
Regio meatus acusticus dextra : tampak 2 benjolan dengan
diameter ± 1,4 cm dan 0,6 cm, konsistensi lunak.
Pemeriksaan Penunjang
16/11/2018

Hematologi
WBC 19,5 x 103/µL
RBC 4.11 x 106/µL
HGB 12.3 g/dL
HCT 36,1 %
PLT 235 x 103/µL

Kimia Darah
GDS 116 mg/dL
SGOT/SGPT 14/30 U/L
Ureum/Kreatinin -
Hemostatis
CT/BT

PT/APTT 10.6/27.3 detik

Seroimunologi

HbSAg Non reaktif


KESAN ANESTESI
 Pasien perempuan berusia 31 tahun dengan diagnosis
Tumor Mae Dextra, klasifikasi ASA PS II.
PENATALAKSANAAN PRE OPERATIF
 Informed consent mengenai tindakan operasi yang
akan dilakukan.
 Informed consent mengenai pembiusan dengan
anestesi lokal.
 Menyampaikan pada pasien mengenai persiapan
operasi yaitu puasa ± 8 jam mulai pukul 00.00 WITA.
KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka
dapat disimpulkan:
 Diagnosa Peri Operative : Tumor Mae Dextra
 Status Operative : ASA PS II
 Jenis Operasi : Other incision of soft tissue
 Jenis Anestesi : Anestesi lokal
Laporan Anestesi
PRE OPERATIF
 Informed consent kepada pasien dengan status kehamilan saat ini
 Pasien puasa selama ± 8 jam sebelum operasi dimulai.
 Tidak ada gigi goyang dan tidak memakai gigi palsu.
 Kandung kemih tidak terpasang kateter.
 Sudah terpasang cairan infus RL.
 Keadaan umum: compos mentis.
 Tanda vital:
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 81 x/menit
 Frekuensi napas : 20 x/menit
 Suhu : 36,5 celcius
Tindakan Anestesi
Anestesi Lokal
PENATALAKSANAAN ANESTESI
 Memastikan alat-alat dan medikasi yang dibutuhkan selama proses anestesi
sudah lengkap seperti:
 Kasa steril.
 Kapas steril
 Sarung tangan steril.
 Povidon Iodine.
 Plester.
 Lidocaine HCl 2%.
 Ephedrin 50mg/ml.
 Spuit 10 cc.
 Aquades.
 Lampu.
 Monitor tanda vital.
 Alat-alat resusitasi.
 Obat-obat anestesi lainnya jika dibutuhkan seperti fentanil, midazolam, ephedrin,
atropin, pethidin, ketamin dan propofol.
INTRA OPERATIF
 Pasien diposisikan dengan kepala menghadap kearah kiri..
Pasien diinjeksikan obat fentanyl 2 cc, dan midazolam 1 cc,
dilakukan anestesi lokal disekitar lesi (tumor) dengan tampon
telinga yaitu kapas steril yang telah diberikan lidocaine 2% pada
pukul 09.30 WITA setelah itu dilakukan tindakan insisi pada tumor
MAE. Dalam mengatasi perdarahan diberikan tampon telinga
yang telah diberikan ephedrine 10 ml dan lama operasi
berlangsung 60 menit
 Monitoring tanda-tanda vital (monitor)
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 120/90mmHg
 Nadi : 102x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 SpO2 : 99%
PASCA OPERATIF
 Pada pukul 10.30 pasien masuk diruang pemulihan.
 Monitoring tanda-tanda vital diruang pemulihan.
 TD : 110/70mmHg
 Nadi : 98x/menit
 Pernafasan :20x/menit
 Suhu :36,50C
 Keluhan pasca operatif:
 Pasien masih mengeluh nyeri pada telinga kanannya. Setelah itu
pasien diberikan kembali tampon telinga yang mengandung
lidocaine 2%.
 Pukul 10.40 pasien dipindahkan ke ruang perawatan V
MANAJEMEN ANESTESI PADA IBU HAMIL

Regional anastesi dapat menghindari potensi risiko


kegagalan intubasi dan aspirasi selain mengurangi
paparan janin terhadap potensial teratogenesis.
Dalam rangka untuk memberikan anestesi yang
aman bagi ibu dan janin, adalah penting untuk
mengingat perubahan fisiologis dan farmakologis
yang menjadi ciri tiga trimester kehamilan;
perubahan ini dapat menimbulkan bahaya bagi ibu
dan janin
1. Penilaian Pre-operatif
Pra-pengobatan harus selalu menyertakan profilaksis
aspirasi seperti ranitidin sitrat, natrium dan
metoclopramide. Premedikasi anxiolysis (Misalnya,
midazolam 1 mg) mungkin diperlukan untuk cemas
nifas, seperti katekolamin tinggi dapat menurunkan
rahim aliran darah. Analgesia harus diresepkan mana
yang tepat untuk menghindari efek merusak dari stres
pada ibu dan janin. Nonsteroid anti-inflamasi obat
harus dihindari, karena risiko penutupan prematur
duktus arteriosus.
Pertimbangan Obat
pemberian suatu analgesik, hipnotis opioid atau obat
penenang tidak akan memiliki efek merusak pada
embrio atau perkembangan janin. Konsensus saat ini
adalah bahwa benzodiazepin tidak teratogenik dan
dosis tunggal tampaknya aman. Karena kekhawatiran
tentang peningkatan risiko sumbing, penggunaan biasa,
terutama pada trimester pertama, mungkin harus
dihindari
Anestesi dan gestasi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan sama sekali
selama kehamilan. Operasi darurat harus
melanjutkan tanpa memandang usia kehamilan dan
tujuan utama adalah untuk melestarikan kehidupan
ibu. Dimana layak, operasi sering ditunda sampai
trimester kedua untuk mengurangi resiko
teratogenitas dan keguguran, meskipun tidak ada
bukti kuat untuk mendukung hal ini.
Anestesi pada Trimester Pertama
Setelah 6-8 minggu kehamilan, jantung, hemodinamik,
pernafasan, parameter metabolik dan farmakologis yang jauh
berubah. Dengan peningkatan ventilasi menit dan konsumsi
oksigen dan penurunan dalam cadangan oksigen (penurunan
kapasitas residu fungsional dan volume residu), wanita hamil
menjadi lebih cepat hypoxaemic. Oksigen harus selalu
diberikan selama periode rentan untuk mempertahankan
oksigenasi.
Anestesi pada trimester kedua
Kompresi Aortocaval adalah bahaya yang paling ditakutkan pada
operasi ibu hamil dengan usia gestasi lebih dari 20 minggu. Karena
berat uterus dapat mendesak vena inferior yang mengakibatkan
penurunan aliran vena dan cardiac output. Sehingga mengakibatkan
penurunan aliran darah uterus-plasenta. Hal ini yang dapat terjadi
pada beberapa wanita hamil dengan posisi telentang. Biasanya
keadaan ini dapat dikompensasi dengan vasokontriksi dan takikardi
pada ekstremitas atas.5 Efek ini dapat diperburuk oleh regional atau
anestesi umum ketika mekanisme kompensasi normal dilemahkan atau
dihapuskan.
Anestesi untuk trimester ketiga
Pada usia kehamilan ini, melahirkan melalui operasi caesar
sebelum operasi utama adalah sering dianjurkan. Bila
memungkinkan, operasi harus ditunda 48 jam untuk
memungkinkan terapi steroid untuk meningkatkan pematangan
paru janin. Mungkin lebih tepat untuk melahirkan bayi dengan
anestesi regional, kemudian dikonversi ke anestesi umum untuk
operasi definitif. Anestesi pasca persalinan harus disesuaikan
dengan persyaratan bedah, dengan tindakan pencegahan
bahwa agen-agen volatil harus dihentikan atau digunakan
hanya dalam dosis kecil (<0,5 MAC) bersama dengan oxytocics
untuk meminimalkan risiko atonia uteri dan perdarahan.
OBAT ANESTESI SELAMA
KEHAMILAN
Tumor Meatus Acusticus Externus
DEFINISI
 Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut,
orofaring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring
dan telinga. Tumor pada telinga dapat bersifat jinak atau ganas.
Tumor dapat terjadi di daun telinga, saluran telinga luar (meatus
akustikus externus ), telinga tengah dan telinga dalam.
ETIOLOGI
 Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui
secara jelas .Namun Keganasan pada daun telinga dan
liang telinga terjadi diduga karena faktor anatominya
yang berada di permukaan tubuh dan radiasi
ultraviolet. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
keganasan yang paling sering ditemukan adalah
karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
GEJALA KLINIK
 Gejala tumor pada telinga berbeda untuk tiap jenisnya.
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda gejala kanker
telinga biasa terjadi pada tahap awal tumor :
 Munculnya ulkus tumor
 Pembengkakan atau benjolan di leher
 Nyeri telinga (Otalgia)
 Gangguan pendengaran
 Otore dari telinga sering bercampur darah Tinitus
Diagnosis
Anamnesis
 Daun telinga / liang telinga tumbuh benjolan
 Nodul tumbuh pelan ( jinak)
 Benjolan cepat membesar, ulkus + ganas
 Liang telinga terasa nyeri, rasa buntu, sekret ada darah
atau perdarahan telinga
 Otore kronis, tinitus, pendengaran menurun
 Rasa nyeri di telinga luar, tengah atau sebelah dalam
 Telinga bag. belakang membengkak
 Benjolan di leher (kel. GB) = metastasis
Pemeriksaan Klinis
 Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila
menetap harus diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang
diduga sebagai polip, granuloma, atau bentuk jinak yang
lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas
biasanya berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit
ini sering sekali ditandai oleh sekret menahun dari telinga.
Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan.
PENATALAKSANAAN
 Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi,
ukuran dan luasnya tumor harus dievaluasi
secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi.
Pengobatan terdiri dari eksisi bedah luas dan
pasca operasi terapi radiasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai