Gangguan hipertensi selama kehamilan terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
dengan preeklamsia terlihat pada 2-8% dari semua kehamilan. Setiap tahun lebih dari
50.000 wanita di seluruh dunia meninggal selama kehamilan karena komplikasi yang
terkait dengan hipertensi. Di negara-negara maju, hipertensi arteri dan preeklamsia
adalah penyebab langsung kedua dari kematian sebelum dan sesudah kelahiran karena
persalinan premature.2
Hipertensi pada kehamilan adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg atau keduanya. Peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik penting dalam identifikasi hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Hipertensi yang diinduksi kehamilan adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita dengan tekanan darah yang sebelumnya normal. Klasifikasi
luas hipertensi yang diinduksi kehamilan selama kehamilan adalah hipertensi
gestasional, pre-eklampsia dan eklampsia. Tiga karakteristik utama dari kondisi
hipertensi yang diinduksi kehamilan adalah tekanan darah tinggi, protein dalam urin
dan edema patologis.1
1
tahun), riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya dan penyakit kronis seperti
penyakit ginjal, diabetes mellitus, penyakit jantung , hipertensi kronis yang tidak
dikenali, riwayat keluarga positif preeklamsia yang menunjukkan kerentanan genetik,
stres psikologis, penggunaan alkohol, artritis rematik, berat badan dan berat badan
berlebih, asma dan status sosial ekonomi yang rendah adalah faktor risiko hipertensi
pada kehamilan.1
Hipertensi berat meningkatkan risiko ibu gagal jantung, serangan jantung, gagal
ginjal, dan kecelakaan pembuluh darah otak. Selain itu, janin berisiko lebih tinggi dari
komplikasi seperti transfer oksigen plasenta yang buruk, hambatan pertumbuhan,
kelahiran prematur, solusio plasenta, lahir mati dan kematian bayi baru lahir.1
2
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. JS
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Makassar
Alamat : -
MRS : 8 Juli 2019 (Pukul 15.15 WITA)
Anamnesis
Keluhan Utama :
Sakit kepala
Pasien masuk RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 8 Juli 2019 pukul 15.15 WITA.
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala (+) sejak 1 hari lalu. Penglihatan kabur (-),
nyeri ulu hati (-). Nyeri perut tembus kebelakang (-), pelepasan darah (-), lendir (-), air
ketuban (-). Riwayat mual (-), muntah (-). Riwayat ANC >4x, TT : 1x, riwayat
kontrasepsi (-), riwayat penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya (-), DM (-),
alergi (-), asma (-).
Riwayat Obstetri :
3
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-), DM (-), asma (-), alergi
(-), Operasi (-), riwayat konsumsi obat-obatan (-), riwayat hipertensi kehamilan
sebelumnya (-).
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat melahirkan dengan
tekanan darah yang tinggi.
Riwayat Alergi :
Riwayat Ginekologi :
- Pasien menikah pada umur 24 tahun, pernikahan yang pertama, sudah menikah
selama 2 tahun lebih.
- Haid pertama Usia 13 tahun, teratur, saat haid tidak nyeri, lama haid 7 hari. Siklus
haid 28 hari, HPHT 13 Januari 2019.
Riwayat ANC :
Berdasarkan dari anamnesis pasien mengatakan bahwa pasien rutin melakukan
pemeriksaan antenatal care (ANC) yaitu setiap bulan, namun berdasarkan catatan
perkembangan pasien yang tertulis dalam buku kehamilan, pasien melakukan antenatal
care (ANC) sebanyak 2 kali hingga usia kehamilan sekarang.
4
Berikut ringkasan pemeriksaan ANC pada pasien.
Status Generalis
Pemeriksaan Luar
TFU : 13 cm (1 jari atas pusat)
LP : 82 cm
5
TBJ : 1066 gram
Punggung : Kanan
DJJ : 154 x/i
HIS :-
Bagian terbawah : Kepala
Janin : Kesan tunggal
Perlimaan :-
Gerakan Janin : (+) Dirasakan ibu
Pemeriksaan Penunjang
Gravid tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, amnion cukup
SDP = 5 cm, plasenta di anterior. EFW 526 gr, GA : 24 minggu.
Diagnosis
- Diagnosis masuk : G1P0A0 gravid 25 minggu 1 hari + belum inpartu + PEB
6
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Penatalaksanaan
Observasi Djj
Protap PEB
o Loading dose : drips 4gr MgSo4 40% dalam 100cc NaCl 0,9% 73 tpm habis
dalam 30 menit
o Maintenance dose : 6 gr MgSo4 40% dalam RL 500cc 28 tpm selama 6 jam
Nifedipin 3x10 mg
Dexametason 6 mg/12 jam/ im
Resume
7
obat-obatan dan makanan. Riwayat ginekologi Pasien menikah pada umur 24 tahun,
pernikahan yang pertama, sudah menikah selama 2 tahun lebih. Haid pertama Usia 13
tahun, teratur, saat haid tidak nyeri, lama haid 7 hari. Siklus haid 28 hari, HPHT 13
Januari 2019.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, GCS E4M6V5, Berat badan 67 kg, Tinggi Badan 150 cm ( IMT 29,8/ BB
lebih), Tekanan Darah 170/110 mmHg, Frekuensi Nadi 80 x/menit, Frekuensi napas
20 x/menit, Suhu 36,6oC. Pemeriksaan luar didapatkan 13 cm (1 jari atas pusat), LP 82
cm, TBJ 1066 gr, punggung kanan, Gerakan janin dirasakan ibu (+). Pemeriksaan
dalam vagina tidak dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap ditemukan Hb 11.6 g/dl,
Leukosit 8.3 ribu/uL, Trombosit 175.000/uL, HbsAg non Reaktif, Proteinuria Positif
(2+).
Kemudian diberikan terapi observasi Djj, Protab PEB: Loading dose; drips 4gr
MgSo4 40% dalam 100cc NaCl 0,9% 73 tpm habis dalam 30 menit, Maintenance dose;
6 gr MgSo4 40% dalam RL 500cc 28 tpm selama 6 jam, Nifedipin 3x10 mg,
Dexametason 6 mg/12 jam/ im.
8
PEMBAHASAN
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan hipertensi
dapat dikaitkan dengan banyak tanda dan gejala lain, termasuk gangguan penglihatan,
sakit kepala, nyeri epigastrium, dan perkembangan edema yang cepat. Penyakit ini
dapat dibagi menjadi bentuk ringan dan berat, sesuai dengan tingkat keparahan dan
jenis gejala yang disajikan. Bentuk ringan pre-eklampsia ditandai oleh tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, dan proteinuria > 300 mg
/ 24 jam. Bentuk pre-eklampsia yang parah ditandai dengan hipertensi berat (SBP> 160
mmHg atau DBP> 110 mmHg), atau proteinuria berat (> 2 g / 24 jam).3,4
Pada kasus ini, pasien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan ANC dan
pada kunjungan tersebut didapatkan tekanan darah dalam batas normal. Pasien
mengatakan mengalami kenaikan tekanan darah pada saat usia kehamilannya di atas
20 minggu atau usia kehamilan ibu sekitar 5 bulan keatas. Dari pemeriksaan
laboratorium juga didapatkan protein pada urin yaitu (+2) yang menjadi penanda
9
Terdapat beberapa faktor yang terbukti menigkatkan risiko preeklampsia. Faktor
1. Usia
Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada kelompok
usia ibu yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Usia wanita >35 tahun
meningkatkan frekuensi kejadian preeklampsia sebesar 10-20%. Usia 20-30 tahun
adalah periode paling aman untuk melahirkan. Hipertensi karena kehamilan paling
sering mengenai wanita nulipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan
bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis,
menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan.
2. Primigravida
Dari kejadian 80% semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-8% pasien
terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik
menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dari 5%-8% pre-eklampsia dari semua
kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang
mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Pada The New
England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi
preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%.
Pada kasus ini, pasien merupakan primigravida. Ini sesuai dengan faktor
multigravida.
10
3. Riwayat preeklampsia sebelumnya
Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya
memiliki risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada
kehamilan keduanya. Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan
keduanya, maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar
untuk memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya
yang kedua. Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini,
dan dampak perinatal yang buruk.
5. Obesitas.
Obesitas merupakan faktor risiko yang telah banyak diteliti terhadap
terjadinya preeklampsia. Risiko preeklampsia meningkat sebesar 2 kali lipat setiap
peningkatan IMT sebesar 5-7 kg/m2. Wanita dengan IMT > 35 sebelum kehamilan
memiliki resiko 4 kali lipat mengalami preeklampsia dibandingkan dengan wanita
dengan IMT 19-27. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa pada wanita
dengan IMT <20, maka risiko preeklampsianya berkurang.
Pada kasus ini, pasien memiliki berat badan 67 kg dengan tinggi badan
150 cm. jika diukur Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu 29,8. Hasil ini jika
11
Obesitas namun Indeks Massa Tubuh pasien tersebut sudah mendekati obesitas
12
dan zona segmen junctional myometrium, lapisan ketiga dalam myometrium dan arteri
spiralis. Endovaskular trofoblas akan memicu remodelling pada sel endotel, sehingga
terjadi penurunan elastisitas pada lamina otot polos yang menyebabkan terjadinya
peningkatan resistensi perifer, dari system vaskuler aliran rendah menjadi resistensi
rendah aliran tinggi yang penting untuk pertumbuhan fetus yang normal.7
13
Invasi trofoblas yang tidak tepat akan menyebabkan arteri spiralis tetap dalam
keadaan resistensi vascular yang tinggi sehingga mengakibatkan penurunan perfusi
darah ke plasenta dan mengakibatkan terjadinya iskemik plasenta dan akan
menyebabkan stress oksidatif. Stress oksidatif akan menyebabkan plasenta melepaskan
substansi kedalam sirkulasi maternal yang memiliki efek merusak. Peningkatan sitokin
proinflamasi menyebabkan peningkatan respons inflamasi sistemik maternal dan
peningkatan tingkat sirkulasi reseptor terlarut.7
Perubahan Sistem dan Organ yang dapat dijumpai pada Preeklampsia adalah:3,5
a. Volume Plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia),
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume
plasma terjadi pada usia kehamilan 32-34 minggu. Namun pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding hamil
normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi
yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
b. Hipertensi
Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik
menggambarkan besaran curah jantung. Tekanan darah bergantung terutama
pada curah jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan viskositas darah.
Hipertensi dapat terjadi akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran tekanan
darah ≥140/90 mmHg selang 6 jam.
c. Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal terjadi akibat menurunnya aliran darah ke ginjal akibat
hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria; kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis sehingga terjadi
kebocoran dan mengakibatkan proteinuria; terjadi pembengkakan disertai
14
deposit fibril sehingga menyebabkan adanya endoteliosis kapiler glomerulus;
gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal; serta adanya kerusakan intrinsik
jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada hipertensi dalam
kehamilan, elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila diberi
diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam, atau pemberian cairan oksitosin
yang bersifat antidiuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa.
e. Tekanan Osmotik Koloid Plasma/Tekanan Onkotik
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada usia kehamilan 8 minggu.
Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran protein
dan peningkatan permeabilitas vaskular.
f. Viskositas Darah
Komponen yang menentukan viskositas darah adalah volume plasma, molekul
makro: fibrinogen dan hematokrit. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi
peningkatan viskositas darah yang meningkatkan resistensi perifer serta
menurunkan aliran darah ke organ.
g. Hematokrit
Pada kehamilan fisiologis, terjadi penurunan hematokrit karena hipervolemia,
kemudian meningkat lagi pada trimester III akibat peningkatan produksi urin.
Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi peningkatan hematokrit karena
hipovolemia.
h. Edema
Edema seringkali dijumpai pada kehamilan, 40% edema terjadi pada hamil
normal, 60% pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80% pada kehamilan
dengan hipertensi dan proteinuria. Edema terjadi akibat hipoalbuminemia atau
kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang bersifat patologik adalah edema yang
15
nonedependen pada muka dan tangan, atau edema generalisata, dan disertai
dengan kenaikan berat badan yang cepat.
i. Hematologik
Perubahan hematologik terjadi oleh karena adanya hypovolemia akibat
vasospasme, hipoalbuminemia, hemolisis mikroangiopatik akibat spasme
arteriol dan hemolisis akibat kerusakan endotel. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan hematokrit. Terkadang pada hipertensi kehamilan dapat terjadi
penurunan trombosit <100.000 sel/ml yang disebut dengan trombositopenia,
yang dapat mengarah kepada hemolisis dan destruksi eritrosit.
j. Hepar
Hepar mengalami perubahan akibat adanya vasospasme, iskemia, dan
perdarahan. Perdarahan pada periportal lobus perifer akan menyebabkan nekrosis
sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di
bawah kapsula hepar (subkapsular hematoma) yang menimbulkan rasa nyeri di
daerah epigastrium dan dapat menyebabkan ruptur hepar, sehingga perlu
dilakukan pembedahan.
k. Neurologik
Perubahan neurologik yang terjadi pada hipertensi dalam kehamilan yaitu nyeri
kepala akibat edema vasogenik oleh karena hiperperfusi otak; gangguan visus
karena spasme arteri retina dan edema retina; hiperrefleksia; kejang eklamptik;
dan perdarahan intrakranial yang dapat terjadi pada preeklampsia berat dan
eklampsia.
l. Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan afterload akibat
hipertensi dan penurunan preload akibat hipovolemia.
m. Paru
Penderita preeklampsia berat berisiko mengalami edema paru akibat payah
jantung kiri, kerusakan sel endotel pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya
diuresis.
16
n. Janin
Preeklampsia dan eklampsia umumnya menyebabkan penurunan perfusi utero
plasenta, hipovolemia, vasospasme dan kerusakan sel endotel pembuluh darah
plasenta. Oleh sebab itu seringkali dijumpai janin mengalami intrauterine growth
restriction (IUGR) dan oligohidramnion, kelahiran prematur, yang berarti
meningkatkan morbiditas dan mortalitas janin.
Pada kasus ini, pada pemeriksaan fisis ditemukan edema pada ekstremitas bawah
kiri dan kanan, keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi hipoalbuminea pada pasien
ini yang disebakan oleh gangguan fungsi ginjal yang di tandai dengan adanya
proteinuria positif (+2).
Adapun klasifikasi lain yang termasuk kedalam hipertensi dalam kehamilan dan
dapat dijadikan diagnosis banding untuk kasus preeklampsia yaitu;5,8,9
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum
kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, dan
yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah timbulnya preeklamsi atau
eklamsi pada pasien hipertensi kronik.
Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita
yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai gejala-gejala
hipertensi kronik atau preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri). Gejala ini
akan hilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.
17
Penatalaksanaan pada preeklamsia berdasarkan Panduan Praktik Klinik Hipertensi,
dalam Kehamilan yakni;10
1. Medikamentosa
a. Infus larutan ringer laktat
b. Pemberian obat :
1) MgSo4
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion
pump)
a) Dosis Awal :
4 gram MgSO4 40% dalam 100 cc NaCl dan habis dalam 30 menit
sebanyak 73 tetes per menit. Namun, berdasarkan Panduan Praktik
Klinik Hipertensi dalam Kehamilan tahun 2018 loading dose pada
pemberian MgSO4 yaitu 4 gram MgSO4 (10cc MgSO4 40%)
dilarutkan kedalam 100cc Ringer Laktat, diberikan selama 15-20
menit. (Tetesan 50 gtt/permenit).
b) Dosis Pemeliharaan :
6 gr MgSO4 (15ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml
larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan IV dengan
kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).12,13 Namun
berdasarkan Panduan Praktik Klinik Hipertensi dalam Kehamilan
tahun 2018 dosis rumatan MgSO4 saat ini yaitu 10 gram (25 cc
MgSO4 40%) dalam 50cc cairan RL, diberikan dengan kecepatan 1-
2 gram/jam (20-30 tetes permenit).
Pada kasus ini, terapi yang diberikan telah sesuai berdasarkan protap
preeklampsia berat yaitu pada dosis awal dengan pemberian 4 g MgSO4 40% dalam
100cc NaCl 0,9% dengan 73 tts/menit dan habis dalam 30 menit. Kemudian diberikan
18
dosis pemeliharaan 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc Ringer Laktat selama 6 jam 28
tts/menit.
19
Pada kasus ini, pasien juga diberikan antihipertensi yaitu nifedipin 3x10 mg
2. Pengelolaan Konservatif
a. Indikasi
Kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending
eklamsi dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan medikamentosa :
Sama dengan perawatan medikamentosa secara aktif. Pemberian MgSO4
dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklampsi, selambat lambatnya
dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan Obstetrik
1) Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan
USG untuk memantau kesejahteraan janin.
2) Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan perawatan konservatif pengobatan medikamentosa dan
sangat dianjurkan untuk dilakukan terminasi.
Pada kasus ini, usia kehamilan ibu berdasarkan HPHT yaitu 25 minggu 1
hari sedangkan menurut USG yaitu 24 minggu dan keadaan janin baik sehingga
di beri terapi konservatif berupa Dexametason 6 mg/12j/im untuk pematangan
paru dan tidak dilakukan terminasi karena terjadi perbaikan dalam 2 kali 24 jam.
3. Pengelolaan Aktif6
Indikasi : Bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:
1) Ibu
20
- Kehamilan > 34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2 hari telah
diberikan, dan memberitahu bagian perinatology sebelum terminasi
kehamilan)
- Adanya gejala-gejala impending eklamsia
- Gagal perawatan konservatif
2) Janin
- Adanya tanda-tanda gawat janin
- Adanya tanda-tanda IUGR
3) Laboratorium
Adanya sindrom HELLP
21
c) Seksio sesaria dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin
d) Bila skor bishop 6 direkomendasikan tindakan seksio sesaria.
e) Anestesia : disesuaikan dengan kemampuan sarana kesehatan.
22
KESIMPULAN
suatu masalah kesehatan utama pada wanita yang bersifat mengancam kehamilan dan
beresiko bagi janin. Penegakan diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan perlu dilakukan
sedini mungkin, serta membutuhkan tatalaksana segera dengan pengawasan yang ketat
23
Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Medis12
Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya
suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.
Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan empat prinsip etika Eropa bahwa untuk
mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral atau kaidah dasar
bioetik. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah: berbuat baik (beneficence), tidak
merugikan (non-maleficence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku
adil (justice).
1. Autonomy yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu
prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed
consent. Pasien harus dihormati secara etik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk
dapat menyetujui atau menolak tindakan medis.
Pada pasien ini, melalui informed consent, pasien menyetujui untuk
dilakukan rawat inap di rumah sakit untuk bisa memantau keadaan pasien.
Informed consent dapat dicapai setelah diberikan penjelasan mengenai keadaan
pasien bahwa saat ini pasien G1P0A0 gravid 25 minggu 1 hari + belum inpartu +
PEB dimana didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg sehingga diperlukan
perhatian khusus terhadap keadaan ibu dan janinmya karena jika pre eklamsia
berat berlanjut dapat menyebabkan ibu kejang (eklamsia) dan kematian janin.
24
2. Non-maleficence (tidak merugikan) adalah prinsip menghindari terjadinya
kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan
pasien. Pernyataan kuno First do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Dokter
haruslah memilih tindakan yang paling kecil resikonya. “Do no harm” merupakan
point penting dalam prinsip non-maleficence. Prinsip ini dapat diterapkan pada
kasus-kasus yang bersifat gawat atau darurat seperti halnya pada pasien ini.
Preeklampsia berat merupakan suatu kegawat daruratan yang harus segera
ditangani karena memiliki komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.
Sehingga pada pasien ini diberikan penanganan awal dengan pemberian MgsO4
untuk mencegah ibu berlanjut jadi kejang (eklampsia) dan tidak hanya berguna
untuk menurunkan tekanan darah ibu namun juga sebagai neuroprotektor sehingga
tindakan ini merupakan jalan untuk mencegah perburukan pasien untuk mencegah
terjadinya komplikasi lanjutan.
25
pemeliharaan 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc Ringer Laktat selama 6 jam 28
tts/menit. Tindakan ini dilakukan agar pasien tetap terjaga kesehatannya dan
sebagai pencegahan agar pasien tidak masuk ke tahap lebih lanjut yaitu eklampsia
yang dapat memperburuk kondisi pasien.
Prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana
yang dialami pasien.
4. Justice atau keadilan adalah prinsip moral yang mementingkan faimess dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau
pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil dimana seorang
dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan
kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik,
agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, dan kewarganegaraan
tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Dalam hal
ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat ekonomi,
agama, suku, kedudukan sosial, dsb. Pada kasus ini, dokter memberlakukan segala
sesuatu secara universal artinya dokter memberikan penanganan yang sama pada
semua pasien yang menderita penyakit yang sama dalam hal ini pasien pre
eklampsia berat dengan pemberian obat-obatan sesuai dengan protab yang ada
tanpa membedakan SARA, status sosial, dan sebagainya.
Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik dapat juga
dilakukan dengan pendekatan yang berbeda yang dikemukakan Jonsen, Siegler,
dan Winslade mereka mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik
26
Pada topik etik Medical Indication penialaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari
sisi etiknya, dan terutama menggunakan kaidah dasar bioetik beneficence dan non-
malificence. Adapun beberapa jawaban pertanyaan etik yang selayaknya disampaikan
kepada pasien ini pada informed consent.
1. Kenaikan tekanan darah pada pasien yaitu 170/110 mmHg yang dialami pasien
pada saat usia kehamilan >20 minggu. Ditemukannya peotein pada urin yaitu (+2).
2. Tujuan pengobatan untuk memperbaiki keadaan ibu dan janin, mencegah
komplikasi buruk yang dapat muncul
3. Rencana lain jika terapi gagal yaitu dilakukan terminasi kehamilan. Namun, sebisa
mungkin dilakukan yang terbaik agar tidak terjadi kegagalan dalam terapi.
27
3. Tentunya pasien telah mengetahui keuntungan serta kerugian dari tindakan yang akan
dilakukan serta efek samping yang dapat timbul melalui komunikasi yang baik antar
petugas medis dan pasien
Pada Quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu
memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa, dan
bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar
prognosis, yang berkaitan dengan salah satu kaidah dasar bioetik yaitu Beneficence,
Non-malificence, dan Autonomy. Secara rinci :
1. Dalam hal ini dokter telah melakukan yang terbaik kepada pasien dalam upaya
pengobatan sehingga diharapkan dapat mencegah masuk kedalam keadaan yang
lebih lanjut yaitu kejang (eklamsia).
2. Upaya yang dilakukan pada kasus ini yaitu pemberian MgSO4, dimana MgSO4
ini memiliki beberapa efek samping, namun diharapkan manfaatnya lebih besar
daripada kerugian yang ditimbulkan.
Yang terakhir adalah contextual features. Prinsip dalam bagian ini adalah loyalty
and fairness. Disini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi
keputusan. Sesuai dengan kasus ini, jawaban dari pertanyaan etikanya adalah :
1. Dalam hal ini, tidak ada kendala dari luar yang didapatkan berupa masalah
penolakan dari keluarga dan lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien
2. Untuk masalah finansial juga tidak ditemukan masalah karena pada pasien
menggunakan jaminan kesehatan nasional dimana seluruh biaya perawatan
ditanggung oleh pemerintah
3. Tidak ada faktor religius, budaya, dan kepercayaan pada pasien dimana pasien pun
menganut agama Islam yang mengajarkan setiap umatnya untuk terus berusaha dan
tidak mudah menyerah karena segala penyakit diturunkan bersama dengan obatnya.
28
Secara kaidah bioetik islam juga didapatkan lima kaidah dasar yang meliputi
Kaidah Niat (Qaidah Niyyat), Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin), Kaidah Kerugian
(Qaidah al dharar), Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)Kaidah
Kebiasaan (Qoidah al urf). Sementara itu Kaidah Dasar Bioetika Islam meliputi:
29
mengambil kesimpulan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dirujuk berbasis evidencebased medicine.
3. Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar)
a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian, kehilangan
hari-hari sehat) pasien.
b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding (al
dharar la yuzaal bi mitslihi)
c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi intervensi medis
yang diusulkan memiliki efek samping, diikuti prinsip bahwa pencegahan
penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang keuntungan dengan
nilai yang sama, dar’an mafasid awla min jalbi al mashaalih. Jika keuntungan
memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian, maka
mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi. Dalam kasus
ini, petugas medis telah memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh
pasien dibanding kerugiannya yaitu dengan mempertahankan kehamilan
pasien.
d. Keseimbangan antara yang dilarang vs. diperbolehkan. Dokter kadang
dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang namun
juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk hukum adalah bahwa yang
dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk dikenali jika keduanya muncul
bersamaan dan sebuah keputusan harus diambil, idza ijtima’a al halaal wa al
haram ghalaba al haraam al halaal.
e. Pilihan antara dua keburukan. Jika dihadapkan dengan dua situasi medis yang
keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain memilih
salah satu dari keduanya, dipilih yang kurang merugikan, ikhtiyaar ahwan al
syarrain. Suatu hal yang merugikan dilakukan untuk mencegah munculnya
kerugian yang lebih besar, al dharar al asyadd yuzaalu bi al dharar al akhaff .
Dengan cara yang sama, intervensi medis yang memiliki kepentingan umum
diutamakan di atas kepentingan individu, al mashlahat al aamah muqoddamat
30
ala al mashlahat al khassat. Individu mungkin harus mendapatkan kerugian
untuk melindungi kepentingan umum, yatahammalu al dharar al khaas il dafi
u al dharar al aam.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan
gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera
disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam
mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syari’ah. Dalam kasus
ini, segala bentuk gangguan serius yang dapat terjadi pada pasien harus segera
di minimalisir untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental pada pasien.
b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syari’ah tersebut tidak
melewati batas batas yang diperlukan (secukupnya saja).
c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan tidak
menghilangkan secara permanen hak-hak pasien yang harus direkompensasi
dan dikembalikan pada keadaan semula seiring dengan waktu; kesulitan
melegalisir sementara dari tindakan medis yang melanggar, berakhir setelah
kondisi yang menyulitkan tadi berakhir. Dengan kata lain, jika hambatan telah
dilewati, tindakan medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.
d. Delegasi: mendelegasikan tugas kepada orang lain untuk melakukan tindakan
yang membahayakan adalah tindakan yang ilegal.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf);
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum, seperti standard operational
procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap sebagai hukum dan
diperkuat oleh syari’ah. Terkait dengan kasus tersebut, pasien telah menerima upaya
yang proporsional dalam tindakan medis dan telah sesuai dengan SOP/Protap yang
telah ada.
31
KAJIAN KEISLAMAN13,14
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada
juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan
berkembang dari masa ke masa. Perkembangan keluarga melalui proses keturunan,
menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam melahirkan generasi baru dari
manusia. Proses kehamilan yang sepenuhnya diemban oleh seorang calon ibu,
merupakan sebuah kerja keras dan penuh resiko. Membuat wanita berada di ambang
ancaman, jika saja permasalahan tersebut tidak mendapatkan perhatian memadai dari
semua pihak.
Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah dalam
melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui
hal tersebut. Allah SWT berfirman:
Artinya : “21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), 22
Sampai waktu yang ditentukan, 23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan” (QS Mursalat : 21-23)
32
Terjemahnya: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya
Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia
merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya
(suami istri) bermohon kepada Allah, tuhan seraya berkata: “sesungguhnya jika
Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang
bersyukur”.
33
Artinya :
‘12 dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). 14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik”. (QS Mu’minun :14)
Berdasarkan QS. Al-Mukminun ayat 14, masa kehamilan ada beberapa tahapan,
yaitu:
1. Tahap nuthfah : Tahap ini, calon anak masih berbentuk cairan sperma dan sel
telur dan berlangsung selama 40 hari
2. Tahap ‘alaqah : Setelah berumur 80 hari, nuthfah berkembang bagaikan
segumpal darah kental dan bergantung pada dinding rahim ibu.
3. Tahap mudghah : Sesudah kira-kira berusia 120 hari, segumpal darah tadi
berkembang menjadi segumpal daging. Pada saat itulah si janin sudah siap
menerima hembusan ruh dari Allah SWT
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam fase kehamilan, yaitu: Pertama, harus
diyakini bahwa periode dalam kandungan pasti bermula dari adanya kehidupan (al-
34
hayat). Keyakinan tersebut berdasarkan pada suatu kenyataan, yaitu terjadi
perkembangan masa kehamilan. Perkembangan yang berawal dari nuthfah, alaqah
hingga mudghah, kemudian menjadi seorang bayi, berarti nuthfah itu sendiri sudah
mengandung unsur kehidupan (al-hayat). Tanpa unsur kehidupan (al-hayat) tidak
mungkin ada perkembangan yang selanjutnya menjadi janin Kedua, setelah berbentuk
segumpal daging (mudghah) Allah SWT meniupkan ruh kepadanya. Ruh inilah yang
menjadi titik mula dan sekaligus awal mula bergeraknya motor kehidupan psikis
manusia. Berarti pada saat itu, kehidupan janin yang bersifat biologis, sejak itu sudah
mencakup aspek kehidupan psikis. Dikatakan, pada bulan keempat itu jantung janin
mulai bekerja, sehingga getarannya dapat dipantau dengan shetescope. Semenjak itu
janin sudah bisa bergerak, yang semakin lama semakin menguat gerakannya. Di
samping itu, dengan adanya ruh atau jiwa itulah janin mulai dapat melakukan tugas-
tugas seperi merasa, berpikir, mengingat dan sebagainya. Ketiga, adanya aspek agama
pada janin. Sebenarnya naluri agama pada setiap individu ini sudah ada, bahkan sejak
sebelum kelahirannya di dunia nyata. Yang disebut dengan fitrah beragama, manusia
lahir dengan membawa fitrah atau potensi tauhid. Ungkapan demikian sesuai dengan
yang diisyaratkan dalam QS. Al-A’raf ; 172 dan QS. Ar-Rum : 30 “manusia
mempunyai fitrah sebagai makhluk beragama”. Dikatakan beragama, karena secara
fitrah dan qodrati, manusia pada hakekatnya selalu mengakui adanya Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, berarti manusia memiliki potensi kesiapan untuk
mengenal dan mengakui keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Dalam Hadis
dijelaskan “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya anak tersebut beragamaYahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat
meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya. Kelahiran
anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu menunggu
kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses keibuan pun tumbuh
35
secara alami di samping harus aktifitas sehari-hari. Secara tak langsung memapah calon
anak yang ada dalam kandungannya selama proses kehamilan berlangsung.
Betapa besar jasa ibu terhadap anak yaitu mulai dari beban mengandung dalam
keadaan lemah dan bahkan beban tersebut senantiasa bertambah dari saat kesaat. Lalu
dia melahirkannya dengan susah payah kemudian memelihara dan menyusukannya
setiap saat, bahkan ditengah malam ketika pada saat manusia lain tertidur nyenyak.
Setiap anak berkewajiban berbakti kepada ibunya. Seperti dalam Surah Al-
Ahqaf 46:15 Tentang perjuangan yang menyusahkan bagi ibu yang hamil, berbunyi:
Terjemahannya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mengsyukuri nikmat Engkau yang telah
engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal
yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
36
Ayat ini mengisyaratkan bahwa proses kehamilan dan penyapihan
berlangsung selama 30 bulan dan 9 bulan. Disisi lain, ayat ini juga menekankan betapa
pentingnya ibu kandung memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Dimulai dari
masa kehamilan dan seterusnya. Para dokter dan tenaga medis bertugas membantu ibu
hamil agar tetap memberikan perhatian dan pemeliharaan terhadap kandungannya.
Kemudian ayat ini mengandung nilai tanggung jawab tehadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Didalam islam, pendidikan berawal dari pra kelahiran artinya,
perilaku orang tua sangatlah berpengaruh terhadap perilaku anak-anaknya termasuk
pada masa kehamilannya.
Maksud dari hadis diatas adalah sebagai hamba yang percaya akan janji
dan kebesaran Allah Subahahu Wa Ta’ala. Maka haruslah kita harus tetap optimis
untuk senantiasa mencari sebab-sebab kesembuhan dari setiap penyakit yang kita derita
seperti pergi ke pelayanan kesehatan ataupun melalui pengobatanpengobatan alamiah
disamping rasa harap dan optimis dalam menantikan pertolongan Allah Subahanahu
Wa Ta’ala.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
9. Obtetrics & Gynecology. ACOG Practice Bulletin No. 202: Gestational
Hypertension and Preeclamsia. Online ACOG Publicatiobns. Vol. 133. 2019
Jan.
10. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Panduan Praktik Klinik
Hipertensi dalam Kehamilan. Cabang Jawa Barat. 2018
11. Gainder S, Thakur M. "To study the changes in fetal hemodynamics with
intravenous labetalol or nifedipine in acute severe hypertension". Pregnancy
Hypertens. Elsevier; 2019;12–5.
12. Mappaware, Nasrudin Andi. Konep Dasar Bioetika-Hukum Kedokteran dalam
Penerapan Masa Kini dan Kesehatan sebagai Haka Asasi Manusia. Makassar.
2007.
13. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2016. Bandung. Departement Agama RI.
14. Idrus, Musyahid A. 2015. Perlindungan Hukum Islam Terhadap Janin.
Makassar. Al-Daulah.
39